PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERKALIAN MELALUI METODE JARIMATIKA PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 3 PRINGANOM SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2010 2011

(1)

commit to user

i

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERKALIAN

MELALUI METODE JARIMATIKA

PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 3 PRINGANOM

SRAGEN

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Oleh :

LINDA NURMASARI X7109063

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(2)

commit to user

ii

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERKALIAN

MELALUI METODE JARIMATIKA

PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 3 PRINGANOM

SRAGEN

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh :

LINDA NURMASARI X7109063

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERKALIAN MELALUI METODE JARIMATIKA PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 3 PRINGANOM SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh :

NAMA : LINDA NURMASARI NIM : X7109063

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Hari :

Tanggal :

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Sukarno, M.Pd. Drs. Hartono, M. Hum.


(4)

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul : PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERKALIAN MELALUI METODE JARIMATIKA PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 3 PRINGANOM SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh :

NAMA : LINDA NURMASARI NIM : X7109063

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Jumat Tanggal : 10 Juni 2011 Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Kartono, M. Pd. ...

Sekretaris : Drs. Usada, M. Pd. ... Anggota I : Drs. Sukarno, M. Pd. ...

Anggota II : Drs. Hartono, M. Hum. ...

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret


(5)

commit to user

v

ABSTRAK

Linda Nurmasari. PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERKALIAN MELALUI METODE JARIMATIKA PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 3 PRINGANOM SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menghitung perkalian siswa dengan menggunakan metode jarimatika pada siswa kelas II SD Negeri Pringanom 3 tahun pelajaran 2010/2011. Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah peningkatan kemampuan siswa dalam menghitung perkalian, sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode jarimatika.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II SD Negeri 3 Pringanom Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011 berjumlah 38 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi, tes, observasi, dan wawancara. Validitas data yang digunakan adalah validitas isi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Matematika dengan menggunakan metode jarimatika dapat meningkatkan kemampuan menghitung perkalian. Kondisi awal sebelum tindakan nilai rata-rata siswa adalah 46,93, pada siklus I nilai rata-rata siswa 73,98 dan nilai rata-rata yang diperoleh pada siklus II adalah 81,43. Sebelum dilaksanakan penelitian siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 sebanyak 13 siswa (34%). Pada siklus I siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 sebanyak 28 siswa (74%), dan pada siklus II siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 sebanyak 33 siswa (87%). Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode jarimatika dapat meningkatkan kemampuan menghitung perkalian siswa kelas II SD Negeri 3 Pringanom Sragen.


(6)

commit to user

vi

ABSTRACT

Linda Nurmasari. THE IMPROVEMENT OF STUDENTS‟ CAPABILITY OF MULTIPLY COUNTING THROUGH JARIMATIKA METHOD ON THE SECOND GRADE STUDENTS OF SD NEGERI 3 PRINGANOM SRAGEN IN THE ACADEMIC YEAR OF 2010/2011. Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University of Surakarta. 2011.

The aim of this study is to improve the students‟ capability of multiply counting through jarimatika method on the second grade students of SD Negeri 3 Pringanom in the academic year of 2010/2011. The variable which is taken as the target of the change in this research is to improve the students‟ capability of multiply counting. Meanwhile, the action variable which is used in this research is jarimatika method.

This study is classroom action research that consists of two cycles. Subject of the research is all of the second grade students (38 individuals) of SD Negeri 3 Pringanom Sragen in the academic year of 2010/2011. The technique of collecting the data uses documentation, test, observation and interview technique. The data‟s validity used is validity content. The analysis technique used is interactive analysis.

Based on the result of the study, it can be concluded that learning Mathematics using jarimatika method can improve the students‟ capability of multiply counting. The average students‟ score before the action was 46.93, on the cycle I the average students‟ score was 73.98, and the average score obtained in cycle II was 81.43. Before conducting the research, the students who have got score of ≥ 60 were 13 students (34%). In cycle I the students who have got score of ≥ 60 were 28 students (74%), in the cycle II the students who have got score of ≥ 60 were 33 students (87%). Based on the result, it is shown that using jarimatika method can improve the students‟ capability of multiply counting on the second grade students of SD Negeri 3 Pringanom Sragen.


(7)

commit to user

vii

MOTTO

Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. Orang-orang yang terus belajar akan menjadi pemilik masa depan. (Anonim)


(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Dengan segala doa dan puji syukur ke hadirat Allah SWT Penulis persembahkan karya sederhana ini

kepada

Kedua orang tuaku, Bapak Slamet dan Ibu Gias yang telah berjuang untuk mendidik dan membesarkanku. Terima kasih atas keteladanan, kasih sayang,

ajaran, dan prinsip hidup yang telah diberikan kepadaku selama ini. Bapak Giman dan Ibu Sri Lestari yang telah memberiku banyak dukungan dan

pelajaran dalam hidup.

Suamiku Mas Aris yang dengan setia mengiringi langkahku, selalu memberikan do‟a, semangat, serta dukungan untukku.

Malaikat kecilku, Shafa Arlin Marchia yang selalu membuatku mampu bertahan, tersenyum dan kembali bangkit saatku jatuh.


(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menghitung Perkalian melalui Metode Jarimatika Pada Siswa Kelas II SD Negeri 3 Pringanom Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011” dengan baik.

Maksud dari penulisan laporan penelitian ini adalah untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun laporan penelitian ini masih banyak kekurangan, namun berkat bimbingan dan pengarahan dari Bapak/ Ibu dosen pada akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Kartono, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. Usada, M.Pd. selaku Sekretaris Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Drs. Sukarno, M.Pd, selaku pembimbing I yang mengarahkan dan membimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

6. Drs. Hartono, M.Hum, selaku pembimbing II yang mengarahkan dan membimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

7. Keluarga Besar SD Negeri 3 Pringanom yang telah membantu dan menyediakan tempat untuk melaksanakan penelitian.

8. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu. Semoga amal kebaikan dari semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT.

Penulis juga menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat


(10)

commit to user

x

penulis harapkan. Semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru maupun calon guru atau pihak yang bersangkutan pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Surakarta, Mei 2011


(11)

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

PERSETUJUAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

1. Manfaat Teotitis ... 5

2. Manfaat Praktis ... 5

BAB II KAJIAN TEORI ... 7

A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Hakikat Kemampuan Menghitung Perkalian ... 7

2. Hakikat Metode Jarimatika ... 15

B. Penelitian yang Relevan ... 23

C. Kerangka Berpikir ... 24


(12)

commit to user

xii

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

1. Tempat Penelitian ... 27

2. Waktu Penelitian ... 27

B. Bentuk dan Strategi Penelitian ... 28

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 29

D. Sumber Data ... 29

E. Teknik Pengumpulan Data ... 29

F. Validitas Data ... 31

G. Teknik Analisis Data ... 31

H. Prosedur Penelitian ... 32

I. Indikator Keberhasilan ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 36

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 36

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian ... 39

1. Siklus I ... 39

2. Siklus II ... 47

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 53

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 58

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 62

A. Simpulan ... 62

B. Implikasi ... 62

C. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65 LAMPIRAN


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Formasi Jarimatika Perkalian 6-10 ... 20

Gambar 2. Formasi Berhitung Perkalian ... 21

Gambar 3. Contoh Formasi Jari Berhitung dengan Jarimatika ... 21

Gambar 4. Skema Kerangka Berpikir ... 25

Gambar 5. Anaalisis Interaktif Model Milles dan Huberman ... 31

Gambar 6. Alur PTK ... 32

Gambar 7. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ... 33

Gambar 8. Grafik Nilai Kemampuan Menghitung Perkalian Siswa Kelas II Semester 2 Pada Kondisi Sebelum Tindakan ... 38

Gambar 9. Grafik Nilai Kemampuan Menghitung Perkalian Siswa Kelas II Semester 2 SD Negeri 3 Pringanom Pada Siklus I ... 46

Gambar 10. Grafik Nilai Kemampuan Menghitung Perkalian Siswa Kelas II Semester 2 SD Negeri 3 Pringanom Pada Siklus II ... 53

Gambar 11. Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Matematika Materi Perkalian Siswa Kelas II Semester 2 SD Negeri 3 Pringanom Sebelum Tindakan, Silkus I, dan Siklus II ... 59

Gambar 12. Grafik Peningkatan Persentase Ketuntasan Klasikal Matematika Materi Perkalian Siswa Kelas II Semester II SD Negeri 3 Pringanomn Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ... 59

Gambar 13 Grafik Peningkatan Kegiatan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran di Kelas pada Siklus I dan Siklus II ... 61


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ... 27 Tabel 2. Data Frekuensi Nilai Kemampuan Menghitng Perkalian Siswa

Kelas II Semester 2 SD Negeri 3 Pringanom pada Kondisi

Sebelum Tindakan ... 38 Tabel 3. Data Frekuensi Nilai Kemampuan Menghitung Perkalian Siswa

Kelas II Semester 2 SD Negeri 3 Pringanom pada Siklus I ... 46 Tabel 4. Data Nilai Kemampuan Menghitung Perkalian Siswa Kelas II

Semester 2 SD Negeri 3 Pringanom pada Siklus II ... 53 Tabel 5. Rata-rata Nilai Matematika dan Persentase Ketuntasan Klasikal

Kemampuan Menghitung Perkalian di Atas KKM pada Kondisi

Awal, Siklus I, dan Siklus II ... 58 Tabel 6. Peningkatan Kegiatan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran di


(15)

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Soal Pra Tindakan ... 65

Lampiran 2. Daftar Nilai Ulangan Siswa Sebelum Tindakan ... 68

Lampiran 3. Rencana Pelaksaan Pembelajaran Siklus I ... 70

Lampiran 4. Daftar Nilai Ulangan Siswa Siklus I ... 78

Lampiran 5. Hasil Observasi Kegiatan Guru pada Pembelajaran Siklus I .. 80

Lampiran 6. Hasil Observasi Kegiatan Siswa pada Pembelajaran Siklus II 81

Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 82

Lampiran 8. Daftar Nilai Ulangan Siswa Siklus II ... 90

Lampiran 9. Hasil Observasi Kegiatan Guru pada Pembelajaran Siklus II . 92 Lampiran 10. Hasil Observasi Kegiatan Siswa pada Pembelajaran Siklus II 93

Lampiran 11. Foto Kegiatan Pembelajaran Siklus I dan Siklus II ... 94


(16)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Banyak ahli yang mengartikan pengertian matematika baik secara umum maupun secara khusus. Herman Hudojo menyatakan bahwa: “matematika merupaka ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol itu tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif, sehingga belajar matematika itu merupakan kegiatan

mental yang tinggi.” Sedangkan James dalam kamus matematikanya menyatakan

bahwa “Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep berhubungan lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan goemetri.”

