4.1.6 Tingkat Kepuasan Siswa pada Indikator Empati
Empati atau perhatian merupakan kemampuan ikut merasakan atas apa yang sedang dirasakan oleh orang lain. Rogers dalam Latipun 2011: 35 “Empati
berarti memasukan dunia klien beserta perasaan-perasaannya kedalam diri sendiri tanpa terhanyut oleh pikiran dan perasaan klien”. Kemampuan seorang konselor
untuk memberikan perhatian atau berempati sangatlah penting untuk dimiliki, karena dengan adanya perhatian yang diberikan atau rasa empati yang dimiliki
siswa akan merasa bahwa ada orang lain yang peduli dan emmperhatikannya yang bersedia selalu memahaminya.
Dalam proses pemberian layanan Tjiptono, 2004: 26 menjelaskan bahwa “Empati adalah kesediaan untuk peduli, memberikan perhatian pribadi bagi
pelanggan. Pemberian perhatian yang tulus dan bersifat pribadi, termasuk berupaya memahami keinginan pelangganadalah termasuk dalam empati”.
“Empati merupakan penggabungan dari dimensi; a Akses, meliputi kemudahan memanfaatkan jasa yang ditawarkan penyedia layanan b
komunikasi, merupakan
kemampuan melakukan
komunikasi untuk
menyampaikan informasi kepada penerima layanan atau memperoleh masukan dari penerima layanan c pemahaman kepada penerima layanna, meliputi usaha
penyedia layanan untuk mengetahui dan memahami kebutuhan dan keinginan penerima layanan” Tjiptono, 2004: 26.
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, indikator empati memiliki persentase sebesar 66,63 yang berada dalam kriteria “Puas”. Harapan
siswa akan perhatian dan rasa peduli seorang konselor serta kemudahan siswa untuk menghubungi konselor telah terpenuhi dengan baik. Perhatian dan rasa
empati konselor dalam hal ini dapat ditunjukan dengan memotivasi siswa untuk mampu berprestasi dan mengoptimalkan potensinya dalam proses penyesuaian
diri terhadap lingkungan kelas barunya dari hasil layanan peminatan yang telah diterimanya. Perhatian seorang koonselor tidak cukup dengan ucapan rasa peduli
saja, melainkan dengan memahami kondisi siswa dan memahami persoalan- persoalan yang dihadapinya. Hasil penelitian mengenai indikator ini konselor
sudah mampu melakukannya dengan baik dengan menunjukan rasa empati atas setiap permasalahan yang dialami oleh siswa.
Pada indikator ini diharapkan menjadi perhatian setiap konselor di sekolah untuk memahami siswa secara utuh dalam proses pemberian layanan bimbingan
dan konseling agar siswa dapat mengoptimalkan seluruh potensi yang ada di dalam dirinya. Seperti yang dijelaskan oleh Latipun, bahwa „memahami secara
empati bukanlah memahami orang lain secara objektif, tetapi sebaliknya dia berusaha memahami pikiran dan perasaan orang lain dengan cara orang lain
tersebut berfikir dan merasakan atau melihat dirinya”.
4.2 Pembahasan