Anak dengan Gangguan Pendengaran Tunarungu

PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2016 15 Penglihatan memungkinkan kita untuk bergerak dengan leluasa dalam suatu lingkungan, tetapi tunanetra mempunyai keterbatasan dalam melakukan gerakan tersebut. Keterbatasan tersebut mengakibatkan keterbatasan dalam memperoleh pengalaman dan juga berpengaruh pada hubungan sosial. Klasifikasi gangguan penglihatan berdasarkan tingkat ketajaman penglihatan dan dalam perspektif pendidikan menurut Dudi Gunawan 2011 dapat dijelaskan pada tabel di halaman sebelum ini:

b. Anak dengan Gangguan Pendengaran Tunarungu

Banyak peristilahan yang digunakan untuk menggambarkan individu-individu yang mengalami kehilangangangguan pendengaran. Salah satunya menurut Nakata 2006, dalam Djadja R, 2006 yang mengungkapkan bahwa anak dengan gangguan pendengaran atau anak tunarungu adalah mereka yang mempunyai kemampuan mendengar di kedua telingannya hampir diatas 60 desibel, taitu mereka yang tidak mungkin atau kesulitan secara signifikan untuk memahami suara pembicaraan normal meskipun dengan memperguna-kan alat bantu dengar atau alat-alat lainnya. Tunarungu merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan keadaan kehilangan pendengaran yang dialami seseorang. Dalam bahasa Inggris terdapat istilah hearing impairment, istilah ini menggambarkan adanya kerusakan atau gangguan secara fisik. Akibat dari adanya kerusakan itu akan mengakibatkan gangguan pada fungsi pendengaran. Anak mengalami kesulitan untuk memperoleh dan mengolah informasi yang bersifat auditif, sehingga dapat menimbulkan hambatan dalam melakukan interaksi dan komunikasi secara verbal. Dengan kata lain anak mengalami disability dalam berkomunikasi akibat dari kehilangan fungsi pendengaran impairment Istilah hearing impairment diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi istilah tunarungu, yang di dalamnnya terkandung dua katagori yaitu yang disebut dengan deaf dan hard of hearing Moores, 2001 dalam Zaenal Alimin 2007. Walaupun telah diberikan pertolongan dengan alat bantu dengar, mereka masih tetap memerlukan layanan pendidikan khusus karena gangguan pendengaran berdampak pada aspek-aspek di bawah ini: 1 PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2016 16 1 Aspek Motorik Anak tunarungu yang tidak memiliki kecacatan lain dapat mencapai tugas-tugas perkembangan motorik early major motor milestones, seperti duduk, merangkak, berdiri dengan tanpa bantuan, dan berjalan sama seperti yang terjadi pada anak yang mendengar Preisler, 1995, dalam Zaenal Alimin 2007. Namun demikian, beberapa hasil penelitain menunjukkan bahwa anak tunarungu memiliki kesulitan dalam hal kesimbangan dan koordinasi gerak umum, dalam menyelesaikan tugas- tugas yang memerlukan kecepatan serta gerakan-gerakan yang kompleks Ittyerah Sharma, 1997, dalam Zaenal Alimin 2007. 2 Aspek bicara dan bahasa Keterampilan berbicara dan bahasa merupakan bidang perkembangan yang paling banyak dipengaruhi oleh ketunarunguan. Khususnya anak- anak yang ketunarunguannya dibawa sejak lahir. Menurut Djadja Rahardja 2006 bagi individu yang ketunarunguannya congenital atau berat, suara yang keras tidak dapat didengarnya meskipun dengan menggunakan alat bantu dengar. Individu ini tidak dapat menerima informasi melalui suara, tetapi mereka sebaiknya belajar bahasa bibir. Suara yang dikeluarkan oleh individu dengan ketunarunguan biasanya sering sulit untuk dimengerti karena mereka mengalami kesulitan dalam membeda-bedakan artikulasi, kualitas suara, dan tekanan suara. Kebutuhan pembelajaran anak tunarungu menurut Dudi Gunawan 2011 secara umum tidak berbeda dengan anak pada umumnya. Tetapi mereka memerlukan perhatian dalam kegiatan pembelajaran antara lain: a Tidak mengajak anak untuk berbicara dengan cara membelakanginya b Anak hendaknya didudukkan paling depan, sehingga memiliki peluang untuk mudah membaca bibir guru. c Perhatikan postur anak yang sering memiringkan kepala untuk mendengarkan. d Dorong anak untuk selalu memperhatikan wajah guru, bicaralah dengan anak dengan posisi berhadapan dan bila memungkinkan kepala guru sejajar dengan kepala anak. PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2016 17 e Guru bicara dengan volume biasa tetapi dengan gerakan bibirnya yang harus jelas.

c. Anak dengan gangguan intelektual Tunagrahita