Job Insecurity Responden Penelitian Ditinjau dari Dimensi Afektif

PKWT. Dimensi kognitif dari job insecurity menggambarkan mengenai awareness kesadaran seorang karyawan mengenai ancaman kemungkinan kehilangan pekerjaan Huang, dkk., 2012:753. Ancaman tersebut memicu proses kognitif yang memerlukan estimasi atau perkiraan mengenai kemungkinan ancaman yang ada, waktu dan kadar ancaman, serta evaluasi diri karyawan mengenai kemampuan untuk menghadapi ancaman tersebut Jacobson dalam Pienaar, dkk., 2013:4. Berdasarkan perhitungan, didapatkan nilai mean empirik job insecurity ditinjau dari dimensi kognitif untuk keseluruhan responden penelitian adalah sebesar 25,3371. Nilai mean empirik tersebut kemudian dibandingkan dengan mean hipotetik, dan didapatkan bahwa nilai mean empirik job insecurity ditinjau dari dimensi kognitif untuk keseluruhan responden penelitian masuk dalam kriteria sedang. Hasil penelitian di atas, menunjukkan bahwa sebagian besar responden penelitian yang merupakan karyawan outsourcing menyadari bahwa mereka memiliki risiko untuk kehilangan pekerjaan setiap menjelang kontrak berakhir. Responden penelitian memiliki pemikiran kemungkinan kehilangan pekerjaan akan tetapi pemikiran itu juga diimbangi dengan adanya optimisme. Optimisme tersebut timbul dari pemikiran responden penelitian bahwa mereka masih dapat bertahan di perusahaan selama mereka mampu menunjukkan kinerja yang baik.

4.8.1.2 Job Insecurity Responden Penelitian Ditinjau dari Dimensi Afektif

Dimensi afektif dari job insecurity meliputi perasaan cemas atau khawatir dan perasaan takut. Dimensi ini menekankan kepada seberapa cemas atau takutnya seseorang akan kehilangan pekerjaannya di masa yang akan datang Borg Elizur dalam Sverke dkk, 2004:42. Dimensi afektif fokus terhadap pengalaman emosional dari rasa khawatir seseorang yang timbul akibat ancaman kehilangan pekerjaan Huang, dkk., 2012:753. Dimensi afektif sangat penting untuk mengukur job insecurity yang dirasakan seseorang, terlebih apabila job insecurity didefinisikan sebagai hal yang bukan sukarela dan hal yang tidak menyenangkan bagi individu Sverke Hellgren dalam Sverke dkk, 2004:42. Hal ini sesuai dengan keadaan responden pada penelitian ini dimana responden merupakan karyawan outsourcing yang menghadapi pemutusan hubungan kerja setiap menjelang kontrak berakhir. Berdasarkan perhitungan, didapatkan nilai mean empirik job insecurity ditinjau dari dimensi afektif untuk keseluruhan responden penelitian adalah sebesar 25,9326. Nilai mean empirik tersebut kemudian dibandingkan dengan mean hipotetik, dan didapatkan bahwa nilai mean empirik job insecurity ditinjau dari dimensi afektif untuk keseluruhan responden penelitian masuk dalam kriteria sedang. Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden penelitian merasa cukup khawatir atau cemas mengenai keberlangsungan pekerjaan mereka di perusahaan. Responden penelitian merasa cukup khawatir bahwa kemungkinan akan kehilangan pekerjaan akan menjadi kenyatan pada masa yang akan datang. Mereka merasa cukup gelisah saat masa kontrak kerja hampir habis karena selalu ada kemungkinan untuk tidak diperpanjang kontrak. Pengukuran job insecurity pada penelitian ini menggunakan skala yang disusun dari dua dimensi yaitu, dimensi kognitif yang meliputi persepsi karyawan mengenai adanya ancaman yang mengakibatkan hilangnya pekerjaan serta dimensi afektif yang meliputi perasaan khawatir dan tidak berdaya menghadapai ancaman tersebut. Selanjutnya untuk melihat besarnya pengaruh dari kedua dimensi job insecurity di atas, dimensi yang memiliki pengaruh paling tinggi dalam menentukan tingkat job insecurity pada diri responden penelitian yang merupakan karyawan outsourcing PT. Pos Indonesia Kantor MPC Semarang dapat dilakukan dengan melihat perbandingan besar mean empirik masing-masing aspek. Pada tabel 4.19 diketahui bahwa dimensi afektif merupakan dimensi yang memiliki nilai mean empirik yang lebih besar dibandingkan dengan mean empirik dimensi kognitif. Hal ini mengindikasikan bahwa dimensi afektif memiliki pengaruh besar terhadap tingginya tingkat job insecurity responden penelitian dibandingkan dimensi kognitif. Besarnya pengaruh dimensi afektif dalam menyumbang tingkat job insecurity responden penelitian dimaknai sebagai kekhawatiran atau kecemasan akan kemungkinan kehilangan pekerjaan yang dirasakan oleh responden penelitian lebih besar pengaruhnya terhadap job insecurity bila dibandingkan dengan pemikiran akan kemungkinan kehilangan pekerjaan itu sendiri. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Sverke dan Hellgren dalam Sverke dkk, 2004:42 yang menyatakan bahwa persepsi tentang kemungkinan akan kehilangan pekerjaan di masa yang akan datang, tidak menggambarkan tentang seberapa cemas atau takut seseorang mengenai posisi mereka di perusahaan di masa yang akan datang. Hal ini dikarenakan, ketika seseorang merasa kemungkinan akan kehilangan pekerjaan di perusahaan sangat tinggi, namun ia tidak merasa cemas atau takut akan masa depan. Hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan karakteristik seperti strategi coping dan seberapa besar arti pekerjaan mereka sekarang bagi tiap-tiap individu. Oleh karena itu, dimensi afektif sangat penting untuk mengukur job insecurity yang dirasakan seseorang, terlebih apabila job insecurity didefinisikan sebagai hal yang bukan sukarela dan hal yang tidak menyenangkan bagi individu.

4.8.1.3 Job Insecurity Responden Penelitian Ditinjau dari Data Demografi