Penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pembelajaran matematika materi garis dan sudut pada siswa kelas VIIC di SMP Kanisius Gayam tahun ajaran 2016/2017.

(1)

vii ABSTRAK

Chatarina Citra Susilowati. 131414031. 2017. “PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI GARIS DAN SUDUT PADA SISWA KELAS VIIC DI SMP KANISIUS GAYAM TAHUN AJARAN 2016/2017”.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan langkah membelajarkan materi garis dan sudut dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada siswa kelas VIIC di SMP Kanisius Gayam, (2) mengetahui pemahaman siswa kelas VIIC SMP Kanisius Gayam tentang materi garis dan sudut setelah mengalami proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIIC SMP Kanisius Gayam tahun ajaran 2016/2017. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Data untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran matematika dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) diperoleh dari catatan lapangan dan dokumentasi. Data untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi garis dan sudut setelah mengalami proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) diperoleh dari tes hasil belajar dan wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) proses pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dikelas VIIC SMP Kanisius Gayam dilakukan dengan menerapkan7 komponen utama dari pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) yaitu pemodelan, bertanya, konstruktivisme, inquiry, masyarakat belajar, penilaian sebenarnya, dan refleksi, (2) pemahaman siswa tentang materi garis dan sudut setelah mengalami proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah 32% siswa dapat menyebutkan garis yang sejajar, berpotongan dan bersilangan, 56% siswa dapat memberikan nama sudut, mengukur besar sudut, dan menentukan jenis-jenis sudut, 16% siswa dapat menentukan besar sudut-sudut berpelurus dan berpenyiku, 8% siswa dapat menggunakan sifat-sifat sudut yang terbentuk jika dua buah garis sejajar dipotong sebuah garis lain untuk menyelesaikan soal, dan 20% siswa dapat menentukan semua pasangan sudut yang terbentuk jika dua buah garis sejajar dipotong sebuah garis lain.

Kata kunci: pendekatan pembelajaran, pemahaman siswa, Contextual Teaching and Learning, garis dan sudut.


(2)

viii ABSTRACT

Chatarina Citra Susilowati. 131414031. 2017. “IMPLEMENTATION OF CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) APPROACH ON MATHEMATICS LEARNING ON THE TOPIC OF A LINE AND ANGLE FOR VIIC CLASS AT KANISIUS GAYAM JUNIOR HIGH SCHOOL 2016/2017.

The aims of this research are (1) to describe learning steps of line and angle by using Contextual Teaching and Learning (CTL) approach on students of Kanisius Gayam Junior High School at VIIC class, (2) to know an understanding of students at VIIC class of Kanisius Gayam Junior High School on the topic of a line and angle after experience a learning process by using Contextual Teaching and Learning (CTL) approach.

The subject of this research is the 7th grade students of Kanisius Gayam Junior High School 2016/2017. The type of this research is descriptive qualitative. Data that been used to described mathematics learning by using Contextual Teaching and Learning (CTL) approach has been gathered by field report and documentation. To get to know about students’ understanding on the topic of line and angle after learning by Contextual Teaching and Learning (CTL) approach data was gathered from test result and interview.

The results of the research show that (1) the process of learning realization by using an approach of Contextual Teaching and Learning (CTL) on students of VIIC class at Kanisius Gayam Junior High School by implementing 7 main componens from Contextual Teaching and Learning (CTL) are modelling, questions, constructivism, inquiry, learning community, authentic assesment, and reflection, (2) students’ understanding on the topic of line and angle after learning process by using Contextual Teaching and Learning (CTL) approach is 32% of students can say that line is parallel, crossed and intersected, 56% of students can giving a name of angle, measure the angle, and define what kind of angle is, 16% of students can define how large the supplementary and complementary angle, 8% of students can use the characters of angle that been shaped if 2 line was intersect by the other line to resolve a case, and 20% of students can define all of angle pair if 2 equal line intersected by the other line.

Keywords: learning approach, students’ understanding, Contextual Teaching and Learning, line and angle.


(3)

i

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI

GARIS DAN SUDUT PADA SISWA KELAS VIIC DI SMP KANISIUS GAYAM TAHUN AJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh: Chatarina Citra Susilowati

NIM: 131414031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

If I wear a mask I can fool the world But I can’t fool my heart (Reflection, Christina Aguilera)

Kupersembahkan karya ini untuk:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa selalu menyertai,

memberkati, dan memberikan kemudahan bagi saya melalui orang-orang yang

baik hati dalam setiap perjuangan saya.

Kedua orang tua Bapak Ignatius Rujianto dan Ibu Yustina Sri Yuniati

Adik tercinta Ciska

Sahabatku dan teman-teman

Serta almamater yang saya banggakan


(7)

(8)

(9)

vii ABSTRAK

Chatarina Citra Susilowati. 131414031. 2017. “PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI GARIS DAN SUDUT PADA SISWA KELAS VIIC DI SMP KANISIUS GAYAM TAHUN AJARAN 2016/2017”.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan langkah membelajarkan materi garis dan sudut dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada siswa kelas VIIC di SMP Kanisius Gayam, (2) mengetahui pemahaman siswa kelas VIIC SMP Kanisius Gayam tentang materi garis dan sudut setelah mengalami proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIIC SMP Kanisius Gayam tahun ajaran 2016/2017. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Data untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran matematika dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) diperoleh dari catatan lapangan dan dokumentasi. Data untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi garis dan sudut setelah mengalami proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) diperoleh dari tes hasil belajar dan wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) proses pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dikelas VIIC SMP Kanisius Gayam dilakukan dengan menerapkan7 komponen utama dari pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) yaitu pemodelan, bertanya, konstruktivisme, inquiry, masyarakat belajar, penilaian sebenarnya, dan refleksi, (2) pemahaman siswa tentang materi garis dan sudut setelah mengalami proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah 32% siswa dapat menyebutkan garis yang sejajar, berpotongan dan bersilangan, 56% siswa dapat memberikan nama sudut, mengukur besar sudut, dan menentukan jenis-jenis sudut, 16% siswa dapat menentukan besar sudut-sudut berpelurus dan berpenyiku, 8% siswa dapat menggunakan sifat-sifat sudut yang terbentuk jika dua buah garis sejajar dipotong sebuah garis lain untuk menyelesaikan soal, dan 20% siswa dapat menentukan semua pasangan sudut yang terbentuk jika dua buah garis sejajar dipotong sebuah garis lain.

Kata kunci: pendekatan pembelajaran, pemahaman siswa, Contextual Teaching and Learning, garis dan sudut.


(10)

viii ABSTRACT

Chatarina Citra Susilowati. 131414031. 2017. “IMPLEMENTATION OF CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) APPROACH ON MATHEMATICS LEARNING ON THE TOPIC OF A LINE AND ANGLE FOR VIIC CLASS AT KANISIUS GAYAM JUNIOR HIGH SCHOOL 2016/2017.

The aims of this research are (1) to describe learning steps of line and angle by using Contextual Teaching and Learning (CTL) approach on students of Kanisius Gayam Junior High School at VIIC class, (2) to know an understanding of students at VIIC class of Kanisius Gayam Junior High School on the topic of a line and angle after experience a learning process by using Contextual Teaching and Learning (CTL) approach.

The subject of this research is the 7th grade students of Kanisius Gayam Junior High School 2016/2017. The type of this research is descriptive qualitative. Data that been used to described mathematics learning by using Contextual Teaching and Learning (CTL) approach has been gathered by field report and documentation. To get to know about students’ understanding on the topic of line and angle after learning by Contextual Teaching and Learning (CTL) approach data was gathered from test result and interview.

The results of the research show that (1) the process of learning realization by using an approach of Contextual Teaching and Learning (CTL) on students of VIIC class at Kanisius Gayam Junior High School by implementing 7 main componens from Contextual Teaching and Learning (CTL) are modelling, questions, constructivism, inquiry, learning community, authentic assesment, and reflection, (2) students’ understanding on the topic of line and angle after learning process by using Contextual Teaching and Learning (CTL) approach is 32% of students can say that line is parallel, crossed and intersected, 56% of students can giving a name of angle, measure the angle, and define what kind of angle is, 16% of students can define how large the supplementary and complementary angle, 8% of students can use the characters of angle that been shaped if 2 line was intersect by the other line to resolve a case, and 20% of students can define all of angle pair if 2 equal line intersected by the other line.

Keywords: learning approach, students’ understanding, Contextual Teaching and Learning, line and angle.


(11)

(12)

(13)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK………. ... vii

ABSTRACT………. ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xxiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Pembatasan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Penjelasan Istilah ... 6

G. Manfaat Penelitian ... 7

H. Sistematika Penulisan... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 9


(14)

xii

1. Pengertian Pendekatan Kontekstual ... 9

2. Karakteristik dalam Pendekatan Kontekstual ... 10

3. Strategi Pembelajaran Kontekstual ... 13

B. Kerangka Berpikir ... 15

C. Penelitian Yang Relevan ... 15

D. Materi Pembelajaran ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

A. Jenis Penelitian ... 32

B. Subyek Penelitian ... 33

C. Objek Penelitian ... 33

D. Waktu dan Tempat Penelitian ... 33

E. Data Penelitian ... 33

F. Metode Pengumpulan Data ... 34

G. Instrumen Pengumpulan Data ... 36

H. Teknik Analisis Data ... 40

I. Uji Keabsahan Data ... 43

J. Rencana Penelitian ... 44

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Pelaksanaan Penelitian ... 46

B. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran dan Pembahasan ... 46

C. Deskripsi Pemahaman Siswa Berdasarkan Tes Hasil Belajar dan Pembahasan ... 76

D. Deskripsi Pemahaman Siswa Berdasarkan Pekerjaan Siswa dan Hasil Wawancara ... 103


(15)

xiii

BAB V PENUTUP ... 186

A. Kesimpulan ... 186

B. Saran ... 188

DAFTAR PUSTAKA ... 189


(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pembuktian Besar Sudut Bertolak Belakang ... 26

