Strategi Guru PAI dalam Mengimplementasi

KATA PENGANTAR

Segala pujian dan sanjungan kehadirat Allah swt. yang telah menganugerahkan hidayat dan taufiq-Nya sehingga penilis dapat merampungkan karya ilmiah, salawat dan salam semoga selalu tercurah kepada nabi Muhammad Saw., beserta para keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Penulis menyadari dalam karya ilmiah ini belum sempurna, baik dari segi penulisan maupun kualitas. Oleh karena itu, kepada akademisi atau pembaca, penulis sangat mengharapkan adanya kritikan dan koreksi yang bersifat konstruktif.

Penyusunan karya tulis ini banyak mengalami kendala atau tantangan, namun dapat teratasi atas saran dan masukan dari berbagai pihak serta berkat pertolongan Allah Swt.

Parepare, 1 Januari 2017 Penulis

Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

1. Barang siapa dengan sengaja dan tampa hak melakukan perbuatan

Sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan

ayat 2 dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan / atau denda paling sdikit Rp. 1.000.000.00 (satu juta),

atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) Tahun dan / atau denda paling

banyak Rp. 5.000.000.000;00 (lima milyar rupiah.

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau

menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta terkait bagaimana dimaksud pada ayat (1) pidana dengan pidana

penjara paling lama 5 (lima) tahun dan / atau denda paling banyak Rp.

500.000.00; (lima ratus juta rupiah).

© Hak Cipta pada pengarang

Dilarang mengutip sebagian atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apapun tampa seizin penerbit, kecuali untuk kepentingan penulisan artikel atau karangan ilmiah.

Judul Buku : Strategi Guru PAI dalam Mengimplemen- tasikan Pendidikan Karakter di Sekolah Penulis

: Prof. Dr. H. Muhammad Siri Dangnga,M.S Hardianto, S.Pd.I., M.Pd.I Andi Abd. Muis, S.Pd.I., M.Pd.I

Editor : Muhammad Muallim, S.Pd Cetakan

: Pertama 2017

Desain Cover

: Faisal Nur

Layout

: Andi Abd. Muis

Ukuran: 15,5 x 23 cm; Halaman Viii+378. Cetakan Pertama, Januari 2017

Pusat Penelitian dan Penerbitan Lembaga Penelitian dan Pengabdin Kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Muhammadiyah Parepare Kampus II Jl. Jend. Ahmad Yani Km. 6 Parepare Tlp/Fax: (0421) 22757 (0421) 25524

ISBN: 978-602-60673-5-7

DAFTAR ISI

KATA PENGENATAR ................................. i DAFTAR ISI ............................................... ii

BAB I

Pendidikan untuk Bangsa ........... 1 BAB II Mewujudkan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Masa Depan ................................ 15

BAB III Strategi Pembelajaran dalam Model Pembelajaran .................... 36 BAB IV Starategi Pembelajaran ................ 74 BAB V Strategi Pembelajaran Koomperatif

Learning dan Interaktif Learning . 94 BAB VI Penilaian Hasil Pembelajaran ...... 107 BAB VII Pendidikan Karakter .................... 195 BAB VIII PAI dalam Terapan Strategi

Pembelajaran Pendidikan Karakter 211 BAB IX Faktor-Faktor Penunjang Starategi Pembelajaran Pendidikan Karakter ................... 231

BAB X Implementasi Kegiatan Berkarakter di Sekolah ................ 251 BAB XI Sugesti Kalam dan Berkah Doa ... 331 BAB XII Kualitas Pendidikan yang Utama .. 360

DAFTAR PUSTAKA .................................... 363

INDEKS ..................................................... 373

BIODATA TIM PENULIS ............................ 377

BAB I PENDIDIKAN UNTUK BANGSA

keberhasilan pembangunan suatu bangsa adalah meningkatnya kualitas pendidikan warga negaranya. Kualitas pendidikan warga negara menjadi sangat penting mengingat

Salah satu

indikator

persaiangan global pada masa mendatang semakin pesat. Kemajuan dalam bidang pendidikan merupakan salah satu prestasi besar dalam pembangunan kualitas sumber daya manusia.

Berdasarkan analisis dari beberapa pakar pendidikan menyebutkan tiga faktor utama penyebab rendahnya pendidikan di Indonesia. Pertama, pendidikan lebih berorientasi output dan kurang

proses. Kedua, pendidikan lebih bersifat birokratis-sentralistis. Ketiga, peran guru, keluarga, dan masyarakat masih kurang.

berorientasi

pada

Proses pendidikan adalah suatu proses pengembangan potensi peserta didik, sehingga Proses pendidikan adalah suatu proses pengembangan potensi peserta didik, sehingga

masa lampau dipromosikan, diteliti dan dikembangkan menjadi budaya dirinya, masyarakat, dan bangsa sesuai dengan zaman peserta didik. Pendidikan juga harus memberikan dasar bagi berkelanjutan kehidupan bangsa dengan segala aspek kehidupan bangsa yang mencerminkan karakter bangsa masa depan.

keunggulan

budaya

hasil pendidikan kerapkali ditentukan oleh kemampuan dan keterampilan guru dalam memberikan materi pelajaran dan mewujudkan peran-perannya dalam menjalankan proses pembelajaran. Hasil observasi dan kajian sejumlah pihak menunjukkan bahwa guru-guru

Pencapaian

kualitas

(SD) dalam melaksanakan proses pembelajaran terdapat sejumlah kelemahan dan kekurangan.

