sebuah bentuk
ibadah pribadi
orang tua.
10 Awal karir PNS di Pusat
Grafika Indonesia
Pegawai Honor di
Koperasi Sekretariat
Jenderal Pegawai
magang di Perusahaan
Tommy Soeharto
Karyawan PT. IKA
11 Alasan
menjadi PNS Aman karena
tidak ada PHK seperti
perusahaan swasta
Cita-cita sejak muda, PNS
tidak ada potong gaji
dan memiliki jaminan masa
depan PNS Memberi
ketenangan di masa tua
Aman untuk masa depan,
tidak ada kontrak kerja
dan PHK, serta ada tunjangan
di hari tua 12
Golongan IIIc
IIIb IIIb
IIId 13
Lama menjadi PNS
20 tahun 32 tahun
30 tahun 25 tahun
13 Gaji per bulan
Rp. 3.400.000
Rp. 3.200.000 Rp. 3.200.000
Rp. 3.500.000
Sumber : Hasil Wawancara
4.1.4. Proses Komunikasi Antarpribadi pada Ibu Bekerja di Subbagian Tata Laksana dan Kepegawaian, Biro Umum, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Jakarta dengan Suami dan Anak.
4.1.4.1. Proses Komunikasi Antarpribadi Bu Andi Nursuryani dengan Suami dan Anak.
Bu Andi Nursuryani, atau biasa akrab dipanggil dengan panggilan Bu Andi, merupakan seorang ibu bekerja. Bu Andi telah bekerja semenjak dirinya belum
menikah. Hingga saat ini, Bu Andi masih berstatus sebagai pegawai aktif di
Universitas Sumatera Utara
Subbagian Tata Laksana dan Kepegawaian, Biro Umum, Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta. Bu Andi menikah saat usianya 30
tahun dengan Pak Andi Syukri Syachrir. Dari pernikahannya, Bu Andi dikarunia dua orang anak perempuan, yaitu Andi Mila Haryani dan Andi Pundidrala Hariyani. Saat
ini, kedua anaknya masih bersekolah di SD Fatahillah Jakarta Utara. Suami Bu Andi merupakan seorang hakim di Pengadilan Negeri Makassar. Menikah dengan suami
yang telah berpenghasilan cukup tidak membuat Bu Andi berhenti dari pekerjaannya. Sebaliknya, Bu Andi tetap bekerja demi membantu suami mencari nafkah, memenuhi
kebutuhan keluarga, serta membantu suami dalam mendanai pendidikan sekolah kedua anaknya agar cita-cita kedua anaknya tercapai.
Pada awal menjalani multi peran, Bu Andi merasakan adanya kesulitan dalam dirinya. Hal ini dikarenakan semenjak menikah dan memiliki anak sejak tahun 2000,
Bu Andi sudah harus tinggal terpisah dengan suami karena tuntutan pekerjaan. Suaminya harus menetap di Makassar, sedangkan dirinya juga harus tinggal di
Jakarta. Suaminya hanya dapat pulang ke rumah menemui Bu Andi dan kedua anaknya sebulan sekali. Bu Andi mengaku bahwa tak jarang selama suami tinggal
terpisah dengannya, ia harus berperan sebagai ayah untuk anak-anaknya seperti mengantarkan kedua anaknya les atau memperbaiki sepeda anaknya yang dinilainya
adalah tugas seorang suami. Namun, semakin lama Bu Andi mulai terbiasa dan menikmati keadaannya. Hal ini dikarenakan adanya dukungan dari suami dan juga
orangtuanya. Dalam hal pengawasan kedua anaknya misalnya, Bu Andi sangat mendapat bantuan dari ibunya. Bu Andi selalu menghubungi ibunya untuk
menanyakan kondisi kedua anaknya ataupun hanya untuk meng-cross check jawaban kedua anaknya ketika ia sedang berada di kantor ataupun dalam perjalanan dinas.