Tabel 2.2 Pembuktian Besar Sudut Dalam Bersebrangan ... 29

Tabel 2.3 Pembuktian Besar Sudut Luar Bersebrangan... 30

Tabel 2.4 Pembuktian Besar Sudut Dalam Sepihak ... 30

Tabel 2.5 Pembuktian Besar Sudut Luar Sepihak ... 31

Tabel 3.1 Kriteria Kelompok Siswa ... 36

Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar ... 37

Tabel 3.3 Kisi-kisi Pedoman Wawancara ... 39


(17)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Dua Garis Berhimpit ... 19

Gambar 2.2 Dua Garis Berpotongan ... 19

Gambar 2.3 Dua Garis Sejajar ... 20

Gambar 2.4 Dua Garis Bersilangan ... 20

Gambar 2.5 Sudut Yang Terbentuk Dari Beberapa Garis... 21

Gambar 2.6 Sudut Lurus ... 22

Gambar 2.7 Sudut Siku-siku ... 22

Gambar 2.8 Sudut Lancip ... 23

Gambar 2.9 Sudut Tumpul ... 23

Gambar 2.10 Sudut Refleks ... 23

Gambar 2.11 Penjumlahan Dua Buah Sudut... 24

Gambar 2.12 Sudut Berpelurus ... 25

Gambar 2.13 Sudut Berpenyiku ... 25

Gambar 2.14 Sudut Bertolak Belakang ... 26

Gambar 2.15 Dua Garis Sejajar Yang Dipotong Garis Lain ... 26

Gambar 2.16 Pola Jajargenjang ... 28

Gambar 4.1 Balok ABCD.EFGH ... 77

Gambar 4.2 Jawaban Siswa Yang Sudah Tepat Tentang Garis Sejajar ... 77

Gambar 4.3 Jawaban Siswa Yang Tidak Tepat Tentang Garis Sejajar Karena Disertai Lambang Sudut ... 78

Gambar 4.4 Jawaban Siswa Tentang Garis Sejajar Yang Tidak Tepat Karena Menyebutkan Nama Titik Pada Balok ABCD.EFGH ... 78

Gambar 4.5 Jawaban Siswa Tentang Garis Sejajar Yang Tidak Tepat Karena Menyebutkan Pasangan Bidang Sejajar ... 78


(18)

xvi

Gambar 4.6 Jawaban Siswa Yang Sudah Tepat Tentang Garis Berpotongan .79 Gambar 4.7 Jawaban Siswa Yang Tidak Tepat Tentang Garis Berpotongan

Karena Menyebutkan Pasangan Garis Sejajar ... 79 Gambar 4.8 Jawaban Siswa Yang Tidak Tepat Tentang Garis Berpotongan

Karena Menyebutkan Pasangan Garis Bersilangan ... 80 Gambar 4.9 Jawaban Siswa Yang Sudah Tepat Tentang Garis Bersilangan .. 80 Gambar 4.10 Jawaban Siswa Yang Tidak Tepat Tentang Garis Bersilangan

Karena Menyebutkan Pasangan Garis Berpotongan ... 81 Gambar 4.11 Jawaban Siswa Yang Tidak Tepat Tentang Garis Berpotongan

Karena Menyebutkan Pasangan Garis Berpotongan Disertai Lambang Sudut ... 81 Gambar 4.12 Jawaban Siswa Yang Sudah Tepat Tentang Menentukan Nama

Sudut………...……83

Gambar 4.13 Jawaban Siswa Yang Tidak Tepat Tentang Menentukan Nama Sudut Karena Tanpa Disertai Lambang Sudut ... 84 Gambar 4.14 Jawaban Siswa Yang Tidak Tepat Tentang Menentukan Nama

Sudut Karena Menyebutkan Garis ... 84 Gambar 4.15 Jawaban Siswa Yang Sudah Tepat Tentang Mengukur Besar

Sudut ... 84 Gambar 4.16 Jawaban Siswa Tidak Tepat Tentang Mengukur Besar Sudut .. 85 Gambar 4.17 Jawaban Siswa Tentang Mengukur Besar Sudut Tetapi Beberapa Besar Sudut Yang Diukur Tidak Tepat ... 85 Gambar 4.18 Jawaban Siswa Tentang Menentukan Jenis Sudut Sudah Tepat

Tetapi Alasannya Kurang Tepat ... 86 Gambar 4.19 Jawaban Siswa Tentang Menentukan Jenis Sudut dan Alasannya

Tidak Tepat ... 86 Gambar 4.20 Jawaban Siswa Yang Sudah Tepat Tentang Menentukan Besar


(19)

xvii

Gambar 4.21 Jawaban Siswa Yang Tidak Tepat Tentang Menentukan Besar Suatu Sudut Yang Berpelurus ... 88 Gambar 4.22 Jawaban Siswa Yang Tidak Tepat Tentang Menentukan Besar

Suatu Sudut Yang Berpelurus Tanpa Disertai Alasan ... 88 Gambar 4.23 Jawaban Siswa Yang Sudah Tepat Tentang Menentukan Besar

Suatu Sudut Yang Berpenyiku ... 89 Gambar 4.24 Jawaban Siswa Yang Tidak Tepat Tentang Menentukan Besar

Suatu Sudut Yang Berpenyiku ... 89 Gambar 4.25 Jawaban Siswa Yang Tidak Tepat Tentang Menentukan Besar

Suatu Sudut Yang Berpenyiku Tanpa Disertai Alasan ... 90 Gambar 4.26 Jawaban Siswa Yang Tidak Tepat Tentang Menggunakan Sifat

Sudut Dua Garis Sejajar Dipotong Sebuah Garis Lain Untuk Menyelesaikan Soal ... 91 Gambar 4.27 Jawaban Siswa Yang Tidak Tepat Tentang Menggunakan Sifat

Sudut Dua Garis Sejajar Dipotong Sebuah Garis Lain Untuk Menyelesaikan Soal Dan Tanpa Disertai Alasan ... 92 Gambar 4.28 Jawaban Siswa Yang Sudah Tepat Tentang Menentukan

Pasangan Sudut Sehadap ... 94 Gambar 4.29 Jawaban Siswa Yang Tidak Tepat Tentang Menentukan

Pasangan Sudut Sehadap Karena Menyebutkan Sudut Dalam Sepihak ... 94 Gambar 4.30 Jawaban Siswa Yang Tidak Tepat Tentang Menentukan

Pasangan Sudut Sehadap Karena Menyebutkan Sudut Luar Sepihak ... 94 Gambar 4.31 Jawaban Siswa Yang Tidak Tepat Tentang Menentukan

Pasangan Sudut Sehadap Karena Menyebutkan Sudut Berpelurus ... 95


(20)

xviii

Gambar 4.32 Jawaban Siswa Yang Sudah Tepat Tentang Menentukan

Pasangan Sudut Luar Bersebrangan ... 95 Gambar 4.33 Jawaban Siswa Yang Tidak Tepat Tentang Menentukan

Pasangan Sudut Luar Bersebrangan Karena Menyebutkan Sudut Berpelurus ... 95 Gambar 4.34 Jawaban Siswa Yang Tidak Tepat Tentang Menentukan

Pasangan Sudut Luar Bersebrangan Karena Menyebutkan Sudut Bertolak Belakang ... 96 Gambar 4.35 Jawaban Siswa Yang Tidak Tepat Tentang Menentukan

Pasangan Sudut Luar Bersebrangan Karena Menyebutkan Sudut Luar Sepihak ... 96 Gambar 4.36 Jawaban Siswa Yang Tidak Tepat Tentang Menentukan

Pasangan Sudut Luar Bersebrangan Karena Menyebutkan Sudut Sehadap ... 96 Gambar 4.37 Jawaban Siswa Yang Sudah Tepat Tentang Menentukan

Pasangan Sudut Dalam Bersebrangan ... 97 Gambar 4.38 Jawaban Siswa Yang Sudah Tepat Tentang Menentukan

Pasangan Sudut Dalam Bersebrangan ... 97 Gambar 4.39 Jawaban Siswa Yang Tidak Tepat Tentang Menentukan

Pasangan Sudut Dalam Bersebrangan Karena Menyebutkan Sudut Sehadap ... 97 Gambar 4.40 Jawaban Siswa Yang Tidak Tepat Tentang Menentukan

Pasangan Sudut Dalam Bersebrangan Karena Menyebutkan Sudut Berpelurus ... 98 Gambar 4.41 Jawaban Siswa Yang Sudah Tepat Tentang Menentukan

Pasangan Sudut Luar Sepihak ... 98 Gambar 4.42 Jawaban Siswa Yang Tidak Tepat Tentang Menentukan

Pasangan Sudut Luar Sepihak Karena Menyebutkan Sudut Sehadap ... 98


(21)

xix

Gambar 4.43 Jawaban Siswa Yang Tidak Tepat Tentang Menentukan

Pasangan Sudut Luar Sepihak Karena Menyebutkan Sudut Luar Bersebrangan ... 99 Gambar 4.44 Jawaban Siswa Yang Tidak Tepat Tentang Menentukan

Pasangan Sudut Luar Sepihak Karena Menyebutkan Sudut Bertolak Belakang ... 99 Gambar 4.45 Jawaban Siswa Yang Sudah Tepat Tentang Menentukan

Pasangan Sudut Dalam Sepihak ... 99 Gambar 4.46 Jawaban Siswa Yang Tidak Tepat Tentang Menentukan

Pasangan Sudut Dalam Sepihak Karena Menyebutkan Sudut Dalam Bersebrangan ... 100 Gambar 4.47 Jawaban Siswa Yang Tidak Tepat Tentang Menentukan

Pasangan Sudut Dalam Sepihak Karena Menyebutkan Sudut Berpelurus ... 100 Gambar 4.48 Jawaban Siswa Yang Sudah Tepat Tentang Menentukan

Pasangan Sudut Bertolak Belakang ... 100 Gambar 4.49 Jawaban Siswa Yang Tidak Tepat Tentang Menentukan

