melihat teknis atau mekanisme pelaksanaan PP No.41 Tahun 2007 di Kabupaten Toba Samosir. Bagian yang kedua akan fokus melihat implementasi PP No.41 ini
melalui faktor-faktor atau variabel-variabel implementasi yang peneliti telah tentukan dalam kerangka teori, sebagai faktor yang mempengaruhi efektivitas
implementasi kebijakan restrukturisasi organisasi perangkat daerah di Kabupaten Toba Samosir. Bagian terakhir akan membahas tentang arah restrukturisasi
organisasi dari beberapa sisi, mulai dari visi dan tujuan pemerintah daerah, kepemimpinan, transformasi organisasi, serta hambatan-hambatan dalam
melaksanakan restrukturisasi organisasi.
5.1 Penyajian Data 5.1.1 Deskripsi Hasil Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang paling banyak digunakan dalam mengumpulkan data atau informasi yang dibutuhkan peneliti
dalam penelitian ini. Wawancara yang dilakukan bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu melihat bagaimana efektivitas implementasi PP No.41
Tahun 2007. Efektivitas berarti melihat capaian dari implementasi, apakah tujuan atau hasil yang diinginkan oleh kebijakan telah tercapai? Dalam bagian ini hasil
wawancara yang telah dikumpulkan oleh peneliti akan dideskripsikan berdasarkan variabel-variabel implementasi kebijakan yang mempengaruhi implementasi PP
No.41 Tahun 2007.
Universitas Sumatera Utara
A. Deskripsi Variabel Karakteristik Isi KebijakanPeraturan Pengoperasionalan
Dari variabel ini indikator yang akan dilihat yaitu: 1 tujuan dan sasaran kebijakan, serta 2 perubahan yang diinginkan oleh kebijakan sesuai dengan
substansi yang terdapat dalam isi kebijakan. Tujuan dan sasaran kebijakan berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan informan
adalah sebagai berikut: “arahnya adalah penyusunan organisasi yang, OPD yang miskin struktur
kaya fungsi awalnya, walaupun implementasinya masih belum maksimal, seperti yang saya katakan tadi bukan tidak maksimal tapi belum maksimal”.
Substansi kebijakan PP No.41 Tahun 2007 paling tidak terdiri dari besaran organisasi yang ditentukan berdasarkan keadaan tiga variabel APBD, jumlah
penduduk, dan luas wilayah, perumpunan, nomenklatur serta eselon perangkat daerah. Berdasarkan hasil wawancara besaran organisasi memperhatikan beberapa
pertimbangan-pertimbangan, termasuk ketiga variabel di atas. Variabel jumlah APBD, jumlah penduduk, dan luas wilayah digunakan untuk menentukan pola
maksimal organisasi perangkat daerah yang bisa dibentuk oleh sebuah kabupatenkota. Perumpunan merupakan pertimbangan untuk menetapkan
organisasi yang bisa digabung dan yang tidak bisa digabung. Selain itu perumpunan ini juga menetapkan urusan pemerintahan yang diwadahi dalam
bentuk dinas ataupun dalam bentul LTD badan dan kantor. Nomenklatur atau penamaan menetapkan nama sebuah lembaga ataupun SKPD serta perubahan-
perubahannya. Pada akhirnya implikasi dari jenis SKPD yang dibentuk akan menentukan struktur eselon yang terdapat dalam SKPD yang dibentuk tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Secara umum substansi ini dijadikan pedoman dalam menyusun organisasi perangkat daerah di Kabupaten Toba Samosir tetapi masih terdapat kekurangan-
kekurangan seperti yang ada dalam kutipan wawancara berikut: “disinikan masih badan pertambangan, padahal di PP 41 dia harus dalam bentuk
dinas, ini kurang dipelajari,…semestinya ini harus dalam bentuk Dinas Pertambangan dan Energi, disini yang bentuk badan adalah lingkungan hidup”.