Sekolah

Dasar

Pemerintah sebagai pemegang kebijakan dalam pendidikan telah mengeluarkan seperangkat aturan peningkatan mutu pendidik, sebagai upaya peningkatan mutu pendidik melalui peningkatan kesejahteraan dan kualitas kompetensi guru, dengan asumsi bahwa jika penghasilan guru bagus dan kompetensi guru juga bagus, maka kinerja guru akan berkualitas, kegiatan pembelajaran akan menjadi bagus dan akhirnya pendidikan menjadi bermutu. Sebuah logika mengatakan, Pemerintah sebagai pemegang kebijakan dalam pendidikan telah mengeluarkan seperangkat aturan peningkatan mutu pendidik, sebagai upaya peningkatan mutu pendidik melalui peningkatan kesejahteraan dan kualitas kompetensi guru, dengan asumsi bahwa jika penghasilan guru bagus dan kompetensi guru juga bagus, maka kinerja guru akan berkualitas, kegiatan pembelajaran akan menjadi bagus dan akhirnya pendidikan menjadi bermutu. Sebuah logika mengatakan,

Pendidik selalu dituntut menguasai sejumlah besar keterampilan profesional pembelajaran. Misalnya, mengajar anak-anak membaca dan menulis,

memahami fenomena kehidupan, memahami dan menggunakan prinsip fundamental agama, menggunakan intelegensi dan imajinasi yang

Semua ini membutuhkan guru yang multi disiplin ilmu untuk menguasai isi mata pelajaran serta pokok bahasan yang diajarkan dikelasnya, disamping kemampuan mengelola kelas, menerangkan secara jelas, mengajukan pertanyaan yang berkualitas dan sesuai dengan taraf pemahaman murid-murid, dan memonitor serta menilai proses dan hasil belajar.

sedang

berkembang.

Sejalan dengan tuntutan terhadap pendidik dengan adanya ekspansi pengetahuan dan keterampilan,

sosial, adanya industrialisasi dan masuknya abad informasi jutaan. Perkembangan teknologi informasi up to date merupakan fasilitas interaktif yang belum pernah ada sebelumnya, yang akan mengubah

perubahan perubahan

fleksibilitas dan adaptibilitas pendidik dalam mengakomodasi perkembangan baru yang potensial.

tantangan

bagi

Sesuai dengan pengamatan penulis pada berbagai

Sekolah Dasar, pendidik yang memanfaatkan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sebagai media pembelajaran masih relatif sedikit dari pada pendidik yang mampu

pembelajaran elektronik. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah tingkat usia dan skill penggunaan media yang

menggunakan

media

kemampuan mengoperasikan laptop dalam mengakses internet sebagai bahan pengayaan pembelajaran.

kurang,

Misalnya

Pendidik berkonsentrasi pada perannya di kelas sebagai pengajar pengetahuan, nilai keterampilan dan sikap kepada generasi muda, khususnya

menanamkan karakter yang merupakan tugas yang amat berat. Pendidik memainkan

berbagai peranan di samping mengajar, seperti menjadi tutor, administrator (tuntutan administrasi pembelajaran yang padat sebagai pertanggung jawaban kepada Kementrian Pendidikan setempat), pekerja sosial (membantu pendistribusian Bantuan Siswa Miskin), tugas hubungan masyarakat (mengadakan pertemuan berbagai peranan di samping mengajar, seperti menjadi tutor, administrator (tuntutan administrasi pembelajaran yang padat sebagai pertanggung jawaban kepada Kementrian Pendidikan setempat), pekerja sosial (membantu pendistribusian Bantuan Siswa Miskin), tugas hubungan masyarakat (mengadakan pertemuan

Dalam sebuah Kongres Anak Nasional berkembang suatu topik yang menggembarkan betapa banyak sekolah di tanah air yang sarat dengan pelanggaran hak anak. Sekolah yang seharusnya untuk anak, berubah menjadi: anak untuk sekolah. Sekolah menjadi tidak nyaman dan tidak ramah pada anak. Tidak lagi merupakan taman indah untuk menghasilkan peserta didik yang berkarakter.

Pendidikan Indonesia bagi peserta didik sebagai objek dan subjek pembelajaran diarahkan kepada pembentukan karakter. Salah satu pendidik yang sangat berperan dalam penanaman nilai-nilai karakter adalah guru Pendidikan Agama Islam (PAI). Pendidikan Agama telah diatur dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, antara lain pada pasal 12 ayat (1a) bahwa:

Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama.

agama telah dilaksanakan di sekolah-sekolah atau madrasah, namun selama ini pendidikan Agama Islam sekaligus guru PAI di sekolah sering dianggap kurang berhasil dalam menanamkan karakter

Walaupun

pendidikan pendidikan

1. Membudayanya ketidak jujuran dan rasa tidak hormat anak kepada orang tua dan guru dikalangan anak-anak dan remaja.

yang gemar

menyaksikan gambar atau situs-situs porno.

3. Maraknya pacaran yang melampaui batas pra nikah.

4. Meningkatnya

antar pelajar. Kekerasan yang dilakukan oleh geng motor, lebih banyak setingkat pelajar.

tawuran

5. Semakin maraknya peserta didik yang gemar bermain,

sehingga melalaikan kewajiban sebagai anak kepada orang tua, pelajar dan makhluk Allah swt.

6. Semakin maraknya pemakai narkoba serta minuman alkohol dikalangan remaja.

7. Menurunnya semangat belajar, etos kerja, kedisiplinan

dan

kecendrungan untuk

memperoleh hidup mudah tanpa kerja keras.

8. Menurunnya rasa tanggung jawab peserta didik, baik pada diri, keluarga, lingkungan masyarakat dan warga negara.

9. Membudayanya nilai materialisme dikalangan peserta didik. Apabila dirunut berbagai permasalah yang dihadapi oleh peserta didik, dapat dikatakan berbagai sektor kehidupan telah dimasuki oleh 9. Membudayanya nilai materialisme dikalangan peserta didik. Apabila dirunut berbagai permasalah yang dihadapi oleh peserta didik, dapat dikatakan berbagai sektor kehidupan telah dimasuki oleh

terdapat faktor penyeimbang yaitu sejumlah prestasi berhasil diraih oleh peserta didik di tingkat nasional maupun internasional.

Walupun

Peserta didik belajar karena kebutuhan otak dan tuntutan perkembangan fisiknya. Pekerjaan otak selalu menerima informasi dari manapun. Informasi ada yang perlu diolah lagi selalu (dalam bentuk kegiatan berpikir) untuk menjadi sebuah pengetahuan baru. Ada juga informasi yang berdiri sendiri. Kebutuhan otak merupakan tuntutan alami dan tidak bisa kita hentikan. Sama halnya tidak mungkin menghentikan denyut jantung. Oleh karena itu, tidak ada anak yang malas atau enggan, bahkan tidak mau belajar, sebenarnya itu diakibatkan oleh proses belajar yang salah dan tidak sesuai dengan kondisi peserta didik.