Pasangan Sudut Bertolak Belakang Karena Menyebutkan Sudut Luar Bersebrangan ... 101 Gambar 4.50 Jawaban Siswa Yang Tidak Tepat Tentang Menentukan

Pasangan Sudut Bertolak Belakang Karena Menyebutkan Sudut Berpelurus ... 101 Gambar 4.51 Jawaban Siswa Yang Sudah Tepat Tentang Menggunakan Sifat

Sudut Yang Terbentuk Jika Dua Garis Sejajar Dipotong Sebuah Garis Lain Untuk Menyelesaikan Soal ... 102 Gambar 4.52 Jawaban Siswa Yang Tidak Tepat Tentang Menggunakan Sifat

Sudut Yang Terbentuk Jika Dua Garis Sejajar Dipotong Sebuah Garis Lain Untuk Menyelesaikan Soal ... 102


(22)

xx

Gambar 4.53 Jawaban S15 Tentang Garis Sejajar, Berpotongan, dan

Bersilangan ... 104 Gambar 4.54 Jawaban S15 Tentang Menentukan Nama Sudut, Mengukur

Besar Sudut, Menentukan Jenis Sudut dan Memberikan

Alasannya ... 107 Gambar 4.55 Jawaban S15 Tentang Menentukan Besar Sudut Berpelurus dan

Berpenyiku ... 110 Gambar 4.56 Jawaban S15 Tentang Menggunakan Sifat Sudut Jika Dua Garis

Sejajar Dipotong Garis Lain Untuk Menyelesaikan Soal ... 113 Gambar 4.57 Jawaban S15 Tentang Menentukan Pasangan Sudut Sehadap,

Luar Bersebrangan, Dalam Bersebrangan, Luar Sepihak, Dalam Sepihak, dan Bertolak Belakang ... 116 Gambar 4.58 Jawaban S08 Tentang Garis Sejajar, Berpotongan, dan

Bersilangan ... 120 Gambar 4.59 Jawaban S08 Tentang Menentukan Nama Sudut, Mengukur

Besar Sudut, Menentukan Jenis Sudut dan Memberikan

Alasannya ... 123 Gambar 4.60 Jawaban S08 Tentang Menentukan Besar Sudut Berpelurus dan

Berpenyiku ... 126 Gambar 4.61 Jawaban S08 Tentang Menentukan Pasangan Sudut Sehadap,

Luar Bersebrangan, Dalam Bersebrangan, Luar Sepihak, Dalam Sepihak, dan Bertolak Belakang ... 131 Gambar 4.62 Jawaban S10 Tentang Garis Sejajar, Berpotongan, dan

Bersilangan ... 134 Gambar 4.63 Jawaban S10 Tentang Menentukan Nama Sudut, Mengukur

Besar Sudut, Menentukan Jenis Sudut dan Memberikan


(23)

xxi

Gambar 4.64 Jawaban S10 Tentang Menentukan Besar Sudut Berpelurus dan Berpenyiku ... 141 Gambar 4.65 Jawaban S10 Tentang Menggunakan Sifat Sudut Jika Dua Garis

Sejajar Dipotong Garis Lain Untuk Menyelesaikan Soal ... 143 Gambar 4.66 Jawaban S10 Tentang Menentukan Pasangan Sudut Sehadap,

Luar Bersebrangan, Dalam Bersebrangan, Luar Sepihak, Dalam Sepihak, dan Bertolak Belakang ... 146 Gambar 4.67 Jawaban S02 Tentang Garis Sejajar, Berpotongan, dan

Bersilangan ... 148 Gambar 4.68 Jawaban S02 Tentang Menentukan Nama Sudut, Mengukur

Besar Sudut, Menentukan Jenis Sudut dan Memberikan

Alasannya ... 152 Gambar 4.69 Jawaban S02 Tentang Menggunakan Sifat Sudut Jika Dua Garis

Sejajar Dipotong Garis Lain Untuk Menyelesaikan Soal ... 156 Gambar 4.70 Jawaban S02 Tentang Menentukan Pasangan Sudut Sehadap,

Luar Bersebrangan, Dalam Bersebrangan, Luar Sepihak, Dalam Sepihak, dan Bertolak Belakang ... 159 Gambar 4.71 Jawaban S04 Tentang Garis Sejajar, Berpotongan, dan

Bersilangan ... 162 Gambar 4.72 Jawaban S04 Tentang Menentukan Nama Sudut, Mengukur

Besar Sudut, Menentukan Jenis Sudut dan Memberikan

Alasannya ... 165 Gambar 4.73 Jawaban S04 Tentang Menentukan Besar Sudut Berpelurus dan

Berpenyiku ... 168 Gambar 4.74 Jawaban S09 Tentang Garis Sejajar, Berpotongan, dan


(24)

xxii

Gambar 4.75 Jawaban S09 Tentang Menentukan Nama Sudut, Mengukur Besar Sudut, Menentukan Jenis Sudut dan Memberikan


(25)

xxiii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A1 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 193 LAMPIRAN A2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 194 LAMPIRAN B1 Lembar Kerja Siswa ... 230 A. Lembar Kerja Siswa 1 ... 230 B. Lembar Kerja Siswa 2 ... 232 C. Lembar Kerja Siswa 3 ... 236 D. Lembar Kerja Siswa 4 ... 238 LAMPIRAN B2 Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa ... 241 A. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa 1 ... 241 B. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa 2 ... 242 C. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa 3 ... 244 D. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa 4 ... 245 LAMPIRAN B3 Lembar Soal Tes Hasil Belajar ... 248 LAMPIRAN B4 Kunci Jawaban Tes Hasil Belajar ... 250 LAMPIRAN B5 Jawaban Tes Hasil Belajar Siswa ... 252 A. Jawaban Tes Hasil Belajar Siswa Kode S15 ... 252 B. Jawaban Tes Hasil Belajar Siswa Kode S08 ... 254 C. Jawaban Tes Hasil Belajar Siswa Kode S10 ... 256 D. Jawaban Tes Hasil Belajar Siswa Kode S02 ... 257 E. Jawaban Tes Hasil Belajar Siswa Kode S04 ... 258 F. Jawaban Tes Hasil Belajar Siswa Kode S09 ... 259


(26)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika sering dianggap salah satu pelajaran yang membosankan bagi beberapa siswa. Siswa sering merasa bosan karena matematika didominasi dengan rumus-rumus yang sulit untuk dimengerti. Membosankan atau tidaknya pembelajaran matematika dipengaruhi oleh bagaimana cara guru menyampaikan materi dan bagaimana cara guru berinteraksi dengan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

Proses pembelajaran matematika yang membosankan dapat mengakibatkan siswa mengalami kejenuhan belajar. Reber (dalam Mubiar, 2011: 12) mendefinisikan kejenuhan belajar adalah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil. Kejenuhan memang sering dirasakan pada seseorang terutama pada siswa. Kejenuhan belajar dapat melanda seorang siswa apabila ia telah kehilangan motivasi dan kehilangan konsolidasi salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum siswa sampai pada tingkat keterampilan berikutnya (Chaplin, dalam Mubiar 2011: 12). Penyebab kejenuhan siswa ketika belajar di sekolah adalah guru tidak menyampaikan materi pelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.

Pendekatan dan metode pembelajaran yang dipilih oleh guru sangat mempengaruhi antusiasme siswa dalam belajar. Pembelajaran secara konvensional biasanya lebih sering dipilih oleh guru dengan alasan untuk


(27)

mengejar materi. Jika pembelajaran di sekolah tetap dilaksanakan secara konvensional maka dampaknya adalah siswa hanya dapat menerima informasi yang diberikan oleh guru tetapi tidak dapat mengaplikasikan informasi tersebut dalam realitas kehidupan sehari-hari dan siswa juga akan mudah lupa dengan apa yang disampaikan oleh guru karena pembelajaran yang kurang bermakna. Belajar akan lebih bermakna jika siswa mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya (Trianto, 2014: 15). Dalam kondisi demikian faktor kompetensi guru dituntut, dalam arti guru harus mampu meramu wawasan pembelajaran yang lebih menarik dan disukai oleh peserta didik (Trianto, 2014: 7). Belajar matematika tanpa diimbangi dengan kesadaran akan pentingnya mempelajari materi tersebut akan terasa sia-sia. Pertanyaan-pertanyaan seperti bagaimana cara yang baik untuk menjadikan matematika menjadi pelajaran yang menyenangkan sekaligus guru dapat menyampaikan banyak konsep matematika yang dengan mudah dipahami dan tetap diingat oleh siswa sering muncul dalam pikiran para guru.

Untuk membantu siswa memahami konsep dan memudahkan guru dalam mengajarkan konsep tersebut diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang langsung mengaitkan materi konteks pelajaran dengan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari (Trianto, 2014: 15). Salah satu pendekatan pembelajaran yang cocok diterapkan untuk mengaitkan materi konteks pelajaran dengan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari adalah pendektan Contextual Teaching and Learning (CTL).


(28)

Pada umumnya, peserta didik dapat menyerap materi pembelajaran secara efektif jika pelajaran diterapkan dalam kondisi nyata atau kontekstual yang dialami oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari (Ridwan Abdullah, 2013: 41). Dengan pembelajaran kontekstual diharapkan siswa dapat mencari hubungan antara yang mereka pelajari dengan masalah yang ada dalam dunia nyata, sehingga pembelajaran matematika dapat semakin bermakna. Siswa akan bekerja keras untuk mencapai tujuan pembelajaran, mereka menggunakan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk membangun pengetahuan baru, selanjutnya siswa memanfaatkan kembali pemahaman pengetahuan dan kemampuannya itu dalam berbagai konteks di luar sekolah untuk menyelesaikan masalah dunia nyata yang kompleks (Trianto, 2014: 141). Selain itu, dengan pembelajaran kontekstual proses pembelajaran diharapkan berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa untuk bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru kesiswa (Sugiyanto, 2009: 16).

