Dampak Sosial dan Ekonomi Pariwisata Berbasis Masyarakat Lokal

mau ngerjakan... aku tebuka ajalah sama kakak ya, kami ngutip cuma dua puluh lima ribu rupiah setiap pengunjung yang datang, belum lagi kami kasih upah sama yang mandu, terus kami kasih lagi sama orang yang punya ladang yang ladagnya dilewatin, belum lagi pelampung kak, ini lima kali pake dah rusak kak, mesti diperbaiki, mesti beli baru lagi, itu semua dari yang dua puluh lima ribu itulah kak. Jadi kakak simpulkan aja lah sendiri, cemana kak.” Wanda mengungkapkan alasan yang sama mengapa mereka tidak menggunakan media iklan ataupun media lain seperti halnya yang dilakukan oleh perusahaa-perusahaan yang sudah mapan dalam mempromosikan produknya. Ia menjelaskan, “Cerita masalah iklan, brosur, kita udah tau caranya. Tapi kenapa kita nggak pake teknik kayak gitu, toh seandainya berkembang pesat , sama-sama pengunjung nyangkut dijalan dan nggak nyaman, tentu ada kekecewaan dari pengunjung, bisa saja nggak sampe sini. Sebetulnya yang harus dibenahi di sini dulu, masyarakatnya duluh harus solid, baru kita bentuk teknik pemasaran yang baru.”

d. Dampak Sosial dan Ekonomi Pariwisata Berbasis Masyarakat Lokal

Desa Rumah Galuh Semenjak mulai aktifnya kegiatan pariwisata yang dilakoni oleh masyarakat setempat tentu sedikit banyaknya memberikan pengaruh pula pada kehidupan mayarakat baik secara sosial maupun ekonomi. Sebagai pariwisata berbasis masyarakat lokal, tentu ada efek yang dapat dirasakan oleh masyarakat setempat setelah adanya kegiatan pariwsata jika dibandingkan dengan sebelum adanya kegiatan pariwisata di Desa Rumah Galuh. Bolang Lingga yang pada saat itu menceritakan efek yang dirasakannya sehingga ia sangat mendukung kegiatan ini menjelaskan, “lantaran anak muda di sini jadi ada kerjaannya, kalau kita yang tua ini dukung-dukung aja, lantaran dari pada yang muda-mudanya nyuri-nyuri di ladang. Kalau begini kan nanti sore mereka sudah dapat uang dari nge- guide. Kalau kita dukung terus. Macam ibu yang jual pop mie itu, lumayan. Kadang-kadang anaknya juga dijadikan guide, tapi ke tempat-temat yang dekat aja, kolam abadi. Lantaran pengunjung ramai, anak itu pun dipake juga kadang-kadang, mamaknya jualan kalau libur aja, lantaran kalau pagi kita Universitas Sumatera Utara kan berladang setengah hari, saya pun hari biasa berladang. Tapi kalau dipanggil saya p un turun juga.” Pernyataan yang lebih dulu didapat oleh peneliti melaui penjelasan Bolang Lingga selaras dengan penjelasan yang diungkapkan oleh Kepala Desa, beliau mengungkapkan, “awalnya saya menilainya positif, bagus.. memang lama-lama jadi nggak bagus, ada kutipan-kutipan di jalan yang jadi nggak bagus, pengunjung jadi berkurang minat datang kemari. Saya sering ngumpulkan orang ini, ngomong sama-sama, tapi kalau saya ngomong mereka diam aja, nggak ada yang membantah atau ngomong apapaun, mereka iya-iya aja, tapi besok-besok kayak gitu lagi. Kalau permasalahan efek ke masyarakat ya lumayan terbantu lah, karena di sini yang penting anak mudanya ada kerjaannya. Tau lah cemana kalo anak muda nggak ada kegiatan, entah apa-apa aja nanti yang dibuatnya, kalau warga yang lain, saya rasa mereka dukung-dukung aja, nggak ada masalah. Ini saya mohon maaf, warga yang faktor ekonominya lemah, mereka biasanya nge-guide di Pelaruga kalau lagi banyak pengunjung yang datang. Kan lumayan untuk nambah-nambah, istilahnya jadi punya kerja sampingan. Memang masalahnya sekarang ada penyetopan di jalan, buat pengunjung nggak nyaman, tapi ya itu tadi, komunitas-komunitas ini nggak bisa nyatu gitu loh, bingung saya juga. Tapi tetep sering saya ajak kumpul sama-sama.Kalau permasalahan efek ke masyarakat ya lumayan terbantu lah, karena di sini yang penting anak mudanya ada kerjaannya. Tau lah cemana kalo anak muda nggak ada kegiatan, entah apa-apa aja nanti yang dibuatnya, kalau warga yang lain, saya rasa mereka dukung-dukung aja, nggak ada masalah. Ini saya mohon maaf, warga yang faktor ekonominya lemah, mereka biasanya nge-guide di Pelaruga kalau lagi banyak pengunjung yang datang. Kan lumayan untuk nambah-nambah, istilahnya jadi punya kerja sampingan. Memang masalahnya sekarang ada penyetopan di jalan, buat pengunjung nggak nyaman, tapi ya itu tadi, komunitas-komunitas ini nggak bisa nyatu gitu loh, bingung saya juga. Tapi tetep sering saya ajak kumpul sama- sama.” Penjelasan singkat yang dipaparkan oleh Kepala Desa menggambarkan bahwa adanya pengaruh buruk akibat ramainya pengunjung yang datang, yaitu terjadi perang dingin antar komunitas yang sampai saat ini belum kunjung usai juga.

4.2. Pembahasan

Dokumen yang terkait

Strategi Jaringan Pemasaran Surat Kabar Lokal (Studi Deskriptif Tentang Strategi Jaringan Pemasaran Surat Kabar Tribun Medan Dalam Meningkatkan Penjualan)

6 121 127

Analisis Potensi dan Strategi Pengembangan Obyek Wisata Alam Air Terjun Teroh-teroh Desa Rumah Galuh Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat Sumatera Utara

9 109 99

STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN ONLINE PRODUK LOKAL PADA STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN ONLINE PRODUK LOKAL PADA SOCIAL MEDIA DALAM MEMBENTUK CO-CREATION (Analisis Deskriptif Kualitatif Strategi Komunikasi Pemasaran Online Produk Makanan Maicih melalui Twitt

0 5 14

STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA KOLAM ABADI DI KECAMATAN SEI BINGAI KABUPATEN LANGKAT.

0 4 21

KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU PARIWISATA JEPARA Komunikasi Pemasaran Terpadu Pariwisata Jepara (Studi Deskriptif Kualitatif Implementasi Komunikasi Pemasaran Terpadu Pariwisata oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jepara).

0 1 15

KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU PARIWISATA JEPARA (Studi Deskriptif Kualitatif Implementasi Komunikasi Pemasaran Terpadu Komunikasi Pemasaran Terpadu Pariwisata Jepara (Studi Deskriptif Kualitatif Implementasi Komunikasi Pemasaran Terpadu Pariwisata oleh D

0 0 15

Strategi Komunikasi Pemasaran Pariwisata Arung Jeram Kabupaten Aceh Tenggara

0 0 16

Strategi Komunikasi Pemasaran Pariwisata Arung Jeram Kabupaten Aceh Tenggara

0 0 2

Strategi Komunikasi Pemasaran Pariwisata Arung Jeram Kabupaten Aceh Tenggara

0 0 15

Strategi Komunikasi Pemasaran Pariwisata Arung Jeram Kabupaten Aceh Tenggara

0 4 54