Perspektif Konflik Perspektif Fungsionalis

Proses Perubahan Sosial dalam Masyarakat 9 kesejahteraan dalam arti yang seluas-luasnya, sepertinya perlu ditinjau ulang. Hal ini karena jika perubahan memang merupakan sesuatu yang konstan, ini berarti bahwa setiap urutan tahapan perubahan akan mencapai titik akhir.

2. Perspektif Konflik

Perspektif ini menjelaskan bahwa pertentangan atau konflik bermula dari pertikaian kelas antara kelompok yang menguasai modal atau pemerintahan dengan kelompok yang tertindas secara materiil, sehingga akan mengarah pada perubahan sosial. Sumber yang paling penting dalam perubahan sosial menurut perspektif ini adalah konflik kelas sosial di dalam masyarakat. Perspektif ini memiliki prinsip bahwa konflik sosial dan perubahan sosial merupakan dua hal yang selalu melekat pada struktur masyarakat. Perspektif ini menilai bahwa sesuatu yang konstan atau tetap ada dalam suatu masyarakat adalah konflik sosial, bukan perubahan sosial. Mengapa? Karena perubahan hanyalah akibat dari adanya konflik sosial yang terjadi di masyarakat. Mengingat konflik berlangsung terus-menerus, maka perubahan juga akan mengikutinya. Dua tokoh yang pemikirannya menjadi pedoman dalam perspektif konflik ini adalah Karl Marx dan Ralf Dahrendorf. Secara umum, perspektif konflik berpandangan bahwa perubahan sosial di masyarakat terjadi karena faktor-faktor berikut ini. a. Setiap masyarakat terus-menerus berubah. b. Setiap komponen masyarakat biasanya menunjang perubahan masyarakat. c. Setiap masyarakat biasanya berada dalam ketegangan dan konflik. d. Kestabilan sosial akan tergantung pada tekanan terhadap golongan yang satu oleh golongan yang lainnya.

3. Perspektif Fungsionalis

Konsep yang berkembang dari perspektif ini adalah cultural lag kesenjangan budaya. Konsep ini mendukung perspektif fungsionalis untuk menjelaskan bahwa pada dasarnya perubahan sosial itu tidak lepas dari hubungan antara unsur- unsur kebudayaan dalam masyarakat. Menurut perspektif ini, beberapa unsur kebudayaan bisa saja berubah dengan sangat cepat, sementara unsur yang lainnya berubah sangat lambat, Tahukah Kamu? Karl Marx 1818–1883, filsuf dan pencetus paham Marxisme– Komunisme lahir di kota Trier, Jerman. Dia berpendapat bahwa hubungan antarmanusia akan memunculkan perbedaan kepemili- kan dan penguasaan atas sumber- sumber dan alat-alat produksi. Perbedaan-perbedaan tersebut merupakan dasar dari munculnya kelas-kelas sosial. Walaupun Marx menyadari adanya kelas menengah, namun ia meyakini bahwa masya- rakat terpolarisasi antara dua kelas yang saling bertentangan, yaitu kelas borjuis kelas yang berkuasa atau kaya dan kelas proletar kelas yang dikuasai atau miskin. Sumber: Ensiklopedi Umum untuk Pelajar, 2005 hal. 152 Tugas Kelompok Bersama dengan teman sekelompokmu diskusikan mengenai perubahan sosial yang terjadi di Indonesia jika dilihat dari perspektif konflik Berikan alasan yang logis dan faktual Di unduh dari : Bukupaket.com 10 Sosiologi SMA dan MA Kelas XII sehingga tidak dapat mengikuti kecepatan perubahan unsur yang berjalan sangat cepat tersebut. Unsur yang berubah sangat cepat umumnya yang berhubungan dengan kebudayaan materiil, sedangkan unsur yang berubah secara perlahan atau lambat adalah unsur yang berhubungan dengan kebudayaan nonmateriil. Dengan demikian, yang terjadi adalah keterting- galan unsur yang berubah secara perlahan tersebut. Akibatnya muncul kesenjangan sosial dalam masyarakat atau yang dikenal dengan istilah cultural lag. Misalnya pengrusakan terhadap telepon umum. Telepon umum sebagai fasilitas umum sangat efektif untuk melakukan komunikasi, sehingga sudah selayaknyalah dirawat dan dijaga. Kenyataannya, banyak telepon umum yang justru dirusak oleh masyarakat. Kenyataan ini menunjukkan bahwa dalam masya- rakat terjadi cultural lag, di mana alam pikiran manusia nonmateriil tidak mampu menyesuaikan diri dengan per- kembangan atau kemajuan teknologi materiil. Para penganut perspektif ini lebih menerima perubahan sosial sebagai sesuatu yang konstan dan tidak memerlukan penjelasan. Perubahan dianggap sebagai suatu hal yang mengacaukan keseimbangan masyarakat. Proses pengacauan ini berhenti pada saat perubahan itu telah diintegrasikan dalam kebudayaan. Apabila perubahan itu ternyata bermanfaat maka dapat dikatakan bahwa perubahan itu bersifat fungsional dan akhirnya diterima oleh masyarakat, tetapi jika terbukti disfungsional atau tidak bermanfaat, maka perubahan itu akan ditolak. Tokoh dari perspektif ini adalah William Ogburn. Pandangan perspektif fungsionalis dalam melihat suatu perubahan sosial dalam masyarakat adalah sebagai berikut. a. Setiap masyarakat relatif bersifat stabil. b. Setiap komponen masyarakat biasanya menunjang kestabilan masyarakat. c. Setiap masyarakat biasanya relatif terintegrasi. d. Kestabilan sosial sangat tergantung pada kesepakatan bersama konsensus di kalangan anggota kelompok masyarakat.

4. Perspektif Siklis