Pembelajaran dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dirasa cocok untuk diterapkan pada siswa kelas VIIC di SMP Kanisius Gayam, karena berdasarkan hasil wawancara dengan guru di sekolah tersebut, guru belum menggunakan pendekatan dan metode pembelajaran yang bervariasi. Guru selalu menggunakan metode diskusi kelompok. Dalam diskusi kelompok, guru masih mengalami banyak kendala salah satunya yaitu masih banyak siswa yang tidak ikut mengerjakan soal yang diberikan guru dan lebih


(29)

menggantungkan dirinya pada teman sekelompoknya ataupun pada kelompok lain. Hal yang memprihatinkan adalah siswa yang mau mengerjakan soal adalah siswa yang memang sudah paham dengan materi tersebut. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) belum pernah diterapkan oleh guru dalam pembelajaran karena guru hanya pernah mendengar tentang pendekatan tersebut tetapi tidak paham bagaimana cara menerapkan pendekatan tersebut di kelas. Guru yang mengajar mata pelajaran matematika di kelas VIIC adalah lulusan pendidikan fisika dan juga mengajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Menurutnya, sejauh ini tidak ada kendala yang berarti selama mengajar matematika di kelas VII walaupun guru tersebut bukan lulusan pendidikan matematika karena materi yang dipelajari untuk siswa kelas VII masih terbilang mudah.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti memiliki gagasan untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Pembelajaran Matematika Materi Garis dan Sudut pada Siswa Kelas VIIC di SMP Kanisius Gayam Tahun Ajaran 2016/2017”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat dikemukakan persoalan yang spesifik, yaitu banyak guru yang belum menggunakan pendekatan atau strategi yang bervariasi dalam melaksanakan pembelajaran di kelas karena tidak memahami cara menerapkan pendekatan tersebut.


(30)

C. Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah tentang penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk materi garis dan sudut pada siswa kelas VIIC di SMP Kanisius Gayam.

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana langkah membelajarkan materi garis dan sudut dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada siswa kelas VIIC di SMP Kanisius Gayam?

2. Bagaimana pemahaman siswa kelas VIIC SMP Kanisius Gayam tentang materi garis dan sudut setelah mengalami proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)?

D. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut seta mempertimbangkan keterbatasan, kemampuan, pengetahuan, waktu dan biaya, maka penelitian ini penulis batasi masalah-masalahnya sebagai berikut:

1. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIIC SMP Kanisius Gayam tahun ajaran 2016/2017.

2. Penelitian hanya membahas tentang penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran matematika materi garis dan sudut pada siswa kelas VIIC di SMP Kanisius Gayam tahun ajaran 2016/2017 dan pemahaman siswa setelah mengalami proses


(31)

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang akan diteliti, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Langkah membelajarkan materi garis dan sudut dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada siswa kelas VIIC di SMP Kanisius Gayam.

2. Pemahaman siswa kelas VIIC SMP Kanisius Gayam tentang materi garis dan sudut setelah mengalami proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).

F. Penjelasan Istilah

Penjelasan istilah-istilah yang berkaitan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran merupakan kerangka konseptual berupa pola prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan teori dan digunakan dalam mengorganisasi proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar. Ciri utama sebuah pendekatan pembelajaran adalah adanya tahapan atau sintaks pembelajaran.

2. Contextual Teaching and Learning (CTL)

Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang


(32)

dipelajari dengan hal-hal dikehidupan nyata yang ada disekitar siswa, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat dengan tujuan supaya pembelajaran dapat lebih bermakna.

3. Sudut

Sudut adalah dua buah sinar garis yang memiliki titik pangkal sama.

G. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi guru maupun calon guru dalam memilih pendekatan dan metode pembelajaran yang tepat supaya tercipta pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna.

2. Penelitian ini memberi pengalaman kepada penulis untuk meningkatkan wawasan tentang penerapan pendekatan kontekstual dalam proses pembelajaran.

H. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari 5 bab, masing-masing bab akan membahas hal-hal sebagai berikut:

BAB I. Pendahuluan. Bab ini berisi hal-hal yang melatarbelakangi penelitian, identifikasi masalah, rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dari penelitian, penjelasan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian, manfaat dari penelitian, dan sistematika penulisan.


(33)

BAB II. Landasan Teori. Bab ini berisi teori-teori yang melandasi penulisan skripsi ini, yaitu pengertian pendekatan kontekstual, karakteristik pendekatan kontekstual, strategi pendekatan kontekstual, kerangka berpikir, penelitian yang relevan, dan materi garis dan sudut. BAB III. Metode Penelitian. Bab ini berisi penjelasan tentang metode penelitian yang digunakan untuk memperoleh data-data dari permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, yaitu jenis penelitian, subyek dan objek penelitian, waktu dan tempat pelaksanaan penelitian, metode yang digunakan dalam proses pengumpulan data, instrumen-instrumen penelitian yang digunakan, teknik analisis data, uji keabsahan data, dan rencana penelitian.

BAB IV. Analisis Data dan Pembahasan. Bab ini berisi tentang pelaksanaan penelitian, deskripsi pelaksanaan pembelajaran dan pembahasan, deskripsi pemahaman siswa berdasarkan tes hasil belajar dan pembahasan, serta deskripsi proses berpikir siswa berdasarkan pekerjaan siswa dan hasil wawancara.

BAB V. Penutup. Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh penulis selama penelitian dan saran yang peneliti ajukan.


(34)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pendekatan Kontekstual dalam Materi Garis dan Sudut 1. Pengertian Pendekatan Kontekstual

Trianto (2014: 140-141), mendefinisikan pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), inkuri (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian autentik (authentic assessment). Siswa mengkonstruksi pengetahuan yang dimiliki ke dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Pembelajaran kontekstual merupakan prosedur pendidikan yang bertujuan membantu peserta didik memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sendiri dalam lingungan sosial dan budaya masyarakat (Agus, 2011: 89-91).

Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2014: 109), pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan


(35)

pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Menurut Ridwan Abdullah (2013: 92), pada pendekatan kontekstual proses belajar terjadi ketika siswa memproses baik informasi maupun pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga informasi tersebut dapat beradaptasi dengan kerangka acuan mereka.

Dari pendapat para pakar tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual adalah suatu proses belajar yang memungkinkan siswa untuk mencari hubungan apa yang dipelajari dengan situasi dunia nyata sehingga siswa dapat membuat hubungan antara pengetahuan yang telah dimilikinya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual dapat mendorong siswa untuk lebih terlibat aktif dalam proses pembelajaran karena pembelajaran dilaksanakan secara alamiah, yaitu siswa mengalami sendiri apa yang dipelajari dan guru hanya sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Karakteristik dalam Pendekatan Kontekstual

Sugiyanto (2009: 22), memaparkan bahwa pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen utama yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran, yaitu:


(36)

a. Konstruktivisme (Constructivism)

Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman (Wina Sanjaya, 2014: 264). Guru perlu mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya. b. Menemukan (Inquiri)

Gulo (dalam Trianto, 2014: 78) menyatakan strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

c. Bertanya (Questions)

Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa (Trianto 2014:148). Seorang guru dituntut untuk membuat pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk dapat berpikir kreatif. Pertanyaan yang baik adalah pertanyaan yang bermakna dan membimbing siswa mengumpulkan dan menilai informasi (Johnson, 2010: 160).


(37)

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Dalam pendekatan kontekstual, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok belajar. Kegiatan saling belajar dapat terjadi apabila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang menganggap paling tahu, semua pihak saling mendengarkan (Trianto, 2014: 149).

e. Pemodelan (Modelling)

Pada suatu pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, guru dapat menjadi model yang dapat ditiru oleh siswa. Misalnya guru memodelkan langkah-langkah cara membuktikan teorema pythagoras dengan menggunakan alat peraga. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model (Trianto, 2014: 150). Pemodelan dalam pembelajaran dapat dirancang dengan melibatkan siswa secara langsung.

f. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa saja yang sudah dilakukan dimasa yang lalu (Trianto, 2014: 150). Refleksi perlu dilakukan dalam upaya menilai pelaksanaan pembelajaran baik oleh guru maupun siswa. Realisasi dari refleksi dapat berupa pertanyaan langsung tentang apa yang telah diperoleh oleh siswa pada hari tersebut, catatan siswa, kesan dan pesan siswa mengenai


(38)

pembelajaran pada hari tersebut, diskusi, hasil karya, atau cara lain yang dapat mengarahkan siswa pada pemahaman terhadap materi yang telah dipelajari (Senduk, 2003).

g. Penilaian Autentik (Authentic Assesment)

Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang dapat memberikan gambaran perkembangan belajar siswa (Trianto, 2014: 151). Penilaian dibutuhkan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak dan apakah pengalaman belajar yang siswa dapat berpengaruh positif terhadap perkembangan intelektual maupun mental siswa. Penilaian autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran. Penilaian autentik dilakukan secara terus menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

3. Strategi Pembelajaran Kontekstual

Ridwan Abdullah (2013: 92-93), mengungkapkan bahwa pembelajaran berbasis kontekstual disusun untuk memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar, yaitu:

1. Mengkaitkan (Relating)

Belajar mengkaitkan, yaitu mencoba untuk mencari hubungan tentang pengetahuan yang sudah diketahui sebelumya dengan pengetahuan yang baru melalui konteks nyata dalam kehidupan sehari-hari.


(39)

2. Mengalami (Experiencing)

Supaya siswa dapat membangun pengetahuan yang baru, guru harus dapat menciptakan situasi yang dapat membangun aktivitas siswa. Siswa akan lebih cepat untuk membangun pengetahuan barunya apabila siswa melihat, mengalami, dan menjadi bagian dalam bentuk-bentuk penelitian yang aktif. Penggunaan alat peraga dapat lebih cepat untuk belajar dan membangun pengetahuan baru.

