Pendekatan Penilaian Secara umum ada dua metodeacuan yang digunakan untuk melihat hasil belajar

Bahasa Indonesia SMP KK H 29 Apabila nilai standar yang ditetapkan guru di kelas itu adalah 80, secara keseluruhan, kemampuan para siswanya belum dianggap tuntas. Hal ini karena rata-rata mereka baru mencapai 66; jauh di bawah standar yang ditetapkan. Apabila dilihat berdasrkan nilai perorangan, hanya enam orang siswa yang dianggap tuntas dari 36 siswa. b. Penilaian Acuan Norma Penilaian Acuah Norma PAN disebut juga dengan standar penilaian relatif karena penentuannya bergantung pada kemampuan siswa pada masing- masing kelas. Berbeda dengan PAP yang tetap dan konsisten antara kelas yang satu dengan kelas lainnya, PAN sangat ditentukan oleh kemampaun rata- rata siswa per kelasnya. Dengan demikian, akan diketahui pula tingkat kelulusan siswa secara adil dan berimbang, yakni sesuai dengan kemampuan rata-rata keasnya. Hanya saja tingkat kemampuan para siswa itu tidaklah mencermintkan tingkat penguasaan sebenarnya pada KD tertentu; tidak seperti halnya ketika menggunakan standar acuan patokan PAP. Siswa yang dianggap pintar di kelas itu belum tentu siswa yang telah menguasai KD secara baik. Dengan memperhatikan daftar nilai terdahul, dengan menggunakan PAN, lebih banyak siswa yang dianggap lulus. Mereka itu adalah para siswa yang nilainya sama atau di atas rata-rata 66, yakni berjumlah 17 orang. Sisanya mereka dianggap siswa yang kurang cakap. Oleh karena itu, mereka perlu diremidial. 8. Prosedur Penilaian Agar alat penilaian yang dipergunakan telah memenuhi aspek validitas dan reliabilitasnya, dalam mengembangkannya terdapat beberapa urutan kerja yang harus dilakukan, yaitu sebagai berikut. a. Menjabarkan kompetensi dasar ke dalam indikator pencapaian hasil belajar. Hal ini merupakan langkah awal yang harus dilakukan dalam mempersiapkan bahan penilaian. Untuk itu, guru harus menentukan kompetensi dasar, merumuskan indikator, sekaligus materi yang akan diujikan. Kegiatan Pembelajaran 30 b. Menetapkan kriteria ketuntasan. Setelah menjabarkan kompetensi dasar menjadi beberapa indikator, langkah selanjutnya adalah menetapkan kriteria ketuntasan, misalnya 70 PAP. Siswa dianggap tuntas menguasai KD itu ketika dapat menjawab dengan benar sekurang-kurangnya tujuh dari sepuluh soal yang diujikan. c. Penetapan teknik penilaian. Penetapan teknik penilaian mempertimbangkan tuntutan indikator pembelajaranya. Apabila indikator menuntut siswa melakukan sesuatu, teknik penilaiannya pun berupa kegiatan atau tindakan yang sesuai dengan tuntutan di dalam indikator itu. Misalnya, indikator pembelajarannya berupa kemampuan menuliskan teks ekslanasi. Dengan demikian, teknik penilaiannya pun harus berjenis produk atau portofolio. Hal itu bebrbeda dengan indikatornya yang menutut kemampuan menjelaskan teks ekspalansi. Jenis penilainnya tentu saja cukup dengan uraian. d. Pemetaan kompetensi dasar, indikator pembelajran, dan teknik penilaian, instrumen, dan pedoman penskoran. Unsur-unsur tersebut dapat dipetakan di dalam suatu tabel sehingga memudahkan di dalam pengembangannya. Dengan pemetaan itu mudah pula di dalam menentukan korelasi antara setiap bagiannya. e. Penyusunan kisi-kisi. Kisi-kisi test blue-print atau table of specification merupakan rancangan khusus tentang kompetensi dan aspekprilaku yang akan diukur dan menjadi dasar penyusunan instrumen penilaian. Tujuan penyusunannya adalah untuk menentukan ruang lingkup dan tekanan penilaian yang setepat-tepatnya, sehingga dapat menjadi petunjuk dalam menulis instrumen penilaian Bahasa Indonesia SMP KK H 31 Ada beberapa persyaratan yang harus dilakukan dalam membuat kisi-kisi agar kisi-kisi yang dibuat merupakan kisi-kisi yang baik. Persyaratan tersebut di antaranya sebagai berikut. a. Kisi-kisi harus dapat mewakili isi silabuskurikulum atau materi yang telah diajarkan secara tepat dan proporsional. b. Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami. c. Materi yang hendak ditanyakan dapat dibuatkan instrumen penilaiannya. Oleh karena itu, untuk menyusun kisi-kisi, langkah yang harus dilakukan guru meliputi langkah-langkah berikut. a. Merumuskan indikator pembelajaranpenilaian, yakni diturunkan dari Kompetensi Dasar KD atau tujuan pembelajaran. Indikator-indiator tersebut diharapkan dapat menjadi tolak ukur ktercapaian KD ataupun tujuan penbelajaran. Untuk itu, indikator hendaknya menguggunakan kata-kata kerja yang terukur; dapat diamati pencapaiannya. b. Menentukan jenis penilaian yang relevan dengan indikatornya. Misalnya, indikator dengan kata kerja menentukan. Jenis penilaian yang cocok adalah pilihan ganda atau menjodohkan. Sementara itu, jika indikatornya menggunakan kata menguraikan, jenis penilaian yang relevan adalah esai. Adapun indikator memeragakan lebih tepat menggunakan bentuk penilaian praktik performansi. c. Merumuskan indikator pencapaian soal, berupa ilustrasi terkiat dengan isi soaltugas yang akan disajikan. Satu indikator penilaian dapat dikembangkan ke dalam beberapa rumusan indikator pencapaian soal. d. Mengembangkan soaltugas sesuai dengan tuntutan indikator pencapaoian soal. e. Membuat kunci jawaban apabila soal yang dikembangkan bersifat objektif; merumuskan rubrik penilaian atau pedoman penskoran apabila penilaian yang dikembangkan bersifat uraiannontes keterampilan. Kegiatan Pembelajaran 32 Berikut contohnya. Format Kisi-kisi Soal KD Indiikator Indikator Pencapaian Soal Soal Kunjci Jawaban Pedoman Penskoran Menelaah struktur dan kebahasaan teks narasi cerita imajinasi yang dibaca dan didengar 3.4 Menjelas- kan bagian orientasi pada teks dongeng yang berjudul “Kancil dan Buaya” Disajikan kutipan dongeng “Putri Seorang Saudagar”. Siswa menjelaskan alasan ditentukan kutipan itu sebagai orientasi Perhatikan cuplikan berikut. Konon duluuuu sekali, adalah seorang saudagar yang kaya. Dia mempunyai tiga orang putri. Ketiganya berparas cantik . Cuplikan itu merupakan bagian dari orientasi karena.... A. memperkenalkan keadaan tokoh B. mernyiapkan cerita C. mengandung bahan konflik D. mengenalkan kondisi latar A

