ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN DALAM MEMBELI DAGING AYAM RAS DI PASAR TRASISIONAL KABUPATEN KARANGANYAR

(1)

Hasil penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan preferensi konsumen terhadap atribut daging ayam ras, mengetahui atribut yang menjadi preferensi konsumen, dan sikap konsumen terhadap berbagai atribut daging ayam ras di pasar tradisional Kabupaten Karanganyar. Metode dasar penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis, dan pelaksanaannya dengan teknik survei. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) yaitu Kabupaten Karanganyar dengan mengambil 5 pasar tradisional sebagai sampel. Penentuan sampel dilakukan dengan metode judgement sampling dengan jumlah responden 96 orang. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder dengan teknik pengumpulan data secara observasi, wawancara, dan pencatatan. Analisis yang digunakan adalah analisi Chi Square dan analisis sikap Multiatribut Fishbein. Hasil analisis Chi Square menunjukkan bahwa semua atribut yang diteliti berbeda nyata dalam taraf kepercayaan 95% yang berarti terdapat perbedaan preferensi konsumen terhadap atribut-atribut yang ada pada daging ayam ras. Daging ayam ras yang menjadi preferensi konsumen di pasar tradisional Kabupaten Karanganyar adalah daging ayam ras memiliki warna daging merah kekuningan mengkilat, warna kulit putih kekuningan, kekenyalan kulit elastis, kebersihan kulit bersih, bau daging segar, dan bobot daging sedang (1-1,2 kg). Berdasarkan analisis Multiatribut Fishbein diketahui sikap konsumen terhadap atribut daging ayam ras yang paling dipertimbangkan dalam keputusan pembelian daging ayam ras di pasar tradisional Kabupaten Karanganyar adalah warna daging ayam ras. Urutan atribut dari yang paling dipertimbangkan sampai dengan yang kurang dipertimbangkan adalah warna daging, warna kulit, bau daging, kekenyalan kulit, kebersihan kulit dan bobot daging ayam ras..

Kata kunci : Daging Ayam Ras, Preferensi Konsumen, Analisis Chi Square, Analisis Multiatribut Fishbein.

Keterangan :

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN DALAM MEMBELI DAGING AYAM RAS

DI PASAR TRASISIONAL KABUPATEN KARANGANYAR Serafina Setia Ningrum1

Prof.Dr.Ir. Suprapri Supardi, MP 2 Erlyna Wida Riptanti, SP, MP 3

ABSTRAK

1. Mahasiswa Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan NIM H 0307081

2. Dosen Pembimbing Utama 3.Dosen Pembimbing Pendamping


(2)

The results of this study aims to determine whether there is difference in consumer preferences for attributes of broiler meat, understand the attributes of consumer preferences, and consumer attitudes toward various attributes of chicken meat in traditional markets Karanganyar Regency. The basic method of this research uses descriptive analytical method implemented with survey technique. Location of the study were purposively selected (purposive) in Karanganyar Regency by taking five traditional markets for the sample. The sample is determined with judgment method of sampling with the number of respondents 96 people. Types of data used are primary and secondary data with data collection method by observation, interviews, and recording. The analysis used was Chi square and Fishbein Multiattributeattitude. Chi square analysis results showed that all the attributes under study was significantly different in level of 95% which means that there are differences in consumer preferences for attributes that exist in chicken. Broiler meat preferences by consumers in traditional markets Karanganyar Regency are shiny yellowish red colored chicken meat, yellowish white colored chicken skin, elastic skin, clean skin, and freshly smell meat with meat weight between 1 to 1,2 kg. Based on the analysis of Fishbein Multiatribut, the most profound chicken meat attributes is the color of chicken meat while the less profound ones are skin color, the smell of flesh, skin elasticity, skin hygiene and weight of chicken meat.

Keywords : Chicken Meat, Consumer Preferences, Chi Square Analysis, Analysis Multiatribut Fishbein.

Informations :

1. Student of Agriculture Faculty of Sebelas Maret University, Surakarta NIM H 0307081

2. Main lecture 3. Assistant lecture

ANALYSIS OF CONSUMER BUYING PREFERENCES IN BROILER MEAT

AT TRADITIONAL MARKET KARANGANYAR REGENCY Serafina Setia Ningrum1

Prof.Dr.Ir. Suprapti Supardi, MP 2 Erlyna Wida Riptanti, SP, MP 3


(3)

commit to user

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peranan klasik dari sektor pertanian dalam perekonomian nasional adalah penyediaan bahan pangan bagi penduduk Indonesia. Penyediaan bahan pangan menyangkut dimensi luas seperti jumlah, jenis dan kualitas, ruang (distribusi), dan waktu. Dengan penyediaan bahan pangan yang cukup dan stabil yang diperankan oleh sektor pertanian telah memberikan sumbangan yang besar bagi stabilitas ekonomi, sosial, politik, sehingga secara keseluruhan menyumbang pada terciptanya iklim kondusif bagi pembangunan di segala bidang (Arda, 2010).

Pembangunan sektor pertanian memegang peranan yang sangat penting untuk mencukupi kebutuhan pangan masyarakat, selain tanaman pangan, holtikultura (sayuran dan buah-buahan), perkebunan, dan lain-lain, pembangunan pertanian juga mencakup sub sektor lainnya yaitu peternakan dan perikanan. Pembangunan yang semakin meningkat sejalan dengan peningkatan pendapatan masyarakat menimbulkan fenomena yang berkenaan dengan konsumsi bahan makanan yaitu telah terjadinya kecenderungan penurunan konsumsi bahan makanan sumber karbohidrat. Disisi lain terjadi kecenderungan peningkatan konsumsi bahan makanan sumber protein khususnya dari protein hewani seperti produk perikanan dan peternakan. Kecenderungan peningkatan konsumsi bahan pangan sumber protein hewani asal ternak telah mendorong subsektor peternakan menjadi salah satu sumber pertumbuhan baru bagi sektor pertanian.

Pembangunan sub sektor peternakan memegang peranan sebagai sumber penghasil protein hewani (daging dan telur) untuk mencukupi/ melengkapi kebutuhan gizi masyarakat. Salah satu jenis ternak penghasil daging dan telur adalah ternak ayam. Namun, tidak semua keluarga ayam adalah penghasil daging dan telur yang produktif. Di Indonesia, keluarga ayam digolongkan menjadi dua golongan. Penggolongan keluarga ayam tersebut diawali dengan masuknya ayam ras ke Indonesia. Penggolongan ayam ini yaitu kelompok


(4)

commit to user

ayam domestik yang disebut ayam buras (bukan ras) dan kelompok ayam negeri yang disebut ayam ras (Samadi, 2010:9).

Menurut Samadi (2010:9-10), ayam ras bertubuh besar, memiliki pertumbuhan cepat, produksi daging yang tinggi dan tebal, serta memiliki daya alih (konversi) pakan menjadi daging yang tinggi. Oleh karena itu ayam ras merupakan salah satu jenis unggas penghasil daging dan telur yang produktif. Ayam ras pedaging pada umur 42 hari bobot badannya mencapai 1,80 kg dan sudah bisa dikonsumsi dagingnya (dipotong).

Daging ayam ras sebagai hasil produksi peternakan ayam ras kehadirannya dapat mensubstitusi protein hewani produk hasil ternak lainnya, seperti daging sapi, daging kerbau, daging kambing dan domba, daging itik, kelinci dan lain sebagainya. Dalam hal ini daging ayam ras pedaging dikonsumsi jauh lebih banyak dibandingkan ayam lokal. Protein daging juga lebih mudah dicerna dibandingkan dengan yang bersumber dari bahan pangan nabati. Nilai protein daging yang tinggi disebabkan oleh kandungan asam amino esensialnya yang lengkap dan seimbang.

Daging ayam ras dikonsumsi masyarakat secara luas karena harganya yang terjangkau untuk sebagian besar masyarakat. Sebagian besar masyarakat juga sudah terbiasa untuk mengkonsumsi daging ayam ras untuk memenuhi kebutuhan protein hewani sehari-hari. Ketersediaan daging ayam ras di pasar-pasar tradisional juga cukup banyak dan mudah ditemukan.

Salah satu kabupaten yang masyarakatnya mengkonsumsi daging ayam adalah Kabupaten Karanganyar. Di Kabupaten Karanganyar daging ayam ras banyak dipasarkan di pasar-pasar tradisional karena letak pasar tradisional mudah dijangkau oleh masyarakat dan jarak pasar tradisional dekat dengan perumahan-perumahan masyarakat. Kabupaten Karanganyar memiliki kepadatan penduduk yang cukup tinggi, berdasarkan data BPS (2010b:57) diketahui bahwa luas wilayah Kabupaten Karanganyar adalah 773,78 km2 dengan jumlah penduduk 872.821 jiwa sehingga diperoleh kepadatan penduduknya adalah sebesar 1.128 jiwa per km2, ini berarti setiap satu km2 luas wilayah Kabupaten Karanganyar ditempati oleh 1.128 jiwa penduduk.


(5)

commit to user

Dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi maka diperlukan produksi daging ayam ras yang tinggi pula agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap produk daging ayam ras.

Berdasarkan data dari Dinas Peternakan Jawa Tengah dalam BPS

(2010a:288) produksi daging ayam ras di Jawa Tengah mengalami

peningkatan pada tahun 2009 menjadi sebesar 94.520.496 kg dari tahun 2008 yaitu sebesar 16.652.496 kg. Produksi daging ayam ras di Kabupaten Karanganyar tahun 2009 juga mengalami peningkatan menjadi sebesar 2.276.795 kg, nilai ini tidak berbeda jauh dengan rata-rata produksi daging ayam ras per kabupaten di Jawa Tengah yaitu sebesar 2.700.586 kg. Dengan tingkat produksi daging ayam ras yang tinggi di Kabupaten Karanganyar dapat diketahui bahwa permintaan masyarakat terhadap daging ayam ras juga tinggi sehingga Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu pasar yang cukup potensial bagi pemasaran daging ayam ras. Permintaan masyarakat yang tinggi akan produk daging ayam ras dapat dilihat dari besarnya rata-rata pengeluaran untuk konsumsi daging oleh masyarakat seperti terlihat pada Tabel 1 dibawah ini :

Tabel 1. Rata-Rata Pengeluaran Penduduk (per tahun per kapita) untuk Konsumsi Produk Daging dan Ikan di Kabupaten Karanganyar

Tahun Rata-Rata Pengeluaran (Rupiah)

2005 2006 2007

17.001,91 17.111,91 19.130,89 Sumber : BPS, 2007

Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui bahwa rata-rata pengeluaran penduduk yang digunakan untuk konsumsi produk daging dan ikan mengalami peningkatan dari tahun 2005 sampai 2007 yaitu sebesar Rp 17.001,91 menjadi Rp 19.130,89. Produk daging dan ikan, dalam hal ini daging ayam ras dapat dijumpai dengan mudah oleh konsumennya hampir di setiap pasar tradisional

bahkan di warung-warung makan.