Begitu juga dengan sang suami, Bu Andi dan suami saling mendukung satu sama lainnya. Bu Andi menjelaskan bahwa bila suami pulang ke rumah, ia dan suaminya
saling membantu, berbagi peran, dan tak jarang suami lah yang mengambil alih semua tugasnya, tak terkecuali mengantarkan kedua anaknya les. Seperti yang di
kemukakan Bu Andi,
Universitas Sumatera Utara
“Kalo dirumah juga saya kaya papanya anak-anak karena jauh gitu kan. Tapi kalo misalnya dia pulang tuh ya kan gantian. Yang nganter-
nganter les juga jadi dia.” Sebagai seorang PNS, Bu Andi mengakui bahwa dirinya berbeda dengan PNS
lainnya. Bu Andi menjelaskan bahwa dirinya memiliki jam kerja yang lebih dimana melebihi dari standar jam kerja PNS pada umumnya. Hal ini disebabkan oleh tuntutan
pekerjaan yang banyak dari atasannya dan harus diselesaikan olehnya tepat waktu, terlebih lagi bila masa penerimaan CPNS di tempatnya bekerja. Bu Andi bekerja
hampir 10 jam setiap harinya dari Senin sampai Jum’at. Bu Andi memiliki prinsip untuk selalu disiplin dan tidak menunda setiap pekerjaan apapun yang menjadi
tanggung jawabnya. Hal inilah yang membuat Bu Andi sering bekerja melebihi jam seharusnya dan mengurangi interaksinya dengan kedua anaknya. Dalam
kesehariannya, Bu Andi sudah harus meninggalkan rumah pukul 07.00 WIB setelah kedua anaknya berangkat sekolah dan tiba kembali di rumah pukul 20.30 WIB.
“Jam 7 dari rumah, dapet mobil jam setengah 8an. Kira-kira 1 jam setengah kalo jalanan lancar. Rata-rata tante jam setengah 7 baru
keluar kantor. Jam setengah 9an. Soalnya disitu ngantri buswaynya. Kita kan nyari yang enak hehehe yang kosong. Jadi kira-kira nyampe
jam setengah 9an malam.” Meskipun sibuk dan harus tinggal terpisah dengan suami, Bu Andi
menjelaskan bahwa hubungannya dengan suami merupakan hubungan yang harmonis. Hal ini dikarenakan adanya komunikasi yang efektif dan lancar yang di
jalin diantara mereka. Bu Andi dan suami hanya bisa bertemu sebulan sekali, namun Bu Andi menjelaskan bahwa dirinya dan suami mempunyai rutinitas untuk saling
menghubungi setiap malam hari sebelum mereka tidur. Bu Andi mengakui malam hari menjadi waktu yang tepat baginya dan suami untuk saling berkomunikasi
mengingat kesibukan mereka di siang hari. Biasanya Bu Andi dan suami saling menghubungi untuk menanyakan kabar masing-masing, berbagi cerita kegiatan
sehari-hari, dan bercerita mengenai kedua anak mereka serta saling mengingatkan untuk menjaga kesehatan. Bu Andi menjelaskan bahwa dirinya atau suaminya tidak
Universitas Sumatera Utara
memiliki ketentuan siapa yang harus menghubungi terlebih dahulu. Selain itu, Bu Andi dan suami juga tidak menggunakan bahasa daerah saat berkomunikasi.