3. Menerapkan (Applying)

Guru berperan untuk memberikan fasilitas kepada siswa supaya dapat memahami konsep dengan cara memberikan masalah-masalah yang realistis dan relevan (Trianto, 2014: 43). 4. Bekerja sama (Cooperating)

Belajar bekerja sama merupakan strategi utama dalam pembelajaran kontekstual. Pengalaman bekerja sama perlu dilatihkan dengan mempelajari bahan ajar dan memecahkan permasalahan realistis yang kompleks. Bekerja sama dapat meningkatkan kinerja siswa dalam memecahkan masalah dan menumbuhkan kemampuan berpikir kritis.

5. Mentransfer (Transferring)

Guru mengkondisikan siswa dengan bermacam-macam pengalaman belajar sehingga mereka belajar memahami bahan ajar.


(40)

B. Kerangka Berpikir

C. Penelitian Yang Relevan

1. Penelitian oleh Diana Nurrahmi (2005), penelitian tentang pendekatan konteksual dalam pembelajaran matematika. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian dilakukan sebanyak dua siklus, dimana pada masing-masing siklus dilaksanakan pembelajaran sebanyak tiga pertemuan. Data yang digunakan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual diperoleh dari observasi, catatan lapangan dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pendekatan kontekstual yang dilakukan di kelas menerapkan ketujuh komponen

Tes Tertulis

Belajar matematika

Kemampuan mengkonstruksi

pengetahuan dan ketrampilan

baru

Kemampuan berpikir logis,

analitis, sistematis, kritis, kreatif

Belajar dalam

kelompok-kelompok Penilaian

Refleksi


(41)

yaitu konstruktivisme, bertanya, inquiri, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi dan penilaian sebenarnya. Ketuntasan belajar tercapai hanya pada siklus pertama dari dua siklus yang dilakukan selama penelitian.

2. Penelitian oleh Aris Rohmana (2014), penelitian tentang penerapan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Proses penelitiannya adalah dengan melakukan tahap persiapan yang salah satunya adalah mempersiapkan instrumen penelitian, setelah persiapan yang diperlukan selesai, langkah selanjutnya adalah melakukan uji coba instrumen kepada siswa dan selanjutnya peneliti melaksanakan penelitian. Langkah awal penelitian adalah pemilihan sampel. Sampel yang diperlukan sebanyak dua kelompok eksperimen. Pemilihan sampel dilakukan secara acak. Sebelum pelajaran dimulai kedua kelompok eksperimen tersebut diberi tes awal. Tes awal ini di maksudkan untuk mengetahui tingkat kesiapan siswa dalam memahami materi pelajaran yang akan di ajarkan. Langkah selanjutnya adalah memulai kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar ini kedua kelompok eksperimen mendapatkan perlakuan yang sama dalam hal jumlah jam pelajaran yang sama, materi yang disampaikan sama, dan pengajar pada kedua kelompok eksperimen adalah peneliti sendiri. Selama penelitian dan penerapan metode dan pendekatan siswa menerima dengan baik bahkan antusias setelah


(42)

diberikan tujuan dan manfaatnya pembelajaran matematika. Setelah kurang lebih dua bulan, kedua eksperimen diberi tes yang sama dengan tes awal. Hal ini di maksudkan untuk mengetahui ada atau tidaknya perubahan prestasi belajar setelah dilaksanakan dan terdapat perbedaan kelompok eksperimen mana yang lebih berhasil dalam metode pengajaran yang peneliti terapkan. Berdasarkan hasil tes didapatkan hasil yang memuaskan sesuai dengan harapan peneliti yaitu hampir 95% siswa mendapatkan nilai yang baik dan 5% dengan nilai pas KKM.

3. Penelitian oleh Iwan Darmawan (2014), penelitian tentang penerapan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep. Pendekatan penelitian ini melalui deskriptif kualitatif dan teknik yang digunakan adalah observasi, wawancara dan simulasi yang dibagi menjadi dua siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar mengalami peningkatan yang cukup signifikan dan disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar.

D. Materi Pembelajaran

1. Konsep Titik, Garis dan Bidang

Dalam ilmu Gometri, terdapat beberapa istilah atau sebutan yang tidak memiliki definisi (undefiened term), antara lain titik, garis,


(43)

dan bidang. Meskipun ketiga istilah tersebut tidak secara formal didefinisikan, sangat penting disepakati tentang arti istilah tersebut.

Titik tidak memiliki ukuran, biasanya dideskripsikan menggunakan tanda noktah. Penamaan titik menggunakan huruf kapital, seperti titik A, titik B, titik C, dan sebagainya.

Garis adalah himpunan dari titik-titik yang mempunyai panjang tak terhingga tetapi tidak memiliki lebar atau tebal. Ruas garis memiliki ciri, yaitu mempunyai pangkal, mempunyai ujung, dan panjangnya terhingga (terbatas/dapat diukur). Sinar garis memiliki ciri, yaitu mempunyai pangkal tetapi tidak mempunyai ujung.

Bidang adalah himpunan garis-garis yang anggotanya terdiri dari lebih dari satu buah garis. Model dari sebuah bidang adalah permukaan sebuah kertas yang dapat diperlebar ke semua arah. Bidang mempunyai ukuran panjang dan lebar serta diberi nama dengan menyebutkan titik-titik sudut dari bidang tersebut atau memakai huruf α, , , dan seterusnya. Bidang terdiri dari bidang datar dan bidang ruang. Bidang datar disebut juga bidang berdimensi dua karena hanya mengandung unsur panjang dan lebar. Bidang ruang disebut juga bidang berdimensi tiga karena mengandung unsur panjang, lebar, dan tinggi. ( http://matematikaasikbanget.blogspot.co.id/2016/09/geometri-bidang-titik-garis-sudut-bidang.html)


(44)

2. Kedudukan Dua Garis a. Dua Garis Berhimpit

Dua buah garis yang terletak pada satu bidang datar dikatakan berhimpit jika dan hanya jika kedua garis itu memiliki paling sedikit dua titik potong (dua titik persekutuan). Pada gambar 2.1, garis g dan h berhimpit.

Gambar 2.1 Dua Garis Berhimpit

b. Dua Garis Berpotongan

Dua buah garis yang terletak pada satu bidang datar dikatakan berpotongan jika dan hanya jika kedua garis itu memiliki tepat satu titik potong (tepat satu titik persekutuan). Pada gambar 2.2, garis g dan h berpotongan.

c. Dua Garis Sejajar

Dua buah garis berbeda dikatakan saling sejajar jika dan hanya jika keduanya terletak pada satu bidang yang sama dan tidak berpotongan. Pada gambar 2.3, garis g sejajar dengan garis h.

g h

g h


(45)

d. Dua Garis Bersilangan

Dua buah garis berbeda dikatakan saling bersilangan jika dan hanya jika keduanya tidak terletak pada satu bidang yang sama. Pada gambar 2.4, garis g dan garis h bersilangan.

3. Pengertian Sudut

Sudut adalah dua buah sinar garis yang memiliki titik pangkal sama. Sudut terdiri dari dua buah kaki sudut, titik sudut dan daerah sudut. Kaki sudut adalah sinar garis yang membentuk suatu sudut. Titik sudut adalah titik potong pangkal sinar dari kaki sudut. Daerah sudut adalah daerah yang terbentuk antara dua kaki sudut.

4. Mengukur Ukuran Sudut dengan Busur Derajat

Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengukur suatu sudut adalah busur derajat. Cara untuk mengukur besar sudut adalah:

g h

g h

Gambar 2.3 Dua Garis Sejajar


(46)

a. Letakkan pusat busur derajat pada titik sudut. Himpitkan garis horizontal busur derajat yang tertulis angka 0 pada salah satu kaki sudut.

b. Lihatlah angka pada busur derajat yang berimpit dengan kaki sudut yang lain.

5. Memberi Nama Sudut

Ada beberapa cara memberi nama sudut, yaitu:

a. Dengan satu huruf kapital, sesuai dengan nama titik sudutnya. b. Dengan tiga huruf kapital, sesuai dengan titik di kaki sudut, titik

sudut, dan titik di kaki sudut yang lain. Lambang sudut adalah “”. Misalnya sudut ABC cukup ditulis ABC.

c. Dengan huruf Yunani. Misalnya sudut alpha ditulis <.

d. Jika  diganti menjadi angka misalnya 1 maka penulisan sudut menggunakan huruf kapital sesuai dengan nama titik sudutnya dan angka. Pada gambar 2.5, nama titik sudutnya adalah B maka sudutnya dapat ditulis < B1.

D

B A

C E


(47)

6. Jenis-jenis Sudut a. Sudut Lurus

Sudut lurus adalah sudut yang ukurannya tepat 180°.

b. Sudut Siku-siku

Sudut siku-siku adalah sudut yang ukurannya tepat 90°. Sudut siku-siku dapat dipandang sebagai setengah dari sudut lurus. Pada gambar 2.7, ABD merupakan sudut siku-siku yang dibentuk dari garis lurus dibagi dua sama besar yaitu sudut lurus ABC dibagi oleh BD.

c. Sudut Lancip

Sudut lancip adalah sudut yang ukurannya antara 0° dan 90°. Pada gambar 2.8, besar ABD adalah 90° (siku-siku) dan besar ABC kurang dari besar ABD maka ABC adalah sudut lancip.

B

C A

D

B A

C

Gambar 2.6 Sudut Lurus


(48)

d. Sudut Tumpul

Sudut tumpul adalah sudut yang ukurannya antara 90° dan 180°. Pada gambar 2.9, ABC adalah sudut tumpul karena besar ABC lebih dari besar sudut siku-siku ABD.

e. Sudut Refleks

Sudut refleks adalah sudut yang ukurannya antara 180° dan 360°. Pada gambar 2.10, ABC adalah sudut refleks.

D

B A

C

C

D

B A

B

A C

Gambar 2.8 Sudut Lancip

Gambar 2. 9 Sudut Tumpul


(49)

7. Hubungan antar Sudut a. Sifat Sudut

1) Penjumlahan Sudut

Perhatikan gambar 2.11. Jika diketahui: AOB = a° dan BOC = b° maka: AOC = a° + b° = (a + b)°.

