representasi Stoner dalam Sardjito dan Muthaher, 2007. Vroom dalam Asad 1991 menyebutkan tingkat sejauh mana keberhasilan seseorang dalam
menyelesaikan pekerjaannya disebut tingkat kinerja level of performance. Biasanya orang yang level of performance-nya tinggi disebut sebagai orang yang produktif, dan
sebaliknya orang yang levelnya tidak mencapai standar dikatakan sebagai tidak produktif atau ber-performance rendah.
Pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik atau pimpinan perangkat daerah dalam menilai pencapaian
suatu strategi melalui alat ukur finansial dan non finansial. Sistem pengukuran kinerja dapat dijadiakan sebagai pengendalian organisasi karena pengukuran kinerja
diperkuat dengan menetapkan sistem penghargaan dan sanksi reward and punishment system
. Schiff dan Lewin 1970 mengemukakan bahwa anggaran yang telah disusun memiliki peranan sebagai perencanaan dan sebagai kriteria kinerja,
yaitu anggaran digunakan sebagai sistem pengendalian untuk mengukur kinerja manajerial. Argyris 1952 menyatakan bahwa kunci dari kinerja yang efektif adalah
apabila tujuan dari anggaran tercapai dan partisipasi dari bawahan memegang peranan penting dalam mencapai tujuan tersebut.
2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Para pimpinan organisasi sangat menyadari adanya perbedaan kinerja antara satu karyawan dengan karyawan lainnya yang berada di bawah pengawasannya.
Walaupun karyawan-karyawan bekerja pada tempat yang sama namun produktifitas mereka tidaklah sama. Secara garis besar perbedaan kinerja ini disebabkan oleh dua
Universitas Sumatera Utara
faktor Asad, 1991, yaitu : faktor individu dan situasi kerja. Tiffin dan Cormick dalam Srimuiyo 1999 menyatakan faktor individu atau variabel individual, meliputi:
sikap, karakteristik, sifat-sifat fisik, minat dan motivasi, pengalaman, umur, jenis kelamin, pendidikan, serta faktor individual lainnya. Sedangkan variabel situasional,
meliputi : 1 Faktor fisik dan pekerjaan, terdiri dari; metode kerja, kondisi dan desain perlengkapan kerja, penataan ruang dan lingkungan fisik penyinaran, temperatur,
dan fentilasi. 2 Faktor sosial dan organisasi, meliputi: peraturan-peraturan organisasi, sifat organisasi, jenis latihan dan pengawasan, sistem upah dan
lingkungan sosial. Sebaliknya Sutemeister dalam Srimulyo 1999 mengemukakan pendapatnya,
bahwa kinerja dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: 1 Faktor Kemampuan, yang meliputi : pengetahuan dan termasuk didalamnya pendidikan, pengalaman, latihan
dan minat, ketrampilan dan termasuk didalamnya kecakapan dan kepribadian. 2 Faktor Motivasi, yang dikelompokkan atas : a Kondisi sosial : organisasi formal dan
informal, kepemimpinan dan b Serikat kerja kebutuhan individu : fisiologis, sosial dan egoistic dan c Kondisi fisik : lingkungan kerja.
2.1.3. Partisipasi Anggaran
Partisipasi secara luas pada dasarnya merupakan proses organisasional, para anggota organisasi terlibat dan mempunyai pengaruh dalam suatu pembuatan
keputusan yang berkepentingan dengan mereka. Partisipasi dalam konteks penyusunan anggaran merupakan proses para individu, yang kinerjanya dieveluasi
dan memperoleh penghargaan berdasarkan penekanan anggaran budget emphasis,
Universitas Sumatera Utara
terlibat dan mempunyai pengaruh dalam penyusunan target anggaran Brownell dalam Nursudin 2008. Sebagaimana yang dikemukakan Milani 1975 bahwa tingkat
keterlibatan dan pengaruh bawahan terhadap pembuatan keputusan dalam proses penyusunan anggaran merupakan faktor utama yang membedakan antara partisipasi
anggaran dengan anggaran non partisipatif. Aspirasi bawahan lebih diperhatikan dalam proses penyusunan anggaran partisipatif, sehingga lebih memungkinkan bagi
bawahan melakukan negosiasi dengan atasan mengenai target anggaran yang menurut mereka dapat dicapai.