“Kalo sama suami malem. Karena kan dia juga kerja, kerjanya sidang. Kalo lagi sidang kita kan tau ah jam-jam segini kan pasti dia lagi
sidang, gak mungkin kita hubungin. Jadi malem aja kalo sama suami. Yah karena dia jauh yah, kita tanyakan gimana kondisi di Makassar
gitu, terus kerjaannya gimana baik gak, kesehatannya gimana disana, ya kita cerita. Trus masalah-masalah anak-anak itu aja. Sama
masalah-masalah dia di Makassar. Terserah aja gak ada aturan siapa yang nelpon duluan. Kita pakai Bahasa Indonesia”
Bu Andi dan suami saling terbuka dan saling percaya satu sama lain. Masalah pribadi, masalah yang terjadi di Makassar, di Jakarta serta masalah anak-anak selalu
di bicarakan Bu Andi dan suami tanpa di tutup-tutupi. Rasa saling percaya antara Bu Andi dan suami terjalin sangat baik. Kondisi Bu Andi dan suami yang tinggal
terpisah dan sama-sama memiliki kesibukan dengan pekerjaan masing-masing membuat rasa percaya selalu tertanam dalam diri mereka. Bu Andi mengaku tidak
pernah memiliki pikiran negatif pada suaminya. Begitu juga dengan suami. Menurut Bu Andi suaminya sangat percaya padanya karena sudah sangat mengerti sifat dirinya
yang terbuka. Saling terbuka dan saling percaya bagi Bu Andi merupakan kunci utama untuk membangun hubungan yang harmonis. Apabila diantara mereka tidak
ada saling terbuka dan percaya maka rumah tangga mereka tidak akan pernah harmonis sampai saat ini. Bu Andi mengaku sepanjang pernikahannya dengan suami
belum ada konflik antara dirinya dan suami. Seperti yang di kemukakan Bu Andi, “Saya sama dia tidak pernah menutup-nutupin sesuatu. Ya itu tadi
saling cerita kondisi di Makassar, kesehatannya dia, kerjaannya dia baik nggak. Masalah anak-anak, saya disini. Sama-sama saling
percaya aja sih, saling terbuka jadi kan dia tau kita, kita juga tau dia. Kalo konflik selama ini gada sih, baik-baik aja.”
Bu Andi menilai suaminya merupakan orang yang sangat bijaksana. Hal ini
dijelaskan Bu Andi dengan memberikan contoh pada pengambilan keputusan keluarga. Bu Andi menjelaskan bahwa jika ingin mengambil keputusan keluarga
suami selalu mengajak dirinya dan kedua anaknya untuk berdisukusi terlebih dahulu. Kedua anaknya selalu dilibatkan dalam pengambilan keputusan, namun Bu Andi
Universitas Sumatera Utara
mengaku bahwa kedua anaknya hanya dilibatkan pada keputusan-keputusan keluarga yang sifatnya ringan seperti penentuan liburan bersama.
“Ya misalnya yang sifatnya ringanlah misalnya mau jalan kemana? Ini ini boleh. Tapi misalnya ada hal-hal tertentu yang kita sebagai
orang tua, kita udah terlalu banya makan asam garam, ya kita juga harus punya ketentuan “ini loh” dimana gak mungkin diserahkan ke
anak-anak karena masih labil. Kita lihat aja masalahnya gitu.” Seperti halnya hubungan baik dengan suami, hubungan Bu Andi dan kedua
anaknya juga memiliki hubungan yang baik. Hubungan yang baik dijalin Bu Andi dengan kedua anaknya melalui komunikasi. Komunikasi yang dilakukan Bu Andi
beserta kedua anaknya dilakukan secara bertatap muka dirumah pada saat sarapan, berkumpul bersama, menonton televisi saat malam hari dan menemani kedua anaknya
mengerjakan tugas sekolah. Bu Andi menjelaskan ia dan kedua anaknya saling terbuka satu sama lainnya, namun terkadang kedua anaknya menjadi tertutup bila
menyangkut masalah nilai pelajaran. Bu Andi menjelaskan hal ini bukanlah masalah bagi dirinya karena dengan membujuk kedua anaknya, anaknya akan
memberitahunya. Bu Andi dan kedua anaknya sering bertukar cerita mengenai kegiatan mereka seharian seperti kegiatan kedua anaknya disekolah dan kegiatan
beliau di kantor. Jika kedua anaknya memiliki masalah, kedua anaknya akan memberitahu Bu Andi tanpa di tutup-tutupi. Begitu juga kepada suaminya, Bu Andi
menjelaskan bahwa kedua anaknya juga terbuka dengan sang ayah. Selain komunikasi tatap muka, Bu Andi dan kedua anaknya juga memanfaatkan Handphone,
E-mail dan Skype untuk melancarkan komunikasi dan membuat hubungan diantara mereka menjadi dekat. Seperti yang diungkapkan Bu Andi kepada peneliti,
“Biasa rutin siang ngingetin “hei kamu udah makan belom? Udah shalat belom? Gitu. Ntar kira-kira sore lagi “udah makan sore belom?