Kualitas pendidikan banyak ditentukan oleh beberapa faktor, Raw input (bahan baku) dibentuk melalui proses pembelajaran (Learning Teacher Process). Pembelajaran dipengaruhi oleh faktor lingkungan (environmental input) dan faktor instrumental (instrumental input), faktor-faktor tersebut berinteraksi antara satu sama lain dan saling memberikan pengaruh dalam menghasilkan output.

Guru sebagai pendidik harus melakukan upaya

spiritualisasi pendidikan, atau menginternalisasikan nilai ajaran agama melalui spiritualisasi pendidikan, atau menginternalisasikan nilai ajaran agama melalui

Pemerintah dan pemerhati dunia pendidikan melakukan

upaya sungguh-sungguh dalam mencermati fenomena peserta didik dengan bersikap positif. Kegiatan tersebut dapat dilihat dengan

penggunaan busana muslim dan muslimah,

semaraknya shalat berjama‟ah, tadarrus dan tilawah al- Qur‟an. Berkembangnya sekolah-sekolah berbasis nilai agama, seperti Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) atau Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT).

Guru PAI merupakan salah satu penentu yang menjadi tumpuan harapan dan andalan masyarakat, bangsa dan negara dalam hal pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah. Sangat mutlak bagi setiap Guru PAI untuk memahami, menghayati dan mengarahkan segala potensi yang ada untuk merumuskan dan mencapai tujuan tersebut.

Menurut informasi, terdapat Guru PAI yang belum maksimal menerapkan berbagai macam strategi pembelajaran dalam menyajikan materi pembelajaran. Proses transfer

pembelajaran pembelajaran

untuk dapat mengembangkan kurikulum pembelajaran yang berdaya saing pada tingkat nasional dan internasional. Hal itu sejalan dengan tuntutan akan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang berdaya saing di tingkat nasional dan global, memadukan perkembangan kemajuan teknologi ilmu komunikasi dengan pembelajaran, mampu mengembangkan

Guru PAI

dituntut

pembelajarannya kearah pendidikan

Islam multikulturalis, mampu mengembangkan kurikulum pembelajaran berbasis multiple intelligence, dan mampu menciptakan peserta didik yeng memiliki idealisme dalam memperebutkan

kompetitif era globalisasi. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu ada kesadaran dari pendidik sebagai guru PAI yang merupakan salah satu faktor terpenting dalam penanaman

persaingan

sekolah untuk mengembangkan kurikulum dan memodifikasi sistem pembelajaran. Guru memegang peranan penting

karakter

di

dalam upaya membentuk

strategis

terutama

bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. Walaupun perkembangan teknologi informasi pembelajaran berkembang pesat, namun dalam masyarakat multikultural, peranan guru

karakter karakter

Sekolah yang bercirikan Islam dengan segala sarana dan prasarana serta para pendidik dengan kompetensi

harus mampu mengimplementasikan integrasi ilmu pengetahuan dan menolak dikotomi ilmu pengetahuan dalam pendidikan Islam.

yang

dimiliki

Pendikotomian merupakan simbol kejatuhan peradaban umat Islam. karena sesungguhnya setiap aspek harus dapat mengungkapkan relevansi Islam dalam ketiga sumbu tauhid, yaitu tauhid pengetahuan, tauhid hidup dan tauhid sejarah. Para pakar pendidikan Islam telah berusaha melakukan kajian ingtegrasi ilmu pengetahuan, seperti yang dilakukan oleh M. Natsir, Mukti Ali dan Harun Nasution.

berbagai macam perkembangan dan perubahan, maka pola pendidikan yang diharapkan mampu menjadi filter dari pengaruh yang menghancurkan nilai-nilai ke- Islaman. Pendidikan yang sarat dengan nilai-nilai agama atau pendidikan agama, sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan disetiap lembaga pendidikan.

Berhadapan

dengan

Khusus di lembaga pendidikan umum, pendidikan agama disajikan pada dataran memperkenalkan ajaran-ajaran agama sesuai dengan pemeluknya, bertujuan menanamkan karakter kepada peserta didik sesuai dengan konsep ajaran Islam dan mengimplementasikan dalam kehidupan. Secara umum dapat dipahami bahwa

materi yang disampaikan program pendidikan agama adalah materi-materi yang dapat menyentuh permasalahan kegamaan yang dialami peserta didik. Materi tersebut berkaitan dengan ketauhidan, ibadah, karakter dan muamalah.

Pengembangan semua mata pelajaran tersebut perlu didukung oleh pendidik dan tenaga kependidikan yang memiliki kompetensi pedagogis religius, personal religius, sosial religius, dan profesional

mengikutsertakan kualitasIQ (Intelligence Question), EQ (Emotional Question), CQ (Creativity Question) dan SQ (Spiritual Question), serta didukung oleh media, dan dana yang memadai. Selain itu, perlu diciptakan suasana lingkungan religius yang kondusif untuk mendukung pengembangan IQ, EQ, CQ dan SQ, serta pengembangan semua bahan kajian atau materi pelajaran tersebut. Sebagai konsekuensinya, guru PAI maupun guru mata pelajaran lainnya harus saling berinterakasi secara kompak dan melakukan interkoneksi mulai dari pengembangan

religius,

yang yang

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas

membimbing, mengarahkan, melatih dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,

mendidik,

mengajar,

pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Guru PAI dalam melaksanakan pembela- jaran mempunyai beban moral di masyarakat, tanggung jawab kepada negara dan bentuk ibadah kepada Allah swt. Guru merupakan tugas mulia, profesi kenabian dalam mendidik umat manusia pada jalan fitrah. Sifat-sifat mulia yang disandang oleh nabi, seyogyanya dimiliki oleh guru, terutama sifat wajib nabi, yaitu siddiq, amanah, tabligh, dan fathanah

