terdapat di kawasan tersebut. Ekowisata berarti pula melibatkan masyarakat setempat dalam proses sehingga mereka dapat memperoleh keuntungan sosio-ekonomi dari
proses yang dimaksud. Ekowisata mempunyai karakteristik yang spesifik karena adanya kepedulian pada pelestarian lingkungan dan pemberian manfaat ekonomi bagi
masyarakat lokal. Oleh karena itu, setiap kegiatan ekowisata harus mengikuti prinsip- prinsip pengelolaan yang berkelanjutan seperti Hidayati, 2003 dalam tesis Rio
Satrio, 2012, Analisis pngaruh bauran pemasaran terhadap keputusan wisatawan berkunjung ke taman hutan raya Bukit Barisan Tongkoh:
1. Berbasis pada wisata alam. 2. Menekankan pada kegiatan konservasi.
3. Mengacu pada pembangunan pariwisata yang berkelanjutan. 4. Berkaitan dengan kegiatan pengembangan pendidikan.
5. Mengakomodasikan budaya lokal. 6. Memberi manfaat pada ekonomi lokal.
2.5 Pariwisata Sebagai Produk
Produk pariwisata adalah berupa jasa atau layanan. Konsumen akan mengkonsumsi produk ini dengan memperoleh pengalaman dari perjalanan yang
dilakukannya. Sifat dasar produk pariwisata adalah intangibility, heterogenity, perishability, inseparability
Holloway Robinson, 1995 dalam jurnal Cahya Purnomo, 2012, Strategi Pemasaran Produk Wisata Minat. Khusus Goa Cerme,
Imogiri, Bantul. Di samping itu produk wisata tak bisa dipisahkan satu dengan lainnya, tidak bisa distandarkan seperti barang, karena merupakan produk dari banyak
elemen. Menurut Zeithaml Bitner 1996, produk jasa mencakup semua aktivitas ekonomi yang produk dan pengkonsumsiannya dilakukan pada waktu yang sama,
nilai tambah yang diberikannya dalam bentuk kenyamanan, liburan, kecepatan,
Universitas Sumatera Utara
kesehatan dalam jurnal Cahya Purnomo, 2012, Strategi Pemasaran Produk Wisata Minat. Khusus Goa Cerme, Imogiri, Bantul.
Menurut Fandeli 2002 dalam jurnal Cahya Purnomo, 2012, Strategi Pemasaran Produk Wisata Minat. Khusus Goa Cerme, Imogiri, Bantul , produk
pariwisata adalah sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar agar orang tertarik perhatiannya, ingin memiliki, memanfaatkan dan mengkonsumsi untuk memenuhi
keinginan dan mendapatkan kepuasan. Produk pariwisata itu termasuk obyek fisik, pelayanan, tempat, organisasi Pearce, 1981 dalam jurnal Cahya Purnomo, 2012,
Strategi Pemasaran Produk Wisata Minat. Khusus Goa Cerme, Imogiri, Bantul. Ada empat level yang melekat pada produk pariwisata: produk inti, fasilitas, penunjang
serta produk tambahan. Sedangkan menurut Yoeti 1997 dalam jurnal Cahya Purnomo, 2012, Strategi Pemasaran Produk Wisata Minat. Khusus Goa Cerme,
Imogiri, Bantul, produk wisata terdiri dari unsur 3 A : atraksi, amenitas dan aksesibilitas. Dari ketiga unsur itu yang dominan adalah atraksi, tanpa atraksi tidak
ada kegiatan pariwisata. Atraksi harus ada syarat : 1 apa yang bisa dilihat 2 apa yang bisa dilakukan dan 3 apa yang bisa dibeli.
Produk wisata adalah segala hasil dari pelayanan yang bisa dinikmati oleh pengguna produk tersebut seperti yang ditulis oleh Gamal Suwantoro dalam bukunya
menjelaskan ” keseluruhan pelayanan yang diperoleh dan dirasakan atau dinikmati wisatawan semenjak ia meninggalkan tempat tinggalnya sampai ke daerah tujuan
wisata yang telah dipilihnya dari sampai kembali kerumah dimana ia berangkat semula” Gamal suwantoro, 1997:49. Produk wisata merupakan gabungan dari
beberapa komponen antara lain: a. Atraksi suatu daerah tujuan wisata b. Fasilitas dan amenitas yang tersedia c.Aksesibilitas ke dan dari daerah tujuan wisata Gamal
suwantoro, 1997:48 Pariwisata adalah produk tidak berwujud dan lebih sulit untuk pasar dari
produk nyata seperti mobil. Sifat tidak berwujud jasa membuat kontrol kualitas yang sulit namun penting. Hal ini juga membuat lebih sulit bagi pelanggan potensial untuk
Universitas Sumatera Utara
mengevaluasi dan membandingkan penawaran layanan. Selain itu, bukannya memindahkan produk ke pelanggan, namun pelanggan harus melakukan perjalanan
ke produk DaerahMasyarakat Raju, 2009 Dalam Tesis Ignasia Sari Isniati, 2013, Pemasaran Pariwisata Di Kabupaten Kepulauan Mentawai: Proses, Dinamika Dan
Problematika. 2.6 Pariwisata Berbasis Masyarakat Lokal
Pengembangan pariwisata dengan tingkat keterlibatan masyarakat setempat yang tinggi dan dapat dipertanggung jawabkan dari aspek sosial dan lingkungan
hidup. Masyarakat setempat atau mereka yang bertempat tinggal disekitar Daerah Tujuan Wisata DTW mempunyai peran yang amat penting dalam menunjang
keberhasilan pembangunan ekowisata. Peran serta masyarakat di dalam memelihara lingkungan yang menjadi daya tarik ekowisata tidak dapat diabaikan.