9. Menyusun Pertanyaan yang Mengembangkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi

a. Pengertian

Keterampilan berpikir tingkat tinggi Higher Order of Thinking Skill, HOTS merupakan tuntutan Kurikulum 2013. Keterampilan yang dimaksud terkait dengan kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif. Kurikulum 2013 juga menuntut materi pembelajarannya sampai metakognitif yang mensyaratkan para siswa untuk memprediksi, mendesain, dan memperkirakan. Pertanyaan yang berbasis HOTS bertujuan untuk mengukur kemampuan berpikir siswa pada level analisis, sintetis, evaluasi, dan bahkan sampai pada kemampuan mencipta dan mengkreasikan. Hal ini, antara lain, terlihat dari kata-kata kerja operasionalnya dalam rumusan KD, ksususnya pada Kurikulum 2013 untuk Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP yang menuntut pengembangan keterampilan-keterampilan seperti itu. Kemampuan- kemampuan yang diaksudtampak pada kata-kata kerja operasional seperi Bahasa Indonesia SMP KK H 33 berikut: mengidentifikasi, menelaah, menceritakan, menyajikan. Untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan siswa tersebut dapat distimulus dengan sejumlah pertanyaan yang menuntut siswa untuk berpikir tingkat tinggi.

b. Tipe-tipe Pertanyaan Berpikir Tingkat Tinggi

Pertanyaan yang menuntut berpikir tingkat tinggi dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yakni 1 yang pertanyaan pemecahan masalah, 2 pertanyaan pembuat keputusan, 3 pertanyaan berpikir kritis, dan 4 berpikir kreatif. Pertanyaan-pertanyaan yang menuntut kemampuan berpikir kritis dapat pula mengikuti perjenjangan dari taksonomi Bloom, yang dapat digambarkan dalam skema berikut. Kegiatan Pembelajaran 34 Untuk jenjang aplikasi, misalnya. Kemampuan siswa dalam menerapkan struktur teks ekspalansi dapat dites dengan pertanyaan-pertanyaan seperti berikut. 1 Dapatkah struktur teks ekspalanasi itu diterapkan pada dalam penulisan teks yang bertema proses terjadinya hujan? 2 Bagaimana cara menyusun teks eksplanasi pada tulisan tentang pergantian siang dan malam? Demikian pula kemampuan berpikir analitis siswa tentang teks dongeng dapat diuji dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut. 1 Bagaimana struktur cerita yang berjudul “Si Kancil dan Buaya”? 2 Apa yang membedakan kaidah kebahasaan pada cerita A dengan cerita B? Soal ataupun pertanyaan-pertanyaan seperti itu dapat dinyatakan dalam bentuk uraian ataupun pilihan ganda. Pertanyaan-pertanyaan itu merujuk pada sebuah cuplikan teks, sebagai dasar untuk menjadi bahan aplikasi, analisis, sistesis, evaluasi, bahkan kreasinya.