sifat-sifat yang menjauhkan rahmat dari Allah swt. Guru yang fathanah dalam menyampaikan pembelajaran akan menggunakan berbagai strategi pembelajaran. Walaupun tidak ada strategi yang paling efektif bagi semua kepentingan pendidikan, selain memiliki kelemahan dan kekuatan, setiap strategi mempunyai kekhususan dari ketercapaian tujuan pendidikan, baik kognitif, afektif dan psikomotorik. Kesiapan pendidik sebagai pengguna

dan

menjauhi menjauhi

Strategi yang yang dilaksanakan pendidik di sekolah adalah strategi pembelajaran yang berpusat pada Student Centered Learning yang lebih dikenal dengan istilah Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) yaitu sebuah strategi pembelajaran yang merangsang peserta didik untuk belajar secara demokratis dan merangsang timbulnya inspirasi, kreasi, inovasi, etos kerja, dan semangat hidup. Peserta didik didorong untuk bisa memperoleh pengetahuan dengan aktivitas, kreativitas, dan caranya sendiri, sehingga tumbuh kemampuan dan kecintaannya untuk belajar.

Strategi pembelajaran yang dijalankan dengan baik, dengan mudah dapat membentuk ranah afektif, kognitif dan psikomotorik peserta didik, sehingga implementasi pendidikan karakter dapat terwujud dalam setiap kegiatan peserta didik yang ahsanu taqwim.

Latar belakang di atas, sangatlah menggugah penulis untuk menggali dan mengungkap tentang strategi pembelajaran yang sebaiknya dilaksanakan para pendidik di sekolah umum dan sekolah Latar belakang di atas, sangatlah menggugah penulis untuk menggali dan mengungkap tentang strategi pembelajaran yang sebaiknya dilaksanakan para pendidik di sekolah umum dan sekolah

BAB II MEWUJUDKAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI MASA DEPAN

A. Pilar-Pilar Pembelajaran

Internasional untuk pendidikan

Melalui

Komisi

menyarankan diterapkannya empat pilar pembelajaran, yaitu learning to know, learning to do, learning to live together dan learning to be.

abad

ke-21,

1. Learning to know Suatu

pembeljaran yang memungkinkan peserta didik menghayati dan akhirnya dapat merasakan dan menerapkan cara memperoleh pengetahuan, yaitu sikap ingin tahu dan selanjutnya menimbulkan rasa mampu untuk selalu mencari jawaban ilmiah atas masalah yang dihadapi. Sasaran terakhir dari pilar ini adalah lahirnya generasi yang mampu mendukung perkembangan budaya IPTEK.

proses

2. Learning to do Pilar ini menjadikan berbagai jenjang pendidikan harus memungkinkan peserta didik dalam proses pembelajarannya sampai pada tingkatan penggunaan IPTEK secara cerdas dan berbagai konsep, prinsip, atau hukum untuk memecahkan masalah yang konkrit. Ini jelas memerlukan suatu lembaga pendidikan dengan tenaga guru profesional, sarana dan prsarana yang memadai dan suasana pembelajaran yang kondusif.

3. Learning to live together Sejatinya pendidikan tidak hanya membekali generasi muda untuk menguasai IPTEK dan kemampuan bekerja serta memecahkan masalah, melainkan kemampuan untuk hidup bersama dengan penuh toleransi, pengertian dan tanpa prasangka. Dalam kaitan ini adalah tugas pendidikan menjadikan pula peserta didik memperoleh pengetahuan dan memiliki kesadaran bahwa hakekat manusia adalah beragam dan memiliki persamaan atau ketergantungan sebagai makhluk sosial. Penanaman nilai-nilai karakter dalam situasi pembelajaran menuntut kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Kegiatan ekstrakurikuler

atau bulanan merupakan salah satu model yang perlu ditempuh.

Mingguan

4. Learning to be Tercapainya tiga pilar di atas akan menimbulkan rasa percaya diri setiap peserta didik, hasil akhirnya adalah manusia yang mampu mengetahui eksistensi dirinya, dalam bahasa UU No. 20 Tahun 2013 adalah manusia yang berkepribadian mantap dan mandiri. Manusia yang memiliki

kecerdasan majemuk (multiple intelligences). Menjadi keyakinan para pakar pendidikan,

hanya dengan menyelenggarakan sistem pendidikan yang mampu menciptakan

bahwa

pembelajaran yang memungkinkan terlaksananya empat pilar proses pembelajaran tersebut, fungsi konstitusional dari diselenggrakannya satu sistem pendidikan naional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan

suasana

kebudayaan nasional bangsa Indonesia yang terangkum dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa, akan dapat terlaksana. Sekarang ini, Pemerintah dalam upaya penanaman

karakter mewujudkan melalui pelaksanaan kurikulum 2013. Pembelajaran Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan berbasis proses keilmuan. Pendekatan saintifik dapat menggunakan

strategi seperti pembelajaran kontekstual. Kurikulum

beberapa

2013 menggunakan modus pembelajaran langsung

(direct instructional) dan tidak langsung (indirect instructional).

Pembelajaran langsung adalah pembelajaran yang mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir

menggunakan pengetahuan peserta didik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP. Dalam pembelajaran langsung peserta didik melakukan kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mencoba,

dan

keterampilan

menalar, mengasosiasi, dan mengomunikasikan.

Pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung,

dengan dampak pembelajaran (instructional effect). Pembelajaran

yang

disebut

langsung adalah pembelajaran

tidak

selama proses pembelajaran

yang

terjadi

yang dikondisikan menghasilkan dampak pengiring (nurturant effect). Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap yang terkandung dalam KI-1 dan KI-2. Hal ini berbeda dengan pengetahuan tentang nilai dan sikap yang dilakukan dalam proses pembelajaran langsung oleh mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

langsung

Pancasila dan Kewarganegaraan. Pengembangan nilai dan sikap sebagai proses pengembangan moral dan perilaku, dilakukan oleh seluruh mata pelajaran dan dalam

serta

Pendidikan Pendidikan

B. Orientasi Masa Depan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Gagasan konsep belajar sepanjang hidup untuk pengembangan program pendidikan dasar dan menengah harus memberikan tekanan yang lebih besar pada salah satu dari empat pilar yang diusulkan atau mensinergikan seluruh empat pilar. Misi pendidikan adalah memungkinkan setiap orang tanpa kecuali untuk mengembangkan sepenuhnya

individu, dan mewujudkan

semua

bakat

potensi kreatifnya, termasuk tanggung jawab terhadap hidup sendiri, dan pencapaian tujuan pribadi. Misi ini akan dapat tercapai dengan melalui strategi yang disebut pembelajaran sepanjang hidup (learning throughout life), yang dipandang sebagai detak jantung dari masyarakat

dalam mengembangkan suatu masyarakat belajar (learning society). Secara

konseptual, sekurang-kurangnya program pembelajaran pendidikan dasar dan konseptual, sekurang-kurangnya program pembelajaran pendidikan dasar dan