Partisipasi memberikan dampak positif terhadap perilaku karyawan, meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi dan meningkatkan kerjasama diantara
para manajer. Betapapun demikian, bentuk keterlibatan bawahan atau pelaksana anggaran disini dapat bervariasi, tidak sama satu organisasi dengan yang lain. Tidak
ada pandangan yang seragam mengenai siapa saja yang harus turut berpartisipasi, seberapa jauh dalam mereka terlibat dalam pengambilan keputusan dan beberapa
masalah menyangkut partisipasi Siegel dan Ramanauskas-Marconi dalam Sumarno, 2005. Organisasi harus memutuskan sendiri batasan-batasan mengenai partisipasi
yang akan mereka terapkan, sehingga akuntansi manajemen yang menaruh perhatian terhadap masalah partisipasi dalam proses penyusunan anggaran, karena partisipasi
anggaran dinilai mempunyai konsekuensi terhadap sikap dan perilaku anggota organisasi. Partisipasi pekerja dalam proses penyusunan anggaran dapat
mengakibatkan motivasi untuk mencapai target yang ditetapkan dalam anggaran,
Universitas Sumatera Utara
selain itu partisipasi anggaran juga menyebabkan sikap respek bawahan terhadap pekerjaan dan perusahaan Milani dalam Tirtasari, 2004.
Cherrington dan Cherrington dalam Sardjito dan Muthaher 2007 menemukan hubungan yang positif antara partisipasi dengan kepuasan kerja dan
kinerja manajerial. Studi eksperimental tersebut menguji pengaruh pengendalian melalui anggaran dan pemberian penghargaan terhadap kepuasan kerja dan kinerja
manajerial. Menurut penelitian tersebut, ada tiga tujuan utama yang dapat dicapai melalui partisipasi penganggaran, yaitu :
1. Akseptasi anggota organisasi terhadap rencana kegiatan.
2. Peningkatan semangat kerja
3. Peningkatan produktivitas.
Menurut Brownell dalam Sumarno 2005, partisipasi anggaran adalah tingkat keterlibatan dan pengaruh individu dalam penyusunan anggaran sementara Chong
2002 menyatakan sebagai proses di mana bawahan atau pelaksana anggaran diberikan kesempatan untuk terlibat dan mempunyai pengaruh dalam proses
penyusunan anggaran. Kesempatan yang diberikan diyakini meningkatkan pengendalian dan rasa keterlibatan di kalangan bawahan atau pelaksana anggaran.
Brownell dalam Sumarno 2005 menyebutkan ada 2 dua alasan penyebab partisipasi menjadi topik menarik dalam akuntansi manajemen, yaitu :
1. Partisipasi pada umumnya dinilai sebagai pendekatan manajerial yang dapat
meningkatkan kinerja anggota organisasi.
Universitas Sumatera Utara
2. Berbagai penelitian yang menguji hubungan antara partisipasi dengan kinerja,
hasilnya bertentangan. Proses penyusunan anggaran suatu organisasi, merupakan kegiatan yang
penting dan sangat kompleks, karena anggaran mempunyai kemungkinan dampak fungsional atau disfungsional terhadap sikap dan perilaku anggota organisasi. Milani
dalam Sumarno 2005 yang melakukan penelitian empiris terhadap proses penyusunan anggaran pada empat perusahaan manufaktor skala menengah
menemukan adanya disfungsional anggaran terhadap sikap dan perilaku. Anggaran yang terlalu menekan cenderung menimbulkan sikap agresi bawahan terhadap atasan
dan menyebabkan ketegangan dan hal tersebut justru tidak memotivasi bawahan untuk meningkatkan kinerjanya, bahkan menyebabkan inefisiensi sebagai dampak
dari penyusunan anggaran yang kaku dengan target yang sulit dicapai. Disamping itu, Merchant dalam Sumarno 2005 menemukan hasil bahwa dengan partisipasi
anggaran yang tinggi akan berdampak kepada menurunnya kinerja yang dipengaruhi oleh senjangan anggaran yang timbul akan partipasi yang tinggi didalam penyusunan
anggaran tersebut. Hal ini terjadi akibat terbuka seluas – luasnya bagi bawahan untuk berpartisipasi terhadap proses penyusunan anggaran.
Partisipasi banyak menguntungkan bagi suatu organisasi, hal ini diperoleh dari hampir penelitian tentang partisipasi. Sord dan Welsch dalam Sardjito dan
Muthaher 2007 mengemukakan bahwa tingkat partisipasi yang lebih tinggi akan menghasilkan moral yang lebih baik dan inisiatif yang lebih tinggi pula. Partisipasi
telah ditunjukkan berpengaruh secara positif terhadap sikap pegawai, meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
kuantitas dan kualitas produksi, dan meningkatkan kerja sama di antara manajer. Partisipasi anggaran pada sektor publik terjadi ketika antara pihak eksekutif, legislatif
dan masyarakat bekerja sama dalam pembuatan anggaran. Anggaran dibuat oleh kepala daerah melalui usulan dari unit-unit kerja yang disampaikan kepada kepala
bagian dan diusulkan kepada kepala daerah, dan setelah itu bersama-sama DPRD menetapkan anggaran yang dibuat sesuai dengan Peraturan Daerah yang berlaku.
Proses penganggaran daerah dengan pendekatan kinerja dalam Kepmendagri memuat Pedoman Penyusunan Rancangan APBD yang dilaksanakan oleh tim anggaran
eksekutif bersama-sama unit organisasi perangkat daerah unit kerja.
2.1.4. Senjangan Anggaran