Ciri-Ciri Umum Anak yang Mengalami Kekerasan Seksual

Barang siapa dengan hadiah atau perjanjian akan memberi uang atau barang, dengan salah memakai kekuasaannya yang timbul dari pergaulan atau dengan memberdayakan, dengan sengaja mengajak orang di bawah umur yang tidak bercacat kelakuannya, yang diketahui atau patut dapat disangkanya dibawah umur, mengerjakan perbuatan cabul dengan dia atau membiarkan perbuatan cabul itu dengan dia, di hukum dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun. Menurut Caeti 2009 pencabulan adalah semua perilaku atau aktivitas seksual yang ditujukan pada anak-anak, termasuk didalamnya: meraba-raba, oral sex, persetubuhan, exhibitionisme, mengambil atau menyimpan gambar porno anak-anak, menunjukkan memperlihatkan materi porno secara vulgar kepada anak-anak atau melakukan hubungan sexual dihadapan anak-anak. Pada umumnya di Indonesia kata “pencabulan” digunakan untuk kekerasan seksual dengan korban anak di bawah umur anak-anak yang belum dewasa. Jika berdasar pasal pada UU Perkawinan 1974, maka korbannya berumur kurang dari 16 tahun http:www.academia.Edu. Makalah_Perkosaan_ dan _ pencabulan.docx. Diakses pada tanggal 29 maret 2014 pukul 20.00.

2.3.5 Ciri-Ciri Umum Anak yang Mengalami Kekerasan Seksual

1. Tandan-tanda Perilaku a. Perubahan-perubahan mendadak pada perilaku: dari bahagia ke depresi atau permusuhan, dari bersahabat ke isolasi, atau dari komunitas ke penuh rahasia. b. Perilaku ekstrim: perilaku yang secara komperatif lebih agresif atau pasif dari teman sebayanya atau dari perilaku dia sebelumnya. c. Gangguan tidur: takut pergi ketempat tidur, sulit tidur atau terjaga dalam waktu yang lama, mimpi buruk. Universitas Sumatera Utara d. Perilaku regresif. Kembali pada perilaku awal perkembangan anak tersebut; seperti ngompol, mengisap jempol, dsb. e. Perilaku anti-sosial atau nakal: bermain api, mengganggu anak lain atau binatang, tindakan-tindakan merusak. f. Perilaku menghindar: takut atau menghindar dari orang tertentu orangtua, kakak, saudara lain, tetangga, pengasuh lari dari rumah, nakal atau membolos sekolah. g. Perilaku seksual yang tidak pantas: masturbasi berlebihan, berbahasa atau bertingkah porno melebihi usianya, perilaku seduktif terhadap anak yang lebih muda, menggambar porno. h. Penyalahgunaan NABZA; alkohol atau obat terlarang khususnya pada anak remaja. i. Bentuk-bentuk perlakuan salah terhadap diri sendiri self-abuse: merusak diri sendiri, gangguan makan, berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan beresiko tinggi, percobaan atau melakukan bunuh diri. 2. Tanda-tanda Kognisi a. Tidak dapat berkonsentrasi: sering melamun dan menghayal, fokus perhatian singkat atau terpecah. b. Minat sekolah memudar: menurunnya perhatian terhadap pekerjaan sekolah dibandingkan dengan sebelumnya. c. Respon atau reaksi berlebihan: khususnya terhadap gerakan tiba-tiba dan orang lain dalam jarak dekat. 3. Tandan-tanda sosial-emosional a. Rendahnya kepercayaan diri: perasaan tidak berharga. b. Manarik diri: mengisolasi diri dari teman, lari ke dalam khayalan atau ke bentuk- bentuk lain yang tidak berhubungan. Universitas Sumatera Utara c. Depresi tanpa penyebab: perasaan tanpa harapan dan ketidakberdayaan, pikiran dan pernyataan-pernyataan ingin bunuh diri. d. Ketakutan berlebihan: kecemasan, hilangnya kepercayaan terhadap orang lain. e. Keterbatasan perasaan: tidak dapat mencintai, tidak riang seperti sebelumnya atau sebagaimana dialami oleh teman sebanya. 4. Tanda-tanda fisik a. Perasaan sakit yang tidak jelas: mengeluh sakit kepala, sakit perut, tenggorokan tanpa penyebab jelas, menurunnya berat badan secara drastis, tidak ada kenaikan berat badan secara memadai, muntah-muntah. b. Luka-luka pada alat kelamin atau mengidap penyakit kelamin: pada vagina, penis atau anus yang ditandai dengan pendarahan, lecet, nyeri, atau gatal-gatal di seputar alat kelamin. c. Hamil Zastrow, dalam Huraerah, 2012: 73.

2.3.6 Faktor-Faktor Terjadinya Kekerasan Seksual