disajikan dengan cara yang berbeda selain dibuat menjadi tiwul instan, tiwul juga disajikan dalam variasi lain misalnya tiwul ditaburi dengan gula es, ditaburi keju, atau dapat dibuat
menjadi bola-bola tiwul yang digulingkan pada gula eskejumaisis warna-warni, dll. Dengan penyajian yang bervariasi tersebut diharapkan dapat menarik pembeli dan dapat
menarik wisatawan untuk datang menikmati tiwul sehingga tiwul lebih dikenal oleh masyarakat luas, dan tiwul yang dibuat dari bahan baku lokal tidak dipandang sebelah mata
lagi. Dengan inovasi makanan-makanan yang berbasis bahan pangan lokal menjadi lebih terangkat dan dapat memperbaiki ketahanan pangan Indonesia.
2.3 KERANGKA BERPIKIR
Tiwul adalah salahsatu makanan tradisional Indonesia yang terbuat dari gaplek singkong. Saat ini mengkonsumsi tiwul banyak diartikan sebagai orang yang kurang mampu,
karena makanan pokok masyarakat tertumpu pada beras. Apabila seluruh rakyat Indonesia makanan pokoknya tertumpu pada beras makan ketahanan pangan kita akan melemah.
Keluarnya Peraturan Pemerintah no.22 tahun 2009 tentang percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal, mendorong peneliti mencoba untuk
melaksanakan peraturan tersebut dengan mengangkat kembali pangan lokal terutama buah sukun yang akan dicoba dibuat menjadi tiwul instan. Tiwul yang terbuat dari gaplek singkong
kandungan gizi yang paling menonjol adalah karbohidrat. Sehubungan dengan masalah tersebut peneliti akan menggantinya dengan tepung sukun sebagai bahan baku tiwul karena
memiliki nilai gizi yang lebih baik dan buah sukun memiliki kandungan karbohidrat yang rendah sehingga dapat dimanfaatkan untuk makanan diet.
Dari percobaan pendahuluan yang dilakukan peneliti dalam membuat tiwul sukun ternyata memiliki tekstur yang tidak saling melekat antara butiran satu dan yang lainnya
sehingga peneliti mencoba mensubstitusinya dengan tepung tapioka untuk memperbaiki tekstur dari tiwul sukun hasil eksperimen. Dalam eksperimen ini peneliti menggunakan
substitusi tepung tapioka yang berbeda-beda yaitu 20, 25 dan 30. Dengan substitusi yang berbeda-beda, maka akan berpengaruh terhadap mutu tiwul sukun instan. Rumusan
masalah dalam penelitian ini yaitu : Bagaimana pengaruh substitusi tepung tapioka dengan prosentase yang berbeda yaitu 20, 25, dan 30 terhadap mutu inderawi tiwul sukun
dilihat dari aspek warna, aroma,tekstur dan rasa? Berapakah kandungan kalori, kalsium dan fosfor tiwul sukun instan hasil eksperimen terbaik? Bagaimana tingkat kesukaan masyarat
terhadap tiwul sukun substitusi tepung tapioka hasil eksperimen ? Berdasarkan uraian diatas, kerangka berfikir dapat diperjelas pada skema dibawah ini:
Gambar 2. Skema Kerangka Berpikir
Buah Sukun
Positif : 1.
Mudah didapat 2.
Harga murah Negatif :
Tidak banyak dikonsumsi orang
Solusi : Pembuatan Tiwul
Sukun
Masalah :
Tekstur tidak saling melekat satu sama lain
Alternatif :
Bahan baku pembuatan tiwul yaitu tepung sukun substitusi tepung tapioka
Rumusan Masalah :
1. Bagaimana pengaruh substitusi tepung tapioka dengan prosentase yang berbeda yaitu
20, 25, dan 30 terhadap mutu inderawi tiwul sukun dilihat dari aspek warna, aroma,tekstur dan rasa ?
2. Berapakah kandungan kalori, kalsium dan fosfor tiwul sukun instan hasil eksperimen
terbaik? 3.
Bagaimana tingkat kesukaan masyarakat terhadap tiwul sukun substitusi tepung tapioka hasil eksperimen ?
Pengujian :
tiwul sukun hasil eksperimen dengan substitusi yang berbeda
20, 25,dan 30.
Observasi Penilaian Subyektif :
1. uji inderawi
2. uji kesukaan
Penilaian Obyektif kalori, kalsium, fosfor untuk
hasil yang terbaik
Hasil : Mutu tiwul sukun instan hasil eksperimen yang terbaik
Pemecahan Masalah :
Pemanfaatan tepung tapioka sebagai substituen dalam pembuatan tiwul sukun instan dengan prosentase 20, 25,dan 30.
2.4 HIPOTESIS