Daging ayam ras yang diinginkan konsumen adalah daging ayam yang sesuai dengan selera dan keinginan konsumen sehingga atribut yang melekat pada daging ayam ras yang ditawarkan harus diperhatikan oleh produsen


(6)

commit to user

maupun konsumen mulai dari penyediaan sampai proses pemasarannya. Permasalahan yang dihadapi dalam penyediaan daging ayam ras di Kabupaten Karanganyar adalah mutu atau kualitas daging ayam yang kurang baik. Daging ayam ras yang dipasarkan di pasar tradisional Kabupaten Karanganyar merupakan daging ayam ras yang kurang segar. Warna daging ayam ras yang dipasarkan terlihat putih kebiruan dan pucat. Masih ditemukan juga daging ayam ras yang dipasarkan di pasar tradisional memiliki kandungan air yang sedikit sehingga kekenyalan dagingnya sudah berkurang. Sering kali daging ayam ras yang dijual di pasar tradisional Kabupaten Karanganyar masih terdapat sisa bulu jarum di permukaan kulit dagingnya, hal ini menandakan bahwa kebersihan daging ayam ras yang dijual kurang terjamin. Selain itu, banyak juga pedagang daging ayam ras yang dengan sengaja memberikan pewarna makanan pada daging ayam ras yang akan dipasarkan untuk memberikan kesan bahwa daging ayam ras yang dijual adalah daging dengan kualitas yang baik.

Berdasarkan data dari Dinas Pengelola Pasar Kabupaten Karanganyar (2010), ada sekitar 3-30 pedagang daging ayam ras di tiap pasar tradisional, hal tersebut mengakibatkan persaingan pemasaran antar pedagang semakin ketat karena semakin banyak pedagang ayam ras maka peluang untuk setiap pedagang mendapatkan lebih banyak konsumen akan semakin sedikit. Persaingan dalam pemasaran yang semakin ketat mendorong para produsen dan pemasar untuk memilih strategi pemasaran yang tepat dan efisien dalam memasarkan produk yang dihasilkan. Strategi yang banyak dilakukan pedagang daging ayam ras di pasar tradisional Kabupaten Karanganyar adalah dengan menjual daging ayam ras di pagi hari karena daging akan terlihat lebih segar. Pemahaman yang mendalam mengenai konsumen akan memungkinkan pemasar dapat mempengaruhi keputusan konsumen.

Produsen dan pemasar perlu mengetahui selera konsumen dalam menentukan pilihan suka atau tidak suka seorang konsumen terhadap suatu produk. Konsumen mendasarkan harapannya kepada informasi yang mereka terima tentang produk dan memperhatikan serta mempertimbangkan ciri-ciri


(7)

commit to user

fisik (atribut) produk sebelum membeli. Jika kenyataan yang mereka dapat ternyata berbeda dengan yang diharapkan maka mereka tidak puas. Namun, apabila produk tersebut memenuhi harapan, mereka akan merasa puas. Dalam hal ini atribut produk menjadi hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan oleh konsumen sebelum membeli sebuah produk. Begitu juga dalam pembelian daging ayam ras, beberapa atribut menjadi pertimbangan konsumen antara lain adalah bobot, warna daging, warna kulit pada daging, kekenyalan kulit karkas, bau daging dan kebersihan daging ayam ras. Hal inilah yang mendorong peneliti mengadakan penelitian mengenai preferensi konsumen terhadap daging ayam ras di Kabupaten Karanganyar.

B. Perumusan Masalah

Seiring dengan perkembangan jaman, saat ini produsen dalam memproduksi suatu barang atau produk harus berorientasi pada pasar. Jika sebelumnya produsen hanya menjual apa yang dihasilkan maka sekarang ini produsen menjual produk yang sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen. Oleh karena itu, produsen harus mampu mengetahui apa yang menjadi kesukaan konsumen.

Daging ayam merupakan bahan pangan hewani yang digemari oleh hampir seluruh lapisan masyarakat, termasuk juga masyarakat di Kabupaten Karanganyar karena rasanya lezat dan bergizi tinggi, selain itu harga daging ayam ras juga terjangkau untuk sebagian besar masyarakat. Daging ayam ras sebagian besar dipasarkan di pasar-pasar tradisional Kabupaten Karanganyar. Daging yang dipasarkan di pasar tradisional memiliki berbagai karakteristik atau ciri yang berbeda satu sama lain. Konsumen akan selalu mempertimbangkan karakteristik daging ayam ras sebelum membeli dan menyesuaikannya dengan kesukaan konsumen terhadap daging ayam ras. Konsumen memiliki kesukaan yang berbeda pada tiap produk, hal ini sesuai dengan informasi yang mereka terima tentang kriteria ideal suatu produk. Oleh karena itu, agar bisa menetapkan strategi pemasaran yang tepat dan memberikan kepuasan kepada konsumen penting bagi produsen daging ayam


(8)

commit to user

ras untuk memahami perbedaan atau persamaan tingkat kesukaan (preferensi) konsumen dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian daging ayam ras.

Pengambilan keputusan berdasarkan atribut memerlukan pengetahuan tentang apa saja atribut suatu produk dan bagaiman kualitas atribut tersebut. Asumsinya, keputusan yang diambil secara rasional dengan mengevaluasi atribut yang dipertimbangkan. Dari penjelasan tersebut maka atribut-atribut daging ayam ras yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli daging ayam ras yang akan diteliti adalah warna daging, warna kulit daging, kekenyalan daging, kebersihan kulit, bau daging dan bobot daging ayam ras.

Selain tingkat kesukaan/ preferensi konsumen, sikap konsumen juga perlu dipahami oleh produsen dalam proses pemasaran produknya. Sikap terkait dengan adanya kepercayaan dan evaluasi konsumen terhadap produk yang dibeli. Sikap konsumen daging ayam ras yang dijual di pasar tradisional Kabupaten Karanganyar terkait juga dengan atribut yang melekat pada daging ayam ras. Misalnya seorang konsumen akan mencari produsen yang menjual daging ayam ras dengan kriteria kulit yang bersih seperti yang diinginkan dan jika sudah mendapatkannya di pasar tertentu maka konsumen enggan untuk berpindah tempat. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui atribut apa saja yang menjadi pertimbangan konsumen sebelum membeli daging ayam ras.

Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang dapat diangkat adalah sebagai berikut :

1. Apakah terdapat perbedaan preferensi konsumen terhadap daging ayam ras

di pasar tradisional Kabupaten Karanganyar?

2. Atribut daging ayam ras yang bagaimanakah yang menjadi preferensi konsumen di pasar tradisional Kabupaten Karanganyar?

3. Bagaimanakah sikap konsumen terhadap berbagai atribut daging ayam ras


(9)

commit to user

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui ada tidaknya perbedaan preferensi konsumen terhadap atribut

daging ayam ras di pasar tradisional Kabupaten Karanganyar.

2. Mengetahui atribut daging ayam ras yang menjadi preferensi konsumen di

pasar tradisional Kabupaten Karanganyar.

3. Mengetahui sikap konsumen terhadap berbagai atribut daging ayam ras di

pasar tradisional Kabupaten Karanganyar.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, dan wawasan peneliti serta sebagai salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi peternak serta pemasar daging ayam ras, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan tentang preferensi konsumen terhadap daging ayam ras di Kabupaten Karanganyar, yang nantinya dapat dijadikan sebagai sarana untuk mempermudah pemasaran daging ayam ras sesuai dengan selera konsumen.

3. Bagi pemerintah, khususnya Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar,

hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber pemikiran atau

pertimbangan dalam menyusun suatu kebijakan di Kabupaten

Karanganyar.

4. Bagi pembaca, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber informasi, wawasan dan pengetahuan serta sebagai referensi untuk penelitian yang sejenis.


(10)

commit to user

8

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian Mutiara (2007:xiii) yang berjudul Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Daging Ayam Ras di Kota Surakarta, dengan menggunakan analisis chi-square menunjukkan bahwa semua atribut yang diamati dalam penelitian ini berbeda nyata dalam taraf kepercayaan 95%. Hal tersebut berarti terdapat perbedaan signifikan preferensi konsumen terhadap atribut-atribut daging ayam ras, atribut yang dimaksud adalah warna, ukuran, kekenyalan kulit karkas dan kebersihan daging ayam ras, sehingga dapat diketahui bahwa preferensi konsumen terhadap daging ayam ras tersebut tidak sama/ terdapat perbedaan preferensi konsumen dalam keputusan pembelian. Dari analisis ini diketahui bahwa daging ayam ras yang disukai oleh konsumen adalah daging ayam ras dengan atribut ukuran sedang dengan kulit yang bersih, warna daging putih kekuningan, dan tingkat kekenyalan kulit yang elastis. Dari analisis multiatribut Fishbein diketahui bahwa atribut daging ayam ras yang paling dipertimbangkan sampai yang kurang dipertimbangkan oleh konsumen secara berturut-turut adalah warna daging, kekenyalan kulit karkas, kebersihan kulit dan ukuran daging ayam.

Penelitian Hayati (2009:449-450) yang berjudul Analisis Preferensi Konsumen dalam Mengkonsumsi Buah Jeruk di Malang, dengan menggunakan analisis chi-square bertujuan untuk mengetahui buah jeruk apa yang menjadi preferensi konsumen berdasarkan atribut yang melekat pada buah jeruk tersebut (rasa, kesegaran dan harga), urutan/ tingkat karakteristik buah jeruk yang menjadi preferensi konsumen dan hubungan antara atribut yang menjadi preferensi dengan karakter konsumen. Hasil penelitian yang diperoleh adalah buah jeruk yang menjadi preferensi konsumen adalah buah dengan rasa manis, kondisi buah segar dan harga murah. Dan dari nilai kepentingan ketiga atribut responden memilih kondisi kesegaran buah sebagai pilihan nomor satu dengan nilai 0,405; pilihan kedua rasa dengan nilai 0,384 dan harga dengan nilai 0,211. Dari analisis chi square didapatkan bahwa


(11)

commit to user

karakteristik responden yang meliputi pendapatan keluarga, tingkat pendidikan, usia, pekerjaan respoden tidak mempunyai hubungan yang kuat dengan atribut buah jeruk yang dipilih oleh konsumen.

Penelitian Sumarwan (2000:79-85) yang berjudul Analisis Sikap

Mulatiatribut Fishbein Terhadap Produk Biskuit Sandwich Coklat, bertujuan untuk mengetahui sikap konsumen terhadap dua merek produk biskuit coklat yang berbeda (OREO dan RODEO) di Kota Bogor. Hasil penelitian yang diperoleh adalah responden menganggap penting semua atribut biskuit sandwich coklat. Adapun atribut biskuit sandwich coklat ini adalah kerenyahan, tekstur, rasa coklat, warna produk, kemasan, dan krim isi. Berdasarkan skor Fishbein, responden lebih menyukai produk merek OREO dibandingkan RODEO. Semua atribut OREO memiliki skor sikap yang lebih tinggi dari RODEO, yang berarti bahwa semua atribut OREO dianggap lebih unggul atau lebih disukai konsumen dibandingkan RODEO.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hayati (2009:449-450) dan Sumarwan (2000:79-85) dapat diketahui bahwa terdapat persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu pada metode analisis yang digunakan.