Udah shalat Ashar belom?” minimal 2 kali lah dalam sehari. Jam 12an keatas setelah pulang sekolah kedua-duanya. Pakai media
Handphone. Trus kalo ada PR, gini saya bilang, dia kan ada E-mail, saya juga punya E-mail, “kamu tulis aja masalah PR mu, kirim E-mail
aja ke Bunda, trus kita sama-sama Skype kan bisa.” Itu kalo dinas.”
Universitas Sumatera Utara
Di dalam rumah tangga, tidak selamanya hubungan berjalan mulus. Konflik pasti terjadi, konflik antara orang tua terutama ibu dan anak pastilah terjadi dalam
sebuah keluarga. Mengenai konflik dengan kedua anaknya, Bu Andi menjelaskan bahwa konflik antara dirinya dan kedua anaknya jarang terjadi dan bukanlah masalah
yang besar. Konflik dengan kedua anaknya diakui Bu Andi dikarenakan rasa malas kedua anaknya bila disuruh melakukan tugas-tugasnya, terlebih bila sang suami
berada di rumah. Menurut Bu Andi, kedua anaknya merupakan anak yang penurut dan bukanlah anak yang manja, namun bila suami pulang kedua anaknya menjadi
sedikit manja dan terkadang suka melalaikan tugas-tugasnya. Bagi Bu Andi hal itu bukanlah masalah besar karena kedua anaknya menjadi penurut kembali bila sudah di
nasehati. Seperti yang dikemukakan Bu Andi, “Saya biasa suka agak kesel gitu kalo ama anak-anak kalo papanya
pulang. Biasanya mereka kalo di bilangin nurut tuh ya disuruh ini mau kaya contohnya disuruh ngerjain PR langsung gitu kan. Tapi kalo
papanya pulang udah disuruh jadi susah gak mau, jadi rada manja gitu. Mungkin karena ada papanya kali yah jadi kalo ntar dimarahin
dia ada yang ngebelain. Saya kalo gitu gak langsung marah cuman nasehatin, dinasehatin juga mereka nurut lagi.”
Bu Andi mengaku bahwa tuntutan pekerjaan dan kesibukan yang membuat
sebagian waktunya banyak dihabiskan di tempat kerja tidak membuat dirinya melupakan tugas dan perannya di dalam keluarga. Sebagai seorang ibu, Bu Andi
sangat memperhatikan kedua anaknya. Biasanya sebelum ia meninggalkan rumah, ia selalu menyiapkan sarapan untuk kedua anaknya, serta menyiapkan keperluan kedua
anaknya sebelum mereka berangkat sekolah. Saat malam harinya, Bu Andi menemani kedua anaknya belajar dan mengerjakan pekerjaan rumah yang bisa dilakukan.
Sebagai istri, Bu Andi memberikan perhatian kepada suami dengan rutin menghubungi untuk menanyakan kabar dan mengingatkan untuk menjaga kesehatan.
Peran istri dalam melayani suami diakui Bu Andi hanya dilakukannya jika suami pulang ke rumah.