Pariwisata berbasis masyarakat merupakan suatu bentuk kepariwisataan yang mengedepankan kepemilikan dan peran serta aktif masyarakat, memberikan edukasi
kepada masyarakat lokal maupun pengunjung, mengedepankan perlindungan kepada budaya dan lingkungan, serta memberikan manfaat secara ekonomi kepada
masyarakat lokal. Sebagai sebuah konsep pengembangan pariwisata, pariwisata berbasis masyarakat bukanlah konsep yang kaku Tasci dkk, 2013 Dalam Tesis
Anom Hery Suasapha , 2015, Implementasi Konsep Pariwisata Berbasis Masyarakat Dalam Pengelolaan Pantai Kedonganan Sebagai Daya Tarik Wisata.
Asker dkk 2010 Dalam Tesis Anom Hery Suasapha , 2015, Implementasi Konsep Pariwisata Berbasis Masyarakat Dalam Pengelolaan Pantai Kedonganan
Sebagai Daya Tarik Wisata mengemukakan tiga prinsip pariwisata berbasis masyarakat yaitu pemberdayaan masyarakat, mengedepankan budaya dan
mengedepankan lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
Pariwisata berbasis masyarakat merupakan kepariwisataan yang umumnya diselenggarakan dalam skala kecil dimana di dalamnya terjadi interaksi antara
pengunjung dan masyarakat tuan rumah.
Pariwisata berbasis masyarakat biasanya lebih cocok untuk diterapkan di daerah pedesaan, dikelola dan dimiliki oleh masyarakat lokal dan untuk masyarakat
lokal, dengan mengedepankan penyedia pelayanan pariwisata lokal dan berfokus pada budaya dan lingkungan sebagai daya tariknya Asker dkk., 2010 Dalam Tesis
Anom Hery Suasapha , 2015, Implementasi Konsep Pariwisata Berbasis Masyarakat Dalam Pengelolaan Pantai Kedonganan Sebagai Daya Tarik Wisata.
Hausler and Strasdas 2003 Dalam Tesis Anom Hery Suasapha , 2015, Implementasi Konsep Pariwisata Berbasis Masyarakat Dalam Pengelolaan Pantai
Kedonganan Sebagai Daya Tarik Wisata menyatakan bahwa pariwisata berbasis masyarakat
merupakan sejenis
kepariwisataan yang
perkembangan dan
pengelolaannya dikontrol oleh masyarakat lokal, dimana bagian terbesar dari manfaat yang dihasilkan kepariwisataan tersebut dinikmati oleh masyarakat lokal, baik yang
terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam kepariwisataan tersebut, serta memberikan pendidikan bagi pengunjung maupun masyarakat lokal mengenai
pentingnya usaha konservasi terhadap alam dan budaya. Definisi CBT Community Based Tourism atau pariwisata berbasis masyarakat yaitu
dalam jurnal I Wayan Pantiyasa, Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat Community Based Tourism Dalam Pemberdayaan Masyarakat :
a. bentuk pariwisata yang memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk mengontrol dan terlibat dalam manajemen dan pembangunan
pariwisata b. masyarakat yang tidak terlibat langsung dalam usaha
–usaha pariwisata juga mendapat keuntungan,
c. menuntut pemberdayaan secara politis dan demokratisasi dan distribusi keuntungan kepada komunitas yang kurang beruntung di pedesaan
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian dalam pandangan Hausler CBT merupakan suatu pendekatan pembangunan pariwisata yang menekankan pada masyarakat lokalbaik
yang terlibat langsung dalam industri pariwisata maupun tidak dalam bentuk memberikan kesempatan akses dalam manajemen dan pembangunan pariwisata
yang berujung pada pemberdayaan politis melalui kehidupan yang lebih demikratis, termasuk dalam
pembagian keuntungan dari kegitan pariwisata yang lebih adil bagi masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Konteks Masalah