1. Pengembangan dimensi pribadi

a. Religi: kesadaran beragama

b. Fisik: Kesehatan jasmani dan pertumbuhan

c. Emosi: kesehatan mental dan stabilitas emosi

d. Etika: integritas moral

e. Estetika: pengejaran kultural dan rekreasi

2. Pengembangan dimensi kecerdasan

a. Penguasaan pengetahuan: konsep-konsep dan informasi

b. Komunikasi pengetahuan: keterampilan untuk memperoleh dan menyampaikan informasi

c. Penciptaan pengetahuan: cara pemeriksaan, diskriminasi dan imaginasi

d. Hasrat akan pengetahuan: kesukaan akan belajar.

3. Penyebaran dimensi sosial

a. Hubungan

manusia: kerjasama, toleransi.

antar

b. Hubungan individu-negara: hak dan kewajiban civic, kesetiaan dan patriotisme, solidaritas nasional.

c. Hubungan individu-dunia: hubungan antar bangsa-bangsa, pemahaman dunia.

d. Hubungan individu-lingkungan hidupnya: ekologi

4. Pemenuhan dimensi produktif 4. Pemenuhan dimensi produktif

b. Persiapan untuk bekerja: latihan dan penempatan.

c. Rumah dan keluarga: mengatur rumah tangga, keterampilan mengerjakan sesuatu sendiri, perkawinan.

d. Konsumen: membeli, menjual, investasi. Pengembangan program belajar pendidikan dasar

masa depan perlu mendorong dan memfasilitasi penggalian potensi pendidikan dari media teknologi informasi modern, dunia kerja atau kultural, dan pengisian waktu luang. Selain itu perlu dikembangkan pula kebiasaan peserta didik untuk memanfaatkan setiap kesempatan untuk belajar dan mengembangkan diri.

Kegiatan pembelajaran dalam pelaksanaan kurikulum

satuan pendidikan menengah menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut.

1. Didasarkan pada potensi, perkembangan, dan kondisi peserta didik.

2. Menegakkan kelima pilar belajaran, yaitu

a. Belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

b. Belajar untuk memahami dan menghayati

c. Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif

d. Belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain.

e. Belajar

membangun dan menemukan

untuk

diri, melalui pembalajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

jati

3. Memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan

bersifat perbaikan, pengayaan dan atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan dan kondisi peserta didik.

yang

4. Suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, terbuka dan hangat.

5. Menggunakan pendekatan multi strategi dan multi media, sumber belajar dan tekonologi yang memadai dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.

6. Mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.

7. Kurikulum

mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan

yang

dalam kondisi keseimbangan,

keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai antar kelas.

Pengakomodasian secara sistematis dimensi- dimensi pengembangan peserta didik dan dan Pengakomodasian secara sistematis dimensi- dimensi pengembangan peserta didik dan dan

C. Arah Guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah.

Membahas tentang arah guru Pendidikan Agama Islam maka tidak akan bisa lepas dari pembahasan peran dan tugas guru serta tujuan dan fungsi PAI itu sendiri. Fungsi PAI dapat diperankan oleh guru PAI atau dan Budi Pekerti (BP). Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang

pendidikan yang memberikan pengetahuan dan keterampilan serta membentuk sikap, dan kepribadian peserta didik dalam mengamalkan ajaran agama Islam. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dilaksanakan melalui mata pelajaran pada semua jenjang pendidikan, yang pengamalannya dapat dikembangkan dalam berbagai kegiatan baik yang bersifat kokurikuler maupun ekstrakurikuler. Penyebutan

dimaksud

adalah

BP, penulis menyesuaikan dengan kurikulum 2013. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti adalah pendidikan yang berlandaskan pada aqidah yang berisi tentang keesaan Allah swt. sebagai sumber utama nilai-nilai kehidupan bagi manusia dan alam semesta. Sumber lainnya adalah akhlak

guru

PAI

dan dan

menserasikan, menselaraskan dan menyeimbangkan antara iman, Islam, dan ihsan yang diwujudkan dalam:

1. Hubungan manusia dengan Allah Swt. Membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur.

2. Hubungan manusia dengan diri sendiri Menghargai, menghormati dan mengem- bangkan potensi diri yang berlandaskan pada nilai- nilai keimanan dan ketakwaan.

3. Hubungan manusia dengan sesama Menjaga

kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan antar umat beragama serta menumbuhkembangkan akhlak mulia dan budi pekerti luhur.

4. Hubungan manusia dengan lingkungan alam.

Penyesuaian mental keislaman terhadap lingkungan fisik dan sosial. Menurut penulis, PAI sebagai ilmu yang membicarakan masalah manusia dan lingkungan beserta gejala dan akibatnya harus mempunyai tujuan praktis dan ideologis.

Tujuan praktis PAI adalah menghasilkan generasi Islam yang memiliki kecerdasan beribadah secara vertikal dan secara horizontal. Kecerdasan ibadah horizontal di sini tidak hanya berkaitan dengan perintah ibadah rutinseperti zakat, berkurban, Aqikah, sedekah, infaq atau muamalah. Namun PAI juga mampu menciptakan generasi yang memiliki semangat dalam mengkaji dan mengaktualisasikan ilmu alam atau humaniora serta senantiasa bermusyawarah dan melakukan penelitian dalam memecahkan masalah untuk kemaslahatan umat.