Matematika merupakan cabang mata pelajaran yang luas cakupannya dan mencakup beberapa kompetensi yang menjadikan siswa dapat memahami dan mengerti tentang konsep dasar matematika. Pembelajaran matematika di kelas hendaknya dibuat semenarik mungkin dan dihubungkan dengan kehidupan siswa sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran matematika menjadi lebih bermakna dan bermanfaat bagi siswa.

Manfaat yang bisa diperoleh dari mempelajari matematika antara lain: melatih berpikir secara logis dan sistematis, mengembangkan daya nalar, melatih memecahkan masalah yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari, dan mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan zaman yang selalu berubah. Oleh karena itu pembelajaran matematika menjadi sangat penting dikuasai oleh siswa.

Dalam Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk mata pelajaran Matematika SD/MI dinyatakan bahwa tujuan pembelajaran Matematika di SD adalah:

(1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi, dan inkonsistensi; (2) mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa


(17)

commit to user

2

ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba; (3) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah; (4) mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, tulisan, grafik, peta dan diagram.

Pada kelas rendah, pembelajaran matematika ditekankan pada empat kemampuan berhitung dasar, yaitu kemampuan menghitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Empat kemampuan berhitung dasar ini sangat penting untuk dikuasai sebagai bekal penguasaan materi selanjutnya di kelas yang lebih tinggi. Selain itu juga penting dikuasai karena sering digunakan dalam kehidupan siswa sehari-hari.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di kelas II SD Negeri 3 Pringanom, siswa mengalami kesulitan dalam memahami dan mengerjakan soal-soal dalam materi perkalian. Hal ini terbukti dari hasil ulangan dalam materi perkalian, banyak siswa yang nilainya belum mencapai KKM. Dari 38 siswa kelas II SD Negeri 3 Pringanom yang mendapatkan nilai kriteria ketuntasan minimal

(KKM) ≥ 60 hanya 16 siswa, sedangkan 22 siswa masih belum memenuhi kriteria

ketuntasan minimal yang telah ditentukan.

Rendahnya nilai siswa dalam materi perkalian disebabkan karena metode yang digunakan selama ini adalah dengan penjumlahan berulang, padahal diperlukan waktu yang cukup lama bagi siswa untuk melakukan penjumlahan berkali-kali. Selain itu siswa seringkali mengalami ketidaksabaran dan kesalahan atau kurang teliti dalam menghitung. Metode lain yang juga seringkali digunakan adalah dengan cara menghafalkan perkalian. Akibatnya siswa menjadi kurang tertarik dan malas untuk mempelajari matematika, terutama dalam operasi hitung perkalian.

Menurut Degeng dalam Sugiyanto (2008:5) “Daya tarik suatu mata pelajaran ditentukan oleh dua hal, pertama oleh mata pelajaran (pembelajaran) itu sendiri, dan kedua, oleh cara mengajar guru”. Karena itu guru harus berusaha menjadikan pelajaran yang sebelumnya tidak menarik menjadi menarik, yang dirasakan sulit menjadi mudah, yang tadinya tak berarti menjadi bermakna. Hal


(18)

commit to user

3

itu dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode dan media yang menarik. Demikian pula dalam bidang studi matematika.

Lydia Polonsky dkk (2005: 1) berpendapat

“Gagasan bagaimana anak-anak mempelajari matematika telah berubah secara dramatis. Dahulu matematika diajarkan kepada sebagian dari kita dengan sistem ingatan – dan – latihan. Kini, kita telah memahami bahwa anak-anak mampu berpikir tentang gagasan matematis yang rumit jauh sebelum mereka mampu menghadapi soal-soal tertulis yang dinyatakan dengan simbol-simbol”.

Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dahulu sistem yang digunakan adalah ingatan dan latihan. Dengan kata lain, metode yang seringkali digunakan adalah menghafal. Sekarang ini, metode menghafal sudah tidak lagi sesuai, termasuk dalam membelajarkan perkalian. Metode ini kurang efektif untuk meningkatkan penalaran siswa. Dengan metode menghafal, siswa hanya akan menjadi seorang penghafal, bukan pemecah masalah.

Banyak metode yang digunakan oleh guru untuk membuat anak memahami materi yang diajarkan. Akan tetapi, metode yang digunakan seringkali kurang efektif karena tidak sesuai dengan materi atau karakteristik anak. Selain itu, hampir semua metode yang digunakan memerlukan alat bantu dan kadang membebani memori otak. Ditinjau dari karakteristik anak pada umumnya, di kelas II SD sudah mampu menghitung penjumlahan dan pengurangan dengan mudah. Namun, dalam menghitung perkalian dan pembagian seringkali anak mengalami kesulitan.

Dilihat dari kenyataan yang ada, banyak orangtua yang mengeluh bahwa anak mereka rata-rata mengalami kesulitan dalam menghitung perkalian, bahkan hingga di kelas yang lebih tinggi. Hal ini sangat menghambat proses pembelajaran selanjutnya dan sering membuat orang tua risau karena anak mereka tidak bisa menghitung perkalian yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Ali M.H. (2010: 9), hal-hal yang seringkali muncul saat anak sedang mempelajari matematika adalah: (1) ketidaksabaran (pada diri anak dan


(19)

commit to user

4

orangtua); (2) proses memaksa-terpaksa (yang sangat tidak menyenangkan kedua belah pihak); (3) anak kita tidak suka matematika; (4) anak kita susah memahami angka dan bilangan; (5) anak kita enggan belajar berhitung.

Di kelas II Semester 2, konsep perkalian baru diperkenalkan kepada siswa. Materi perkalian yang diperkenalkan adalah perkalian dengan hasil bilangan dua angka. Jadi penguasaan konsep sangat penting bagi siswa, agar mereka memiliki bekal untuk melakukan operasi hitung lanjutan, antara lain perkalian bilangan dengan hasil di atas 100, soal campuran, soal cerita, soal pecahan, dan sebagainya di kelas yang lebih tinggi. Jika penguasaan materi perkalian di kelas II masih kurang, siswa akan mengalami kesulitan dalam materi-materi berikutnya. Steve Slavin (2005: 233) menyatakan “Di banyak sekolah, perkalian dan pembagian diperkenalkan di awal kelas 2. Tujuannya adalah mengenalkan kepada alat matematika ini, jadi ketika perkalian dan pembagian diterapkan dengan lebih mendalam di kelas 3, anak Anda sudah terbiasa dengannya”.

Metode jarimatika (jari dan aritmatika) memperkenalkan kepada anak bahwa matematika (khususnya berhitung) itu menyenangkan. Dengan menggunakan jari-jari tangannya sendiri anak dapat menghitung perkalian dengan cepat. Dengan demikian diharapkan anak akan lebih tertarik untuk belajar matematika. Menurut Ali M. H. (2010: 10) “Jarimatika sendiri mempunyai arti menghitung dengan menggunakan jari-jari yang kita punya sebagai anugerah dari Allah SWT. Dengan metode jarimatika, jumlah jari kita yang 10 buah itu dapat dipahami sebagai 99 jumlahnya”.

Kelebihan metode jarimatika menurut Septi Peni Wulandani antara lain: “(1) memberikan visualisasi proses berhitung; (2) menggembirakan anak saat digunakan; (3) tidak memberatkan memori otak; (4) alatnya gratis, selalu terbawa dan tidak dapat disita; (5) pengaruh daya pikir dan psikologis: karena diberikan secara menyenangkan maka sistem limbik di otak anak akan senantiasa terbuka sehingga memudahkan anak dalam menerima materi baru. (6) membiasakan anak mengembangkan otak kanan dan kirinya, baik secara motorik maupun secara fungsional, sehingga otak bekerja lebih optimal; (7) tidak memberatkan memori otak,


(20)

commit to user

5

sehingga anak menganggap mudah, dan ini merupakan step awal membangun rasa percaya dirinya untuk lebih jauh menguasai ilmu matematika secara luas.”

Metode jarimatika dapat digunakan dalam operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian di semua jenjang sekolah. Metode ini juga tidak hanya dapat diterapkan oleh guru di kelas, tetapi juga sangat cocok diterapkan oleh orang tua siswa di rumah dalam membantu anaknya belajar. Dengan menggunakan metode ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menghitung perkalian.

Permasalahan pokok yang ingin penulis sampaikan dalam penelitian ini adalah: Peningkatan kemampuan menghitung perkalian dengan menggunakan metode Jarimatika pada siswa kelas II semester 2 SD Negeri 03 Pringanom tahun pelajaran 2010/2011.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : “Apakah penerapan metode jarimatika dapat meningkatkan kemampuan menghitung perkalian pada siswa kelas II SD Negeri 3 Pringanom Sragen tahun pelajaran 2010/2011?”

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat diketahui tujuan penelitian sebagai berikut : Meningkatkan kemampuan menghitung perkalian melalui penerapan metode jarimatika pada siswa kelas II SDN 3 Pringanom Sragen tahun pelajaran 2010/2011.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian tentang peningkatan kemampuan operasi hitung perkalian di kelas II SD Negeri 3 Pringanom Sragen tahun pelajaran 2010 / 2011 antara lain :


(21)

commit to user

6

Apabila penelitian ini dapat diterima kebenarannya oleh Guru, Kepala Sekolah, para tenaga kependidikan dan peneliti lainnya, diharapkan dapat menambah khasanah pustaka kependidikan dan memberikan sumbangan informasi yang selanjutnya dapat memberi motivasi penelitian tentang masalah sejenis guna penyempurnaan penelitian ini.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

1) Meningkatkan kemampuan menghitung perkalian.

2) Memudahkan siswa menghitung perkalian dengan menggunakan alat yang merupakan bagian tubuhnya sendiri.

3) Belajar menjadi lebih menyenangkan. 4) Meningkatkan motivasi belajar matematika. b. Bagi Guru

1) Guru lebih terampil menggunakan jarimatika dalam pembelajaran. 2) Sebagai alternatif metode yang efektif untuk digunakan dalam

pembelajaran.

3) Meringankan beban guru karena tidak perlu membawa alat peraga untuk memudahkan siswa menghitung perkalian.

c. Bagi sekolah

Memberikan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan sekolah.


(22)

commit to user

7

BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Pustaka

1. Hakikat Kemampuan Menghitung Perkalian a. Pengertian Kemampuan

Kemampuan berasal dari kata mampu yang artinya kuasa (bisa atau sanggup) melakukan sesuatu. Kata mampu yang mendapat awalan ke- dan akhiran –an, akan menjadi kata kemampuan yang selanjutnya memiliki arti kesanggupan, kecakapan, kekuatan atau kekayaan. (Hasan Alwi, dkk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, 2007: 707)

Menurut Bismo, kemampuan berhitung adalah kemampuan seseorang yang digunakan untuk memformulasikan persoalan matematik sehingga dapat dipecahkan dengan operasi perhitungan atau aritmatika biasa yaitu tambah, kurang, kali, dan bagi. Menurut Riyanto (2001) berhitung secara harfiah berarti cara menghitung dengan menggunakan angka-angka. Menurut Masykur dan Fathani (2008) kemampuan berhitung adalah penguasaan terhadap ilmu hitung dasar yang merupakan bagian dari matematika yang meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.

Dalam bahasa Inggris kemampuan disebut dengan “ability”. Dalam The Free Dictionary, ability is 1) the quality of being able to perform; a quality that permits or facilitates achievement or accomplishment, 2) possession of the qualities (especially mental qualities) required to do something or get something done. Pengertian dari kemampuan yaitu 1) suatu kualitas untuk bisa menampilkan; sebuah kualitas yang mengizinkan atau memfasilitasi pencapaian atau prestasi, 2) Kepemilikan kualitas (terutama kualitas mental) yang diperlukan untuk melakukan sesuatu atau membuat sesuatu dikerjakan.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kualitas, kesanggupan, kecakapan, atau kekuatan untuk melakukan atau mengerjakan sesuatu yang memfasilitasi suatu pencapaian atau prestasi.


(23)

commit to user

8

b. Pengertian Menghitung

Kata “menghitung” berasal dari kata dasar “hitung” yang berarti membilang (menjumlahkan, mengurangi, membagi, memperbanyak, dsb). Kata “hitung” yang mendapat awalan me-, akan menjadi kata kerja “menghitung” yang berarti: (1) mencari jumlahnya (sisanya, pendapatannya) dengan menjumlahkan, mengurangi, dsb; (2) membilang untuk mengetahui berapa jumlahnya (banyaknya); (3) menentukan atau menetapkan menurut (berdasarkan) sesuatu. (Hasan Alwi, dkk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, 2007: 405)

Kata untuk menghitung dalam bahasa Inggris adalah calculate. Pengertian untuk kata calculate adalah “(mathematics) To determine the value of something or the solution to something by a mathematical process; (mathematics) To determine values or solutions by a mathematical process; To plan something, especially something morally wrong”. Menentukan nilai dari sesuatu atau solusi dari sesuatu melalui proses matematika; menentukan nilai atau solusi melalui proses matematika; untuk merencanakan sesuatu, khususnya sesuatu yang secara moral salah.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa menghitung adalah suatu perbuatan untuk menentukan nilai atau solusi sesuatu hal melalui proses matematika (menjumlahkan, mengurangi, mengalikan, membagi, dsb).

Septi Peni Wulandani (www.ibuprofesional.org) menyebutkan beberapa manfaat berhitung, diantaranya:

1) Agar anak kita dapat lebih memahami alam semesta dan hukum-hukum yang berlaku di dalamnya, 2) agar anak kita dapat melakukan perencanaan dan evaluasi dengan baik saat dewasa nanti, 3) agar anak-anak kita dapat membuat rancangan dan konstruksi dengan benar, 4) yang juga tidak kalah penting adalah agar anak-anak kita dapat berlaku adil, 5) kemudian agar mereka bisa berbelanja dengan benar, 6) lalu juga agar mereka tidak mudah ditipu, 7) dan tentu masih banyak lagi nilai pentingnya bagi kehidupan anak kita.

Karena pentingnya berhitung bagi anak, orangtua seringkali memaksa anak untuk belajar berhitung. Orang tua umumnya merasa jengkel jika anak tidak


(24)

commit to user

9

juga mampu menguasai kemampuan ini. Padahal untuk menguasai kemampuan berhitung perlu melalui beberapa proses, yaitu: 1) Anak perlu memahami bilangan dan proses membilang, 2) kemudian mulai dikenalkan dengan lambang bilangan, 3) setelah itu diajarkan konsep operasi hitung, 4) baru kemudian dikenalkan berbagai cara dan metode melakukan penghitungan. Kemampuan berhitung pada anak harus terus ditingkatkan. Guru dan orang tua dapat menggunakan berbagai metode untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak. Terutama metode yang menyenangkan, tidak membebani memori otak, dan menarik bagi anak.

c. Perkalian

Yasin Matika & Abraham (2009: 3) menyatakan “Perkalian adalah penjumlahan berulang, atau penjumlahan dari beberapa bilangan yang sama”. Sedangkan Steve Slavin (2005: 233) berpendapat bahwa “Perkalian adalah penjumlahan yang sangat cepat”. Menurut St. Suwarsono & Th. Sugiarto, operasi perkalian didefinisikan sebagai berikut: Jika a = n (A). b = n (B), A dan B dua himpunan berhingga, maka a x b = n (A x B). (A x B = {(a,b) | a Ε A dan b E B }). Definisi kedua adalah jika a dan b bilangan cacah, a x b = b+b+b+b sejumlah a. Penjumlahan berulang b sejumlah a suku. Bentuk perkalian a x b selanjutnya dapat ditulis ab, a dan b faktor.

Prof. Drs. Wirasto (1983) mengemukakan beberapa definisi perkalian sebagai berikut:

Jika bilangan-bilangannya a dan b maka: Definisi I: a x b adalah penjumlahan berulang yang mempunyai a suku, dan tiap-tiap suku sama dengan b. Definisi II: jika a dan b bilangan-bilangan cacah, dan H1, H2, . . . Ha (sebanyak a himpunan) adalah himpunan-himpunan yang sepasang-sepasang lepas, serta n (H1) = . . . = n (Ha) = b, maka a x b = n (H1  H2 . . .  Ha). Definisi III: Apabila a dan b bilangan-bilangan cacah dan H dan K himpunan-himpunan dengan n (H) = a dan n (K) = b, maka a x b = n (H x K).


(25)

commit to user

10

Dari pendapat-pendapat di atas dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa perkalian adalah penjumlahan dari suatu bilangan yang sama secara berulang, yaitu bilangan terkali dijumlah berulang-ulang sebanyak pengalinya.

Untuk memudahkan anak memahami perkalian, dapat ditempuh dengan langkah yang sederhana dan mudah. Di samping menggunakan metode jarimatika, anak juga harus memahami sifat atau ciri khas perkalian, yaitu:

1) Komutatif berarti urutan tidak mempengaruhi hasil perkalian. Contoh: 2 x 3 = 6 dan 3 x 2 = 6, maka 2 x 3 = 3 x 2

2) Asosiatif berarti pengelompokkan tidak mempengaruhi hasil perkalian. Contoh: (2 x 3) x 4 = 2 x (3 x 4 )

3) Perkalian dengan 0 = 0

Bilangan berapapun jika dikalikan dengan 0, maka hasilnya sama dengan 0. Contoh: 1 x 0 = 0

3 x 0 = 0

4) Unsur identitas perkalian adalah 1. Bilangan berapapun kalau dikalikan dengan 1, hasilnya sama dengan bilangan itu sendiri.

Contoh: 4 x 1 = 4 7 x 1 = 7

5) Perkalian dengan 10 = bilangan itu ditambah 0 di belakangnya. Bilangan berapa pun jika dikalikan dengan 10, maka hasilnya sama dengan bilangan itu sendiri ditambah 0 di belakangnya.

Contoh: 2 x 10 = 20 9 x 10 = 90

6) Tertutup adalah jika semua jawaban menjadi anggota himpunan aslinya. Jika dua bilangan genap dikalikan, jawabannya masih berupa bilangan genap (2 x 4 = 8); maka himpunan bilangan genap tertutup dalam operasi perkalian. Jika dua bilangan ganjil dikalikan maka jawabannya adalah bilangan ganjil (3 x 5 = 15); maka himpunan bilangan ganjil tertutup dalam operasi perkalian. 7) Inversi Perkalian adalah kebalikan bilangan. Setiap bilangan yang dikalikan

dengan kebalikannyan hasilnya sama dengan 1. Contoh: 2 x ½


(26)

commit to user

11

8) Sifat Distributif Perkalian terhadap Penjumlahan. Untuk setiap a, b, c bilangan cacah, berlaku a x (b + c) = (a x b) + ( a x c) dan ( b+c ) x a = (b x a) + (c x a).

d. Hakikat Pembelajaran Matematika 1) Pengertian Pembelajaran

Suherman (1992) berpendapat bahwa “Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi antara peserta didik dengan pendidik serta antar peserta didik dalam rangka perubahan sikap”. Sedangkan menurut Usman (2001) “Pembelajaran adalah inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu”. (Asep Jihad dan Abdul Haris, 2008: 11)

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses komunikasi antara guru dan siswa serta antara siswa dengan siswa yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran. 2) Pengertian Matematika

Matematika (dari bahasa Yunani: μα ματ ά - mathēmatiká) adalah studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para matematikawan mencari berbagai pola, merumuskan konjektur baru, dan membangun kebenaran melalui metode deduksi yang kaku dari aksioma-aksioma dan definisi-definisi yang bersesuaian. Terdapat perselisihan tentang apakah objek-objek matematika seperti bilangan dan titik hadir secara alami, atau hanyalah buatan manusia. Seorang matematikawan Benjamin Peirce menyebut matematika sebagai "ilmu yang menggambarkan simpulan-simpulan yang penting". Di pihak lain, Albert Einstein


(27)

commit to user

12

menyatakan bahwa "sejauh hukum-hukum matematika merujuk kepada kenyataan, mereka tidaklah pasti; dan sejauh mereka pasti, mereka tidak merujuk kepada kenyataan."

Mathematics (abbr. maths or math) is the discipline that deals with concepts such as quantity, structure, space and change. It evolved, through the use of abstraction and logical reasoning, from counting, calculation, measurement and the study of the shapes and motions of physical objects. Mathematicians explore such concepts, aiming to formulate new conjectures and establish their truth by rigorous deduction from appropriately chosen axioms and definitions. Matematika adalah disiplin ilmu yang berkenaan dengan konsep-konsep seperti jumlah, struktur, ruang, dan perubahan. Matematika berkembang, melalui penggunaan abstraksi dan logika, dari menghitung, perhitungan, pengukuran dan studi tentang bentuk dan gerakan dari objek fisik. Matematika menyelidiki baberapa konsep, bertujuan untuk merumuskan perkiraan baru dan mendirikan kebenaran melalui penarikan kesimpulan yang setepat-tepatnya dari aksioma dan definisi terpilih yang sesuai.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 5) pengertian matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Dari pengertian ini, dapat disimpulkan bahwa matematika tidak dapat lepas dari bilangan. Matematika ada karena ada bilangan.

Janice Vancleave‟s (2006: 1) mengemukakan “Dari gulungan lontar orang Mesir yang merupakan catatan sejarah tertua, kita mengetahui bahwa matematika telah menjadi penting sejak tahun 4.000 Sebelum Masehi. Kalender pertama memerlukan sistem angka. Orang-orang zaman dahulu dengan susah payah menghitung dengan menggunakan jari-jari mereka”. Dari pendapat ini, jelas sekali bahwa matematika adalah ilmu yang sangat penting, bahkan sejak ribuan tahun yang lalu. Hal ini karena matematika digunakan setiap hari dalam kehidupan. Dan matematika akan terus berkembang karena akan selalu muncul penemuan baru dalam matematika. Pada zaman dahulu, matematika masih sangat sederhana, tetapi sekarang sudah sangat kompleks.


(28)

commit to user

13

Janice juga berpendapat bahwa “Matematika adalah bahasa khusus yang menggunakan angka-angka dan simbol-simbol untuk mempelajari hubungan antara kuantitas”. Jadi, kerena berhubungan dengan angka-angka dan simbol-simbol, matematika merupakan sesuatu yang abstrak. Tetapi matematika juga sangat berhubungan dengan hal-hal yang konkret dalam kehidupan sehari-hari. Hudoyo dalam Nyimas Aisyah (2008: 1.1) berpendapat bahwa matematika berkenaan dengan ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Dari pendapat Hudoyo, matematika merupakan sesuatu yang logis dan bersifat abstrak.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah studi tentang besaran, struktur, ruang dan perubahan yang menggunakan angka-angka dan simbol-simbol (bersifat abstrak) yang menggambarkan simpulan-simpulan yang penting.

3) Pembelajaran Matematika

a) Pengertian Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika merupakan suatu kegiatan atau upaya untuk memfasilitasi siswa dalam mempelajari matematika. Kegiatan tersebut adalah upaya disengaja artinya menuntut persiapan pembelajaran yang sangat detail, inovatif dan kreatif yang mampu menyesuaikan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan pembelajaran kompetensi dalam standar kompetensi-kompetensi dasar dan kekhasan kontekstual kehidupan sehari-hari peserta didiknya. Dalam Pelaksanaan pembelajaran, tugas guru hanya sebagai fasilitator, sedangkan peserta didik aktif mengkonstruksi sendiri pengetahuan, keterampilan dan sikapnya.

Menurut Gagne dalam Sri Subarinah (2006: 7), belajar matematika terdiri dari objek langsung dan objek tak langsung. Objek-objek langsung adalah objek-objek yang dari segi wujudnya secara nyata merupakan objek-objek yang pertama-tama dipelajari. Objek-objek langsung dalam pembelajaran matematika terdiri dari: fakta-fakta matematika, konsep-konsep matematika, prinsip-prinsip matematika. Objek-objek tak langsung


(29)

commit to user

14

adalah objek-objek yang dari segi wujudnya secara nyata (secara operasional) tidak segera nampak bahwa objek-objek tersebut merupakan hal-hal yang dipelajari; tetapi hal-hal itu dipelajari sebagai dampak (akibat) dari pembelajaran objek-objek langsung. Objek-objek tak langsung dalam pembelajaran matematika adalah: sikap terhadap matematika, penghargaan terhadap peranan matematika bagi kehidupan manusia, kemampuan memecahkan masalah, kecermatan atau ketelitian dalam mengamati sesuatu, kemampuan berfikir abstrak, dan sebagainya.

Gagne mengemukakan bahwa keterampilan-keterampilan yang dapat diamati sebagai hasil-hasil belajar disebut kemampuan-kemampuan atau disebut juga kapabilitas. Gagne mengemukakan 5 macam hasil belajar sebagai berikut : Informasi verbal atau kemampuan untuk mengkomunikasikan secara lisan pengetahuannya tentang fakta-fakta, ketrampilan intelektual atau kemampuan untuk dapat membedakan, menguasai konsep aturan, dan memecahkan masalah, strategi kognitif atau kemampuan untuk mengkoordinasikan serta mengembangkan proses berfikir dengan cara merekam, membuat analisis dan sintesis, sikap atau kecenderungan untuk merespon secara tepat terhadap stimulus atas dasar penilaian terhadap stimulus tersebut, dan keterampilan motorik yang dapat dilihat dari segi kecepatan, ketepatan, dan kelancaran gerakan otot-otot serta anggota badan yang diperlihatkan.

b) Prinsip-prinsip Pembelajaran Matematika

Bagi kebanyakan peserta didik, pembelajaran matematika sangat menakutkan, membosankan dan membebani pikiran/perasaan mereka. Hal itu tidak lepas dari peran guru yang mengajar matematika kurang memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran yang benar. Untuk menciptakan pembelajaran matematika yang bermakna dan menyenangkan, perlu diperhatikan dan diimplementasikan prinsip-prinsip pembelajaran matematika sebagai berikut:


(30)

commit to user

15

(1) Pembelajaran perlu dilaksanakan dengan materi yang mula-mula bersifat kongkrit kemudian bergerak ke arah yang lebih abstrak, atau dari yang spesifik kemudian bergerak ke arah yang lebih umum. (2) Pembelajaran perlu dilaksanakan dalam suatu lingkungan

pembelajaran yang memberikan rasa aman dan menyenangkan bagi siswa (a safe and enjoyable learning environment).

(3) Pembelajaran perlu dilaksanakan dengan materi yang mula-mula dirasa mudah bagi siswa kemudian bergerak ke arah yang lebih sukar. (4) Para siswa perlu diberi kesempatan yang cukup banyak untuk

bisa menemukan sendiri berbagai hal penting yang terkait dengan materi pembelajaran, dengan bimbingan dari guru, sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan, keterampilan dan sikapnya sesuai materi pelajaran yang dipelajari.

(5) Pendekatan dan metode yang digunakan guru dalam mengelola pembelajaran matematika harus dapat memotivasi semua siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, baik aktif secara mental, secara fisik, maupun secara sosial, tanpa ada perasaan tertekan atau terpaksa pada siswa.

(6) Pembelajaran perlu dilaksanakan sedemikian, sehingga siswa memahami konsep-konsep matematika, fakta-fakta matematika, keterampilan- keterampilan matematika, dan prinsip-prinsip matematika yang menjadi objek pembelajaran. Pembelajaran perlu dilaksanakan sedemikian, sehingga siswa memahami penalaran (reasoning) yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif siswa dalam hal pengembangan konsep yang satu ke konsep yang lain, dari prinsip yang satu ke prinsip yang lain, dari keterampilan yang satu ke keterampilan yang lain.

(7) Pembelajaran perlu dilaksanakan sedemikian, sehingga siswa mengerti kegunaan nyata dari materi pembelajaran.


(31)

commit to user

16

c) Tujuan Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, menurut kurikulum 2006 bertujuan antara lain agar siswa memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika, sehingga terdapat keserasian antara pembelajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan pembelajaran yang menekankan pada keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah. Hal ini dengan jelas mengisyaratkan bahwa pengajaran Matematika di Sekolah Dasar juga bertujuan untuk melatih siswa memecahkan masalah. Melalui latihan pemecahan masalah, diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan memecahkan masalah-masalah yang mereka jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan matematika sekolah, khusus di Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah (Nyimas Aisyah, 2008: 1.4) agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

(1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

(2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

(3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

(4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

(5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam memecahkan masalah.


(32)

commit to user

17

2. Hakikat Metode Jarimatika a. Pengertian Metode Jarimatika

Metode berasal dari bahasa Yunani “Methodos” yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. Pengetahuan tentang metode-metode mengajar sangat diperlukan oleh guru, sebab berhasil atau tidaknya siswa belajar sangat bergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh guru. Metode yang digunakan harus disesuaikan dengan materi pelajaran dan karakteristik siswa. Dalam materi perkalian, salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode jarimatika.

Ali M. H. (2010: 1) “Jarimatika sendiri mempunyai arti menghitung dengan jari-jari yang kita punyai sebagai anugerah dari Tuhan yang Maha Esa. Dengan metode jarimatika jumlah jari kita yang sepuluh buah itu dapat dipahami sebagai 99 jumlahnya. Jadi jari-jari kanan kita bernilai satuan, dan jari-jari sebelah kiri kita bernilai puluhan”. Jarimatika memperkenalkan kepada anak bahwa berhitung itu menyenangkan serta mudah. Dan di dalam proses yang penuh kegembiraan itu anak dibimbing untuk bisa dan terampil berhitung dengan benar.

Menurut penemu jarimatika, Ibu Septi Peni Wulandani (2009: 17), jarimatika adalah salah satu metode berhitung dalam operasi KaBaTaKu (kali-bagi-tambah-kurang) dengan menggunakan jari-jari tangan. Jarimatika juga didesain agar anak tidak merasa sedang „belajar‟ Matematika. Buku Jarimatika banyak diselingi dengan gambar, kegiatannya penuh dengan permainan, gerak, lagu, dan juga kisah-kisah menarik. Target pertamanya adalah: Anak tidak takut Matematika.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode jarimatika adalah suatu cara yang digunakan untuk berhitung dalam operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian dengan menggunakan jari-jari tangan.


(33)

commit to user

18

b. Latar Belakang Penggunaan Metode Jarimatika

Bruner dalam Nyimas Aisyah (2008: 1.6) mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan memanipulasi benda-benda atau alat peraga yang dirancang secara khusus dan dapat diotak-atik oleh siswa dalam memahami suatu konsep matematika. Melalui alat peraga yang ditelitinya itu, anak akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya itu.

Proses internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh (yang berarti proses belajar terjadi secara optimal) jika pengetahuan yang dipelajari itu dipelajari dalam tiga tahapan yaitu model tahap enaktif, model ikonik dan model tahap simbolik. Ketiga model penyajian yang dikenal dengan teori Belajar Bruner, dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Model Tahap Enaktif

Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secara langsung terlibat dalam memanipulasi (mengotak-atik) objek.

2) Model Tahap Ikonik

Dalam tahap ini kegiatan penyajian dilakukan berdasarkan pada pikiran internal dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar-gambar atau grafik yang dilakukan anak, berhubungan dengan mental yang merupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya.

3) Model Tahap Simbolis

Dalam tahap ini bahwa bahasa adalah pola dasar simbolik, anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang objek tertentu.

Anak usia sekolah dasar berada dalam tahap operasional konkret. Sehingga anak akan lebih mudah memahami sesuatu yang bersifat konkret daripada yang abstrak. Oleh karena itu, guru dituntut untuk menggunakan berbagai media atau alat peraga untuk mempermudah anak dalam menyerap materi yang diberikan guru.

Pembelajaran matematika selama ini seringkali disajikan oleh guru dengan memberikan soal latihan sebanyak mungkin. Hal ini tentu saja ada manfaatnya, yaitu melatih kemampuan anak dalam mengerjakan soal-soal


(34)

commit to user

19

matematika. Tetapi, guru seringkali lupa untuk membuat matematika menjadi menyenangkan. Guru juga seringkali memacu siswa untuk terus belajar dan melakukan perhitungan yang hanya berhubungan dengan angka-angka dan lambang bilangan yang abstrak. Padahal sebenarnya matematika dapat dihubungkan dengan kehidupan siswa sehari-hari yang konkret.

Metode jarimatika adalah metode yang sedang tren saat ini. Metode ini dapat menjembatani antara dunia anak yang konkret dengan matematika yang bersifat abstrak. Melalui metode ini, anak dibimbing untuk belajar dengan cara yang lebih menyenangkan. Anak juga dapat mengotak-atik benda konkret berupa jari-jari tangannya sendiri, sehingga praktis dan tidak memberatkan memori otak. Jarimatika merupakan sebuah solusi dari masalah-masalah di atas. Jarimatika juga memenuhi kaidah-kaidah pembelajaran matematika. Dengan metode ini, anak diharapkan akan lebih tertarik dan senang belajar matematika.

c. Sejarah Jarimatika

Berikut ini adalah intisari sejarah jarimatika yang penulis akses www.jarimatika.com:

1) Jarimatika ditemukan oleh Ibu Septi Peni Wulandani. Bermula dari kecintaannya terhadap anak-anak dan keinginan untuk mendidik mereka. 2) Ketiga anaknya mendapat didikan langsung dari Septi di rumah alias

ber-homeschooling. Salah satu tantangan Septi adalah mengajari anak berhitung alias Matematika, materi yang selama ini dianggap ”menakutkan”.

3) Salah satu anaknya, Enes mengikuti kursus swipoa. Enes berusia tiga tahun. ”Saya lantas berpikir untuk ikut kursus, kemudian mengajari Enes,” ujar Septi yang lalu mengikuti kursus swipoa.

4) Berbekal pengetahuan dari kursus itu, Septi berupaya menciptakan metode yang disukai anaknya. Ia lalu menemukan metode jarimatika.


(35)

commit to user

20

Dalam jarimatika, tangan kanan diibaratkan tangan satuan dan tangan kiri sebagai tangan puluhan. Metode itu terus dikembangkan hingga mencapai angka ratusan dan ribuan, dengan menggunakan biku-biku jari. Selama 2000-2003 metode ciptaan Septi itu dipraktikkan kepada Enes, salah satu putrinya yang ternyata sangat menyukainya. Metode itu kemudian dinamai Jarimatika singkatan dari jari dan matematika.

Aplikasinya mudah sehingga dapat menjadi jembatan pertama anak memasuki dunia matematika yang dianggap sukar dan sering membuat minder. Kalau anak sudah percaya diri, mata pelajaran lain akan berkembang baik. Metode pembelajaran dengan jarimatika dikemas menyerupai permainan. Septi lalu menuliskan metode berhitung itu dan diterbitkan menjadi buku berjudul Jarimatika Penambahan dan Pengurangan (Teknik Berhitung Mudah dan Menyenangkan dengan Menggunakan Jari Tangan). Buku itu sudah memasuki cetakan ke-10, bahkan akan dibuat versi braille bagi tunanetra. Setelah itu juga terbit buku Jarimatika Perkalian dan Pembagian karangan Septi.

d. Keunggulan Metode Jarimatika

Metode jarimatika mempunyai beberapa keunggulan, antara lain:

1) Berhitung dengan metode jarimatika mudah dipelajari dan menyenangkan bagi peserta didik. Mudah dipelajari karena jarimatika mampu menjembatani antara tahap perkembangan kognitif peserta didik yang konkret dengan materi berhitung yang bersifat abstrak.

2) Jarimatika memberikan visualisasi proses berhitung, peserta didik belajar dengan memanipulasi hal-hal konkret tersebut untuk memepelajari materi matematika yang bersifat abstrak dan deduktif. Ilmu ini mudah dipelajari segala usia, minimal anak usia 3 tahun. Menyenangkan karena peserta didik merasakan seolah mereka bermain sambil belajar dan merasa tertantang dengan metode jarimatika

3) Tidak membebani memori otak peserta didik. Metode berhitung jarimatika mampu menyeimbangkan kerja otak kanan dan kiri, hal itu dapat


(36)

commit to user

21

ditunjukkan pada waktu berhitung mereka akan mengotak-atik jari-jari tangan kanan dan kirinya secara seimbang. Jarimatika mengajak peserta didik untuk dapat mengaplikasikan operasi hitung dengan dengan cepat dan akurat menggunakan alat bantu jari-jari tangan, tanpa harus banyak menghafalkan semua hasil operasi hitung tersebut.

4) Praktis dan efisien. Dikatakan praktis karena alat hitungnya jari maka selalu dibawa kemana-mana. Alatnya tidak akan pernah ketinggalan dan tidak akan disita apalagi diambil, jika si anak ketahuan memakai Jari-jari sebagai alat hitungnya pada saat ujian. Efisien karena alatnya selalu tersedia dan tidak perlu dibeli.

5) Penggunaan “Jarimatika” lebih menekankan pada penguasaan konsep

terlebih dahulu baru ke cara cepatnya, sehingga anak-anak menguasai ilmu secara matang. Selain itu metode ini disampaikan secara fun, sehingga anak-anak akan merasa senang dan gampang bagaikan “tamasya belajar”. 6) Pengaruh daya pikir dan psikologis karena diberikan secara

menyenangkan maka sistem limbik di otak anak akan senantiasa terbuka sehingga memudahkan anak dalam menerima materi baru. Membiasakan anak mengembangkan otak kanan dan kirinya, baik secara motorik maupun secara fungsional, sehingga otak bekerja lebih optimal. Tidak memberatkan memori otak, sehingga anak menganggap mudah, dan ini merupakan step awal membangun rasa percaya dirinya untuk lebih jauh menguasai ilmu matematika secara luas.

e. Formasi Jarimatika Perkalian

Sebelum mengajarkan anak untuk menggunakan metode jarimatika dalam perkalian, anak perlu dibimbing untuk memahami konsep dasar tentang perkalian terlebih dahulu. Di bawah ini merupakan langkah-langkah pembelajaran perkalian kelompok dasar (bilangan 6-10):

1) Sebelum mempelajari jarimatika, siswa terlebih dahulu perlu memahami angka atau lambang bilangan.


(37)

commit to user

22

3) Siswa sebelumnya diajak bergembira, bisa dengan bernyanyi.

4) Mengenal lambang-lambang yang digunakan di dalam jarimatika. Pengenalannya dengan praktek secara langsung yaitu siswa diminta mengangkat jari-jarinya ke atas kemudian mendemonstrasikan formasi jari tangan yang digunakan dalam jarimatika seperti pada gambar 1 di bawah ini:

Gambar 1. Formasi Jarimatika Perkalian 6-10

5) Siswa diajarkan cara-cara menghitung dengan jarimatika dengan ketentuan sebagai berikut :

Rumus: (T1 + T2) + (B1 x B2) Keterangan:

T1 = jari tangan kanan yang ditutup (puluhan) T2 = jari tangan kiri yang ditutup (puluhan) B1 = jari tangan kanan yang dibuka (satuan) B2 = jari tangan kiri yang dibuka (satuan)


(38)

commit to user

23

7) Guru dan siswa melakukan operasi perkalian dengan mendemonstrasikan menggunakan jari tangan. Guru mengajarkan dengan pelan-pelan dan menyenangkan sehingga siswa dapat memahami dengan baik penggunaan metode jarimatika.

Contoh:

Gambar 2. Formasi Berhitung Perkalian Tangan kanan (7) : kelingking dan jari manis ditutup (dilipat).

Tangan kiri (8) : kelingking, jari manis, dan jari tengah ditutup (dilipat). 7 x 8 dapat diselesaikan sebagai berikut:

Jari yang ditutup bernilai puluhan, dijumlahkan. Jari yang terbuka bernilai satuan, dikalikan. Formasi Jarimatikanya adalah sebagai berikut:


(39)

commit to user

24

7 x 8 = (T1 + T2) + (B1 x B2) = (20 + 30) + (3 x 2) = 50 + 6

= 56

7) Ajak siswa terus bergembira, jangan merepotkan anak untuk menghafal lambang-lambang jarimatika.

8) Melakukan latihan secara rutin dengan demikian anak merasa senang tanpa ada paksaan untuk menghafal.

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

1. Yogi Karismasari. 2010. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung Perkalian Dengan Teknik Jarimatika pada Siswa Kelas II Semester 2 SD Negeri Tegaldowo Tahun Pelajaran 2009/2010. Dari hasil penelitiannya disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan teknik jarimatika dapat meningkatkan kemampuan berhitung perkalian. Perbedaan penelitian Yogi dengan penelitian ini adalah pada subjek, lokasi, dan waktu penelitian. Selain itu, Yogi menyebut jarimatika sebagai suatu teknik, sementara dalam penelitian ini lebih cenderung menyebut jarimatika sebagai suatu metode.

2. Khusnul Khotimah. 2009. Pembelajaran Berhitung Dengan Menggunakan Jarimatika untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berhitung Siswa MIM Candirejo Ngawen Klaten. Dari hasil penelitinnya ditemukan bahwa penggunaan metode jarimatika selain dapat meningkatkan kemampuan berhitung siswa juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada subjek, lokasi, waktu, dan tujuan. Tujuan dari penelitian Khusnul adalah untuk meningkatkan motivasi serta kemampuan berhitung secara keseluruhan. Sedangkan dalam penelitian ini tidak dibahas mengenai peningkatan motivasi, selain itu tujuannya lebih spesifik yaitu untuk meningkatkan kemampuan menghirung perkalian.


(40)

commit to user

25

3. Anis Fatati. 2009. Pengaruh Metode Pembelajaran Jarimatika terhadap Keterampilan Berhitung Perkalian Hasilnya Bilangan Dua Angka Ditinjau dari Kemampuan Awal Siswa pada Kelas II SD Negeri Se-Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010. Dalam penelitiannya ia membuat kesimpulan bahwa terdapat perbedaan keterampilan berhitung antara pembelajaran matematika yang menggunakan metode pembelajaran jarimatika dengan metode pembelajaran konvensional. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada jenis penelitian, subjek, lokasi, dan waktu penelitian. Jenis penelitian Anis adalah kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode jarimatika terhadap keterampilan berhitung perkalian serta membandingkan metode jarimatika dengan metode konvensional.

C. Kerangka Berpikir

Pelajaran matematika selama ini sering dianggap pelajaran yang sulit. Dilihat dari kenyataan yang ada, banyak orangtua yang komplain bahwa anak mereka rata-rata tidak suka matematika, susah memahami angka dan bilangan, serta enggan untuk belajar berhitung.

Apalagi dalam operasi hitung perkalian pada kelas rendah, terutama kelas II, anak seringkali mengalami kesulitan. Terbukti dengan rendahnya nilai siswa pada materi perkalian ini (lebih dari 50% siswa nilainya di bawah KKM). Metode yang sering digunakan selama ini adalah dengan menghafal dan penjumlahan berulang, sehingga anak sering malas untuk menghafal. Dan dalam menghitung, anak membutuhkan waktu yang lama dan ketelitian yang tinggi.

Saat ini telah berkembang macam-macam metode untuk berhitung. Pada intinya semua metode adalah baik, semua anak berhak untuk mempelajari teknik-teknik yang ada, sehingga mereka kaya akan suatu teknik-teknik. Salah satu metode yang telah berkembang untuk pembelajaran Matematika khususnya dalam berhitung adalah metode jarimatika. “Jarimatika adalah teknik berhitung mudah dan menyenangkan dengan menggunakan jari-jari tangan”. (Septi Peni, 2008: 17)

Kelebihan dari pembelajaran dengan menggunakan metode jarimatika yaitu sederhana, alatnya selalu tersedia dan tidak perlu dibeli, alatnya tidak akan


(41)

commit to user

26

pernah ketinggalan atau disita saat ujian, tidak memberatkan otak dengan bayangan, dan tenyata juga mudah untuk dilakukan. Guru menggunakan metode tersebut untuk mengajarkan perkalian, sehingga anak akan mudah memahami dan memudahkan para siswa untuk menghitung perkalian selanjutnya hafal dengan sendirinya tanpa ada paksaan dan tekanan dari orang tua dan guru. Setelah guru menerapkan metode jarimatika, siswa menjadi lebih tertarik dan senang dalam mata pelajaran Matematika khususnya menghitung perkalian, selain itu siswa mampu menyelesaikan masalah menghitung perkalian dengan metode jarimatika. Pada kondisi akhir kemampuan siswa dalam menghitung perkalian meningkat.

Dari uraian pemikiran di atas, maka dapat divisualisasikan dalam bentuk kerangka pemikiran seperti pada gambar 4.

Gambar 4: Skema Kerangka Berpikir

Kondisi Awal Guru Belum

Menerapkan Metode Jarimatika

Kemampuan Siswa dalam Menghitung Perkalian Rendah

Tindakan

Menerapkan Metode Jarimatika

dalam Pembelajaran

Siklus I

70 % dari jumlah siswa harus mencapai KKM

Siklus II

80 % dari jumlah siswa harus mencapai KKM

Kondisi Akhir

Diduga Kemampuan

Menghitung Perkalian Siswa


(42)

commit to user

27

Dari kerangka berfikir di atas, dapat diketahui bahwa sebelum mengunakan metode jarimatika hasil pembelajaran khususnya kemampuan menghitung perkalian masih rendah. Kemudian setelah menggunakan metode jarimatika ada peningkatan kemampuan menghitung perkalian yang cukup berarti. Penelitian ini direncanakan dua siklus dan akan diakhiri sampai didapat hasil yang mencapai rata-rata kelas 70 dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 (KKM) mencapai 80 % dari semua siswa kelas II.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas, maka peneliti dapat merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : “Penerapan metode jarimatika dapat meningkatkan kemampuan menghitung perkalian pada siswa kelas II SD Negeri 3 Pringanom Sragen tahun pelajaran 2010/2011”.


(43)

commit to user

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN 3 Pringanom, yang beralamat di Sari Desa Pringanom Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen. Sekolah ini di bawah pimpinan Bapak Sunarso, S.Pd, M.M. yang bertindak sebagai Kepala Sekolah. Di sekolah ini hanya terdapat 1 kelas pada tiap tingkatnya dengan jumlah siswa pada kelas II tahun ajaran 2010/2011 yaitu 38 siswa dengan rincian 20 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.

2. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian tindakan ini direncanakan pada semester II Tahun Pelajaran 2010/2011. Penelitian berlangsung selama kurun waktu lima bulan terhitung sejak bulan Januari 2011 sampai dengan bulan Mei 2011, yang mencakup tiga tahapan kegiatan secara garis besar, yaitu tahap persiapan selama 8 (delapan) minggu, tahap pelaksanaan penelitian selama 5 (lima) minggu dan tahap penulisan laporan serta ujian skripsi selama 8 (delapan) minggu. Waktu dan jenis kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian

No. Jenis Kegiatan Bulan (Tahun 2011)

Januari Februari Maret April Mei

1 Pembuatan

proposal

2 Pengajuan

Proposal

3 Revisi Proposal

4 Pengajuan Surat

Izin

5 Persiapan


(44)

commit to user

29

6 Pelaksanaan

siklus I

7 Pelaksanaan

siklus II

8 Pengolahan data

9 Penyusunan

laporan

10 Ujian Skripsi

B. Bentuk dan Strategi Penelitian 1. Bentuk Penelitian

Berdasarkan masalah yang diajukan dalam penelitian yang lebih menekankan pada masalah perbaikan proses di kelas, maka jenis penelitian yang tepat adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas).

Menurut Stephen Kemmis seperti dikutip D. Hopkins dalam bukunya yang berjudul A Teacher’s Guide to Classroom Research, menyatakan bahwa action research adalah: a from of self-reflektif inquiry undertaken by participants in a social (including education) situation in order to improve the rationality and of (a) their own social or educational practices justice (b) their understanding of these practices, and (c) the situastions in which practices are carried out. Secara singkat PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tinakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki dimana praktek-praktek pembelajaran dilaksanakan.

Prof. Dr. Rochiati Wiriaatmadja (2005: 13) memberikan definisi bahwa ”penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu”.


(45)

commit to user

30

Dari pendapat ini, penelitian tindakan kelas sangat cocok dilakukan oleh guru untuk memperbaiki kinerjanya.

Dengan menggunakan penelitian ini, peneliti berharap akan mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya untuk meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional.

2. Strategi Penelitian

Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Strategi ini bertujuan untuk menggambarkan serta menjelaskan kenyataan di lapangan melalui pengamatan peneliti. Dalam hal ini objek yang diamati adalah kegiatan pembelajaran berhitung perkalian sebelum dan sesudah diberikan tindakan dengan penggunaan metode jarimatika.

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas II SDN 3 Pringanom Kecamatan Masaran Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011. Siswa kelas II berjumlah 38 siswa terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran matematika dengan menggunakan metode jarimatika pada materi operasi hitung perkalian pada siswa kelas II SD Negeri 3 Pringanom Tahun Pelajaran 2010/2011.

D. Sumber Data

Sumber data adalah sesuatu yang menjadi sumber untuk memperoleh sebuah data. Sumber data atau informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah dari:

1. Sumber data pokok, yaitu siswa dan guru.

2. Sumber data sekunder, yaitu arsip atau dokumen, catatan observasi guru, dan nilai hasil belajar siswa.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Dokumentasi, yaitu pekerjaan mencatat atau merekam peristiwa dan objek


(46)

commit to user

31

penting. Dalam penelitian ini dokumen yang dimanfaatkan berupa: daftar nilai Matematika dan bukti fisik kegiatan berupa foto. Daftar nilai matematika yang digunakan adalah nilai pada materi perkalian yang diperoleh sebelum dan sesudah penerapan metode jarimatika. Penerapan metode jarimatika dilaksanakan dalam dua siklus. Sedangkan dokumen berupa foto diambil saat pembelajaran dengan menerapkan jarimatika, baik pada siklus I maupun pada siklus II.

2. Teknik tes, yaitu serentetetan soal, latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan dan pengetahuan siswa. Tes dalam penelitian ini berupa soal materi perkalian yang diberikan kepada siswa kelas II SD Negeri 3 Pringanom sebelum dan sesudah penerapan metode jarimatika. Tujuannya untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan nilai atau kemampuan siswa dalam menghitung perkalian dengan diterapkannya metode jarimatika.

3. Observasi, yaitu kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Dalam penelitian ini observasi diarahkan terhadap guru dan siswa kelas II SD Negeri 3 Pringanom Sragen. Guru diobservasi oleh rekan sejawat untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan guru dalam mengadakan pembelajaran dengan metode jarimatika. Tujuannya supaya kemampuan guru dalam mengajarkan metode jarimatika dapat lebih ditingkatkan. Perilaku siswa dalam pembelajaran juga diobservasi untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Tujuannya supaya guru dapat menyesuaikan cara mengajarnya dengan kondisi siswa.

4. Wawancara, yaitu suatu cara atau kepandaian melakukan tanya jawab untuk memperoleh keterangan, informasi dan sejenisnya. Wawancara digunakan untuk memperoleh jawaban dari responden melalui tanya jawab sepihak. Dalam penelitian ini yang menjadi narasumber adalah seluruh siswa kelas II SD Negeri 3 Pringanom yang berjumlah 38 siswa. Tujuannya untuk mengetahui kesulitan yang dialami siswa dalam proses pembelajaran dan memperoleh informasi yang dibutuhkan dari responden.


(47)

commit to user

32

F. Validitas Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan validitas kurikulum / isi, yaitu dengan tes yang akan digunakan untuk mengungkap hasil belajar harus sesuai dengan indikator / tujuan pembelajaran serta materi pembelajaran. Validitas isi merupakan validitas yang diperhitungkan melalui pengujian terhadap isi alat ukur dengan analisis rasional. Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah "sejauhmana item-item dalam suatu alat ukur mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur oleh alat ukur yang bersangkutan?" atau berhubungan dengan representasi dari keseluruhan kawasan.

Pengertian "mencakup keseluruhan kawasan isi" tidak saja menunjukkan bahwa alat ukur tersebut harus komprehensif isinya akan tetapi harus pula memuat hanya isi yang relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan ukur. Walaupun isi atau kandungannya komprehensif tetapi bila suatu alat ukur mengikutsertakan pula item-item yang tidak relevan dan berkaitan dengan hal-hal di luar tujuan ukurnya, maka validitas alat ukur tersebut tidak dapat dikatakan memenuhi ciri validitas yang sesungguhnya.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif. Model analisis interaktif menurut Miles dan Huberman mempunyai tiga komponen komponen pokok, yaitu Reduksi Data, Sajian Data, Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi. Aktivitasnya dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai suatu proses siklus untuk lebih jelasnya, proses analisis interaktif dapat digambarkan dengan skema pada gambar 5 sebagai berikut:

Gambar 5. Analisis Interaktif Model Milles dan Huberman Sajian Data Pengumpulan Data

Reduksi Data


(48)

commit to user

33

Langkah-langkah Analisis:

1. Melakukan analisis awal bila data yang didapat di kelas sudah cukup, maka dapat dikumpulkan.

2. Mengembangkan dalam bentuk sajian data, dengan menyusun coding dan matrik yang berguna untuk penelitian lanjut.

3. Melakukan analisis data dikelas dan mengembangkan matrik antar kasus. 4. Melakukan verifikasi, pengayaan, dan pendalaman data apabila dalam

persiapan analisis ternyata ditemukan data yang kurang lengkap atau kurang jelas, maka perlu dilakukan pengumpulan data lagi secara terfokus.

5. Melakukan analisis antar kasus, dikembangkan struktur sajian datanya bagi susunan laporan.

6. Merumuskan simpulan akhir sebagai temuan penelitian.

7. Merumuskan implikasi kebijakan sebagai pengembangan saran dalam laporan akhir penelitian.

H. Prosedur Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain the action research spiral dari Kemmis dan Taggart (1990 : 11). Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar 6 berikut:

observasi

Tindakan refleksi

Rencana awal observasi Tindakan

Rencana yang direvisi

Refleksi


(49)

commit to user

34

Dari desain di atas, maka prosedur penelitian dapat divisualisasikan seperti pada gambar 7.

Gambar 7. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Berdasarkan desain di atas, tahapan penelitian dijelaskan sebagai berikut : Rencana Awal

Pada tahap ini dilakukan identifikasi kesulitan siswa dalam menghitung perkalian. 1. Rancangan Siklus Pertama

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini guru sebagai peneliti menyusun skenario pembelajaran (RPP), instrument untuk evaluasi yang berupa soal tes tertulis, dan menetapkan indikator ketercapaian yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran.

b. Tahap Pelaksanaan

1) Guru sekaligus sebagai peneliti mengadakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dipersiapkan.

2) Guru lain (teman sejawat) dan kepala sekkolah yang bertindak sebagai observer, mengadakan observasi jalannya pembelajaran.

c. Tahap Pengamatan/Observasi

1) Dilakukan oleh kepala sekolah dan guru yang mengamati pembelajaran yang sedang berlangsung.

Rencana Awal Perencanaan Tindakan I

Observasi, Refleksi, dan

Evaluasi I

Pelaksanaan Tindakan I Perencanaan Tindakan II

Observasi, Refleksi, dan

Evaluasi II

Pelaksanaan Tindakan II

Solusi, Temuan, dan Kesimpulan


(50)

commit to user

35

2) Observasi diarahkan pada point-point pedoman yang telah dipersiapkan oleh peneliti.

d. Tahap Refleksi

Peneliti menganalisis hasil belajar siswa sesuai dengan nilai saat evaluasi dan hasil observasi saat pembelajaran.

Jika 70% siswa kelas II nilai materi pokok perkalian mencapai KKM maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode jarimatika pada siklus I telah berhasil.

2. Rancangan Silkus Kedua a. Tahap Perencanaan

Guru sebagai peneliti menyusun skenario pembelajaran (RPP), instrument untuk evaluasi yang berupa soal tes tertulis, dan menetapkan indikator ketercapaian yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran.

Perencanaan tindakan siklus 2 dikaitkan dengan hasil yang telah diperoleh pada siklus 1 dengan berbagai perbaikan pada kegiatan pembelajarannya.

b. Tahap Pelaksanaan

1) Guru sekaligus sebagai peneliti mengadakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dipersiapkan.

2) Guru lain (teman sejawat) dan kepala sekkolah yang bertindak sebagai observer, mengadakan observasi jalannya pembelajaran.

c. Tahap Pengamatan/Observasi

1) Dilakukan oleh kepala sekolah dan guru yang mengamati pembelajaran yang sedang berlangsung.

2) Observasi diarahkan pada point-point pedoman yang telah dipersiapkan oleh peneliti.

d. Tahap Refleksi

Peneliti menganalisis hasil belajar siswa sesuai dengan nilai saat evaluasi dan hasil observasi saat pembelajaran.

Jika 80% siswa kelas II nilai materi pokok perkalian mencapai KKM maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode jarimatika telah berhasil. Jika siswa


(51)

commit to user

36

yang mengalami peningkatan kemampuan menghitung perkalian kurang dari 80% maka proses pembelajaran dengan penerapan metode jarimatika perlu diperbaiki lagi dan disempurnakan pada siklus berikutnya.

I. Indikator Keberhasilan

Indikator kinerja yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya kemampuan menghitung perkalian dengan metode jarimatika pada siswa kelas II semester 2 SD Negeri 3 Pringanom Sragen yang ditunjukkan dengan perolehan nilai minimal 60 (KKM).

Hasil yang diperoleh dari nilai post tes mencerminkan kemampuan siswa pada konsep yang dibelajarkan Pada siklus I pembelajaran dikatakan berhasil apabila nilai siswa dalam materi perkalian mencapai rata-rata kelas 60 dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 (KKM) mencapai 70%.

Pada siklus II pembelajaran dikatakan berhasil apabila nilai siswa dalam materi perkalian mencapai rata-rata kelas 70 dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 (KKM) mencapai 80%.


(1)

commit to user

63

menyeluruh dalam proses pembelajaran, guru belum dapat mengelola waktu secara optimal. Beberapa siswa pada saat mengerjakan tugas secara kelompok hanya mengandalkan temannya dan tidak mau berusaha untuk belajar. Selain itu mereka juga enggan untuk meminta penjelasan dari teman ataupun guru. Siswa yang pintar enggan untuk mengajari temannya karena kekurangsabaran.

Adapun kegagalan siswa dalam menyelesaikan tugas pada saat proses pembelajaran berlangsung bersumber dari hal-hal sebagai berikut: 1) sebagian siswa kurang memahami pembelajaran dengan metode jarimatika, 2) sebagian siswa masih bingung tentang formasi jarimatika atau langkah-langkah yang digunakan, karena merupakan hal yang baru, 3) pada saat mengerjakan tugas kelompok, siswa yang kurang aktif hanya mengandalkan temannya, 4) siswa yang pintar kurang sabar dalam mengajari temannya, 5) masih ada anak yang memilih menggunakan penjumlahan berulang, sedangkan penjumlahan yang dilakukan seringkali kurang teliti sehingga jawaban yang dihasilkan seringkali salah.

Upaya untuk mengatasi hambatan yang ada pada siklus I yang dilaksanakan di siklus II dalam upaya perbaikan adalah dengan memberikan arahan kembali kepada siswa tentang formasi jarimatika atau langkah-langkah dalam pembelajaran menggunakan teknik jarimatika. Guru juga lebih menekankan kerjasama dalam kelompok. Selain itu, pada saat pembelajaran guru (peneliti) memberikan latihan secara individu dan meminta siswa maju secara individu dalam mendemonstrasikan formasi jarimatika dan menghitung perkalian dengan menggunakan metode jarimatika. Pembelajaran pada siklus II sudah berhasil sehingga tidak ada hambatan yang berarti. Dengan demikian dapat diketahui bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan menghitung perkalian pada siswa kelas II SD Negeri 3 Pringanom yaitu dengan menerapkan metode jarimatika. Hal ini terjadi karena pembelajaran dengan metode jarimatika dapat mempermudah menghitung perkalian tanpa menghafal.

Berdasarkan hasil penelitian juga dapat dilaporkan adanya peningkatan kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran Matematika menggunakan metode jarimatika. Peningkatan terlihat pada kegiatan pembelajaran siklus I dan siklus II yang ditampilkan pada tabel 6.


(2)

commit to user

64

Tabel 6. Peningkatan Kegiatan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran di Kelas pada Siklus I dan Siklus II

Aspek

Kegiatan

Guru Siswa

Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II

Skor

Rata-rata 2,45 3,72 2,4 3,8

Kategori Cukup Tinggi Cukup Tinggi

Peningkatan kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran di kelas dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 13.

Gambar 13. Grafik Peningkatan Kegiatan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran di Kelas pada Siklus I dan Siklus II

Siklus I Siklus II

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4

GURU

SISWA

2.45

2.4

3.72 3.8

Siklus I Siklus II


(3)

commit to user

65

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus dengan menerapkan metode jarimatika pada siswa kelas II semester 2 SD Negeri 3 Pringanom tahun pelajaran 2010/2011 dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode jarimatika dapat meningkatkan kemampuan menghitung perkalian siswa kelas II semester 2 SD Negeri 3 Pringanom. Hal ini terbukti pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata siswa 46,93 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 34,21 %, siklus I nilai rata-rata kelas 73,98 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 73,68 % dan siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 81,43 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 86,84%. Dengan demikian secara klasikal, pembelajaran telah mencapai ketuntasan belajar.

B. Implikasi

Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan pada pembelajaran dengan menerapkan metode jarimatika dalam pelaksanaan pembelajaran Matematika. Model yang dipakai dalam penelitian ini adalah model siklus yaitu terdiri dari dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 23 s.d. 24 Februari 2011 dan Siklus II dilaksanakan pada tanggal 4 s.d. 12 Maret 2011. Adapun indikatornya adalah sebagai berikut: (1) Dapat mengenal perkalian sebagai penjumlahan berulang, (2) Dapat mengalikan bilangan sampai dengan 100 dengan berbagai cara, (3) Dapat menyelesaikan masalah yang mengandung perkalian. Dalam setiap pelaksanaan siklus terdapat empat langkah kegiatan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaaan, observasi dan refleksi. Kegiatan ini dilaksanakan berdaur ulang, sebelum melaksanakan tindakan dalam setiap siklus perlu adanya perencanaan dengan memperhatikan keberhasilan siklus sebelumnya. Tindakan dalam setiap siklus dapat


(4)

commit to user

66

meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal ini berdasar pada analisis perkembangan dari pertemuan satu ke pertemuan berikutnya dalam satu siklus dan dari analisis perkembangan peningkatan proses dalam siklus I sampai siklus II.

Berdasarkan hasil penelitian di atas terbukti metode jarimatika dapat meningkatkan kemampuan berhitung perkalian siswa. Sehubungan dengan penelitian ini maka dapat dikemukakan implikasi hasil penelitian sebagai berikut:

1. ImplikasiTeoritis

Implikasi teoritis dari penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan metode jarimatika dapat meningkatkan kemampuan berhitung siswa pada materi perkalian. Dalam menyajikan materi pelajaran, guru harus dapat memilih metode pembelajaran yang tepat agar siswa mudah menguasai materi dalam pembelajaran dengan baik. Pembelajaran dengan menggunakan metode jarimatika dapat meningkatkan kemampuan berhitung pada materi perkalian karena dalam pembelajaran ini siswa dapat bebas bereksperimen dengan jari tanpa memberatkan otak sehingga siswa akan mudah memahami dan selanjutnya hafal dengan sendirinya tanpa ada paksaan dan tekanan dari orang tua dan guru.

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru untuk meningkatkan strategi dan metode pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran sehubungan dengan tujuan yang akan dicapai oleh siswa. Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab IV di atas, maka penelitian ini dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang menghadapi masalah yang sejenis yang pada umumnya dimiliki oleh sebagian besar siswa. Adanya kendala yang dihadapi dalam pembelajaran Matematika melalui metode jarimatika harus diatasi semaksimal mungkin. Oleh karena itu keaktifan, kreativitas, motivasi dan kemampuan sangat


(5)

commit to user

67

mendukung keberhasilan pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran Matematika.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan metode jarimatika pada kelas II SD Negeri 3 Pringanom tahun pelajaran 2010/2011, maka saran-saran yang diberikan

sebagai sumbangan pemikiran untuk dipergunakan sebagai bahan pertimbangan antara lain:

1. Bagi Sekolah

Hendaknya sekolah mendukung para guru untuk menerapkan jarimatika dalam pembelajaran matematika, terutama dalam materi perkalian di kelas II. Hal ini karena konsep perkalian pertama kali diperkenalkan di kelas II. Sangat penting bagi anak untuk memiliki kemampuan menghitung perkalian yang baik sehingga anak tidak akan mengalami kesulitan mengerjakan operasi hitung lanjutan di kelas yang lebih tinggi.

3. Bagi Guru

Guru hendaknya berhati-hati dalam memilih metode pembelajaran. Utamanya dalam mengajarkan konsep perkalian di kelas II. Hendaknya guru memilih metode yang sesuai bagi anak dan menyenangkan. Metode jarimatika merupakan alternatif metode yang sangat cocok diterapkan oleh guru.

4. Bagi Siswa

Siswa hendaknya terus berlatih menggunakan jarimatika. Jika siswa menguasai metode ini maka mereka akan dapat menghitung perkalian dengan hasil bilangan dua angka dengan sangat cepat. Siswa hendaknya tidak malu bertanya kepada guru jika masih belum bisa menggunakan jarimatika.

5. Bagi Peneliti

Peneliti yang hendak mengkaji permasalahan yang sama hendaknya lebih cermat dan lebih mengupayakan pengkajian teori-teori yang berkaitan dengan pembelajaran menggunakan metode jarimatika guna melengkapi


(6)

commit to user

68

kekurangan yang ada serta sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan berhitung siswa yang belum tercakup dalam penelitian ini agar diperoleh hasil yang lebih baik.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERKALIAN DAN PEMBAGIAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR NEGERI GENDINGAN 5 WIDODAREN NGAWI TAHUN PELAJARAN 2009 2010

0 4 127

PELAKSANAAN BAURAN PROMOSI DI BIRO PERJALANAN UMUM ( BPU ) ROSALIA INDAH KARANGANYAR TAHUN 2011 PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 3 PRINGANOM SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2010 2011

2 21 71

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI METODE KALKULATOR JARIMATIKA PADA MATA PELAJARAN Peningkatan Kemampuan Berhitung Melalui Metode Kalkulator Jarimatika Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas III SD Negeri Nogosari 3 Glonggong Nogosari Boyolali Tahun

0 2 16

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI METODE KALKULATOR JARIMATIKA PADA MATA PELAJARAN Peningkatan Kemampuan Berhitung Melalui Metode Kalkulator Jarimatika Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas III SD Negeri Nogosari 3 Glonggong Nogosari Boyolali Tahun

0 3 12

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI TEKNIK JARIMATIKA DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI TEKNIK JARIMATIKA DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI PERKALIAN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI I SIMO BOYOLALI TAHU

0 4 17

PENDAHULUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI TEKNIK JARIMATIKA DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI PERKALIAN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI I SIMO BOYOLALI TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 0 7

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERKALIAN DAN PEMBAGIAN MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 03 DAYU KECAMATAN KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010.

0 1 7

PENDAHULUAN Peningkatan Motivasi Belajar Ipa Melalui Alat Peraga Multimedia Pada Siswa Kelas Iv Sd Negeri Pringanom 1 Masaran Sragen Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 1 7

Peningkatan kemampuan menghitung perkalian mata pelajaran matematika materi pecahan biasa melalui metode jarimatika kelas VB MI Roudlotul Banat Sepanjang Sidoarjo.

0 12 107

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERKALIAN MELALUI METODE JARIMATIKA SISWA KELAS II SEMESTER 2 SDN 40 AMPENAN TAHUN PELAJARAN 20152016

0 2 16