2) Selisih Sudut

Perhatikan kembali gambar 2.11. Jika diketahui: AOC = (a + b)° = c° dan BOC = b° maka: AOB = (c - b)°.

3) Sudut Berpelurus (bersuplemen)

Sudut berpelurus disebut juga sudut bersuplemen. Sebuah sudut dikatakan berpelurus ketika terdapat dua buah sudut yang bersebelahan jika besar sudutnya dijumlahkan maka hasilnya adalah 180°. Dua buah sudut dikatakan bersebelahan apabila salah satu kaki sudut dan titik sudutnya sama. Dengan kata lain, dapat dituliskan rumus sudut berpelurus adalah a° + b° = 180°.

C

B

b°

a°

A O


(50)

4) Sudut Berpenyiku (berkomplemen)

Sudut berpenyiku disebut juga sudut berkomplemen. Sebuah sudut dikatakan berpenyiku ketika terdapat dua buah sudut yang bersebelahan jika dijumlahkan hasilnya adalah 90°. Dengan kata lain, dapat dituliskan rumus sudut berpenyiku adalah a° + b° = 90°.

5) Sudut Bertolak Belakang

Sudut bertolak belakang merupakan sudut yang terbentuk ketika dua garis lurus saling berpotongan satu sama lain, memiliki titik sudut yang sama dan sudutnya saling membelakangi titik potongnya.

B

O A

C

a°

C

O A

B

b°

Gambar 2.12 Sudut Berpelurus


(51)

Sifat 1 : “Semua sudut yang saling bertolak belakang memiliki ukuran sudut sama besar.”

Pembuktian:

Pada gambar 2.14, sudut yang saling bertolak belakang adalah AOB dengan COD, demikian pula BOC dengan AOD sehingga:

Tabel 2.1 Pembuktian Besar Sudut Bertolak Belakang

Pernyataan Argumen

1. AOB = COD, BOC = AOD Pernyataan 1 2. mCOD + mAOD = 180° Bersuplemen 3. mAOB + mAOD = 180° Bersuplemen 4. mCOD + mAOD = mAOB + mAOD Pernyataan 1 dan 2

5. mCOD = mAOB Sifat 1

b. Garis Sejajar yang Berpotongan dengan Garis Lain .

O

Gambar 2.14 Sudut Bertolak Belakang

Gambar 2.15 Dua Garis Sejajar Yang Dipotong Garis Lain 1 2

4 5

3

8 6 7

l m n

A


(52)

Jika diketahui dua garis sejajar l dan m dipotong oleh garis ketiga n, maka akan terbentuk 8 sudut yaitu <A1, <A2, <A3, <A4,

<B5, <B6, <B7, dan <B8. Garis n yang memotong kedua garis

disebut sebagai garis transversal. Jika dua buah garis sejajar dipotong oleh garis lain maka akan terbentuk pasangan-pasangan sudut, yaitu sudut sehadap, sudut dalam bersebrangan, sudut luar bersebrangan, sudut dalam sepihak, dan sudut luar sepihak.

1) Sudut Sehadap

Sudut sehadap adalah sudut-sudut yang mengahadap ke arah yang sama. Jika dua buah garis sejajar dipotong oleh garis lain maka akan terbentuk empat pasang sudut sehadap. Perhatikan gambar 2.15, empat pasang sudut sehadap, yaitu <A1 dengan <B5, <A2 dengan <B6, <A4 dengan <B8, dan <A3

dengan <B7.

Sifat 2: “Jika dua buah garis sejajar dipotong oleh suatu garis, maka sudut-sudut sehadap yang terbentuk sama besar.” Pembuktian:

Untuk membuktikan bahwa sudut sehadap memiliki ukuran sudut yang sama maka perhatikan pola jajargenjang pada gambar 2.16.


(53)

Gambar 2.16 Pola Jajargenjang

Apabila jajargenjang ABFE di geser ke kanan sejauh AB sehingga menempati jajargenjang BCGF, maka:

<EAB <FBC, berarti m<EAB = m<FBC … (i)

Jika jajargenjang ABEF digeser sejauh 2AB sehingga menempati jajargenjang GCDH, maka:

<EAB <GCD, berarti m<EAB = m<GCD… (ii) Dari (i) dan (ii) diperoleh m<EAB = m<GCD. Sudut-sudut tersebut adalah sudut sehadap.

 Jadi, terbukti bahwa jika dua buah garis sejajar dipotong oleh suatu garis, maka sudut-sudut sehadap yang terbentuk sama besar.

2) Sudut Dalam Bersebrangan

Dua sudut disebut sudut dalam bersebrangan jika sudut tersebut terletak di antara garis sejajar dan terletak pada pihak yang berbeda terhadap garis transversal. Perhatikan gambar


(54)

2.15, terdapat dua pasang sudut dalam bersebrangan, yaitu <A3

dengan <B5 dan <A4 dengan <B6.

Sifat 3: “Jika dua buah garis sejajar dipotong oleh suatu garis, maka pasangan sudut-sudut dalam bersebrangan yang terbentuk memiliki sudut yang sama besar.”

Tabel 2.2 Pembuktian Besar Sudut Dalam Bersebrangan

Pernyataan Argumen

1. mA2 = mA4 Bertolak belakang (Sifat 1) 2. mA2 = mB6 Sudut sehadap ( Sifat2)

3. mA4= mB6 Sifat 3

 Jadi, terbukti bahwa jika dua buah garis sejajar dipotong oleh suatu garis, maka pasangan sudut-sudut dalam bersebrangan yang terbentuk memiliki sudut yang sama besar.

3) Sudut Luar Bersebrangan

Dua sudut disebut sudut luar bersebrangan jika sudut tersebut tidak terletak di antara garis sejajar dan terletak pada pihak yang berbeda terhadap garis transversal. Perhatikan gambar 2.15, terdapat dua pasang sudut luar bersebrangan, yaitu A1 dengan B7 dan A2 dengan B8.

Sifat 4 : “Jika dua buah garis sejajar dipotong oleh suatu garis, maka pasangan sudut-sudut luar bersebrangan yang terbentuk memiliki sudut yang sama besar.”


(55)

Tabel 2.3 Pembuktian Besar Sudut Luar Bersebrangan

Pernyataan Argumen

1. mA1 = mA3 Bertolak belakang (Sifat 1) 2. mA3 = mB7 Sudut sehadap ( Sifat2) 3. mA1 = mB7 Sifat 4

Jadi, terbukti bahwa jika dua buah garis sejajar dipotong oleh suatu garis, maka pasangan sudut-sudut luar bersebrangan yang terbentuk memiliki sudut yang sama besar.

4) Sudut Dalam Sepihak

Dua sudut disebut sudut dalam sepihak jika sudut tersebut terletak di antara garis sejajar dan terletak pada pihak yang sama terhadap garis transversal. Perhatikan gambar 2.15, terdapat dua pasang sudut dalam sepihak, yaitu A3 dengan B6 dan  A4 dengan B5.

Sifat 5 : “Jika dua buah garis sejajar dipotong oleh suatu garis, maka sudut-sudut dalam sepihak jumlahnya 180°.”

Tabel 2.4 Pembuktian Besar Sudut Dalam Sepihak

Pernyataan Argumen

1. mA3 = mB7 Sehadap (Sifat 2) 2. mB7 + mB6 = 180° Berpelurus

3. mB7 = 180° - mB6 Pernyataan 2 4. mA3 = 180° - mB6 Pernyataan 1 dan 3 5. mA3 + mB6 = 180° Sifat 5

 Jadi, terbukti bahwa jika dua buah garis sejajar dipotong oleh suatu garis, maka sudut-sudut dalam sepihak jumlahnya 180°.


(56)

5) Sudut Luar Sepihak

Dua sudut disebut sudut luar sepihak jika sudut tersebut tidak terletak di antara garis sejajar dan terletak pada pihak yang sama terhadap garis transversal. Perhatikan gambar 2.15, terdapat dua pasang sudut luar sepihak, yaitu A1 dengan B8 dan A2 dengan B7.

Sifat 6: “Jika dua buah garis sejajar dipotong oleh suatu garis, maka sudut-sudut luar sepihak jumlahnya 180°.”

Tabel 2.5 Pembuktian Besar Sudut Luar Sepihak

Pernyataan Argumen

1. mA2 = mB6 Sehadap (Sifat 2) 2. mA2 + mA3 = 180° Berpelurus

3. mB7 = mA3 Sehadap (Sifat 2) 4. mA2 + mB7 = 180° Sifat 6

 Jadi, terbukti bahwa jika dua buah garis sejajar dipotong oleh suatu garis, maka sudut-sudut luar sepihak jumlahnya 180°.


(57)

32 BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode penelitian di kelas VIIC SMP Kanisius Gayam sebagai berikut:

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha untuk mendekripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang atau dengan kata lain penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan (Nana Sudjana, 1989: 64). Penelitian ini dimulai dengan berpikir deduktif untuk menurunkan hipotesis, kemudian melakukan pengujian dilapangan (Margono, 2010: 35). Prosedur penelitian deskriptif menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Bogdan dan Tylor dalam Moleong, 1990: 3).

Dalam penelitian ini, data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi yang diambil pada saat dilakukannya proses pembelajaran. Penelitian ini menekankan pada keadaan yang sebenarnya dengan tujuan untuk menungkapkan fenomena yang terjadi selama proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual di kelas VIIC


(58)

SMP Kanisius Gayam. Laporan penelitian ini akan berisi data-data yang memuat tentang gambaran terjadinya proses pembelajaran yang tertuang dalam deskripsi proses pembelajaran matematika yang terjadi di dalam kelas. Dalam penelitian ini, peneliti akan mendiskripsikan penerapan pendekatan kontekstual dalam membantu siswa mempelajari materi garis dan sudut selama proses pembelajaran.

B. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIC SMP Kanisius Gayam pada semester genap Tahun Ajaran 2016/2017.

C. Objek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah penerapan pendekatan kontekstual dalam membantu siswa mempelajari materi garis dan sudut dan pemahaman siswa tentang materi garis dan sudut setelah mengalami proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual.

D. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kelas VIIC SMP Kanisius Gayam pada semester genap Tahun Ajaran 2016/2017 dan pengambilan data berlangsung dari April-Mei 2017.

E. Data Penelitian

Data penelitian ini berupa langkah-langkah dalam membelajarkan materi garis dan sudut dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dan data pemahaman siswa tentang materi garis dan sudut


(59)

setelah diterapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dilihat dari hasil tes tertulis.

F. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah: 1. Observasi

Pengumpulan data melalui observasi dilaksanakan dengan melakukan pengamatan di lapangan. Teknik observasi digunakan untuk mengamati dan memperoleh data atau informasi tentang aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang mungkin tidak dapat diukur dengan hasil perhitungan. Observasi juga digunakan untuk memperkuat data, terutama aktivitas siswa selama pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual.

2. Tes Hasil Belajar Siswa

Tes hasil belajar yang peneliti buat berupa tes tertulis. Tes ini berisi lima butir soal tentang materi garis dan sudut yang perlu diselesaikan oleh siswa. Tes diberikan setelah dilaksanakannya proses pembelajaran. Hasil tes tersebut akan digunakan oleh peneliti untuk melihat kemampuan pemahaman matematika siswa tentang materi garis dan sudut dengan menerapkan pendekatan kontekstual.

3. Wawancara

Wawancara dilaksanakan setelah siswa menyelesaikan tes hasil belajar yang peneliti berikan dan pertanyaan wawancara berkaitan


(60)

dengan materi garis dan sudut serta hasil tes belajar siswa. Peneliti memilih 6 siswa untuk diwawancarai. Keenam siswa tersebut dipilih berdasarkan pengelompokkan nilai tes hasil belajar pada materi garis dan sudut. Nilai tes hasil belajar dikelompokkan kedalam tiga kelompok yaitu kelompok atas, kelompok sedang, dan kelompok rendah. Setiap kelompok dipilih masing-masing 2 siswa untuk diwawancarai.

Menurut Suharsimi (2012: 299), langkah-langkah dalam menentukan kedudukan siswa dalam 3 kelompok adalah sebagai berikut:

1) Menjumlahkan skor semua siswa 2) Mencari mean dan standar deviasi 3) Menentukan batas-batas kelompok

Peneliti menggunakan nilai rata-rata dan standar deviasi untuk mengelompokkan data hasil tes belajar siswa kedalam 3 kelompok. Kelompok pertama adalah siswa yang mempunyai skor sebanyak skor rata-rata ditambah standar deviasi, kelompok kedua adalah semua siswa yang mempunyai skor antara skor rata-rata ditambah standar deviasi dan skor rata-rata dikurangi standar deviasi, dan kelompok ketiga adalah semua siswa yang mempunyai skor sebanyak skor rata-rata dikurangi standar deviasi. Secara umum, pengelompokkan siswa menurut Suharsimi (2012: 299) dapat disajikan dalam tabel 3.1 berikut ini:


(61)

Tabel 3.1 Kriteria Kelompok Siswa

Batas Nilai Keterangan

X ≥ ( ̅ + SD) Kelompok tinggi

( ̅− SD) < X < ( ̅ + SD) Kelompok sedang

X ≤ ( ̅− SD) Kelompok rendah

Keterangan:

X = Nilai tes hasil belajar ̅ = Nilai rata-rata

SD = Standar deviasi

4. Dokumentasi

Dokumentasi ini berisikan foto kegiatan selama proses pembelajaran yang dilakukan di kelas VIIC SMP Kanisius Gayam. Proses pengambilan gambar dilakukan oleh rekan yang membantu peneliti dalam melakukan penelitian.

G. Instrumen Pengumpulan Data 1. Lembar Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar yang peneliti lakukan adalah tes tertulis. Tes tertulis dapat membantu peneliti untuk mengumpulkan data. Soal yang peneliti buat dalam tes tertulis terdiri dari 5 butir soal uraian. Peneliti memilih untuk membuat soal uraian dengan maksud supaya peneliti dapat lebih mudah untuk melihat kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal materi garis dan sudut. Di bawah ini merupakan kisi-kisi soal tes hasil belajar siswa.


(62)

Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar Standar

Kompetensi

Kompetensi Dasar

Materi Indikator No. Soal Memahami hubungan antara garis dengan garis, garis dengan sudut, sudut dengan sudut, serta menentukan ukurannya

 Menentukan hubungan antara dua garis, serta besar dan jenis sudut.  Memahami sifat-sifat sudut yang terbentuk jika dua garis berpotongan atau dua garis sejajar berpotongan dengan garis lain. Garis dan Sudut 1.Menyebutkan kedudukan dua buah garis (sejajar, berpotongan, berhimpit, dan bersilangan). 1 2.Memberikan nama pada sudut, mengukur besar sudut dengan busur derajat, dan menentukan jenis-jenis sudut. 2 3.Menentukan besar sudut-sudut berpelurus dan berpenyiku. 3 4.Menentukan semua pasangan sudut yang terbentuk jika dua garis sejajar dipotong sebuah garis lain. 5a 5.Menggunakan sifat-sifat sudut yang terbentuk jika dua garis sejajar dipotong

garis lain untuk menyelesaikan

soal.

4 dan


(63)

Selain itu, soal untuk tes tertulis dikembangkan sendiri oleh penulis dengan mengacu pada buku paket Matematika SMP kelas VII Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sesuai dengan kurikulum yang digunakan oleh sekolah. Tes tertulis peneliti adakan sebanyak satu kali yaitu pada akhir penelitian. Lembar tes hasil belajar terlampir. (Lampiran B3)

2. Lembar Wawancara

Lembar wawancara ini peneliti kembangkan sendiri. Lembar ini berisikan tentang pedoman wawancara peneliti dengan 6 siswa yang merupakan tindak lanjut dari diadakannya tes hasil belajar. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui proses berpikir siswa tentang materi garis dan sudut dan membandingkannya dengan tes hasil belajar yang telah dikerjakan.

Peneliti perlu membandingkan hasil wawancara dengan hasil yang didapat dari tes hasil belajar untuk mengecek kebenaran informasi yang didapatkan. Untuk mengetahui proses berpikir siswa dalam menyelesaikan soal tes hasil belajar, peneliti menggunakan metode pemecahan masalah menurut George Polya untuk membuat pedoman wawancara.

Dalam buku (Suherman, 2001: 91) terdapat 4 langkah yang terurut untuk menyelesaikan masalah menurut George Polya, yaitu: a. Memahami masalah


(64)

c. Melaksanakan rencana pemecahan masalah d. Memeriksa kembali jawaban

Tabel 3.3 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Aspek Proses

Berpikir Siswa yang Diteliti

Indikator Contoh Pertanyaan

Memahami masalah

Pertanyaan dapat mengungkap proses berpikir siswa dalam memahami masalah

- Coba ceritakan kembali apa yang kamu pahami dari soal tersebut!

- Dapatkah kamu

menyebutkan hal-hal yang diketahui dari soal?

- Apa yang ditanyakan dari soal tersebut?

Menyusun rencana pemecahan masalah

Pertanyaan dapat mengungkap proses berpikir siswa dalam menyusun

rencana pemecahan masalah

- Pengetahuan apa saja yang harus kamu ketahui untuk menjawab soal tersebut? - Mengapa kamu memilih

pengetahuan tersebut? - Dapatkah kamu membuat

kaitan antara apa yang diketahui dengan yang ditanyakan? Berikan penjelasan

- Uraikan dengan jelas langkah-langkah yang akan kamu gunakan untuk menjawab soal tersebut! Melaksanakan

rencana pemecahan masalah

Pertanyaan dapat mengungkap proses berpikir siswa dalam melaksanakan rencana pemecahan masalah

- Apakah langkah-langkah yang kamu gunakan untuk menjawab soal tersebut sesuai dengan yang kamu rencanakan?

- Apakah langkah yang kamu gunakan sudah benar?

Memeriksa kembali jawaban

Pertanyaan dapat mengungkap proses berpikir siswa dalam memeriksa kembali jawaban

- Apakah kamu yakin bahwa jawabanmu sudah tepat? - Bagaimana cara yang kamu

lakukan untuk mengecek bahwa jawabanmu sudah benar?


(65)

H. Teknik Analisis Data

Menurut Moleong (2004: 280-281), analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan tempat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.

Langkah-langkah analisis data menurut Miles dan Huberman (1992: 15-19), adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

1. Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan mencari, mencatat, dan mengumpulkan data di lapangan. Strategi yang dipandang tepat dalam pengumpulan data adalah dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi yang terkait dengan penerapan pendekatan kontekstual untuk materi garis dan sudut pada siswa kelas VIIC SMP Kanisius Gayam serta mengadakan tes hasil belajar.

2. Reduksi Data

Karena data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, maka peneliti perlu merangkum, memilih dan memfokuskan pada data yang relevan sehingga memberikan gambaran yang lebih jelas dan memudahkan peneliti untuk melakukan penyajian data.