Pada penelitian Hayati (2009:449-450) digunakan metode chi-square

sedangkan pada penelitian Sumarwan (2000:79-85) digunakan metode Fishbein. Dengan metode chi-square dapat diketahui tentang apa yang menjadi preferensi konsumen berdasarkan atribut suatu produk, sedangkan untuk mengetahui atribut yang paling dipertimbangkan oleh konsumen dapat diketahui dengan menggunakan analisis Fishbein. Berdasarkan penelitian Mutiara (2007:xiii) dapat diketahui bahwa penelitian yang dilakukan adalah sama dalam komoditas yang diteliti yaitu daging ayam ras. Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian Mutiara (2007:16) adalah pada lokasi penelitian, pada penelitian ini dilakukan di pasar tradisional Kabupaten Karanganyar sedangkan pada penelitian Mutiara (2007:16) dilakukan di Kota Surakarta sehingga responden pada penelitian Mutiara adalah para konsumen yang berasal dari berbagai daerah di Surakarta maupun pendatang di Kota Surakarta yang melakukan pembelian daging ayam ras di


(12)

commit to user

pasar tradisional Kota Surakarta. Karena komoditas, atribut yang diteliti, dan metode yang digunakan sama dengan penelitian yang akan dilakukan, maka dapat dijadikan acuan dalam penulisan penelitian ini.

B. Tinjauan Pustaka

1. Komoditi Daging Ayam Ras

a. Ayam Ras

Ayam ras pedaging muda atau ayam “broiler” ini kemampuannya dan keistimewaannya dibatasi oleh umur, sifat daging, cara memelihara,

pemberian makanan, bibit, pengolahan dan cara memasaknya. Di Indonesia, ayam broiler dijual dengan umur sekitar 6-7 minggu

dengan berat kurang dari 1,7 kg. Sehingga ayam broiler itu adalah ayam jantan atau betina muda yang berumur di bawah 8 minggu ketika dijual dengan berat tertentu, mempunyai pertumbuhan yang cepat, mempunyai dada yang lebar dengan timbunan daging yang baik/ banyak (Rasyaf, 1993:3).

Ayam ras pedaging atau yang lebih dikenal oleh masyarakat dengan nama ayam “broiler” adalah merupakan jenis ras unggul hasil dari persilangan (perkawinan) antara ayam jantan ras White Cornish

dari Inggris dengan ayam betina dari ras Plymouth rock dari Amerika. Hasil dari persilangan ras tersebut menghasilkan anak-anak ayam yang memiliki pertumbuhan badan cepat dan memiliki daya alih (konversi) pakan menjadi produk daging yang tinggi. Artinya, dengan jumlah pakan yang dikonsumsi sedikit mampu bertumbuh dengan sangat cepat. Ayam broiler lebih menguntungkan bila diternakkan sebagai penghasil daging sebab dengan pakan yang hemat mampu menngubahnya menjadi produk daging dengan sangat cepat (Samadi, 2010:16-17).

b. Arti Ekonomi Daging Ayam Ras

Daging ayam merupakan komoditi ekonomi yang strategis. Ketersediaan daging ayam yang cukup dalam jumlah dan penyebarannya yang hampir menjangkau seluruh wilayah Indonesia


(13)

commit to user

menjadikan daging ayam banyak dicari dan dikonsumsi oleh masyarakat. Dalam hal pemenuhan kebutuhan daging unggas maka Indonesia telah mencapai swasembada sejak tahun 1995 lalu. Perlu diingat bahwa permintaan akan daging unggas akan terus meningkat dari tahun ke tahun dengan peningkatan yang cukup signifikan sebagai akibat dari pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai pemenuhan kebutuhan gizi (Thalib, 2007:3).

Di sisi penawaran daging ayam sangat dipengaruhi oleh harga inputnya. Harga input pakan formula berpengaruh negatif terhadap penawaran daging broiler. Dengan demikian upaya peningkatan penawaran daging ayam dapat dilakukan dengan kebijakan pengendalian harga input. Harga daging broiler sangat mempengaruhi permintaan daging broiler. Permintaan daging responsif terhadap perubahan harga daging. Berdasarkan informasi tersebut dan besarnya kontribusi daging ayam broiler terhadap konsumsi daging masyarakat karena harganya yang relatif terjangkau, maka industri daging sangat strategis dikembangkan dalam upaya meningkatkan gizi masyarakat (Ilham, 2002:17-18).

c. Kandungan Gizi Daging Ayam Ras

Daging adalah sumber utama zat-zat makanan yang dibutuhkan untuk kesehatan manusia bagi yang mengkonsumsinya. Nilai nutrisi daging yang tinggi disebabkan karena daging mengandung asam amino essensial lengkap dan seimbang. Produk daging ayam merupakan komoditas pangan yang unggul sebab daging ayam ras banyak kegunaan dan manfaatnya untuk menunjang kebutuhan gizi manusia. Daging ayam ras dapat dikonsumsi dan diterima oleh semua golongan masyarakat dan agama sebagai makanan yang memiliki nilai gizi yang tinggi. Kandungan gizi pada daging ayam ras dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:


(14)

commit to user

Tabel 2. Kandungan Gizi pada Daging Ayam Ras per 100 gram

No. Jenis Zat Gizi Jumlah Kandungan

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Kalori (Kal) Protein (g) Lemak (g) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg)

302,00 18,20 25,00 14,00 200,00 1,50 Sumber : Samadi, 2010:13

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa dalam 100 gram daging ayam mengandung kalori sebesar 302 Kal, lemak sebesar 25 gram, dan protein sebesar 18,20 gram. Selain itu juga mengandung kalsium, fosfor dan besi masing-masing sebesar 14 mg, 200 mg dan 1,5 mg. Untuk menjaga kualitas daging ayam tetap baik dan kandungan gizinya terjaga maka perlu dilakukan pemilihan daging dengan cermat.

Pemilihan daging yang tepat untuk dikonsumsi memerlukan pengetahuan tentang ciri-ciri daging ayam yang baik. Ciri-ciri daging ayam yang baik, antara lain:

a. Warna merah-kekuningan cerah (tidak gelap, tidak pucat, tidak kebiruan, tidak terlalu merah).

b. Warna kulit ayam putih-kekuningan, cerah, mengkilat dan bersih. c. Bila disentuh, daging terasa lembab dan tidak lengket (tidak kering). d. Bau spesifik daging (tidak ada bau menyengat, tidak berbau amis,

tidak berbau busuk).

e. Konsistensi otot dada dan paha kenyal, elastis (tidak lembek). (Anonim, 2010a).

Daging ayam ras merupakan produk pangan penting yang berguna untuk memenuhi kebutuhan protein hewani selain dari golongan ruminansia. Daging ayam ras juga dapat diolah menjadi berbagai macam makanan olahan, sehingga perlu adanya pemasaran agar daging ayam ras dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.


(15)

commit to user

2. Pemasaran

Menurut Kotler (1996:5-6,19), pengertian pemasaran adalah suatu proses sosial dengan mana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan dan mempertukarkan produk dan nilai dengan individu dan kelompok lainnya. Definisi pemasaran tersebut bertumpu pada konsep pokok sebagai berikut: kebutuhan, keinginan dan permintaan, produk, nilai (value) dan kepuasan, pertukaran atau transaksi, pasar, serta pemasaran dan pemasar. Pemasaran berarti bekerja dengan pasar untuk mewujudkan pertukaran yang potensial dengan maksud memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia.

Konsep pemasaran menurut Soekartawi (2002:23-24) beranggapan bahwa produk yang dihasilkan harus berorientasi pada kebutuhan konsumen. Karena selera dan kebutuhan konsumen terus berubah, maka macam dan kualitas produk perlu ada pembaharuan-pembaharuan sehingga muncul pengertian baru dalam konsep pemasaran, yaitu konsep pemasaran strategis dan konsep pemasaran kemasyarakatan. Pada konsep pemasaran strategis, konsumen individu bukan satu-satunya sasaran. Sedangkan pada konsep pemasaran kemasyarakatan, bukan saja kebutuhan pasar yang dipenuhi tetapi juga upaya bagaimana mempertahankan dan meningkatkan kemakmuran konsumen dan masyarakat. Dalam mendesain konsep pemasaran, peranan konsumen, masyarakat dan lingkungan perlu mendapatkan perhatian khusus. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain konsep pemasaran yaitu identifikasi keinginan konsumen, identifikasi terhadap produk yang dipasarkan dan identifikasi konsumen dan sekaligus menciptakan dan membina konsumen.

Dalam suatu proses pemasaran akan terdapat jalur pemasaran. Jalur pemasaran ini pada prinsipnya berfungsi sebagai lembaga distribusi atau yang menyampaikan hasil produksi kita kepada konsumen akhir. Terdapat beberapa jalur pemasaran daging ayam di Indonesia. Menurut Rasyaf (1994:180) jalur pemasaran inilah yang akan menghantarkan ayam produksi peternakan hingga ke konsumen akhir. Jalur ini dapat panjang


(16)

commit to user

dapat pula pendek, tergantung kita dan juga macam unggas yang dijual. Jalur pemasaran daging ayam di Indonesia dapat dilihat dalam Gambar 1.

Gambar 1. Jalur Pemasaran Daging Ayam di Indonesia (Rasyaf, 1993:148) Pemasaran merupakan suatu proses kegiatan dari produsen ke tangan konsumen. Karena merupakan suatu proses kegiatan dimana kegiatan itu dilakukan, kapan kegiatan tersebut dilakukan dan bagaimana cara melakukan kegiatan tersebut. Semua tujuan tersebut berhubungan dengan pasar dimana produsen yang menawarkan barang akan bertemu dengan konsumen yang membutuhkannya. Disinilah letak kegiatan pemasaran dilakukan dan kegiatan pemasaran tersebut mencakup strategi-strategi pemasaran perusahaan yang baik, cara-cara yang dilakukan perusahaan maupun saat kapan kegiatan tersebut dilakukan. Jadi hubungan antara pemasaran dan pasar sangat erat, karena pasar merupakan tempat terjadinya transaksi jual beli, sedangkan pemasaran merupakan kegiatan bagaimana agar produksi terjual dan dapat memuaskan keinginan pembeli

sehingga pembeli akan membeli produk yang bersangkutan

(Widyatmini, 1996:71-72).

Sebuah pasar terdiri dari pelanggan potensial dengan kebutuhan atau keinginan tertentu yang mungkin mampu untuk ambil bagian dalam jual-beli guna memuaskan kebutuhan atau keinginan tersebut. Karena itu,

Peternak sebagai Produsen

Pedagang Pengumpul

Rumah Potong Unggas Ayam Jual

Hidup

Pengecer

Daging Ayam Dimasak

Ayam Jual Hidup


(17)

commit to user

besar kecilnya suatu pasar tergantung pada jumlah orang yang menunjukkan kebutuhan, mempunyai sumber daya yang menarik bagi orang lain, dan mau menyediakan sumber daya tersebut untuk memperoleh apa yang mereka inginkan (Kotler, 1999:11).