B. Deskripsi Variabel Struktur Birokrasi
Fokus wawancara dari variabel ini adalah 1 Struktur organisasi atau fragmentasi dan aktor-aktor yang terlibat dalam implementasi PP No.41 Tahun
2007 dan 2 Standart Operating Procedure SOP, yaitu keberadaan petunjuk teknis pelaksanaan PP No.41 Tahun 2007. PP No.41 dalam implementasinya
melibatkan banyak lembaga yang terlibat mulai dari pemerintah pusat sampai ke lembaga-lembaga di daerah. Unit-unit yang terlibat terfragmentasi sesuai dengan
fungsi masing-masing dalam implementasi PP No.41 Tahun 2007 ini. Banyaknya aktor yang terlibat mempengaruhi kompleksnya komunikasi dan koordinasi di
antara aktor dalam organisasi implementasi. SOP dari kebijakan ini untuk tingkat daerah belum ada. Petunjuk yang ada adalah petunjuk teknis yang dikeluarkan
oleh Kementerian Dalam Negeri. Petunjuk teknis di tingkat daerah sampai saat ini belum ada. Pemerintah daerah dalam melaksanakan kebijakan ini hanya
berdasarkan petunjuk teknis dari pemerintah pusat, diluar itu semuanya dilakukan dengan petunjuk-petunjuk tersirat. Hal-hal ini mengakibatkan banyak masalah
yang kemudian mempengaruhi kinerja implementasi PP No.41 Tahun 2007 ini.
Universitas Sumatera Utara
C. Deskripsi Variabel Koordinasi dan Komunikasi
Indikator-indikator yang menjadi fokus wawancara dalam variabel ini yaitu: 1 aspek komunikasi yang dilihat dari sosialisasi peraturan yang ada serta
pemahaman pegawai atas PP No.41 Tahun 2007, dan 2 aspek koordinasi dilihat dari pola hubungan kerja di antara aktor-aktor dalam organisasi implementasi PP
No.41 Tahun 2007. Sosialisasi kebijakan ini akan mempengaruhi pemahaman pegawai atas kebijakan. Pemahaman pegawai masih sangt minim, hal ini
diakibatkan karena sosialisasi yang dilakukan sangat terbatas. Sementara pola organisasi yang membentuk arah koordinasi dalam organisasi perangkat daerah di
Kabupaten Toba Samosir adalah dengan koordinasi berjenjang. Yang menjadi lead agency dari semua organisasi perangkat daerah yang ada adalah sekretariat
daerah dengan tingkatan eselon yang paling tinggi di kabupatenkota. Berikut pernyataan informan mengenai hal ini:
“Sekda itu adalah koordinasi keseluruhan, jadi semua jabatan itu dipimpin oleh bupati melalui sekretaris daerah. Jadi semua SKPD akan
berkoordinasi dengan Sekda melalui 3 asisten. 3 asisten ini membawahi, ada itu pola koordinasi asisten, Asisten I membawahi dinas mana aja?
Asisten II membawahi dinasi mana aja, asisten III juga”.
D. Deskripsi Variabel Sumber Daya
Beberapa indikator yang dilihat dalam variabel ini yaitu: 1 personil, 2 informasi dan fasilitas, serta 3 keadaan pembiayaan. Berdasarkan hasil
wawancara dengan informan keadaan personil dari sisi jumlah sebenarnya sudah memadai tetapi banyak permasalahan dalam masalah penempatan posisi pegawai
Universitas Sumatera Utara
sehingga informan wajar kalau merasa pegawai di instansi tempatnya bekerja masih kurang. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan di Dinas Kependudukan
dan Catatan Sipil yang mengatakan bahwa pegawai di sana jelas kurang karena saat ini hanya ada 29 pegawai, sedangkan masyarakat yang dilayani setiap hari
bisa mencapai ratusan orang, pegawai yang kurang itu terletak pada posisi staf, seharusnya setiap Kasubbag setidaknya mempunyai dua orang staf. Demikian
juga dengan pernyataan informan di Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa yang merasa pegawai di instansi ini masih kurang. Sementara
itu di pegawai di Kantor Ketahanan Pangan dirasa sudah cukup dengan jumlah pegawai 9 orang untuk ukuran kantor. Menanggapi masalah pegawai ini berikut
pernyataan informan dari Bagian Organisasi Setdakab Toba Samoisr: “saya bingung entah dimana pegawainya? Kita selalu bilang berlebih-
lebih, tapi kamu lihat sendiri staf di sini berapa orang? Di sana berapa orang?...di Bagian Hukum stafnya cuma satu orang…jadi kita katakan
berlebih tapi tidak tau kita dimana berlebih?....Jadi kalau saya katakan, pembagian staf itu kurang optimal karena disatu sisi ada SKPD yang
berjibun atau berlebih dan ada juga yang kekurangan….Coba kamu bayangkan ketika belanja pegawai sudah di atas 60 sampai 70,
berarti pegawai itu banyak, tapi banyak itu dimana? Berarti tidak optimal penempatan posisi”.
