BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, kondisi persaingan yang ada di dunia usaha saat ini semakin ketat. Hal ini disebabkan tuntutan
konsumen terhadap suatu produk tidak terbatas pada harga dan kualitas saja tetapi juga pada pelayanan yang diberikan. Pelayanan yang dimaksud dapat berupa
ketersediaan produk yang diinginkan konsumen dengan kuantitas dan kualitas sesuai dengan kebutuhan. Kepuasan konsumen merupakan faktor yang sangat
penting untuk keberlangsungan suatu perusahaan, karena itu perusahan dituntut untuk terus memperbaiki baik sistem manajeman maupun sistem produksinya
untuk dapat memenuhi kepuasan konsumen sehingga tetap unggul dan mampu bersaing di pasaran.
PT. Sumatera Timberindo Industry merupakan industry pintu yang menghasilkan pintu dengan tipe Elizabeth, Butter, Dior, Richmond, dan Hamlet
.
Perusahaan ini melakukan operasi manufaktur yang bersifat flow shop dan dengan lingkungan make to order. Ketatnya persaingan dan sifat kritis pelanggan
terhadap kualitas produk yang dihasilkan menuntut perusahaan melakukan pengendalian mutu yang sangat ketat.
Berdasarkan tinjauan langsung ke lapangan yang diikuti dengan diskusi dengan manajer terkait pengendalian mutu produk pintu yang dilakukan di
perusahaan, maka beberapa bentuk kecacatan yang umum ditemui pada produk
Universitas Sumatera Utara
khususnya pintu tipe butter adalah hasil rakitan yang longgar, hasil pengeleman tidak ketat, dan warna cat Glazing Bar tidak seragam. Pintu tipe ini adalah pintu
yang diproduksi dalam jumlah paling banyak dibandingkan produk pintu tipe lainnya. Adapun jumlah rata-rata kecacatan produk yang ditemukan pada tahun
2012 adalah sebesar 12 dan pada tahun 2013 sebesar 9,2 dari total pintu yang diproduksi. Kecacatan yang ditemui pada produk pintu ini mendapat tanggapan
kritis dari pelanggan, sehingga perlu diambil tindakan untuk mengatasi hal itu. Setiap kecacatan yang terjadi memerlukan proses pengerjaan ulang dan hal itu
mengakibatkan biaya dan keterlambatan pengiriman ke pelanggan. Sebuah penelitian yang dilakukan Dewi 2014 yang mencoba menerapkan
konsep lean untuk mengurangi waste pada produksi pelastik PE, diperoleh hasil bahwa konsep lean mampu menganalisa sumber-sumber pemborosan yang terjadi
di lantai produksi pelastik PE dan dengan demikian dapat dicari usulan perbaikan terhadap masalah tersebut. Penelitian yang lain, yang dilakukan Nurullah 2014
untuk menyelesaikan masalah peningkatan kualitas produk benang dengan metode six sigma diperoleh hasil bahwa telah terjadi penigkatkan nilai sigma perusahaan
dari
3,148 menjadi 3,436.
Pada penelitian ini, metode six sigma mampu memberikan perbaikan yang relatif besar pada system pengendalian kualitas
perusahaan. Dalam penelitian lain yang dilakukan Hassan 2013 untuk mereduksi pemborosan yang terjadi lantai produksi dengan menggabungkan metode lean dan
six sigma, hasil dari penelitian ini diperoleh peningkatan nilai sigma perusahaan dari 3,55 menjadi 3,6.
Universitas Sumatera Utara
Metode lean six sigma merupakan metode yang berfokus pada pengurangan lead time dan kecacatan pada proses produksi, sehingga produk yang
dihasilkan dapat memenuhi target produksi yang telah ditetapkan perusahaan dan meningkatkan keuntungan perusahaan. Dengan menggabungkan kedua metode
ini, analisa terhadap pemborosan dan kecacatan yang terjadi di perusahaan dapat memberikan hasil yang lebih baik daripada hanya menggunakan metode lean atau
six sigma saja.
1.2. Rumusan Masalah