8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Teoritik
1. Motivasi Belajar
Belajar merupakan kegiatan sehari-hari bagi siswa sekolah. Kegiatan belajar tersebut ada dilakukan disekolah dan dirumah seperti musium,
perpustakaan, sungai, hutan, dan lainnya. Ditinjau dari segi guru, kegiatan belajar siswa tersebut tergolong dirancang dalam desain instruksional. Kegiatan
belajar yang termasuk rancangan guru, bila siswa belajar disekolah ditempat- tempat tersebut untuk menyelesaikan tugas-tugas belajar sekolah. Disamping
itu ada juga belajar yang tidak termasuk rancangan guru. Artinya siswa belajar dengan keiginannya sendiri. Pengetahuan tentang “belajar, ditugasi” dengan
“belajar, karena motivasi diri” itu penting bagi guru dan calon guru. a.
Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata “motif” yang dapat diartikan sebagai “daya
pengerak yang telah menjadi aktif”. Motif menjadi aktif pada saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakanmendesak
Sardiman, 2005:73. Menurut Winkel 2004: 169 motivasi belajar ialah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan itu demi mencapai suatu tujuan.
Menurut Mudjiyono 2013:30, Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian,
kemauan, atau cita-cita. Kekuatan mental tersebut dapat tergolong rendah atau tinggi. Ahli psikologi pendidikan yang menyebut kekuatan mental yang
mendorong terjadinya belajar tersebut sebagai motivasi belajar. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakan dan mengarahkan
perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar, dikenal adanya motivasi belajar.
Motivasi belajar merupakan daya pengerak psikis yang berasal dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah
ketrampilan dan pengalaman. Motivasi belajar adalah daya yang mendorong siswa untuk belajar.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah sebuah dorongan yang berasal dari dalam dan luar diri siswa
yang mampu memberikan rasa senang dalam belajar sehingga siswa mampu mencapai prestasi yang sangat baik.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan, artinya pengaruh oleh kondisi fisiologis siswa. Sebagai
ilustrasi, keinginan anak untuk membaca majalah misalnya, terpengaruh oleh kesiapan alat-alat indra untuk mengucap kata. Keberhasilan mengucapkan
kata dari simbol pada huruf mondorong keinginan menyelesaikan tugas baca. Monks, 1989; Mujiyono, 2013: 97-100.
1 Cita-cita atau Aspirasi Siswa
Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil seperti keinginan berjalan, makan makanan lezat, merebut permainan, dapat
membaca, dapat menyanyi, dan lain-lain. Keberhasilan mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan bergiat, bahkan kemudian
hari menimbulkan cita-cita dalam kehidupan. Timbulnya cita-cita PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dibarengi perkembangan akal, moral, kemauan bahasa, dan nilai kehidupan. Timbulnya cita-cita juga dibarengi oleh perkembangan
kepribadian. Dari segi emansipasi kemandirian, keinginan yang terpuaskan dapat
memperbesar kemauan dan semangat belajar. Dari segi pembelajaran, penguatan dengan hadiah atau juga hukum dapat mengubah keinginan
menjadi kemauan, dan kemuadian kemauan menjadi cita-cita. 2
Kemampuan Siswa Keinginan anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan
mencapainya. Contohnya, keinginan membaca perlu dibarengi dengan kemampuan mengenal dan mengucapkan bunyi huruf-huruf. Latihan
berulang kali menyebabkan terbentuknya kemampuan membaca. Keberhasilan tersebut dapat memuaskan dan menyenangkan hatinya.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan. Monks,
1989, Mudjiono, 2013: 98. 3
Kondisi Siswa Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani
mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang sakit dan lapar, atau marah-marah akan menganggu perhatian belajar. Sebaliknya
siswa yang sehat, kenyang dan gembira akan mudah memusatkan perhatian. Anak yang sakit akan enggan belajar. Anak yang marah-
marah akan sukar memusatkan perhatian pada penjelasan pelajaran. Sebaliknya, setelah siswa tersebut sehat ia akan mengejar ketinggalan
pelajaran. Siswa tersebut akan dengan hati membaca buku-buku PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pelajaran agar ia memperoleh nilai rapor baik, seperti sebelum sakit. Dengan kata lain, kondisi jasmani dan rohani siswa berpengaruh pada
motivasi belajar. 4
Kondisi Lingkungan Siswa Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat
tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan. Sebagai anggota masyarakat siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar.
Bencana alam, tempat tinggal kumuh, ancaman rekan yang nakal, perkelahian antar siswa, akan mengggangu kesunguhan belajar.
Sebaliknya, sekolah yang indah, pergaulan siswa yang rukun, akan memperkuat motivasi belajar. Oleh karena itu kondisi lingkungan
sekolah dan lingkungan rumah yang sehat, kerukunan hidup, ketertiban pergaulan perlu dipertinggi mutunya. Dengan lingkungan yang aman,
tenteram, tertib, dan indah, maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.
2. Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru