BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Belajar dan Pembelajaran
Belajar dan pembelajaran merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Belajar menurut Anni 2006: 2 merupakan proses penting
bagi perubahan perilaku dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diartikan bahwa dengan belajar
manusia dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya. Tanpa belajar manusia tidak mungkin dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Akan tetapi
menurut Hamalik 2001 belajar bukan suatu tujuan, tetapi belajar merupakan
suatu proses untk mencapai tujuan.
Menurut Anni 2006 menyebutkan bahwa belajar mengandung tiga unsur utama 1 belajar berkaitan dengan perubahan perilaku; 2 perubahan perilaku itu
terjadi karena didahului oleh proses pengalaman; 3 perubahan perilaku karena
belajar itu bersifat relatif permanen. Pada hakikatnya pembelajaran bertujuan
untuk membangun pengetahuan. Unsur utama dalam pembelajaran adalah pengalaman anak sebagai seperangkat event sehingga terjadi proses belajar
Sugandi, 2004: 6.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar dan pembelajaran saling berkaitan. Proses belajar bersifat internal dan unik dalam diri
individu siswa, sedangkan pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja
direncanakan dan bersifat rekayasa perilaku.
2.2 Teori Belajar
Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran siswa. Berdasarkan
suatu teori belajar, diharapkan pembelajaran dapat lebih meningkatkan perolehan hasil belajar siswa Trianto, 2007: 12. Beberapa teori belajar yang melandasi
pembahasan dalam penelitian ini antara lain.
2.2.1 Teori Piaget
Piaget dalam Sugandi 2004: 36 mengemukakan tiga prinsip utama dalam pembelajaran antara lain.
1. Belajar aktif Proses pembelajaran merupakan proses aktif, karena pengetahuan
terbentuk dari dalam subjek belajar. Sehingga untuk membantu perkembangan kognitif siswa perlu diciptakan suatu kondisi belajar yang memungkinkan siswa
dapat belajar sendiri misalnya melakukan percobaan, memanipulasi simbol- simbol, mengajukan pertanyaan, dan membandingkan penemuan sendiri dengan
penemuan temannya. 2. Belajar lewat interaksi sosial
Dalam belajar perlu diciptakan suasana yang memungkinkan terjadi interaksi di antara subjek belajar. Piaget percaya bahwa belajar bersama akan
membantu perkembangan kognitif siswa. Dengan interaksi sosial, perkembangan kognitif siswa akan mengarah ke banyak pandangan, artinya khasanah kognitif
17
siswa akan diperkaya dengan macam-macam sudut pandangan dan alternatif tindakan.
3. Belajar lewat pengalaman sendiri Perkembangan kognitif siswa akan lebih berarti apabila didasarkan pada
pengalaman nyata dari pada bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi. Jika hanya menggunakan bahasa tanpa pengalaman sendiri, perkembangan kognitif
siswa cenderung mengarah ke verbalisme. Piaget dengan teori konstruktivisnya berpendapat bahwa pengetahuan akan dibentuk oleh siswa apabila siswa dengan
objekorang dan siswa selalu mencoba membentuk pengertian dari interaksi tersebut.
Dengan demikian penelitian ini memiliki keterkaitan dengan teori Piaget yaitu belajar aktif melalui kemampuan siswa menemukan sendiri, belajar lewat
interaksi sosial melalui diskusi kelompok, dan pembelajaran dengan pengalaman sendiri akan membentuk pembelajaran yang bermakna. Walaupun dalam interaksi
tersebut pertukaran gagasan tidak dapat dihindari, namun akan mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis terutama dalam mengemukakan,
mempertahankan dan bertanggung jawab atas pendapatnya berdasarkan pengalaman yang dimiliki walaupun pendapat itu mungkin salah. Dari
pengalaman tersebut siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya terhadap materi pembelajaran.