Tujuan ideologis, sudah sepatutnya PAI sebagai pilar utama pembentukan aqidah dan ketauhidan bagi generasi selanjutnya harus mampu menghasilkan generasi yang mampu menguasai ilmu pengetahuan umum namun tetap memiliki kemantapan dalam bertauhid. Sehingga kedepannya diharapkan PAI mampu mencetak cendekiawan atau ilmuwan yang beriman. Inilah yang penulis sebut sebagai sebuah langkah konkrit dalam melakukan arah kedepan guru PAI sebagai respon dari fenomena di dunia pendidikan yang merusak karakter kebangsaan. Sebagai contoh guru PAI yang mampu mencetak pelajar muslim yang menguasi berprestasi kademik, ia akan senantiasa memegang tradisi Islam, menjadi bintang kelas yang berkarakter Islam, yang tidak hanya memunculkan simbol-simbol Islam saja Tujuan ideologis, sudah sepatutnya PAI sebagai pilar utama pembentukan aqidah dan ketauhidan bagi generasi selanjutnya harus mampu menghasilkan generasi yang mampu menguasai ilmu pengetahuan umum namun tetap memiliki kemantapan dalam bertauhid. Sehingga kedepannya diharapkan PAI mampu mencetak cendekiawan atau ilmuwan yang beriman. Inilah yang penulis sebut sebagai sebuah langkah konkrit dalam melakukan arah kedepan guru PAI sebagai respon dari fenomena di dunia pendidikan yang merusak karakter kebangsaan. Sebagai contoh guru PAI yang mampu mencetak pelajar muslim yang menguasi berprestasi kademik, ia akan senantiasa memegang tradisi Islam, menjadi bintang kelas yang berkarakter Islam, yang tidak hanya memunculkan simbol-simbol Islam saja

1. Tujuan dan Fungsi PAI Pendidikan Agama Islam mempunyai tujuan-tujuan yang berintikan tiga aspek, yaitu aspek iman, ilmu dan amal, yang pada dasarnya berisi:

a. Menumbuhkan dan mengembangkan serta membentuk

religius dalam kehidupan peserta didik yang nantinya diharapkan menjadi manusia yang beriman dan bertakwa. Pencapaian tujuan ini sedikit sulit dan memerlukan kesabaran, karen hasilnya tidak segera terlihat mengingat hal tersebut menyangkut masalah mental dan kepribadian. Sikap yang demikianlah itulah

karakter

justru kadar keimanan dapat “dinilai” dan dengan keimanan itu pulalah nantinya peserta didik akan menjadi manusia dewasa yang istikamah beragama dan toleransi.

b. Mengembangkan ilmu pengetahuan yang harus dimiliki peserta didik, berkat pemahaman tentang urgensi agama dan ilmu pengetahuan maka peserta didik menyadari kewajiban menjadi hamba Allah yang beriman dan berilmu. Guru dan peserta didik

termotivasi menambah informasi terbaru dan memperdalam makna termotivasi menambah informasi terbaru dan memperdalam makna

c. Menumbuhkan dan membina keterampilan beragama dalam semua aspek kehidupan serta dapat memahami dan menghayati ajaran agama Islam secara mendalam dan komprehensif. Islam rahmatan lil alamin dapat tercipta sebagai wujud keterampilan mengaktualisasikan ajaran Islam yang benar . Penyelenggaraan proses pembelajaran PAI

di sekolah antara lain berfungsi sebagai berikut:

a. Pengembangan, PAI di sekolah diselenggarakan dalam rangka

keimanan dan ketakqwaan peserta didik kepada Allah swt. Guru memiliki fungsi menumbuhkan dan mengembangkan keimanan dan ketaqwaan yang telah dimiliki, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, pelatihan dan pembiasaan agar keimanan dan ketaqwaan peserta didik berkembang secara optimal sesuai tingkat perkembangan psikologis.

peningkatan

b. Penyaluran PAI berperan menyalurkan bakat khusus di bidang agama yang dimiliki peserta didik b. Penyaluran PAI berperan menyalurkan bakat khusus di bidang agama yang dimiliki peserta didik

optimal unutk kemaslahatan dirinya dan orang lain. Guru secara langsung tidak mampu memberikan keimanan bagi peserta didik, tetapi dapat menjadi perantara (wasilah) atau penyalur nilai-nilai ketaqwaan melalui kharisma seorang guru.

secara

c. Perbaikan PAI

diselenggarakan dalam rangka memperbaiki

kesalahan, kekeliruan,

kekurangan, kelemahan yang dimiliki.

d. Pencegahan Hal-hal negatif dari lingkungan atau pemgaruh perkembangan IPTEK yang bertentangan dengan ajaran syari‟at Islam

dapat difilter dengan pemahaman dan pengamalan ajaran agama Islam melalui pembelajaran PAI.

e. Penyesuaian Pembelajaran PAI harus mampu diterima, yaitu pembelajaran PAI menyesuaikan Interaksi yang dihadapi peserta didik di lingkungan dan perkembangan kepribadian.

f. Sumber Nilai Nilai-nilai yang berkembang di masyarakat yaitu nilai positif dan nilai negatif menjadi acuan dalam melaksanakan aktifitas. Nilai- nilai positif yang ditopang dengan nilai-nilai f. Sumber Nilai Nilai-nilai yang berkembang di masyarakat yaitu nilai positif dan nilai negatif menjadi acuan dalam melaksanakan aktifitas. Nilai- nilai positif yang ditopang dengan nilai-nilai

Tujuan dan Fungsi PAI dapat dilaksanakan oleh guru PAI dalam proses pembelajaran. Guru PAI memiliki peran dan fungsi yang sama dengan guru pada umumnya. Suparlan memberikan kemudahan dalam mengenal peran guru dengan kode “EMASLIMDEF”, secara sederhana dapat

dijelaskan pada tabel berikut:

Akronim Peran

Fungsi

1. Mengembangkan kepribadian

2. Membimbing

E Educator

3. Membina budi pekerti

4. Memberikan pengarahan

1. Mengawal pelaksanaan tugas dan fungsi

M Manager berdasarkan ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku

1. Membuat daftar presensi

A Administrator

2. Membuat daftar penilaian

3. Melaksanakan teknis administrasi sekolah

1. Memantau

2. Menilai S

Supervisor

3. Memberikan bimbingan teknis

1. Mengawal pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tanpa harus

L Leader mengikuti secara kaku ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku

1. Melakukan kegiatan kreatif

2. Menemukan strategi,

I Inovator metode, cara-cara, atau konsep-konsep yang baru dalam pengajaran

1. Memberikan dorongan kepada

M Motivator peserta didik untuk dapat belajar lebih giat

2. Memberikan tugas kepada peserta didik sesuai dengan kemampuan dan perbedaan individual peserta didik

1. Memberikan dorongan kepada peserta didik dengan

D Dinamisator cara menciptakan suasana lingkungan pembelajaran yang kondusif

1. Menyusun instrumen penilaian

2. Melaksanakan peniilaian dalam

E Evaluator berbagai bentuk dan jenis penilaian

3. Menilai pekerjaan peserta didik

1. Memberikan bantuan teknis,

F Fasilitator arahan atau petunjuk kepada peserta didik

D. Karakteristik Mata Pelajaran PAI dan Budi Pekerti.

Karakteristik pembelajaran PAI dan Budi Pekerti pada setiap satuan pendidikan terkait erat pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai.

memberikan kerangka konseptual

Standar

Isi

belajar dan pembelajaran

tentang

kegiatan

dari tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi. Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran PAI dan Budi Pekerti mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas menerima, menjalankan,

yang

diturunkan

menghargai, menghayati, dan mengamalkan.

diperoleh melalui aktivitas

Pengetahuan

mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,

dan mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), dan tematik internal (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry

mengevaluasi, mengevaluasi,

kontekstual, baik individual

menghasilkan

karya

maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya (project based learning), dan berbasis pemecahan masalah (problem based learning).

maupun

kelompok

Rincian gradasi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut Sikap

Keterampilan Menerima

Pengetahuan

Mengamati Menjalankan

Mengingat

Menanya Menghargai

Memahami

Mencoba Menghayati

Menerapkan

Menalar Mengamalkan

Menganalisis

Mengevaluasi

Menyaji Mencipta

Adapun karakteristik mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti adalah: 1. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti merupakan mata pelajaran yang dikembangkan dari materi pokok pendidikan agama Islam (al- Qur‟an dan Hadis, aqidah, akhlak, fiqih dan

sejarah peradaban Islam). 2. Ditinjau dari segi muatan pendidikannya, PAI dan Budi Pekerti merupakan mata pelajaran pokok yang menjadi satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dengan mata pelajaran lain yang bertujuan untuk pengembangan moral dan kepribadian peserta didik. Maka, semua mata pelajaran yang memiliki tujuan tersebut harus

seiring dan sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti. 3. Diberikannya mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti bertujuan untuk terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt., berbudi pekerti yang luhur (berakhlak yang mulia), dan memiliki pengetahuan yang cukup tentang Islam, terutama sumber ajaran dan sendi-sendi Islam lainnya, sehingga dapat dijadikan bekal untuk memelajari berbagai bidang ilmu atau mata pelajaran tanpa harus terbawa oleh pengaruh-pengaruh negatif yang mungkin ditimbulkan oleh ilmu dan mata pelajaran tersebut. 4. PAI dan Budi Pekerti adalah mata pelajaran yang tidak hanya mengantarkan peserta didik dapat menguasai berbagai kajian keislaman, tetapi PAI lebih menekankan bagaimana peserta didik mampu menguasai kajian keislaman tersebut sekaligus

dapat mengamalkannya dalam kehidupan

tengah-tengah masyarakat. Dengan demikian, PAI dan Budi Pekerti tidak hanya menekankan pada aspek kognitif saja, tetapi yang lebih penting adalah pada aspek afektif dan psikomotornya. 5. Secara umum mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti didasarkan pada ketentuan-ketentuan yang ada pada dua sumber pokok ajaran Islam, yaitu al- Qur‟an dan Hadis Nabi Muhammad saw., juga melalui metode ijtihad (dalil aqli), para

sehari-hari

di di

Islam tidak memerhatikan pendidikan jasmani, akal, ilmu, ataupun

bahwa

pendidikan

lainnya, tetapi maksudnya adalah bahwa pendidikan Islam memerhatikan

segi-segi

praktis

segi-segi pendidikan akhlak seperti juga segi-segi lainnya.

BAB III STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM MODEL PEMBELAJARAN

A. Model Pembelejaran

Terdapat banyak model-model pembelajaran, Model pembelajaran merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memiliki nama, ciri, sintak, pengaturan, dan budaya. Ada beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti diantaranya:

1. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction).

Direct Instruction diartikan dengan Instruksi Langsung dikenal juga dengan active learning atau ada juga yang menamakan whole-class teaching. Hal ini mengacu pada gaya mengajar guru yang mengusung isi pelajaran kepada peserta didik dan mengajarkannya secara langsung kepada mereka.

Karena model ini masih merupakan rentetan dari model pembelajaran behavioral, maka sasaran yang dilakukan oleh guru adalah pencapaian tingkah laku yang lebih positif dan lebih baik dari Karena model ini masih merupakan rentetan dari model pembelajaran behavioral, maka sasaran yang dilakukan oleh guru adalah pencapaian tingkah laku yang lebih positif dan lebih baik dari

Oleh karena karakternya yang seperti itu, tidak semua materi dapat menggunakan model ini, model ini hanya dapat diterapkan pada materi- materi yang membutuhkan latihan, meskipun demikian model ini mempunyai track record empiris yang cukup solid.

Untuk pembelajaran PAI dan Budi Pekerti misalnya, guru dapat melaksanakan model ini pada materi memahami surah dalam al- Qur‟an dan materi praktik bersuci atau shalat.

1. Prinsip Prinsip-prinsip rancangan dalam model Direct Instruction ini adalah :

a. Konseptualisasi performa pembelajaran ke dalam tujuan-tujuan dan tugas-tugas;

b. Menguraikan tugas-tugas tersebut ke dalam komponen-komponen yang lebih kecil;

c. Mengembangkan aktivitas-aktivitas latihan;

d. Memastikan adanya penguasaan;

e. Menyusun seluruh situasi pembelajaran ke dalam rangkaian-rangkaian yang memastikan e. Menyusun seluruh situasi pembelajaran ke dalam rangkaian-rangkaian yang memastikan

f. Terpenuhinya prasyarat pembelajaran sebelum menapaki pembelajaran berikutnya.

