44
4.2 Aktivitas Ekonomi Masyarakat
Mata pencaharian penduduk di tiga desa: Ciomas, Tapos, dan Babakan mayoritas sebagai petani. Mata pencaharian penduduk Desa Babakan disamping
sebagai petani banyak yang bekerja sebagai pedagang kecil di Jakarta atau Tangerang. Keberadaan stasiun kereta yang dekat dengan Babakan
memudahkan mobilitas penduduk ke kota. Mata pencaharian penduduk dapat dilihat dalam Tabel 8.
Tabel 8 Mata Pencaharian Penduduk tiga desa contoh Mata pencaharian
Ciomas Tapos
Babakan Petani
1012 862
542 Buruh tani
32 750
303 Pedagang
48 48
907 Perajin
8 495
16 Karyawan swasta
9 220
685 PNS
8 23
53 Penjahit
44 77
11 Sopirmontir
62 10
34 Tukang
37 5
21 Lain-lain
- -
40 Jumlah
1.260 2.490
2.612 Sumber : Monografi Desa Ciomas, Tapos, Babakan 2009
Desa Ciomas merupakan salah satu desa sekitar hutan yang mempunyai luas kawasan hutan dengan program PHBM terluas di Kecamatan Tenjo. Desa
Ciomas merupakan enclave yang dikelilingi kawasan hutan. Lokasinya sulit ditempuh dengan kondisi jalan tanah yang licin kalau hujan. Penduduk Desa
Ciomas berjumlah 5.473 orang, dengan 1.303 kepala keluarga. Kepemilikan tanah masyarakat 0,1 ha sebanyak 911 orang, 0,1 – 0,2 ha 31 orang, sementara
tanah yang lebih dari 5 ha umumnya dimiliki oleh orang luar desa seperti dari BSD, Bogor. Masyarakat yang tidak memiliki tanah 361 orang.
Luas sawah di desa ini hanya 3 hektar yang beririgasi teknis, sementara sawah tadah hujan 103 ha. Luas ladang 175 ha, pemukiman 90 ha, tanah rawa 5
ha. Tanah kas desa 7 ha, lapangan 1 ha, dan kantor pemerintah 2500 m2. Luas hutan milik negara 105.000 ha, tanah masyarakat 459.081 ha, hutan yang
dikelola Perhutani 400.050 ha, total luas hutan 964.131 ha. Di bidang perekonomian di desa ini terdapat sebuah usaha kerajinan kulit
kayu, 71 warung kelontong 71, penggilingan padi 6 unit. Ternak yang dimiliki
45 penduduk: sapi 68, kerbau 121, ayam 7.000, bebek 1500, kambing 500 ekor,
madu 50 tempat. Sarana umum ada pos kampling 5 unit, madrasah 3 buah, jembatan besi 3 buah, jembatan kayu 3 buah. Untuk keperluan sehari-hari
penduduk menggunakan air dari sumur dan sungai. Ada sungai yaitu: Cimatuk, Cicareuheun yang digunakan penduduk untuk mencuci baju. Rumah bertembok
219, kayu 417, dari bambu 314 rumah. Desa Babakan merupakan salah satu desa hutan yang mudah dijangkau
karena tersedia berbagai jenis sarana transportasi dari kendaraan umum sampai kereta. Mata pencaharian penduduk Desa Babakan selain bertani banyak juga
yang bekerja sebagai pedagang kecil, pedagang makanan seperti : soto, siomay, bakso di Jakarta, atau Tangerang. Pedagang kebanyakan sekali seminggu
pulang ke rumahnya. Di desa ini banyak juga ditemukan peternakan ayam pedaging, ada 13 unit peternakan ayam, dengan jumlah ayam 4000 – 5000 ekor
per unit. Peternakan ini menggunakan sistem plasma dengan investor dari Tangerang dan Jakarta. Bibit ayam, pakan, obat-obatan dari investor, sedangkan
tanah dan kandang milik penduduk. Ada juga ternak sapi dan kerbau 183, dan kambing 250 ekor. Kerajin kulit kayu dan bambu ada 5 unit. Kerajinan ini
berbahan dasar kulit kayu yang dibuat manjadi pot bunga plastik. Jumlah penduduk: 9.998 orang, jumlah kepala keluarga 1.535 KK. Luas
lahan 1.254,74 ha, sawah 435 ha,kebun 60 ha, pekarangan 165 ha, kantor pemerintah 2.500 m2. Banyak tanah penduduk yang dijual kepada pihak lain dari
luar desa atau dijual kepada perusahaan. Pertanian bersifat musiman, sawah tadah hujan biasanya ditanami jagung, terong, dan kacang-kacangan.
