disaring menggunakan kertas saring Whatman dengan dibantu pompa vakum lalu di-degassing dengan ultrasonifikator selama 20 menit.
Tabel II. Kondisi sistem KCKT yang diubah-ubah dalam optimasi
Komposisi fase gerak dalam berbagai pH
Air Metanol
Asetonitril Asam asetat 0,05 M
Metanol:air Asetonitril:air
Asetonitril:metanol:air
Laju alir mLmenit 0,5
0,6 0,8
0,9 1
Suhu oven ºC Suhu lingkungan 32-33
34 36
40 45
48
Pengubahan pH fase gerak dilakukan dengan menambahkan dapar fosfat 0,15 M, amonia 10, asam asetat 0,05 M atau asam formiat. Dapar fosfat 0,15 M
dibuat dengan menimbang seksama lebih kurang 57,731 g Na
2
HPO
4
dan 35,3833 g KH
2
PO
4
lalu dilarutkan dalam akuades hingga 1 L.
3. Uji kesesuaian sistem KCKT
Uji kesesuaian sistem KCKT dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kelayakan sistem KCKT untuk digunakan dalam penentuan kadar baku PPD
berdasarkan tiga parameter, yaitu presisi keterulangan dan presisi antara, linieritas, dan sensitivitas sistem KCKT.
a. Presisi keterulangan sistem KCKT. Nilai CV digunakan untuk menentukan keterulangan sistem KCKT yang telah optimal. Parameter
keterulangan ditetapkan dengan cara menginjeksikan larutan baku PPD dengan konsentrasi 1, 3, 4, 6, dan 10
gmL dengan volume 20 µL ke dalam sistem KCKT sebanyak 5 kali. Respon alat berupa luas puncak PPD masing-masing
konsentrasi larutan baku yang diperoleh dapat dihitung nilai rata-rata, standar deviasi SD, dan CV.
c. Presisi antara intermediet sistem KCKT. Parameter presisi antara
ditetapkan dengan cara menginjeksikan larutan baku PPD dengan konsentrasi 1, 2, 3, 4, 6, 8, dan 10
gmL dengan volume 20 µL ke dalam sistem KCKT. Linieritas hubungan antara jumlah PPD yang diinjeksikan dengan respon alat diplotkan
dalam bentuk kurva baku dan dihitung parameter statistik, yaitu intersep a, slope b, dan koefisien korelasi r. Metode pengukuran yang sama dilakukan pada 3
hari yang berbeda. Nilai slope dari ketiga persamaan kurva baku tersebut dihitung signifikansinya menggunakan perhitungan statistik.
b. Linieritas hubungan konsentrasi baku PPD dengan respon sistem
KCKT. Koefisien korelasi r digunakan untuk menentukan linieritas hubungan konsentrasi baku PPD dengan respon sistem KCKT yang telah optimal. Parameter
linieritas ditetapkan dengan cara menginjeksikan larutan baku PPD dengan konsentrasi 1, 2, 3, 4, 6, 8, dan 10
gmL dengan volume 20 µL ke dalam sistem KCKT. Linieritas hubungan antara jumlah PPD yang diinjeksikan dengan respon
alat diplotkan dalam bentuk kurva baku dan dihitung parameter statistik, yaitu intersep a, slope b, dan koefisien korelasi r.
c. Sensitivitas sistem KCKT. Nilai LOD dan slope digunakan untuk
menentukan sensitivitas sistem KCKT yang telah optimal. Parameter sensitivitas ditetapkan dengan cara menginjeksikan larutan baku PPD dengan konsentrasi 1, 2,
3, 4, 6, 8, dan 10
gmL dengan volume 20 µL ke dalam sistem KCKT. Persamaan kurva baku dari hasil injeksi tersebut dapat ditentukan dan dapat dihitung nilai
LOD dan slope. F.
Analisis Hasil 1.
Analisis hasil optimasi KCKT
Analisis hasil optimasi KCKT dilakukan sesuai dengan persamaan 2 hingga 5. Berikut ini ditentukan syarat-syarat nilai Rs, TF, N, HETP, tR yang
harus dicapai agar sistem KCKT dinyatakan optimal untuk penentuan kadar PPD. a.
Daya pisah resolusi. Nilai Rs harus ≥ 1,5 karena akan memberikan
pemisahan puncak yang baik Gandjar dan Rohman, 2007. b.
Bentuk puncak. Nilai TF yang dikehendaki adalah ≤ 2 karena tidak
mengganggu atau berpengaruh terhadap pemisahan, sedangkan nilai TF 2 dapat berpotensi mengganggu dan memberikan efek terhadap pemisahan secara rutin
Snyder et al., 2010. c.
Jumlah lempeng N dan HETP. Nilai N jumlah lempeng yang direkomendasikan secara umum adalah 2000 dengan HETP menyesuaikan
panjang kolom dan nilai N Snyder et al., 2010. d.
Waktu retensi tR. Waktu retensi yang diharapkan dalam penelitian
ini adalah 10 menit agar proses analisis berlangsung efisien.
2. Analisis hasil UKS KCKT