2.2.2 Teori Bruner
Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi. Asumsi pertama adalah perolehan pengetahuan merupakan proses interaktif. Bruner yakin
bahwa orang belajar berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif, perubahan tidak hanya terjadi di lingkungannya, tetapi juga dalam orang itu sendiri. Asumsi
kedua adalah orang mengkonstruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan yang diperoleh
sebelumnya. Menurut Dahar 2011: 79, salah satu model instruksional kognitif yang
sangat berpengaruh adalah model dari Jerome Bruner 1966 yang dikenal dengan nama belajar penemuan. Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai
dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan
masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Bruner menyarankan agar siswa hendaknya belajar
melalui partisipasi secara aktif dengan konsep dan prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-
eksperimen yang mengijinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri.
Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan memberikan manfaat seperti pengetahuan itu akan bertahan lebih lama dibandingkan dengan
cara lain, hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik daripada hasil belajar lainnya serta belajar penemuan mampu meningkatkan
penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas. Belajar penemuan
juga mampu membangkitkan keingintahuan siswa, memberi motivasi untuk bekerja terus sampai menemukan jawaban-jawaban. Bruner menyadari bahwa
belajar penemuan yang murni memerlukan waktu sehingga ia menyarankan agar penggunaan belajar penemuan hanya diterapkan pada konsep-konsep dasar bidang
studi itu. Keterkaitan penelitian ini dengan teori belajar Bruner adalah selama proses
pembelajaran dalam memahami konsep rumus perbandingan trigonometri, siswa diajak untuk menyelidiki dan menemukan konsep tersebut melalui media dan
sumber belajar yang tersedia sehingga siswa dapat dengan berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran. Dengan menguasai konsep dasar, maka dia akan
mampu mengkonstruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan dan diperoleh sebelumnya. Sehingga,
siswa dapat meningkatkan penalaran dan kemampuan berpikir kritisnya karena mampu menghubungkan informasi yang dimiliki dengan hal-hal lainnya.
2.2.3 Teori Belajar Bermakna David Ausubel
Inti dari teori Ausubel tentang belajar adalah belajar bermakna. Menurut Dahar 2011 belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi
baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif siswa. Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah
diketahui siswa. Dengan demikian agar terjadi belajar bermakna, konsep baru atau informasi baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah ada dalam
struktur kognitif siswa.
Berdasarkan teori ausubel, dalam membantu siswa menanamkan pengetahuan baru dari suatu materi, sangat diperlukan konsep-konsep awal yang
sudah dimiliki siswa yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari. Siswa dituntut untuk menemukan dan menerapkan idenya sendiri, membangun
hubungan antara informasi baru dan pengetahuan yang telah siswa miliki untuk menemukan konsep atau pengetahuan baru.
2.3 Proses Belajar Mengajar Matematika
Belajar merupakan kebutuhan bagi setiap orang. Pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap seseorang terbentuk dan berkembang disebabkan
karena belajar. Arikunto 2009 mengemukakan bahwa “belajar adalah suatu
proses yang terjadi karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukan, dengan maksud memperoleh perubahan dalam
dirinya baik berupa pengetahuan, keterampilan, ataupun sikap. ”
Sedangkan menurut Hudojo 2003: 5 “Mengajar adalah suatu kegiatan
dimana pengajar menyampaikan pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki kepada siswa dengan tujuan agar pengetahuan yang disampaikan itu dapat
dipahami siswa”. Banyak komponen terkait dalam proses belajar mengajar matematika, dan antar komponen tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan saling
mempengaruhi. Komponen-komponen tersebut adalah guru, tujuan, bahan atau materi, metode, evaluasi, dan siswa. Kedudukan seorang guru di sini sangat
penting peranannya sebagai penentu peningkatan kemampuan siswa. Sebagai bekal untuk memahami, mendorong, dan memberi arah kegiatan belajar, maka
perlu disusun prinsip dasar bagi bentuk pengajaran.
2.4 Kemampuan Berpikir Kritis