dengan melakukan pengambilan dokumentasi berupa foto, wawancara dengan pihak yang berkaitan dengan proyek dan data sekunder berupa studi pustaka.
Peta dasar base plan sudah tersedia dari klien baik berupa soft file maupun hard copy. Jika tidak ada base plan maka perusahaan berusaha
mengambil data awal berupa peta dasar dari google map dari internet untuk mengetahui lokasi proyek yang dikerjakan. Data primer maupun data sekunder
yang berhubungan dengan proyek sangat penting dan dibutuhkan untuk keperluan tahap desain selanjutnya yaitu tahap analisis tapak. Kelengkapan yang dimiliki
oleh perusahaan sangat membantu dalam tahap inventarisasi. Pada tahap ini data inventarisasi yang dibutuhkan oleh perusahaan sudah
cukup lengkap untuk dapat melanjutkan ke tahap desain berikutnya. Proyek ini dikerjakan secara tim sehingga data mengenai tapak akan selalu diberitahukan,
dan bila ada data yang dibutuhkan dapat dilengkapi sesuai dengan profesi masing- masing dalam tim. Inventarisasi yang dilakukan perusahaan tidak disajikan secara
spasial, tetapi hanya disajikan berupa data deskriptif dan data visual foto-foto eksisting pada tapak. Mahasiswa berinisiatif untuk menyajikannya peta situasi
dalam bentuk spasial. Peta situasi tapak secara spasial disajikan pada Gambar 47.
4.3.3 Analisis dan Sintesis
Setelah melakukan inventarisasi tapak, tahap selanjutnya dalam proses desain yang dilakukan oleh perusahaan ECI adalah tahap analisis tapak. Metode
analisis yang digunakan adalah analisis cepat atau quick analysis. Kegiatan analisis tapak bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap data yang diperoleh
pada tahap inventarisasi tapak. Metode quick analysis tersebut dilakukan karena keinginan klien atas suatu produk dalam waktu yang cepat sehingga kecepatan
dalam melakukan desain perlu diperhitungkan waktunya. Metode analisis cepat dilakukan dengan melihat kembali pada area-area yang dilakukan inventarisasi
lalu mengidentifikasi potensi dan kendala yang ada pada setiap area. Nantinya pada tahap konsep masing-masing area yang potensial ditonjolkan pengembangan
fitur lanskapnya.
Gambar 47. Peta Situasi Theme Park
68
m PETA SITUASI
Sumber : PT. Envirospace
Consultants Indonesia 2012
Theme Park Sentul Nirwana akan dibuat dengan desain yang memiliki suasana jungle. Secara umum kondisi eksisting tapak memiliki iklim yang cukup
panas membuat desain pada tapak membutuhkan penambahan penanaman tanaman untuk meningkatkan kualitas iklim mikro. Peningkatan kualitas
lingkungan dapat tercapai dengan banyaknya penggunaan tanaman pada tapak dengan penanaman secara masal mass planting atau dapat juga dilakukan
penanaman secara cluster atau berkelompok. Selain perbaikan iklim mikro, mass planting sangat baik diterapkan karena
dapat berfungsi sebagai penutup tanah agar mengurangi kesan gersang dan banyak debu pada tapak. Selanjutnya langkah dalam melakukan analisis tapak
menyesuaikan langkah pada saat melakukan inventarisasi tapak yang kemudian dilakukan evaluasi pada setiap area yang telah dilakukan inventarisasi tapak.
Tapak yang gersang ini membutuhkan penurunan iklim mikro yang dapat dilakukan dengan penanaman massal sehingga meciptakan suasana alami yang
semarak. Tapak juga membutuhkan penanaman karakter pohon yang dapat mengarahkan pengguna kendaraan. Pohon yang memiliki karakter spread juga
sangat dibutuhkan untuk menaungi para pejalan kaki mau pun kendaraan. Mengingat tahap inventarisasi pada tapak yaitu dengan adanya beberapa
rumah penduduk yang tidak dibebaskan lahannya, sehingga mengakibatkan penurunan kualitas visual karena bad view yang diakibatkan oleh dinding-dinding
rumah maka visual dari tapak kearah dinding rumah sebaiknya diberi screen. Pemilihan tanaman yang akan digunakan pada tapak harus disesuaikan
karakteristiknya. Pohon yang digunakan sebaiknya tanaman yang tinggi, besar dan memiliki daun yang tidak mudah gugur, dan akar yang ramah dan tidak
merusak struktur. Sedapat mungkin menggunakan tanaman dengan konsep monumental yang akan memberikan kesan megah. Fitur-fitur lanskap yang dapat
dikembangkan pada tapak sama antara area satu dengan yang lainnya agar memiliki kesatuan tema desain. Secara umum tanaman yang diperlukan untuk
mendukung konsep jungle adalah tanaman yang dapat memberikan kesan visual yang dapat menintegrasikan pandangan ke arah bangunan-bangunan.
Sebagian area pada tapak berdasarkan site plan yang dihasilkan oleh arsitek telah terdapat desain untuk planting area di beberapa area pada tapak.