Penggilingan padi ada 6 unit, dan traktor 2 buah. Fasilitas peribadatan di desa ada 30 musolla dan masjid. Di desa ini terdapat fasilitas pendidikan sebuah
SMAN, madrasah tsanawiyah, dan 4 buah SD. Desa Tapos mempunyai penduduk berjumlah 7.681 orang, terdiri dari
1.787 kepala keluarga. Luas wilayah desa 610,135 ha, digunakan untuk untuk permukiman, sawah, pekarangan, kebun, dan fasilitas umum. Jumlah keluarga
pemilik tanah pertanian 1.250 keluarga, sedangkan 537 tidak memiliki tanah. Kepemilikan tanah kurang dari 1 ha sebanyak 1000 orang, 0,5 – 1 ha 220 orang,
sementara pemilik tanah dengan luas 5 - 10 ha hanya 30 keluarga. Tanah yang luas umumnya dimiliki oleh orang luar desa
Mata pencaharian penduduk terbanyak di bidang pertanian, kemudian kerajinan. Di desa ini ada peternakan ayam pedaging 20 unit dengan sistem
46 plasma dengan investor dari Tangerang dan Jakarta. Bibit ayam, pakan, obat-
obatan dari investor, sedangkan tanah dan kandang milik penduduk. Ternak lain yang dimiliki penduduk antara lain kerbau, ayam buras, bebek, dan kambing.
Di Kampung Hajere telah ada kelompok tani hutan KTH sejak tahun 1998. Kawasan hutan yang berada di sekitar desa Tapos merupakan daerah
aman. Tingkat pencurian tidak banyak. Kerjasama telah terbentuk meliputi tanaman Kegiatan-kegiatan perhutanan sosial, insus kedelai, pembibitan,
pembuatan kompos, rehabitasi jalan alur, bahkan berkembang dalam pendirian koperasi.
Sosialisasi PHBM di tiga desa contoh dilaksanakan di tengah-tengah acara rutin pengajian malam Jumat. Pendekatan dilakukan pada pemimpin
nonformal dan pemimpin formal. Masyarakat desa ini cukup terbuka dengan adanya program-program pelestarian hutan yang berbasis masyarakat.
Dalam struktur masyarakat petani di desa contoh kepemilikan lahan menjadi dasar dalam stratifikasi sosial. Kebanyakan petani memiliki lahan yang
sempit atau bahkan tidak memiliki lahan untuk pertanian hanya ada tanah seluas rumah yang ditempatinya. Masyarakat dengan lahan sempit ini sangat
tergantung kehidupannya kepada hutan dengan melakukan tumpangsari dan mencari kayu di hutan. Aktivitas bertani yang dilakukan bersifat subsisten
dilakukan untuk dapat mempertahankan kehidupannya. Pemilik lahan yang cukup luas banyak yang berasal dari luar desa.
Lahan-lahan milik rakyat setempat dijual kepada orang luar karena berbagai keperluan mendesak dan tidak ada alternatif lain selain menjual tanahnya.
Dengan tidak adanya lahan, penduduk tidak lagi bekerja sebagai petani. Mereka beralih profesi menjadi pedagang kecil di kota seperti Jakarta atau Tangerang.
Dengan modal kecil, pedagang ini biasanya berjualan makanan kecil, seperti gorengan, siomay, dan makanan terbuat dari aci tepung tapioka.
Ada juga petani yang mempunyai pekerjaan sambilan sebagai pedagang musiman. Setelah pekerjaan di huma selesai, mereka beralih pekerjaan sebagai
pedagang. Aktivitas perdagangannya ada yang dilakukan di desa masing-masing atau berdagang di luar desanya seperti di Jakarta atau Tangerang. Akses
transportasi kereta menjadi pendukung mobilitas penduduk untuk bisa melakukan aktivitas perdagangan. Sekarang sedang dibangun jalur KRL kereta
listrik yang akan menghubungkan stasiun-stasiun kecil seperti Tenjo, Cileujit dengan stasiun Serpong.
47 Aktivitas ekonomi masyarakat yang dilakukan adalah kerajinan kulit kayu.
Kerajinan kulit kayu bisa dikembangkan di wilayah ini karena bahan bakunya tersedia. Kulit kayu berasal dari TPN tempat penimbunan kayu terletak di jalan
utama Tenjo – Parung Panjang yang melintasi Desa Babakan. Produk kerajinan yang dihasilkan adalah pot bunga plastik, atau keranjang. Produk kerajinan kulit
kayu ini sebenarnya mempunyai pasar yang baik. Biasanya mereka berproduksi berdasarkan pesanan dari para pedagang di luar kota. Kegiatan usaha ini kurang
bisa berkembang karena keterbatasan modal dan akses terhadap pasar. Selain perekonomian penduduk yang bersifat subsisten terdapat juga
perekonomian yang sudah berorientasi pasar. Usaha peternakan ayam yang terdapat di desa-desa Kecamatan Tenjo. Peternakan yang ada bukan milik
penduduk setempat, melainkan bentuk kerja sama antar penduduk setempat dengan para pemodal dari luar desa. Pemodal menyediakan bibit, pakan, dan
pasar, sementara penduduk menyediakan tempat dan tenaga kerja. Sistem pengelolaan peternakan dengan menggunakan sistem inti plasma.
4.3 Tekanan Penduduk Terhadap Hutan di Jawa