Dari sisi kompetensi pegawai juga masih terdapat banyak masalah di antaranya banyaknya pegawai yang ditempatkan tidak sesuai dengan latar
belakang pandidikan yang dimiliki. Selain itu untuk peningkatan kompetensi pegawai masih sangat minim dengan belum memadainya anggaran untuk diklat
dari APBD. Sisi motivasi juga demikian, dimana terdapat banyak faktor-faktor yang berpengaruh terhadap motivasi pegawai dalam memberikan pelayanan.
Universitas Sumatera Utara
Pembiayaan dan sarana prasarana juga masih sangat terbatas sehingga juga sangat mempengaruhi implementasi kebijan PP No.41 Tahun 2007 ini.
5.1.2 Deskripsi Hasil Kuesioner
Kuesioner dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menjaring persepsi, pemahaman atau pengetahuan umum yang selanjutnya lebih jauh lagi digali dalam
wawancara. Bentuk kuesioner yang ada adalah kuesioner dengan pernyataan terbuka sehingga jawaban dari responden tidak dibatasi. Oleh karena itu, untuk
penyajian peneliti data tidak akan membuat tabel frekuensi seperti penyajian data kuesioner dengan pernyataan tertutup. Data akan dideskripsikan berdasarkan
pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Berikut ini adalah penyajian data hasil kuesioner:
1 Apakah BapakIbu tahu tentang Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang organisasi perangkat daerah? Jawaban responden rata-rata menyatakan
tahu. 2 Apakah BapakIbu tahu tentang Perda Kabupaten Toba Samosir No.2 Tahun
2008? Jawaban responden menyatakan tahu. 3 Apakah peraturan-peraturan di atas pernah disosialisasikan? Jawaban
responden ada yang menyatakan pernah dan ada yang menyatakan tidak. 4 Apa tujuan dari kebijakan, siapa yang melaksanakan sosialisasi, bagaimana
bentuk sosilisasi dilakukan? Responden menjawab bahwa tujuan kebijakan adalah mengatur atau menjelasakan struktur organisasi perangkat daerah dan
ada juga yang menyebutkan sebagai acuan pedoman dasar untuk
Universitas Sumatera Utara
menjalankan tugas-tugas pemerintahan. Untuk sosialisasi, pihak yang melakukan sosialisasi disebutkan adalah Bagian Organisasi dan Bagian
Hukum Setdakab Toba Samosir dengan bentuk sosialisasi yang dilakukan adalah dengan berjumpa langsung.
5 Apa pedoman bapakibu dalam melaksanakan tugas atau melaksanakan sebuah program? Jawaban dari responden untuk melaksanakan tugas
berpatokan pada tugas pokok dan fungsi yang ditetapkan melalui Peraturan Bupati Kab. Toba Samosir, sementara untuk program mengacu pada program
yang telah diusulkan dan sudah disahkan atau disetujui pimpinan. 6 Apakah BapakIbu tahun tentang SOP? Jawaban responden menyatakan tahu
dan tidak. Menurut responden SOP adalah suatu prosedur kerja yang bermanfaat untuk mempercepat suatu pekerjaan dan jelasnya suatu tahapan-
tahapan pekerjaan dan ada juga yang menyebutkan SOP adalah pedoman dalam menjalankan tugas berdasarkan Tupoksi.
7 Untuk hubungan dengan unit instansi lain dalam beberapa program ada yang harus saling koordinasi dan ada yang tidak, tergantung program apakah
melibatkan banyak unsur atau tidak. 8 Bagaimana kepemimpinan pemerintahan sekarang ini, termasuk
kepemimpinan kepala instansi tempat bapakIbu bekerja? Kebanyakan responden menyatakan bahwa kepemimpinan pemerintahan
dan kepemimpinan kepala instansi saat ini baik. Tetapi ada juga yang mengatakan
bahwa otonomi daerah berdampak pada kepemimpinan yang kurang professional.