Arsitek lanskap hanya menentukan tanaman yang akan digunakan. Pada tapak terdapat planter box, maka penanaman akan menggunakan pohon fitur yang
memiliki kesan jungle sedangkan pada planter box akan menerapkan konsep penanaman masal untuk menciptakan suasana alami yang semarak.
Selanjutnya sebagian area lainnya pada tapak memerlukan anaisis lebih lanjut untuk menentukan green areaarea yang sebaiknya diberikan desain
penanaman yang selanjutnya menjadi pekerjaan arsitek lanskap. Dari siteplan yang telah dibuat oleh pihak arsitek dan dari hasil analisis dapat diketahui area
mana saja yang merupakan area pekerjaan arsitek lanskap green area pada tapak. Maka kontribusi arsitek lanskap adalah menentukan green area dan pola
tanam dan tanaman yang akan digunakan. Mengingat site plan yang telah dibuat oleh arsitek pada proyek, secara
umum tapak merupakan area yang datar yang relatif akan memudahkan pekerjaan desain arsitek lanskap. Pada area tapak terdapat titik yang menjadi perhatian
sebagai potensi dan juga kendala yaitu potensi penanaman, potensi sirkulasi, dan area yang berbahaya danger area.
Tapak secara umum didominasi oleh pekerjaan desain bagi arsitek lanskap. Proyek Jungleland phase 1 seluas 32 ha 320.000 m
2
dapat dibagi atas: 1.
Buildings hardscape area road dan pedestrian = 158.000 m
2
2. Planting area = 162.000 m
2
Tapak secara umum didominasi oleh green area atau area yang menjadi pekerjaan arsitek lanskap. Sinar matahari banyak diterima oleh tanaman karena
pada tapak ini tidak terlalu banyak terdapat bangunan gedung. Berpotensi untuk memaksimalkan penghijauan dengan pemilihan tanaman yang variatif.
Tapak memiliki luasan green area yang relatif menyatu unity. Area yang menjadi pekerjaan arsitek lanskap ini memiliki potensi sirkulasi yaitu dapat
menerapkan berbagai macam pola sirkulasi seperti linear dan circle jika desain yang akan diterapkan pada area tersebut akan memberikan akses kepada user.
Tapak ini memiliki luasan sungai di hampir setiap bagian areanya. Batas antara badan air dan daratan tidak dilengkapi oleh penghalang sehingga berbahaya bagi
user jika akan mengakses ke area dekat sungai.
Desain penanaman pada tapak secara keseluruhan berdasarkan permintaan klien adalah menjadikannya sebagai Theme Park yang harus didesain secara
kreatif tanpa selalu harus dibatasi oleh desain yang telah ditentukan oleh arsitek. Pihak perusahaan ECI diberikan kesempatan untuk tetap memberikan alternatif
desain yang dapat mendukung konsep jungle dengan memperhatikan fungsional dan estetika. Analisis tapak yang dilakukan perusahaan sangat mementingkan
pada fungsi dan estetika yang akan dicapai, peluang untuk direalisasikan yang harus menyesuaikan dana yang dimiliki klien, serta mempertimbangkan pula
keinginan dari klien dan keberlanjutan tapak agar tidak terjadi kerusakan lingkungan. Gambar 48 merupakan contoh analisis secara spasial.
Analisis tapak dilakukan pada setiap area yang ada pada tapak seperti letak dan luas tapak, aksesibilitas, iklim, tata guna lahan, vegetasi, topografi dan
hidrologi. Namun pada pelaksanaannya biasanya pihak perusahaan melakukan analisis pada aspek yang sangat berpengaruh pada desain tapak saja. Analisis yang
dilakukan untuk menentukan area mana saja yang sebaiknya dijadikan green areaarea yang akan menjadi pekerjaan arsitek lanskap yang ditentukan dengan
cara diskusi antara pimpinan persusahaan, staf perusahaan, dan peserta magang. Selanjutnya dari hasil analisis untuk menentukan green area tersebut akan
disarankan kepada klien. Hal tersebut tidak terlepas dari saran untuk merubah desain yang telah ditentukan oleh pihak arsitek.
Analisis yang dilakukan perusahaan juga dilakukan secara umum dengan tetap memperhatikan karakteristik masing-masing area yang direncanakan
memiliki konsep yang berbeda. Namun, setiap area memiliki keadaan aksisting yang relative sama yaitu gersang.
Green area ditentukan dengan pertimbangan keinginan klien untuk menjadikan theme park memiliki kesan jungle, maka pihak perusahaan
menyarankan agar green area mendominasi theme park secara keseluruhan. Senjutnya, untuk menentukan green area per spot dari masing-masing area pihak
perusahaan sangat mempertimbangkan integrasi antar elemen pembentuk theme park secara keseluruhan. Green area ditetapkan harus ada secara merata dan
mendominasi dari masing-masing areanya. Zona desaingreen area pada masing- masing area dapat dilihat pada lampiran 4 sampai 11.
Gambar 48. Peta Analisis
72
m
Sumber : PT. Envirospace
Consultants Indonesia 2012
4.3.4 Konsep Desain