(66)

Data-data yang relevan perlu dikelompokkan sebagai berikut: a. Untuk data yang terkait dengan proses pembelajaran

Data yang terkait dengan proses pembelajaran akan diklasifikasikan menjadi tujuh kelas berdasakan komponen utama dari pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, yaitu:

1) Belajar bermakna 2) Inquiri

3) Bertanya

4) Masyarakat belajar 5) Permodelan

6) Refleksi

7) Penilaian yang sebenarnya

b. Untuk data yang terkait dengan tes hasil belajar

Data yang didapatkan dari tes hasil belajar akan dikelompokkan berdasarkan indikator soal tes hasil belajar, yaitu sebagai berikut:

1) Menyebutkan kedudukan dua buah garis yang sejajar, berpotongan, berhimpit, dan bersilangan

2) Memberikan nama pada sudut, mengukur besar sudut dengan busur derajat, dan menentukan jenis-jenis sudut

3) Menentukan besar sudut-sudut berpelurus dan berpenyiku 4) Menentukan semua pasangan sudut yang terbentuk jika dua


(67)

5) Menggunakan sifat-sifat sudut yang terbentuk jika dua garis sejajar dipotong sebuah garis lain untuk menyelesaikan soal

c. Untuk data yang diperoleh dari hasil wawancara

Wawancara adalah usaha untuk mendalami proses berpikir siswa dalam menyelesaikan tes hasil belajar, maka data yang diperoleh dari wawancara dapat dikelompokkan juga berdasarkan indikator soal tes hasil belajar. Data hasil wawancara untuk setiap indikator soal tes hasil belajar akan dikelompokkan kembali berdasarkan metode pemecahan masalah menurut Polya, yaitu: 1) Memahami masalah

2) Menyusun rencana pemecahan masalah 3) Melaksanakan rencana pemecahan masalah 4) Memeriksa kembali jawaban

3. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah berikutnya adalah menyajikan data. Penyajian data dalam penelitian ini adalah dengan cara mengidentifikasi dan mendeskripsikan data. Data proses pembelajaran yang sudah direduksi digunakan untuk mendeskripsikan langkah membelajarkan materi garis dan sudut dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Data tes hasil belajar yang sudah direduksi akan digunakan untuk mendeskripsikan pemahaman siswa tentang materi garis dan sudut setelah mengalami proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Data hasil wawancara yang


(68)

sudah direduksi akan digunakan untuk mengetahui dan mendeskripsikan proses berpikir siswa dalam mengerjakan tes hasil belajar materi garis dan sudut.

4. Penarikan Kesimpulan

Tahap selanjutnya adalah penarikan kesimpulan. Pada penelitian ini, penarikan kesimpulan disesuaikan dengan data yang didapat di lapangan tentang penerapan pendekatan kontekstual untuk materi garis dan sudut pada siswa kelas VIIC di SMP Kanisius Gayam tahun ajaran 2016/2017. Pada tahap ini, yang dilakukan adalah memberikan kesimpulan berdasarkan analisis data yang mengacu pada proses pembelajaran, hasil tes dan wawancara yang dilakukan selama penelitian.

I. Uji Keabsahan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik triangualasi untuk memperoleh data yang dapat dipercaya. Menurut Nusa Putra (2013: 103), triangulasi adalah teknik pengecekan keabsahan data dengan cara pemeriksaan ulang untuk meningkatkan derajat kepercayaan dan akurasi data yang telah diperoleh.

Peneliti menggunakan teknik triangulasi dengan sumber data. Menurut Patton (dalam Moleong, 2012: 330), triangulasi sumber adalah membandingkan dan mengecek kembali data hasil pengamatan pada saat dilaksanakannya proses pembelajaran melalui waktu dan alat yang berbeda.


(69)

Dengan menggunakan teknik triangulasi sumber, peneliti akan membandingkan hasil wawancara 6 orang siswa dari kelompok kemampuan tinggi, sedang, dan rendah dengan hasil yang diperoleh pada tes hasil belajar sebagai pembanding untuk mengecek kebenaran informasi yang telah didapatkan.

Uji keabsahan instrumen untuk pengambilan data pada penelitian ini menggunakan uji pakar. Dalam penelitian ini pengujian instrumen penelitian dilakukan oleh dosen pembimbing.

J. Rencana Penelitian

Penelitian ini meneliti tentang penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran matematika materi garis dan sudut. Supaya penelitian ini dapat berjalan dengan lancar, maka peneliti membuat suatu rencana kegiatan penelitian untuk digunakan sebagai acuan peneliti dalam melaksanakan penelitian. Berikut rencana kegiatan selama penelitian berlangsung:

1. Perencanaan

Pada tahap ini, peneliti berusaha untuk menyiapkan hal-hal yang diperlukan dalam penelitian, yaitu:

a. Menentukan materi yang akan diajarkan

b. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) c. Menyiapkan media yang diperlukan

d. Menyiapkan soal tes hasil belajar e. Menyiapkan pedoman wawancara


(70)

2. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan dan pengamatan, peneliti melakukan kegiatan berikut:

a. Peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

b. Peneliti melakukan pengamatan untuk melihat sejauh mana pemahaman siswa dan membuat catatan lapangan

c. Peneliti mengadakan tes hasil belajar

d. Peneliti mengadakan wawancara kepada beberapa siswa yang tes hasil belajarnya memperoleh nilai rendah, sedang dan tinggi

3. Pengolahan Data

Tahap selanjutnya adalah mengolah data-data yang telah diperoleh selama penelitian. Data yang diperoleh, yaitu:

a) Data tentang pelaksanaan pembelajaran matematika materi garis dan sudut dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Data tersebut diperoleh dari catatan selama dilapangan dan dokumentasi.

b) Data pemahaman siswa tentang materi garis dan sudut setelah mengalami proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Data tersebut diperoleh dari tes hasil belajar dan wawancara dengan 6 orang siswa.


(71)

46 BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dipaparkan tentang deskripsi pelaksanaan penelitian, hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan.

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan di kelas VIIC SMP Kanisius Gayam selama bulan Februari sampai Mei 2017. Siswa kelas VIIC berjumlah 26 orang. Pada penelitian ini, peneliti bertindak sebagai guru untuk menerapkan pendekatan kontekstual pada materi garis dan sudut.

Tabel 4.1 Rincian Kegiatan Penelitian

No Hari Tanggal Agenda Kegiatan

1. Sabtu 1 April 2017 Mengajar Pertemuan I 2. Selasa 4 April 2017 Mengajar Pertemuan II 3. Sabtu 8 April 2017 Mengajar Pertemuan III 4. Selasa 11 April 2017 Mengajar Pertemuan IV 5. Selasa 25 April 2017 Tes Hasil Belajar Siswa 6. Selasa 23 Mei 2017 Wawancara Siswa

7. Rabu 24 Mei 2017 Wawancara Siswa

B. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran dan Pembahasan 1. Pertemuan I

Pertemuan pertama berlangsung selama 2x45 menit dimulai dari pukul 09.30 sampai pukul 11.00 WIB, pada pokok bahasan menyebutkan kedudukan 2 buah garis (sejajar, berpotongan, berhimpit, dan bersilangan). Kegiatan pembelajaran diawali dengan memeriksa kehadiran siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran.


(72)

Kegiatan pembelajaran selanjutnya adalah peneliti melakukan apersepsi, langkah utama yang dilakukan oleh peneliti adalah mengingatkan siswa tentang konsep titik, garis, dan bidang dengan menggambarkan kubus ABCD.EFGH di papan tulis lalu mencoba untuk meminta siswa untuk menyebutkan titik, garis, dan bidang yang ada pada gambar kubus tersebut. Sebagian besar siswa sudah dapat menyebutkan titik, garis, dan bidang yang ada pada gambar kubus tersebut dengan tepat. Selanjutnya peneliti melakukan proses pembelajaran dengan menerapkan 7 komponen utama yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran, yaitu pemodelan, bertanya, konstruktivisme, menemukan, masyarakat belajar, penilaian autentik, dan refleksi.

Sebelum siswa dapat menyebutkan kedudukan dua buah garis (sejajar, berpotongan, berhimpit, dan bersilangan), siswa terlebih dahulu harus mengetahui pengertian dua buah garis yang sejajar, berpotongan, berhimpit, dan bersilangan. Peneliti mengarahkan siswa untuk mengkonstruksi sendiri pemikirannya tentang pengertian garis yang saling sejajar, berpotongan, berhimpit, dan bersilangan dengan menampilkan contoh nyata tentang dua buah garis yang sejajar, berpotongan, berhimpit dan bersilangan dengan menunjukkan contoh nyata yang ada pada kehidupan sehari-hari yaitu gambar rel kereta api yang lintasannya saling sejajar untuk menunjukkan dua buah garis yang saling sejajar, beberapa rel kereta api yang lintasannya saling


(73)

berpotongan untuk menunjukkan dua buah garis yang saling berpotongan, jam dinding yang menunjukkan pukul 12.00 untuk menunjukkan dua buah garis yang saling berhimpit, dan dua buah garis yang terletak pada bagian sisi depan dari sebuah rumah dan garis yang lain terletak pada sisi samping rumah untuk menunjukkan dua buah garis yang saling bersilangan. Peneliti menampilkan gambar-gambar tersebut dengan menggunakan bantuan LCD. Bagian pembelajaran di atas termasuk dalam komponen utama dari pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, yaitu pemodelan karena peneliti berusaha untuk menampilkan contoh dari kedudukan dua garis yang saling sejajar, berpotongan, dan bersilangan yang ada pada kehidupan sehari-hari.

Peneliti mengajukkan beberapa pertanyaan kepada siswa supaya siswa lebih mudah untuk mengkonstruksi pemikirannya, menyelidiki dan menemukan sendiri tentang pengertian dua buah garis yang saling sejajar, berpotongan, berhimpit dan bersilangan. Pertanyaan-pertanyaan yang peneliti ajukan adalah sebagai berikut: P : Bagaimanakah jarak antara rel kereta api tersebut?

S : Jaraknya sama.

P : Jika garis tersebut diperpanjang tanpa batas, apakah kedua garis tersebut akan saling bertemu di suatu titik?

S : Enggak.

P : Mengapa kalian dapat mengatakan bahwa jika kedua garis tersebut diperpanjang tidak akan saling bertemu di suatu titik? S : Karena lintasan rel kereta api tersebut memiliki jarak yang sama

jadi gak mungkin bertemu di suatu titik.

P : Gambar rel kereta api tersebut adalah contoh dua buah garis yang sejajar. Sekarang dapatkah kalian menjelaskan tentang definisi dua buah garis sejajar?


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)