Pasar sebenarnya mengandung dua arti: arti fisik dan arti makna. Sebenarnya keduanya tetap sama, yaitu pertemuan antara pembeli dengan penjual atau lebih inti lagi pertemuan permintaan dan penawaran. Pasar bertumpu pada konsumen dan penjual, sedangkan konsumen dan penjual itu sendiri ada faktor yang mempengaruhi. Dari pihak konsumen faktor tersebut meliputi selera, pendapatan, dan kesadaran mereka akan gizi. Dari pihak penjual juga tergantung pada pasokan di tiap wilayah yang berbeda (Rasyaf, 1994:177,179).

Pasar tradisional adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, umbi-umbian, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar (Anonim, 2010b).

Agar produsen dan pemasar dapat memasarkan produknya dengan baik, maka produsen dan pemasar harus mampu menyediakan produk dengan atribut yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen, sehingga perlu adanya pemahaman mengenai perilaku konsumen.

3. Perilaku Konsumen

Menurut Sumarwan (2003:26) perilaku konsumen pada dasarnya merupakan keputusan yang diambil oleh konsumen dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia yaitu waktu, uang dan upaya untuk ditukar dengan barang untuk dikonsumsi. Secara sederhana perilaku konsumen


(18)

commit to user

meliputi keputusan tentang apa yang dibeli oleh konsumen, mengapa, dimana, kapan dan seberapa sering dia membeli. Perilaku konsumen juga dapat didefinisikan sebagai proses yang dilalui oleh seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan bertindak pasca konsumsi produk.

Perilaku konsumen menyoroti perilaku individu dan rumah tangga. Perilaku konsumen menyangkut suatu proses keputusan sebelum pembelian serta tindakan dalam memperoleh, memakai, mengkonsumsi dan menghabiskan produk. Mengetahui perilaku konsumen meliputi perilaku yang dapat diamati seperti jumlah yang dibelanjakan, kapan, dengan siapa, oleh siapa, dan bagaimana barang yang sudah dibeli dikonsumsi. Juga termasuk variabel-variabel yang tidak dapat diamati seperti nilai-nilai yang dimiliki konsumen, kebutuhan pribadi, persepsi, bagaimana mereka mengevaluasi alternatif, dan apa yang mereka rasakan tentang kepemilikan dan penggunaan produk yang bermacam-macam (Simamora, 2008:2).

Menurut Simamora (2003:5-11), perilaku konsumen dipengaruhi berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen antara lain :

1. Faktor kebudayaan

Faktor kebudayaan mempunyai pengaruh yang paling luas dan paling dalam terhadap perilaku konsumen. Pemasar harus memahami peran yang dimainkan oleh kultur, subkultur, dan kelas sosial pembeli. a. Kultur

Kultur adalah faktor penentu paling pokok dari keinginan dan perilaku seseorang sehingga sangat penting bagi pemasar untuk melihat pergeseran kultur tersebut untuk dapat menyediakan produk-produk baru yang diinginkan konsumen.

b. Subkultur

Tiap kultur mempunyai subkultur yang lebih kecil. Banyaknya subkultur merupakan segmen pasar yang penting, dan pemasar sering


(19)

commit to user

menemukan manfaat dengan merancang produk yang disesuaikan dengan kebutuhan subkultur tersebut.

c. Kelas sosial

Kelas sosial tidak ditentukan oleh faktor tunggal seperti pendapatan tetapi diukur sebagai kombinasi pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kekayaan, dan variabel lainnya. Kelas sosial memperlihatkan preferensi produk dan merek yang berbeda.

2. Faktor sosial

Perilaku konsumen juga akan dipengaruhi oleh faktor sosial seperti kelompok, keluarga, peran, dan status sosial dari konsumen a. Kelompok

Perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak kelompok kelompok kecil, salah satunya adalah kelompok rujukan. Kelompok ini dapat mempengaruhi orang pada perilaku dan gaya hidup seperti mempengaruhi pilihan produk dan merek yang akan dipilih oleh seseorang.

b. Keluarga

Anggota keluarga pembeli dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap perilaku pembeli.

c. Peran dan status sosial

Posisi seseorang dalam suatu kelompok dapat ditentukan dari segi peran dan status. Tiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan umum oleh masyarakat.

3. Faktor pribadi

Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahap-tahap daur hidup pembeli, jabatan, keadaan ekonomi, kepribadian, konsep diri pembeli yang bersangkutan a. Usia dan tahap daur hidup

Orang akan mengubah barang dan jasa yang mereka beli sepanjang hidup mereka. Kebutuhan dan selera seseorang akan berubah sesuai dengan usia.


(20)

commit to user

b. Pekerjaan

Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya.

c. Keadaan ekonomi

Keadaan ekonomi akan sangat mempengaruhi pilihan produk. Jika indikator-indikator ekonomi tersebut menunjukkan adanya resesi, pemasar dapat mencari jalan menetapkan posisi produknya.

d. Gaya hidup

Konsep gaya hidup apabila digunakan oleh pemasar secara cermat, akan dapat membantu untuk memahami nilai-nilai konsumen yang terus berubah dan bagaimana nilai-nilai tersebut mempengaruhi perilaku konsumen.

e. Kepribadian dan konsep diri

Kepribadian sangat bermanfaat untuk menganalisis perilaku konsumen bagi beberapa pilihan produk atau merek.

4. Faktor Psikologis

Pilihan pembelian seseorang juga dipengaruhi oleh faktor psikologis yang utama, yaitu motivasi, persepsi, proses pembelajaran, serta kepercayaan dan sikap.

a. Motivasi

Suatu kebutuhan akan berubah menjadi motif apabila kebutuhan itu telah mencapai tingkat tertentu. Motif adalah suatu kebutuhan yang cukup menekan seseorang untuk mengejar kepuasan.

b. Persepsi

Orang dapat memberikan persepsi yang berbeda terhadap rangsangan yang sama karena tiga proses persepsi, yaitu perhatian yang selektif, gangguan yang selektif, dan mengingat kembali yang selektif.

c. Kepercayaan dan sikap

Melalui tindakan dan proses pembelajaran, orang akan mendapatkan kepercayaan dan sikap yang kemudian akan mempengaruhi perilaku pembeli.


(21)

commit to user

Menurut Sutisna (2001:4-5) ada dua alasan mengapa perilaku konsumen perlu dipelajari. Pertama, konsumen sebagai titik sentral perhatian pemasaran. Mempelajari apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen merupakan hal yang sangat penting. Memahami konsumen akan menuntun pemasar pada kebijakan pemasaran yang tepat dan efisien. Kedua, perkembangan perdagangan pada saat ini menunjukkan bahwa lebih banyak produk yang ditawarkan daripada permintaan. Kelebihan penawaran menyebabkan banyak produk yang tidak terjual atau tidak dikonsumsi oleh konsumen. Kelebihan penawaran tersebut bisa disebabkan oleh faktor seperti kualitas barang tidak layak, tidak memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen, atau mungkin juga karena konsumen tidak mengetahui keberadaan produk tersebut. Oleh karena itu, sudah selayaknya perilaku konsumen menjadi perhatian penting dalam pemasaran.

Terkait dengan keputusan pembelian suatu produk, konsumen memiliki perilaku pembelian yang menyangkut tentang bagaimana konsumen memilih, membeli sampai dengan memakai suatu produk. Suatu perilaku pembelian dipengaruhi oleh preferensi dan sikap konsumen terhadap suatu produk. Sebelum melakukan perilaku pembelian, konsumen terlebih dahulu mengambil keputusan akan produk mana yang mereka suka dan yang tidak mereka suka. Setiap produk memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga konsumen dalam melakukan tindakan pembelian suatu produk selalu mempertimbangkan karakteristik yang ada pada produk atau objek tertentu yang sesuai dengan selera mereka. Sikap konsumen terbentuk dari adanya kepercayaan dan evaluasi konsumen pada suatu produk atau objek, sehingga terbentuknya sikap akan membentuk niat seseorang untuk melakukan tindakan dengan adanya niat tersebut akan mempengaruhi terbentuknya perilaku konsumen.


(22)

commit to user

4. Preferensi

Preferensi konsumen adalah pilihan suka atau tidak suka oleh seseorang terhadap produk (barang atau jasa) yang dikonsumsi. Preferensi konsumen menunjukkan kesukaan konsumen dari berbagai pilihan produk yang ada. Menurut Nicholson (2002:60), hubungan preferensi diasumsikan memiliki tiga sifat dasar, tiga sifat dasar tersebut adalah:

1. Kelengkapan (completeness)

Jika A dan B merupakan dua kondisi atau situasi, maka tiap orang selalu harus bisa menspesifikasikan apakah:

1) A lebih disukai daripada B 2) B lebih disukai daripada A, atau 3) A dan B sama-sama disukai.

Dengan dasar ini tiap orang diasumsikan tidak pernah ragu dalam menentukan pilihan, sebab mereka tahu mana yang lebih baik dan mana yang lebih buruk, dan dengan demikian selalu bisa menjatuhkan pilihan di antara dua alternatif.

2. Transitivitas (transitivity)

Jika seseorang mengatakan ia lebih menyukai A daripada B, dan lebih menyukai B daripada C, maka ia harus lebih menyukai A daripada C. Dengan demikian orang tidak bisa mengartikulasikan preferensinya yang saling bertentangan.

3. Kontinuitas (Continuity)

Jika seseorang menyatakan lebih menyukai A daripada B, ini berarti segala kondisi di bawah A tersebut disukai daripada kondisi di bawah pilihan B.

Diasumsikan preferensi tiap orang mengikuti dasar diatas. Dengan demikian tiap orang selalu dapat membuat atau menyusun rangking semua situasi dan kondisi mulai dari yang paling disenangi hingga yang paling tidak disukai dari bermacam barang/jasa yang tersedia. Seseorang yang rasional akan memilih barang yang paling disenanginya. Dengan kata lain dari sejumlah alternatif yang ada orang lebih cenderung memilih sesuatu


(23)

commit to user

yang dapat memaksimalkan kepuasannya. Hal ini sejalan dengan konsep barang yang lebih diminati menyuguhkan kepuasan yang lebih besar dari barang yang kurang diminati.

Menurut Lilien et al dan Kotler dalam Simamora (2003:88-89), ada beberapa langkah yang harus dilalui sampai konsumen membentuk preferensi, yaitu :

a. Pertama, diasumsikan bahwa konsumen melihat produk sebagai

sekumpulan atribut. Konsumen yang berbeda memiliki persepsi yang berbeda tentang atribut apa yang relevan.

b. Kedua, tingkat kepentingan atribut berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masing-masing. Konsumen memiliki penekanan yang berbeda-beda dalam menilai atribut apa yang paling penting. Konsumen yang daya belinya terbatas, kemungkinan besar akan memperhitungkan atribut harga sebagai yang utama.

c. Ketiga, konsumen mengembangkan sejumlah kepercayaan tentang

letak produk pada setiap atribut.

d. Keempat, tingkat kepuasan konsumen terhadap produk akan beragam sesuai dengan perbedaan atribut.

e. Kelima, konsumen akan sampai pada sikap terhadap merek yang berbeda melalui prosedur evaluasi.

Menurut Simamora (2003:74,114) ada 2 metode analisis yang dapat digunakan untuk mengukur preferensi, yaitu metode konjoin dan

compensatory model. Metode konjoin digunakan untuk mengetahui bahwa kualitas setiap atribut berkorelasi positif dengan tingkat kepentingannya.

Metode compensatory model digunakan untuk mengetahui persepsi

kualitas masing-masing merek dan membantu produsen untuk mengetahui pada faktor apa saja yang membuat mereknya unggul ataupun lemah sehingga dapat dilakukan pembenahan. Kedua analisis tersebut sulit dilakukan karena memerlukan perhitungan dan rumus yang rumit dan langkah yang panjang.


(24)

commit to user

Sedangkan dalam Simamora (2008:64,82) terdapat 2 model pengukuran preferensi yaitu analisis Chi square dan Spearman. Analisis Spearman digunakan untuk menguji reliabilitas kuisioner yang bertujuan untuk mengetahui atribut apa saja yang dipertimbangkan responden dalam memilih sebuah produk. Dalam penelitian ini menggunakan analisis Chi square.

Analisis chi-square dengan menggunakan teknik goodness-of-fit

dapat digunakan untuk menguji perbedaan yang signifikan antara banyak yang diamati (observed) dari objek atau jawab yang masuk dalam masing-masing kategori dengan banyak yang diharapkan (expected) berdasarkan hipotesis nol (frekuensi yang diharapkan adalah merata). Dalam Djarwanto (1994:247) goodness of fit berarti perbandingan antara observed frequencies dengan expected frequencies. Semua pengujian yang menggunakan chi-square distribution adalah termasuk dalam persoalan

“goodness of fit”. Yang akan dibicarakan adalah “goodness of fit” suatu distribusi frekuensi hasil pengamatan dengan distribusi frekuensi teoritis yang didasarkan pada mean dan deviasi standar dari distribusi frekuensi pengamatan. Disini dilakukan pengujian apakah distribusi frekuensi hasil pengamatan sesuai dengan expected normal curve frequencies dengan menggunakan chi-square distribution. Analisis Chi-square dinyatakan dalam rumus :

å

(

)

=

ú

û

ù

ê

ë

é

-=

k

i

fe

fe

fo

x

1

2 2

Keterangan :

χ2

= Chi Square

fo = frekuensi yang diamati pada penelitian

fe = frekuensi yang diharapkan pada penelitian i…k = kategori atribut dalam variabel

Dimana :

å

=

Ri Ci x Ri


(25)

commit to user

Keterangan :

Ri = jumlah baris ke-1 Ci = Jumlah kolom ke-1

å

Ri=

å

pengamatan

Konsumen dapat memutuskan produk mana yang mereka suka dan tidak suka, karena terbentuknya sikap konsumen terhadap suatu produk. Hal ini sangat berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam melakukan tindakan pembelian, sehingga sikap konsumen merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian.

5. Sikap

Suatu sikap menjelaskan suatu organisasi dari motivasi, perasaan emosional, persepsi, dan proses kognitif kepada semua aspek. Lebih lanjut, sikap adalah cara berfikir, merasa, dan bertindak melalui aspek dilingkungan seperti toko retail, program televisi atau produk. Sikap menuntut orang untuk berperilaku relatif konsisten terhadap objek yang sama (Simamora, 2003:11-12).

Ada banyak definisi mengenai sikap dalam berbagai versi menurut Azwar (1995) dalam Anonim (2010c). Selanjutnya dikatakan oleh Azwar bahwa sikap dapat dikategorikan ke dalam tiga orientasi pemikiran yaitu: a. Pertama, yang berorientasi kepada respon. Orientasi ini diwakili oleh

para ahli seperti Louis Thurstone, Rensis Likert, dan Charles Osgood. Dalam pandangan mereka, sikap adalah suatu bentuk atau reaksi perasaan. Secara lebih operasional sikap terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak terhadap objek.

b. Kedua, yang berorientasi kepada respon. Menurut pandangan orientasi ini, sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Kesiapan ini berarti kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara teretntu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respons. c. Ketiga, yang berorientasi pada skema triadik. Menurut pandangan


(26)

commit to user

kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek.

Menurut Kinnear (1995:304-306) sikap umumnya dianggap mempunyai tiga komponen utama, yaitu :

a. Komponen kognitif, yaitu keyakinan seseorang mengenai suatu objek seperti kecepatan atau keawetannya/ketahanannya. Komponen kognitif mengacu kepada kesadaran responden dan pengetahuannya terhadap beberapa objek atau fenomena.

b. Komponen afektif, yaitu perasaan seseorang tentang objek, seperti baik atau buruk. Komponen afektif mengacu kepada preferensi dan kesenangan responden terhadap objek atau fenomena.

c. Komponen perilaku, yaitu kesiapsiagaan seseorang untuk berperilaku tanggap terhadap suatu objek. Komponen perilaku mengacu kepada perilaku pembeli yang berupa niat membeli dan membeli. Niat membeli merupakan tahap kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan.

Menurut Simamora (2008:302-303), ada 3 metode pengukuran sikap yaitu Model Point ideal, Rosenberg dan Multiatribut Fishbein. Penelitian ini menggunakan model Multiatribut Fishbein, karena model ini salah satu model yang terkenal untuk mengukur sikap terhadap objek (Attitude toward object) dan model ini digunakan untuk memperoleh konsistensi antara sikap dan perilakunya. Model Fishbein dalam Sutisna

(2001:111) memperlihatkan bahwa sikap terhadap suatu obyek (Ao)

bergantung pada probabilitas bahwa suatu obyek mempunyai atribut-atribut tertentu (bi), dan pada tingkat diinginkannya atribut-atribut-atribut-atribut itu (ei). Menurut Prasetijo dan Ihalauw (2005:111), model multiatribut Fishbein mengidentifikasi tiga faktor utama yang mempengaruhi sikap. Faktor pertama adalah atribut utama atas sebuah objek oleh konsumen, faktor kedua adalah tingkat kepercayaan konsumen bahwa objek memiliki atribut tersebut, dan faktor ketiga adalah tingkat positif dan negatif dimana


(27)

commit to user

atribut tersebut dievaluasi. Model Multiatribut Fishbein dirumuskan sebagai berikut :

å

=

= n

i

ei bi A

1

0 .

Dimana :

A0 : Sikap konsumen terhadap objek

bi : tingkat keyakinan konsumen bahwa objek memiliki atribut tertentu (atribut ke-i)

ei : dimensi evaluatif konsumen terhadap variabel ke-i yang dimiliki objek Sikap konsumen menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut dan manfaat dari suatu produk. Setiap produk memiliki berbagai macam atribut yang melekat. Konsumen dalam melakukan pembelian selalu memperhatikan dan mempertimbangkan atribut-atribut yang ada pada produk atau objek tertentu yang sesuai dengan kesukaan mereka untuk memperoleh kepuasaan.

6. Atribut Produk

Atribut didefinisikan sebagai karakteristik yang membedakan merek atau produk dari yang lain. Definisi lainnya menyebutkan bahwa atribut merrupakan faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam mengambil keputusan tentang pembelian suatu merek ataupun kategori produk, yang melekat pada produk atau menajdi bagian produk itu sendiri. Kedua pengertian ini akan menghasilkan perbedaan atribut produk (Simamora, 2008:79).

Atribut merupakan gambaran karakteristik spesifik dari produk yang diharapkan dapat menimbulkan manfaat bagi konsumen, artinya pembeli biasanya dapat menyimpulkan manfaat yang akan mereka terima dari produk dengan meneliti atribut-atribut produk tersebut. Seringkali beberapa produk sama dalam sejumlah besar atributnya. Dalam hal seperti ini, adalah penting untuk membedakan satu atau lebih atribut penentu, yaitu atribut yang paling menentukan pilihan pembelli. Suatu atribut akan dianggap penting jika memberikan manfaat yang sangat diinginkan, tetapi jika semua alternatif yang bersaing mempunyai karekteristik yang sama,


(28)

commit to user

maka atribut yang lain akan menentukan pilihan merek (Guiltian dan Gordon, 1992:78).

Atribut-atribut produk adalah sesuatu yang melengkapi manfaat utama produk sehingga mampu lebih memuaskan konsumen. atribut produk meliputi merk (brand), pembungkusan (packaging), label, garansi atau jaminan (warranty) dan produk tambahan (service). Atribut produk dapt dipandang secara obyektif (fisik produk) maupun secara subyektif (pandangan konsumen). Atribut fisik belum tentu searah dengan atribut menurut pandangan konsumen (Budiarto, 2010:68).

Atribut produk menjadi faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian. Pengetahuan konsumen tentang atribut suatu produk akan memudahkan konsumen mengenali dan memilih produk yang dibelinya. Para pemasar perlu memahami apa yang diketahui oleh konsumen, atribut apa saja yang dikenal dari suatu produk, atribut mana yang dianggap paling penting oleh konsumen.

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Pembangunan sektor pertanian memegang peranan yang sangat penting untuk mencukupi kebutuhan pangan masyarakat, selain tanaman pangan, holtikultura (sayuran dan buah-buahan), perkebunan, dan lain-lain, pembangunan pertanian juga mencakup sub sektor lainnya yaitu peternakan. Kegiatan pembangunan yang semakin meningkat berpengaruh juga terhadap peningkatan pendapatan masyarakat. Sejalan dengan peningkatan pendapatan masyarakat tersebut muncul fenomena yang berkenaan dengan penurunan konsumsi bahan pangan sumber karbohidrat. Di sisi yang lain terjadi peningkatan konsumsi bahan pangan sumber protein, terutama yang berasal dari hewani.

Ayam ras pedaging (Broiler) merupakan salah satu jenis ternak yang banyak diusahakan di Indonesia dari golongan unggas. Ternak ayam ras pedaging banyak diusahakan di Indonesia dikarenakan harganya yang terjangkau oleh sebagian besar masyarakat sehingga permintaan daging ayam


(29)

commit to user

ras cenderung meningkat. Selain itu, kandungan gizi dari daging ayam ras juga mengandung nilai protein daging yang tinggi disebabkan oleh kandungan asam amino esensialnya yang lengkap dan seimbang sehingga mampu memberikan keseimbangan gizi pangan masayarakat.