Dalam kesibukannya yang padat, Bu Andi berusaha untuk menyeimbangkan waktunya dengan kedua anak dan suaminya demi menjaga keharmonisan hubungan
Universitas Sumatera Utara
keluarga. Hal ini dilakukan di hari Sabtu dan Minggu bila Bu Andi tidak melakukan perjalanan dinas. Biasanya di hari Sabtu, Bu Andi, suami dan kedua anaknya
menghabiskan waktu dengan jalan-jalan bersama ke tempat wisata ataupun pusat perbelanjaan. Bu Andi menjelaskan bahwa kegiatan tersebut sudah menjadi rutinitas
dalam keluarganya. Meskipun suaminya hanya bisa berkumpul bersama sebulan sekali, namun Bu Andi tetap mengajak kedua anaknya jalan-jalan di hari Sabtu. Di
hari Minggu, Bu Andi beserta suami dan kedua anaknya lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dengan melakukan kegiatan bersama seperti membersihan rumah
bersama-sama. “Biasa sebulan sekali selalu pulang ke Jakarta. Biasa suami pulang
kalo nggak Jum’at, Sabtu, Minggu gitu ya. Biasanya waktu buat keluarga itu Sabtu-Minggu. Sabtu Jalan-jalan. Kita ke tempat wisata,
Mall. Itu udah rutinitas yah walaupun suami gak ada gitu kan. Minggu biasanya sama-sama kita bersih–bersih rumah.”
Bu Andi mengaku kalau suami dan kedua anaknya selalu mendukung apapun yang dikerjakan olehnya terutama masalah karirnya. Selama Bu Andi dapat
bertanggung jawab terhadap kewajibannya, Bu Andi menuturkan kalau suaminya selalu mendukungnya melakukan pekerjaannya. Begitu juga dengan kedua anaknya.
Dalam hal kesetaraan, Bu Andi, suami dan kedua anaknya memiliki kesamaan hak dalam menggunakan barang dan fasilitas di rumah. Bu Andi menjelaskan bahwa tidak
ada yang menjadi ruangan privacy di rumahnya. Baik Bu Andi dan suami tidak pernah mempermasalahkan pendapatan siapa yang paling besar. Selain itu, peran
sebagai orang tua juga dijalankan secara seimbang oleh Bu Andi dan suaminya. Namun, yang menjadi hambatan bagi Bu Andi adalah waktunya yang terbatas
dikarenakan pekerjaan serta protes kedua anaknya yang sering terjadi bila ia harus lembur dan banyak melakukan perjalanan dinas. Namun, setelah di beri pengertian
kedua anakya mengerti dan mendukung dirinya. Kedua anaknya menurut Bu Andi bangga terhadap dirinya karena dengan bekerja bisa menjadikan cerminan masa
depan kedua anaknya.
Universitas Sumatera Utara
“Awal-awalnya mereka protes, udahlah bunda tak usah kerja. Mungkin bisa dijadikan cerminan nanti buat dia juga. Adalah sedikit
dia kebanggaan lah”
Selama menjalani multi perannya, Bu Andi merasa puas dengan apa yang ia jalani selama ini terutama dengan suami dan kedua anaknya. Hubungan komunikasi
dan kedekatan emosional yang baik yang terjalin antara dirinya, suami dan kedua anaknya menurut Bu Andi adalah hal yang menjadi kepuasaannya. Selama menjalani
multi perannya, Bu Andi tidak merasakan perubahan pada dirinya dalam hal sikap kepada suami maupun kedua anaknya baik ketika beliau pulang bekerja ataupun dari
perjalanan dinasnya. Begitu halnya dengan suami dan kedua anaknya yang diakui Bu Andi tidak mengalami perubahan sikap terhadap dirinya terlebih jika harus
melakukan perjalanan dinas. Bu Andi mengaku bangga terhadap dirinya karena menurutnya ia bertanggung jawab dalam menjalani perannya. Disamping dapat
menjalani peran sebagai istri dan ibu dalam rumah tangga, Bu Andi juga membantu ekonomi keluarga. Menurut Bu Andi, ekonomi keluarganya saat ini cukup baik
sehingga dapat menyekolahan kedua anaknya dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga.
4.1.4.2. Proses Komunikasi Antarpribadi Ibu Hayuni dengan Suami dan Anak