Karakteristik dalam Pendekatan Kontekstual

yaitu konstruktivisme, bertanya, inquiri, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi dan penilaian sebenarnya. Ketuntasan belajar tercapai hanya pada siklus pertama dari dua siklus yang dilakukan selama penelitian. 2. Penelitian oleh Aris Rohmana 2014, penelitian tentang penerapan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Proses penelitiannya adalah dengan melakukan tahap persiapan yang salah satunya adalah mempersiapkan instrumen penelitian, setelah persiapan yang diperlukan selesai, langkah selanjutnya adalah melakukan uji coba instrumen kepada siswa dan selanjutnya peneliti melaksanakan penelitian. Langkah awal penelitian adalah pemilihan sampel. Sampel yang diperlukan sebanyak dua kelompok eksperimen. Pemilihan sampel dilakukan secara acak. Sebelum pelajaran dimulai kedua kelompok eksperimen tersebut diberi tes awal. Tes awal ini di maksudkan untuk mengetahui tingkat kesiapan siswa dalam memahami materi pelajaran yang akan di ajarkan. Langkah selanjutnya adalah memulai kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar ini kedua kelompok eksperimen mendapatkan perlakuan yang sama dalam hal jumlah jam pelajaran yang sama, materi yang disampaikan sama, dan pengajar pada kedua kelompok eksperimen adalah peneliti sendiri. Selama penelitian dan penerapan metode dan pendekatan siswa menerima dengan baik bahkan antusias setelah diberikan tujuan dan manfaatnya pembelajaran matematika. Setelah kurang lebih dua bulan, kedua eksperimen diberi tes yang sama dengan tes awal. Hal ini di maksudkan untuk mengetahui ada atau tidaknya perubahan prestasi belajar setelah dilaksanakan dan terdapat perbedaan kelompok eksperimen mana yang lebih berhasil dalam metode pengajaran yang peneliti terapkan. Berdasarkan hasil tes didapatkan hasil yang memuaskan sesuai dengan harapan peneliti yaitu hampir 95 siswa mendapatkan nilai yang baik dan 5 dengan nilai pas KKM. 3. Penelitian oleh Iwan Darmawan 2014, penelitian tentang penerapan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep. Pendekatan penelitian ini melalui deskriptif kualitatif dan teknik yang digunakan adalah observasi, wawancara dan simulasi yang dibagi menjadi dua siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar mengalami peningkatan yang cukup signifikan dan disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar. D. Materi Pembelajaran 1. Konsep Titik, Garis dan Bidang Dalam ilmu Gometri, terdapat beberapa istilah atau sebutan yang tidak memiliki definisi undefiened term, antara lain titik, garis, dan bidang. Meskipun ketiga istilah tersebut tidak secara formal didefinisikan, sangat penting disepakati tentang arti istilah tersebut. Titik tidak memiliki ukuran, biasanya dideskripsikan menggunakan tanda noktah. Penamaan titik menggunakan huruf kapital, seperti titik A, titik B, titik C, dan sebagainya. Garis adalah himpunan dari titik-titik yang mempunyai panjang tak terhingga tetapi tidak memiliki lebar atau tebal. Ruas garis memiliki ciri, yaitu mempunyai pangkal, mempunyai ujung, dan panjangnya terhingga terbatasdapat diukur. Sinar garis memiliki ciri, yaitu mempunyai pangkal tetapi tidak mempunyai ujung. Bidang adalah himpunan garis-garis yang anggotanya terdiri dari lebih dari satu buah garis. Model dari sebuah bidang adalah permukaan sebuah kertas yang dapat diperlebar ke semua arah. Bidang mempunyai ukuran panjang dan lebar serta diberi nama dengan menyebutkan titik-titik sudut dari bidang tersebut atau memakai huruf α, , , dan seterusnya. Bidang terdiri dari bidang datar dan bidang ruang. Bidang datar disebut juga bidang berdimensi dua karena hanya mengandung unsur panjang dan lebar. Bidang ruang disebut juga bidang berdimensi tiga karena mengandung unsur panjang, lebar, dan tinggi. http:matematikaasikbanget.blogspot.co.id201609geometri- bidang-titik-garis-sudut-bidang.html 2. Kedudukan Dua Garis a. Dua Garis Berhimpit Dua buah garis yang terletak pada satu bidang datar dikatakan berhimpit jika dan hanya jika kedua garis itu memiliki paling sedikit dua titik potong dua titik persekutuan. Pada gambar 2.1, garis g dan h berhimpit. Gambar 2.1 Dua Garis Berhimpit b. Dua Garis Berpotongan Dua buah garis yang terletak pada satu bidang datar dikatakan berpotongan jika dan hanya jika kedua garis itu memiliki tepat satu titik potong tepat satu titik persekutuan. Pada gambar 2.2, garis g dan h berpotongan. c. Dua Garis Sejajar Dua buah garis berbeda dikatakan saling sejajar jika dan hanya jika keduanya terletak pada satu bidang yang sama dan tidak berpotongan. Pada gambar 2.3, garis g sejajar dengan garis h. g h g h Gambar 2.2 Dua Garis Berpotongan