Konsumen sekarang ini mandiri dalam mengambil keputusan, bukan karena pengaruh orang lain maupun promosi, maka konsumen akan memilih produk yang paling sesuai (best fit) bagi mereka. Dengan kata lain, konsumen akan memilih produk yang memberikan nilai tertinggi bagi mereka. Preferensi konsumen menunjukkan kesukaan konsumen dari berbagai pilihan produk yang ada. Atribut daging ayam ras merupakan preferensi konsumen yang akan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen terhadap produk daging ayam. Sebelum melakukan pembelian, konsumen akan mempertimbangkan atribut-atribut yang terdapat pada daging ayam ras. Atribut yang diteliti meliputi warna daging, warna kulit pada daging ayam ras, kekenyalan kulit karkas, bau daging ayam ras, kebersihan kulit dan bobot daging ayam ras.

Berdasarkan atribut-atribut daging ayam ras tersebut dapat diketahui tentang preferensi konsumen terhadap daging ayam ras dan sikap konsumen terhadap daging ayam ras. Analisis mengenai preferensi daging ayam ras dengan menggunakan analisis Chi-Square bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan preferensi konsumen daging ayam ras dan juga mengetahui atribut yang menjadi preferensi konsumen daging ayam ras. Sedangkan analisis mengenai sikap konsumen dengan menggunakan analisis

Fishbein bertujuan untuk mengetahui atribut yang paling dipertimbangkan oleh konsumen daging ayam ras.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dibuat skema kerangka pemikiran pendekatan masalah seperti pada Gambar 2. berikut :


(30)

commit to user

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Pendekatan Masalah

D. Hipotesis

1. Diduga terdapat perbedaan preferensi konsumen terhadap atribut daging ayam ras di pasar tradisional Kabupaten Karanganyar.

2. Diduga atribut daging ayam ras yang menjadi preferensi konsumen di pasar tradisional Kabupaten Karanganyar adalah warna daging ayam ras Pembangunan yang

semakin meningkat

Peningkatan Pendapatan

Perubahan Pola Konsumsi Masyarakat

Peningkatan Konsumsi Produk Pangan Hewani dari Daging Ayam Ras

Atribut Daging Ayam Ras :

1. Warna daging ayam ras

2. Warna kulit daging ayam ras

3. Kekenyalan kulit karkas ayam ras

4. Kebersihan kulit ayam ras

5. Bau daging ayam ras

6. Bobot daging ayam ras

Sikap konsumen terhadap atribut daging ayam ras Preferensi Konsumen

Daging Ayam Ras

Sikap Konsumen Daging Ayam Ras

Daging Ayam Ras

Analisis Chi Square Analisis Multiatribut Fishbein

Atribut yang menjadi preferensi

konsumen daging ayam ras Perbedaan

preferensi konsumen daging


(31)

commit to user

merah pucat mengkilat, warna kulit pada daging ayam ras putih kekuningan, tingkat kekenyalan kulit karkasnya elastis, kulit daging ayam yang bersih, bau daging ayam ras segar dan bobot daging ayam ras sedang. 3. Diduga sikap konsumen terhadap atribut daging ayam ras berturut-turut dari yang paling dipertimbangkan sampai dengan yang kurang dipertimbangkan adalah atribut warna daging ayam ras, warna kulit pada daging ayam ras, kekenyalan kulit karkas, kebersihan kulit daging ayam ras, bau daging ayam ras dan bobot daging ayam ras.

E. Asumsi

1. Responden merupakan pengambil keputusan dalam melakukan pembelian

daging ayam ras di pasar tradisional yang mewakili rumah tangga

2. Keputusan pembelian diambil responden secara rasional berdasarkan pertimbangannya terhadap berbagai atribut daging ayam ras

3. Harga daging ayam ras dianggap tidak mempengaruhi preferensi

konsumen

F. Pembatasan Masalah

1. Daging ayam ras yang diteliti adalah daging ayam ras yang dipasarkan di pasar tradisional Kabupaten Karanganyar.

2. Atribut daging ayam ras yang diteliti meliputi : warna daging ayam ras, warna kulit pada daging ayam ras, kekenyalan kulit karkas, kebersihan kulit daging ayam ras, bau daging ayam ras dan bobot daging ayam ras. 3. Penelitian terbatas pada konsumen akhir yang membeli daging ayam ras

untuk dikonsumsi rumah tangga dan tidak bermaksud untuk menjual kembali.

4. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Februari Tahun 2011.

G. Definisi Operasioanl dan Konsep Pengukuran Variabel

1. Preferensi konsumen adalah pilihan suka atau tidak suka konsumen terhadap suatu produk, dalam hal ini adalah daging ayam ras.


(32)

commit to user

2. Daging ayam ras adalah bahan makanan yang dikonsumsi manusia yang berasal dari ternak unggas yaitu ayam ras.

3. Atribut daging ayam ras adalah karakteristik yang terdapat pada daging ayam ras yang berfungsi sebagai kriteria penilaian dalam pengambilan keputusan. Atribut yang akan diteliti adalah atribut fisik yang melekat pada daging ayam ras yang meliputi: warna daging ayam, warna kulit pada daging ayam ras, kekenyalan kulit karkas, kebersihan kulit daging ayam ras, bau daging ayam ras dan bobot daging ayam.

4. Warna daging ayam ras adalah serangkaian anggapan dan kesan konsumen

terhadap warna daging ayam ras. Atribut warna daging ayam ras dibedakan dalam kategori warna merah pucat mengkilat dan warna merah kebiruan tidak mengkilat.

5. Warna kulit pada daging ayam ras adalah serangkaian anggapan dan kesan

konsumen terhadap warna kulit pada daging ayam ras. Atribut warna kulit pada daging ayam ras dibedakan dalam kategori warna putih, putih kekuningan, dan kuning.

6. Kekenyalan kulit karkas adalah serangkaian anggapan dan kesan

konsumen terhadap kekenyalan kulit daging ayam ras yang

mengindikasikan baik atau tidak kualitas daging ayam ras. Atribut kekenyalan kulit karkas ayam ras dibedakan dalam kategori elastis (jika ditekan terasa kenyal dan mudah kembali ke kondisi semula), kategori kurang elastis (jika ditekan sedikit terasa kenyal dan dapat kembali ke kondisi semula), dan kategori tidak elastis (jika ditekan terasa keras). 7. Kebersihan kulit ayam ras adalah serangkaian anggapan dan kesan

konsumen terhadap kebersihan kulit ayam ras yang mengindikasikan baik tidaknya kualitas daging ayam ras. Atribut kebersihan kulit ayam ras dibedakan dalam kategori kulit bersih (tidak ada memar, tidak sobek, tidak ada goresan, bebas dari bulu-bulu jarum), kategori kulit agak bersih (ada sedikit memar, sedikit sobek, ada sedikit goresan, ada sedikit bulu-bulu jarum), kategori kulit kotor (ada memar, ada sobek, ada goresan, ada bulu-bulu jarum).


(33)

commit to user

8. Bau daging ayam ras adalah serangkaian anggapan dan kesan konsumen terhadap bau daging ayam ras yang dapat mengindikasikan baik tidaknya kualitas daging ayam ras. Atribut bau daging ayam ras dibedakan dalam kategori berbau segar (tidak ada bau menyengat, tidak berbau amis, tidak berbau busuk), kategori agak segar (sedikit bau menyengat, sedikit berbau amis, sedikit berbau busuk), dan kategori tidak segar (ada bau menyengat, ada bau amis, ada bau busuk).

9. Bobot daging ayam adalah serangkaian anggapan dan kesan konsumen tentang kepuasan yang didapat dari bobot atau berat daging ayam ras. Atribut bobot daging ayam ras dibedakan dalam kategori besar (jika beratnya 1,2-1,5 kg), kategori sedang (jika beratnya 1-1,2 kg), dan kategori kecil (jika beratnya 0,8-1 kg).

10.Sikap terhadap objek (Ao) adalah sikap yang dinyatakan dalam indeks sikap yang diukur dengan menjumlahkan perkalian antara kekuatan kepercayaan bahwa objek mempunyai atribut-atribut dengan evaluasi mengenai atribut-atribut tersebut.

11.Tingkat kepercayaan konsumen (bi) adalah kepercayaan konsumen bahwa

daging ayam ras memiliki atribut tertentu. Diukur dengan menggunakan skala likert, yaitu 1 sangat tidak baik, 2 tidak baik, 3 netral, 4 baik, dan 5 sangat baik.

12.Evaluasi konsumen (ei) adalah evaluasi kebaikan/keburukan terhadap atribut daging ayam ras oleh konsumen. Diukur dengan menggunakan skala likert, yaitu 1 sangat tidak baik, 2 tidak baik, 3 netral, 4 baik, dan 5 sangat baik.

13.Responden merupakan pengambil keputusan dalam melakukan pembelian

daging ayam ras yang mewakili rumah tangga dengan tujuan untuk dikonsumsi rumah tangga.


(34)

commit to user

32

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Menurut Surakhmad (1998:140), metode deskriptif adalah metode yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah aktual sedangkan analitis adalah data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis.

Teknik pelaksanaan penelitian ini menggunakan teknik survei. Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data (Singarimbun dan Sofian Efendi, 1995:3).

B. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara sengaja yaitu pemilihan lokasi penelitian diambil berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Pemilihan lokasi penelitian ini adalah di Kabupaten Karanganyar. Kabupaten Karanganyar dipilih sebagai daerah penelitian dengan pertimbangan berdasarkan data dari Dinas Peternakan Jawa Tengah, Kabupaten Karanganyar memproduksi daging ayam ras sebesar 2.274.500 kg pada tahun 2008 dan mengalami peningkatan pada tahun 2009 yaitu sebesar 2.276.795 kg, nilai produksi ini tergolong cukup besar di Jawa Tengah. Data terkait dapat dilihat pada Tabel 3 :


(35)

commit to user

Tabel 3. Produksi Daging Ayam Ras Menurut Kabupaten/ Kota di Jawa Tengah Tahun 2008-2009 (kg)

No. Kabupaten di Jawa Tengah 2008 2009

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purworejo Wonosobo Magelang Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Grobogan Blora Rembang Pati Kudus Jepara Demak Semarang Temanggung Kendal Batang Pekalongan Pemalang Tegal Brebes Kota Magelang Kota Surakarta Kota Salatiga Kota Semarang Kota Pekalongan Kota Tegal 2.838.000 7.783.140 2.994.495 2.739.820 5.719.083 1.031.996 2.200.435 6.383.907 3.806.880 408.370 2.041.406 1.042.684 2.274.500 2.935.001 318.854 1.156.313 57.293 613.811 3.552.279 479.328 2.759.500 302.657 2.892.286 2.199.751 3.534.027 596.078 2.178.393 2.713.241 3.147.526 259.041 117.408 582.138 4.661.861 1.292.151 254.347 284.300 5.631.261 3.916.849 - 4.796.965 4.258.290 1.813.883 8.738.574 1.945.488 609.448 2.754.987 2.029.078 2.276.795 3.414.314 776.736 996.382 449.407 552.927 4.293.258 482.695 2.610.713 5.776.437 4.804.478 1.484.429 7.863.010 840.710 224.958 2.322.330 4.964.917 1.488.118 527.512 3.703.040 5.974.129 1.400.850 513.227 Jumlah

Rata-rata per kabupaten

77.868.000 2.224.800

94.520.496 2.700.586

Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar, 2010

Secara umum produksi daging ayam ras di Jawa Tengah tahun 2009 mengalami peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan dengan tahun 2008 yaitu dengan peningkatan produksi sebesar 16.652.496 kg. Nilai produksi daging ayam ras di Kabupaten Karanganyar juga mengalami peningkatan pada tahun 2009 menjadi 2.276.795 kg sedangkan pada tahun 2008 sebesar 2.274.500 kg. Produksi daging yang besar dapat menunjukkan bahwa permintaan daging ayam ras di Kabupaten Karanganyar tinggi, dengan


(36)

commit to user

tingginya permintaan daging ayam ras maka dapat disimpulkan bahwa tingkat konsumsi masyarakat terhadap daging ayam ras di kabupaten ini juga tinggi. Hal inilah yang menjadi pertimbangan peneliti untuk melakukan penelitian di Kabupaten Karanganyar.

C. Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Metode penentuan sampel lokasi penelitian adalah secara sengaja (purposive sampling), yaitu penentuan daerah penelitian berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai tujuan penelitian (Singarimbun dan Sofian Efendi, 1995:169). Penelitian ini dilaksanakan di pasar tradisional di Kabupaten Karanganyar, dengan pertimbangan bahwa daging ayam ras pada umumnya banyak dijual di pasar tradisional Kabupaten Karanganyar.

Menurut data Dinas Pengelolaan Pasar tahun 2010, pasar tradisional di Kabupaten Karanganyar terbagi dalam lima wilayah pasar, yaitu Wilayah I, Wilayah II, Wilayah III, Wilayah IV, dan Wilayah V. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini :

Tabel 4. Nama Pasar dan Jumlah Pedagang Daging Ayam Ras di Pasar Tradisional di Kabupaten Karanganyar

Wilayah Nama Pasar Jumlah Pedagang Daging

Ayam Ras I

(Utara)

1. Pasar Mojogedang

2. Pasar Jambangan

3. Pasar Kwadungan

4. Pasar Kebakramat

6 10 9 6 II (Barat)

1. Pasar Palur

2. Pasar Malangjiwan

3. Pasar Tuban

34

9 31 III

(Pusat)

1. Pasar Jungke

2. Pasar Tegalgede

3. Pasar Nglano

22

7 15 IV

(Selatan)

1. Pasar Jumapolo

2. Pasar Jatipuro

3. Pasar Belang

10

15

3 V

(Timur)

1. Pasar Karangpandan

2. Pasar Matesih

3. Pasar Punukan

4. Pasar Tawangmangu

25

8 3 9 Sumber : Dinas Pengelola Pasar Kabupaten Karanganyar, 2010


(37)

commit to user

Berdasarkan Tabel 4, maka lokasi penelitian dipilih berdasarkan jumlah pedagang daging ayam ras terbanyak dalam setiap wilayah pasar tradisional di Kabupaten Karanganyar. Lima pasar tersebut adalah Pasar Jambangan dengan 10 pedagang daging ayam ras yang mewakili wilayah Utara Kabupaten Karanganyar, Pasar Palur dengan 34 pedagang daging ayam ras yang mewakili wilayah Barat Kabupaten Karanganyar, Pasar Jungke dengan 22 pedagang daging ayam ras yang mewakili wilayah Pusat Kabupaten Karanganyar, Pasar Jatipuro dengan 15 pedagang daging ayam ras yang mewakili wilayah Selatan Kabupaten Karanganyar dan Pasar Karangpandan dengan 25 pedagang ayam ras yang mewakili wilayah Timur Kabupaten Karanganyar.

D. Metode Penentuan Sampel

Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode judgement sampling (sampel keputusan), yaitu peneliti berada di tempat penelitian untuk melakukan penyebaran kuisioner dan wawancara untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Metode judgement sampling adalah suatu teknik pengambilan sampel dari suatu populasi yang diharapkan dapat memenuhi

tujuan riset, sehingga keterwakilannya terhadap populasi dapat

dipertanggungjawabkan (Churchill, 2005:13). Penyebaran kuisioner dan wawancara dilakukan di Pasar Jambangan, Pasar Palur, Pasar Jungke, Pasar Jatipuro maupun Pasar Karangpandan kepada konsumen yang merupakan pengambil keputusan dalam melakukan pembelian daging ayam ras yang mewakili rumah tangga dengan tujuan untuk dikonsumsi rumah tangga.

Menurut Djarwanto dan Pangestu (1994:158-159), penentuan jumlah sampel jika besar populasi tidak diketahui, dilakukan dengan penduga proporsi menggunakan sampel dengan keyakinan (1-α) dan besarnya error tidak melebihi suatu harga tertentu maka rumus (E) dapat digunakan untuk menentukan besarnya sampel yang harus diambil.

N p p(1 ) 96

, 1


(38)

-commit to user

Dimana : E : Error

P : Proporsi populasi N : Jumlah sampel

Karena besarnya populasi tidak diketahui maka P (1-P) juga tidak diketahui, tetapi P selalu berada diantara 0 dan 1, maka besar populasi maksimal adalah :

T (P) = P-P2

Df (P) = 1- 2P

2P = 1

P = 0,5

Harga maksimal dari f(P) adalah P(1-P) = 0,25. Jadi besarnya sampel jika digunakan confident level 95% dan kesalahan yang terjadi adalah 0,1 maka:

2

1 , 0

96 , 1 25 , 0

N=

= 96,04 (Jumlah responden dibulatkan menjadi 96 responden) Berdasarkan perhitungan dari rumus di atas, sampel yang akan diambil adalah sebanyak 96 responden yang tersebar di lima lokasi pasar tradisional di Kabupaten Karanganyar yang telah ditentukan. Penentuan jumlah responden daging ayam ras pada pasar tradisional Kabupaten Karanganyar dilakukan menurut jumlah pedagang daging ayam ras di setiap pasar tradisional sampel. Jumlah pedagang daging ayam ras di setiap pasar tradisional mencerminkan jumlah konsumennya, karena semakin banyak jumlah pedagang daging ayam ras di pasar tradisional maka semakin banyak pula konsumennya sehingga respondennya lebih banyak. Penentuan jumlah responden secara proporsional dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

96

x N Nk Ni=

Keterangan :

Ni : Jumlah responden tiap pasar

Nk : Jumlah pedagang daging ayam ras tiap pasar sampel N : Total jumlah pedagang daging ayam ras pada pasar sampel


(39)

commit to user

96 : Jumlah keseluruhan responden yang diamati

Perhitungan dari penerapan rumus di atas digunakan untuk menentukan jumlah responden tiap pasar tradisional berdasarkan jumlah pedagang daging ayam ras akan diperoleh hasil seperti Tabel 5 di bawah ini :

Tabel 5. Tempat Pembelian Daging Ayam Ras, Jumlah Pedagang Daging Ayam Ras, dan Jumlah Responden di Pasar Tradisional Kabupaten Karanganyar

No. Nama Pasar Jumlah Pedagang

Daging Ayam Ras (orang)

Jumlah Responden

(orang) 1.

2. 3. 4. 5.

Pasar Jambangan Pasar Palur Pasar Jungke Pasar Jatipuro Pasar Karangpandan

10 34 22 15 25

9 30 20 14 23

Total 106 96

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sekunder dari Dinas Pengelolaan Pasar Kabupaten Karanganyar, 2010

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa jumlah responden daging ayam ras untuk masing-masing pasar tradisional di Kabupaten Karanganyar adalah sebagai berikut untuk Pasar Jambangan diambil 9 responden, Pasar Palur diambil 30 responden, Pasar Jungke diambil 20 responden, Pasar Jatipuro diambil 14 responden dan Pasar Karangpandan diambil 23 responden.

E. Jenis Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden. Pada penelitian ini data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang sudah dipersiapkan. Sumber data primer adalah responden sebagai pengambil keputusan dalam melakukan pembelian daging ayam ras yang mewakili rumah tangga dengan tujuan untuk dikonsumsi rumah tangga.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara mencatat dan mengutip secara langsung dari instansi pemerintah atau lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Data sekunder berasal dari BPS


(40)

commit to user

Kabupaten Karanganyar meliputi data sosial dan kependudukan Jawa Tengah hasil SUSENAS, keadaan geografis, keadaan penduduk, keadaan perekonomian Kabupaten Karanganyar dan Jawa tengah dalam angka; Dinas Pengelolaan Pasar Kabupaten Karanganyar berupa data mengenai pembagian wilayah pasar Kabupaten Karanganyar dan jumlah pedagang daging ayam ras di setiap pasar tradisional Kabupaten Karanganyar; buku, jurnal penelitian, internet, serta sumber-sumber lain yang relevan dengan penelitian ini.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : 1. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dimana peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala obyek yang diteliti, sehingga didapatkan gambaran yang jelas mengenai objek yang diteliti dan lokasi penelitian.

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan langsung oleh pewawancara kepada responden. Media yang digunakan dalam mengambil data primer ini adalah kuesioner.

3. Pencatatan

Pencatatan adalah teknik pengumpulan data dengan cara mencatat data yang ada dari berbagai sumber atau lembaga yang terkait dengan penelitian ini, baik dari hasil wawancara maupun hasil pengamatan langsung di lapangan.

G. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan dua metode analisis data yaitu Analisis Chi Square, karenaanalisis chi-square dengan menggunakan teknik goodness-of-fit dapat digunakan untuk menguji perbedaan yang signifikan antara banyak yang diamati dari objek atau jawab yang masuk dalam masing-masing kategori dengan banyak yang diharapkan dan Analisis Multiatribut Fishbein,


(41)

commit to user

karena model ini merupakan salah satu model yang terkenal untuk mengukur sikap terhadap objek. Secara lebih lengkap, metode analisis yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan preferensi konsumen terhadap

atribut daging ayam ras di pasar tradisional Kabupaten Karanganyar, digunakan analisis Chi Square dengan rumus sebagai berikut :

(

)

å

=

ú

û

ù

ê

ë

é

-=

k

i

fe

fe

fo

x

1

2 2

Keterangan : χ2

= Chi Square

fo = banyaknya responden yang memilih kategori dalam atribut daging ayam ras

fe = banyaknya responden yang diharapkan dalam kategori atribut daging ayam ras

i…k = kategori atribut dalam atribut daging ayam ras (Simamora, 2008:237-238)

Dimana :

å

=

Ri Ci x Ri

fe .