Universitas Sumatera Utara
9 Bagaimana hubungan di antara pegawai? Pegawai melakukan rapat dalam rangka pelaksanaan program, kegiatan dan pemcahan masalah. Rapat
dilakukan dengan periode yang berbeda-beda ada yang rutin dan ada juga yang tidak, rapat dilaksanakan jika ada sesuatu hal yang perlu ditindaklanjuti.
Rapat ada juga dalam bentuk coffee morning ataupun rapat koordinasi untuk membahas isu-isu yang sedang berkembang.
10 Bagaimana mekanisme pertanggungjawaban tugas BapakIbu? Pertanggungjawaban dilakukan satu tingkat ke atas, misalnya seorang
Kasubbag mempertanggungjawabkan tugasnya kepada kepala bagian. 11 Ketersediaan informasi-informasi yang dibutuhkan pegawai dalam
melaksanakan tugasnya? Jawaban responden cukup memadai sesuai dengan yang dibutuhkan.
12 Ketersediaan sarana-prasarana atau fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan dalam melaksanakan tugas? Kebanyakan sarana-prasarana yang kurang tersedia
adalah ATK, alat-alat percetakan seperti laptop dan printer, dan lain-lain. 13 Apa visi dan misi pemerintah Kabupaten Toba Samosir? Semua pegawai tahu
visi pemerintahan daerah saat ini yaitu “kasih, peduli dan bermartabat” 14 Masalah perpindahan pegawai? Terjadi pergantian pimpinan SKPD setelah
pegantian kepala daerah. Pergantian pejabat adalah sesuatu hal yang wajar bagi PNS, dan tidak ada protes yang dilakukan oleh pegawai.
15 Apakah BapakIbu pernah mengikuti diklat? Pegawai rata-rata pernah mengikuti diklat seperti diklat pelatihan pengadaan barang dan jasa dan
Universitas Sumatera Utara
bimtek penatausahaan asset. Diklat dilakukan untuk peningkatan kapasitas aparatur.
5.1.3 Deskripsi Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dari tangan kedua atau dari sumber-sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian dilakukan.
Sumber sekunder meliputi komentar, interpretasi atau pembahasan tentang materi original. Bahan-bahan sumber sekunder dapat berupa artikel-artikel dalam surat
kabar atau majalah popular, buku atau telaah gambar hidup, atau artikel-artikel yang ditemukan dalam jurnal-jurnal ilmiah yang mengevaluasi atau mengkritisi
sesuatu penelitian original yang lain. Bulletin statistic, laporan-laporan atau arsip organisasi, publikasi pemerintah, informasi yang dipublikasikan atau tidak
dipublikasikan, data bases yang ada dari penelitian terdahulu, catatan-catatan publik mengenai peristiwa-peristiwa resmi, dan catatan-catatan perpustakaan juga
merupakan sumber data sekunder Silalahi, 2009:291. Data sekunder ini akan sangat mendukung data primer dalam sebuah penelitian.
Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian tentang implementasi PP No.41 tahun 2007 ini diantaranya adalah sebagai berikut:
Makalah tentang kaji kritis PP No.8 Tahun 2003 yaitu PP tentang organisasi perangkat daerah sebelum PP No.41 Tahun 2007.
Data-data dari buku-buku yang menjadi referrensi peneliti dalam menyelesaiakan skripsi ini.
Universitas Sumatera Utara
Data-data kepegawaian seperti data pertumbuhan jumlah pegawai, data tentang struktur eselon pegawai, serta data tentang keadaan pendidikan
pegawai yang di dapat dari BKD Kabupaten Toba Samosir. Data-data pemerintahan yang di dapat dari Tobasa Dalam Angka.
Dokumen kebijakan diantaranya PP No.41 Tahun 2007 dan Perda-perda tentang organisasi perangkat daerah di Kabupaten Toba Samosir.
Beberapa dari data-data yang memungkinkan nantinya akan dilampirkan pada bagian akhir skripsi ini.
5.2 Perjalanan Penataan Organisasi Perangkat Daerah