2. Keunggulan Keunggulan dari model direct instruction ini adalah :

a. Fokus terhadap pencapaian akademik peserta didik;

b. Arahan dan kontrol guru sangat dominan

c. Harapan yang tinggi untuk peserta didik;

d. Sistem manajemen waktu sangat ketat sehingga dalam jangka waktu tertentu pencapaian kemampuan akademik peserta didik dapat terpenuhi.

Keunggulan-keunggulan yang dipaparkan di atas, dapat ditarik satu kesimpulan bahwa model ini dirancang sedemikian rupa untuk membuat sebuah lingkungan pembelajaran yang berorientasi pada pencapaian prestasi akademik dan mengharuskan peserta didik untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pada saat melaksanakan tugas-tugasnya.

sebelumnya, telah dipaparkan, bahwa model Direct Instruction ini adalah model pembelajaran yang terdiri dari; penjelasan guru mengenai konsep baru, menguji pemahaman peserta didik di bawah bimbingan guru, dan mendorong mereka untuk terus

Dalam

bagian bagian

a. Tahap Persiapan Sebelum melaksanakan model ini, guru membuat „kontrak belajar‟ yang berisi :

1) Menentukan materi pelajaran;

2) Melakukan

terhadap materi sebelumnya dan mengaitkan dengan materi yang akan datang (appersepsi);

peninjauan

3) Menentukan tujuan pelajaran

4) Menentukan prosedur pembelajaran dianta- ranya adalah: arahan yang jelas dan eksplisit tentang tugas yang harus dilakukan;

5) penjelasan tentang aktivitas yang harus dilakukan

dijalani selama proses pembelajaran;

dan

6) Membuat rekapitulasi hasil pelajaran (daftar nilai).

b. Tahap Pelaksanaan

1. Presentasi yang dilakukan oleh guru adalah sebagai berikut :

a. Menyajikan materi dengan singkat, padat dan memikat;

b. Menyediakan beragam contoh tentang keterampilan baru;

c. Memberi

mengenai tugas pembelajaran;

gambaran

d. Menghindari digresi, tetap dan konsisten dalam satu topik; d. Menghindari digresi, tetap dan konsisten dalam satu topik;

2. Praktik yang terstruktur

a. Guru menuntun peserta didik dengan cara memberi contoh

b. Peserta didik merespons;

c. Guru memberikan koreksi terhadap kesalahan dan memperkuat paraktek yang benar.

3. Praktik di bawah bimbingan guru

a. Peserta didik melakukan praktik lagi di bawah bimbingan guru

b. Guru menyuruh peserta didik melakukan Praktik secara bergiliran.

4. Diskusi Guru menguji pemahaman peserta didik tentang skill yang baru diajarkan dengan cara menanyakan pertanyaan yang efektif kepada mereka, dengan cara:

a. Mengajukan pertanyaan yang konvergen yaitu pertanyaan yang mengarah pada satu jawaban;

b. Memastikan bahwa seluruh peserta didik memiliki kesempatan untuk merespons;

c. Mengajukan pertanyaan pada mereka selama beberapa waktu;

d. Menghindari

yang tidak berhubungan dengan akademik.

pertanyaan

Guru memberi respons balik. Dalam memberikan respons balik, hendaknya seorang guru menjadi guru yang efektif dengan kriteria:

a. Apabila jawaban peserta didik salah, guru tidak menghakimi;

b. Tanggap terhadap peserta didik;

c. Guru menjelaskan dengan objektif apabila peserta didik mempunyai nilai baik.

5. Tahap Akhir Tahap akhir dari rangkaian model Direct Instruction ini adalah dengan melaksanakan praktik mandiri, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Peserta didik melakukan praktik secara mandiri di kelas atau di rumah

b. Guru menunda memberikan respons terhadap peserta didik apabila mereka belum menyelesaikan seluruh rangkaian materi pelajaran.

c. Praktik mandiri dilakukan beberapa kali, dalam jangka waktu yang lama.

Pada bagian ini penulis akan memaparkan beberapa hal yang merupakan stressing dari model pembelajaran Direct Instruction ini, yaitu:

1. Dengan model ini, peserta didik menghabiskan 50-70%

mengeksplorasi kemampuannya seorang diri, oleh karena itu guru

waktu

untuk

mengarahkan dan membimbing secara produktif, sehingga mereka

harus

dapat dapat

2. Inti dari model ini adalah aktivitas praktik peserta didik. Tingkat Praktik yang dimaksud adalah memperkenalkan skill baru, dengan cara:

a. Membuat pengelompokan

b. Peserta didik melaksanakan Praktik

c. Peserta didik melaksanakan Praktik mandiri

d. Peserta didik menguasai dengan kesalahan yang minimal.

3. Penggunaan waktu yang optimal, karena panjang pendeknya sesi berdasarkan pada satu asumsi; semakin sering seseorang untuk mempraktikan sebuah skill, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk melupakannya. Sebaliknya semakin jarang seseorang untuk mempraktikan sebuah skill, semakin sedikit waktu yang dibutuhkan untuk melupakannya.

4. Kebutuhan akan pemantauan skill peserta didik

a. Peserta didik sangat membutuhkan respons balik dari guru yang sifatnya korektif untuk mencegah prosedur yang tidak benar

b. Mendorong peserta didik untuk mencapai tingkat prestasi akademik antara 85-90%.

c. Mereview pelajaran secara berkala

d. Peserta didik tidak dibiarkan untuk tidak mengulang-ulang skillnya, langkah ini merupakan antisipasi supaya mereka tidak melupakannya.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan

Cooperative

learning

atau untuk mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Bukanlah cooperative learning jika siswa duduk bersama dalam kelompok- kelompok kecil dan mempersilahkan salah seorang diantaranya untuk menyelesaikan pekerjaan seluruh

suatu

tugas,

kelompok. Cooperative learning menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau tugas.