Keterangan :

Ri = Jumlah baris ke-1

Ci = Jumlah kolom ke-1

å

Ri=

å

pengamatan Hipotesis yang digunakan :

Ho : tidak terdapat perbedaan preferensi konsumen terhadap atribut-atribut yang ada pada daging ayam ras

Ha : terdapat perbedaan preferensi konsumen terhadap atribut-atribut yang ada pada daging ayam ras

Pengujian pada tingkat kepercayaan 95% dengan kriteria pengujian : a. Jika χ2 hitung > χ2 tabel, maka H0 ditolak, ini berarti terdapat

perbedaan preferensi konsumen terhadap atribut-atribut yang ada pada daging ayam ras


(1)

commit to user

Berdasarkan Tabel 32 dapat diketahui bahwa indeks sikap konsumen terhadap atribut yang dipertimbangkan dalam keputusan pembelian daging ayam ras berturut-turut dari yang paling tinggi sampai yang terendah adalah warna daging sebesar 17,8400, warna kulit sebesar 16,8130, bau daging sebesae 16,2656, kekenyalan kulit karkas sebesar 15,9750, kebersihan kulit sebesar 16,6452 dan bobot daging sebesar 13,4846. Apabila dilihat dari peringkat, semakin tingi nilai Ao maka atribut daging ayam ras tersebut menduduki peringkat pertama yang dipertimbangkan konsumen.

Atribut warna daging ayam ras merupakan atribut yang paling dipertimbangkan oleh konsumen di pasar tradisional Kabupaten Karanganyar dalam proses pengambilan keputusan pembelian daging ayam ras. Hal ini dikarenakan atribut ini dapat diamati secara langsung sehingga mudah bagi konsumen untuk mempertimbangkan keputusan pembelian dengan atribut ini. Menurut konsumen warna daging ayam ras yang baik adalah yang berwarna merah kekuningan mengkilat. Warna daging tersebut mengindikasikan bahwa daging ayam ras yang dibeli dalam keadaan segar, sehat dan kualitasnya baik.

Atribut warna kulit daging ayam ras merupakan atribut kedua yang dipertimbangkan oleh konsumen di pasar tradisional Kabupaten Karanganyar. Konsumen memilih warna kulit daging ayam ras sebagai atribut kedua untuk dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan pembelian daging ayam ras karena atribut ini juga dapat terlihat secara kasat mata serta mudah diamati secara langsung perbedaannya. Konsumen memilih warna kulit daging ayam ras yang berwarna putih kekuningan. Hal ini dikarenakan warna kulit tersebut terlihat masih segar, sehat, serta tidak mengalami proses pengawetan atau pemutihan.

Atribut ketiga yang dipertimbangkan oleh konsumen daging ayam ras dalam melakukan pembelian daging ayam ras adalah bau daging ayam ras. Konsumen memilih atribut bau daging ayam ras sebagai atribut ketiga dalam keputusan pembelian daging ayam ras karena bau daging ayam ras mengindikasikan baik atau tidaknya kualitas daging tersebut. Dari bau


(2)

commit to user

daging ayam juga bisa diketahui kondisi daging tersebut, jika baunya menyengat atau busuk berarti daging tersebut sudah basi dan tidak layak dikonsumsi. Apabila bau daging ayam ras segar dapat diketahui bahwa daging tersebut masih baru, segar, sehat dan tidak merupakan daging ayam tiren.

Atribut keempat yang dipertimbangkan oleh konsumen daging ayam ras dalam melakukan pembelian daging ayam ras adalah kekenyalan kulit karkas ayam ras. Hal ini dikarenakan apabila kulit karkas ayam ras masih elastis maka itu merupakan salah satu indikasi bahwa ayam tersebut masih baru. Konsumen dapat mengetahui kekenyalan kulit karkas ayam ras dengan cara menekankan jari pada kulit karkas ayam ras jika setelah ditekan segera kembali ke keadaan semula maka kekenyalannya elastis. Dengan cara menekan dengan jari juga bukan hanya untuk menentukan tingkat kekenyalan kulit karkas saja, namun juga dapat digunakan untuk mengetahui daging ayam tersebut suntikan atau tidak. Apabila setelah kulit karkas ayam ditekan sulit kembali ke keadaan semula serta kandungan airnya banyak maka kemungkinan daging ayam ras tersebut disuntik untuk menambah bobotnya.

Atribut kebersihan kulit daging ayam ras merupakan atribut kelima yang dipertimbangkan konsumen di pasar tradisional Kabupaten Karanganyar. Konsumen memilih kebersihan kulit daging ayam ras sebagai atribut kelima dalam keputusan pembelian daging ayam ras

dengan pertimbangan bahwa kulit daging ayam yang bersih

mengindikasikan daging ayam yang berkualitas baik dan sehat serta mendapatkan perlakuan yang baik dan tepat pada saat pemotongan. Dengan perlakuan yang tepat maka kebersihan kulitnya terjaga, tidak ada memar, goresan, sobekan maupuan bulu-bulu jarum. Atribut kebersihan kulit daging ayam ras dipertimbangkan konsumen pada urutan kelima karena konsumen masih dapat membersihkannya lagi sebelum diolah menjadi masakan, terutama untuk kulit yang masih banyak bulu-bulu jarumnya.


(3)

commit to user

Atribut terakhir yang menjadi pertimbangan konsumen dalam pembelian daging ayam ras di pasar tradisional Kabupaten Karanganyar adalah bobot daging ayam ras. Setelah mengetahui daging ayam ras dalam keadaan sehat, segar dan bersih, maka konsumen melihat bobot daging ayam ras untuk dipertimbangkan. Bobot daging ayam ras dapat menunjukkan umur ayam ras yang dipotong tersebut sudah cukup umur atau belum, sehingga akan berpengaruh pada kualitas rasa yang dihasilkan setelah diolah menjadi masakan. Konsumen memilih bobot daging ayam juga disesuaikan dengan pemenuhan kebutuhan konsumsi keluarga. Jika kebutuhan konsumsi keluarga untuk daging ayam ras banyak, maka bobot daging ayam ras yang dipilih adalah yang besar dan sebaliknya bila kebutuhan keluarga hanya sedikit maka dipilih bobot daging ayam ras yang sedang. Oleh karena itu, atribut bobot daging ayam ras merupakan atribut yang paling akhir dipertimbangkan oleh konsumen.

Berdasarkan hipotesis, atribut-atribut yang dipertimbangkan oleh konsumen dalam pembelian daging ayam ras adalah atribut warna daging, warna kulit, kekenyalan kulit, kebersihan kulit, bau daging dan bobot daing ayam ras. Namun, dari hasil penelitian didapatkan bahwa atribut-atribut yang dipertimbangkan oleh konsumen secara berturut-turut adalah atribut warna daging, warna kulit, bau daging, kekenyalan kulit, kebersihan kulit dan bobot daging, maka hasil penelitian diatas tidak sesuai dengan hipotesis penelitian ini. Bau daging dipertimbangkan terlebih dahulu sebelum kekenyalan kulit, hal ini dikarenakan bau daging ayam ras merupakan atribut yang mudah mencerminkan kualitas daging ayam ras, jika baunya menyengat atau busuk maka merupakan indikasi bahwa daging tersebut sudah basi atau tidak segar, sehingga tidak layak dikonsumsi.

Untuk mendapatkan daging ayam ras yang sesuai dengan selera dan kesukaan konsumen maka produsen hendaknya memperhatikan atribut-atribut yang menjadi preferensi atau kesukaan konsumen yaitu warna daging merah kekuningan mengkilat, warna kulit putih kekuningan, bau


(4)

commit to user

daging ayam yang segar, kekenyalan kulit karkas yang elastis, kulit daging ayam yang bersih, dan bobot daging ayam sedang. Untuk mendapatkan warna daging, warna kulit, bau daging dan kekenyalan kulit karkas yang sesuai dengan selera konsumen maka produsen hendaknya memperhatikan kesehatan dan kesegaran ayam ras pada saat dipotong, kemudian daging ayam yang dijual juga hendaknya selalu baru dan habis pada satu hari sehingga tidak perlu proses pengawetan. Untuk mendapatkan kulit daging ayam ras yang bersih maka produsen hendaknya memperhatikan proses penyembelihan, cara pemotongan sampai pencucian daging ayam ras dengan baik. Untuk mendapatkan bobot daging ayam ras yang sesuai dengan selera konsumen maka hendaknya produsen juga memperhatikan umur ayam ras pada saat disembelih sehingga daging yang dihasilkan bobotnya sesuai dengan selera konsumen.


(5)

commit to user

89

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Semua atribut yang diteliti dalam penelitian ini berbeda nyata dalam

taraf kepercayaan 95% yang berarti bahwa terdapat perbedaan

preferensi konsumen terhadap atribut-atribut yang ada pada daging ayam ras.

2. Daging ayam ras yang menjadi preferensi konsumen di pasar

tradisional Kabupaten Karanganyar adalah daging ayam ras yang memiliki warna daging ayam ras merah kekuningan mengkilat, warna kulit daging ayam ras putih kekuningan, kekenyalan kulit karkas ayam ras elastis, kebersihan daging ayam ras yang bersih, bau daging ayam ras segar dan bobot daging ayam ras sedang (1-1,2 kg).

3. Sikap konsumen terhadap atribut daging ayam ras yang paling

dipertimbangkan dalam keputusan pembelian daging ayam ras di pasar tradisional Kabupaten Karanganyar adalah warna daging ayam ras. Urutan atribut daging ayam ras dari yang paling dipertimbangkan sampai dengan yang kurang dipertimbangkan adalah warna daging, warna kulit, bau daging, kekenyalan kulit, kebersihan kulit dan bobot daging ayam ras.

B. SARAN

Dari hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, dapat dituliskan beberapa saran sebagai berikut :

1. Produsen diharapkan dapat menyediakan daging ayam ras yang sesuai

dengan preferensi konsumen, yaitu daging ayam ras dengan atribut warna daging ayam ras merah kekuningan mengkilat, warna kulit daging ayam ras putih kekuningan, kekenyalan kulit karkas ayam ras


(6)

commit to user

elastis, kebersihan kulit daging ayam ras bersih, bau daging ayam ras segar dan bobot daging ayam ras sedang.

2. Bagi produsen daging ayam ras, untuk mendapatkan warna daging,

warna kulit, bau daging dan kekenyalan kulit karkas yang sesuai dengan selera konsumen maka produsen hendaknya memperhatikan kesehatan dan kesegaran ayam ras pada saat dipotong, kemudian daging ayam yang dijual juga hendaknya selalu baru dan habis pada satu hari sehingga tidak perlu proses pengawetan. Untuk mendapatkan kulit daging ayam ras yang bersih maka produsen hendaknya memperhatikan proses penyembelihan, cara pemotongan sampai pencucian daging ayam ras dengan baik. Untuk mendapatkan bobot daging ayam ras yang sesuai dengan selera konsumen maka hendaknya produsen juga memperhatikan umur ayam ras pada saat disembelih sehingga daging yang dihasilkan bobotnya sesuai dengan selera konsumen.

3. Bagi pedagang daging ayam ras diharapkan dapat mengontrol dan

memperhatikan kualitas daging yang dibeli dari produsen sehingga kualitas daging tersebut tidak berkurang saat sampai pada tangan konsumen. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan oleh pedagang adalah pemilihan produsen/ penyalur daging ayam ras dengan kualitas yang baik, cara pengangkutan daging ayam ras yang tepat sehingga tidak menimbulkan kerusakan pada daging ayam ras, dan cara penjualannya yang baik sehingga kebersihan, kesehatan, dan kesegaran daging ayam ras terjaga.