Komponen Kepercayaan Konsumen Kepercayaan Konsumen 1. Definisi Kepercayaan Konsumen

C. Dinamika Hubungan Antara Kepercayaan Konsumen dan Niat Membeli Ulang Produk Susu Formula Bayi

Beberapa penelitian terakhir menemukan bahwa kepercayaan merupakan prediktor yang signifikan dalam kekuatan suatu hubungan Kennedy et al, 2001. Kepercayaan konsumen merupakan kesediaan konsumen untuk mempercayai pihak lain yaitu suatu produk atau perusahaan, di mana konsumen dapat merasa yakin bahwa pihak yang dipercayai mampu menepati janji, memenuhi kebutuhan konsumen serta dapat konsisten dalam sebuah proses pertukaran. Lau dan Lee dalam Akbar Parvez, 2009 menyatakan bahwa kepercayaan adalah ketika satu pihak mempercayai pihak lain yang nantinya dapat membawa atau menimbulkan intensi perilaku yang positif. Pihak lain atau di sini merupakan produsen harus memiliki kemampuan untuk menjaga keberlangsungan atau meneruskan keuntungan dari hubungan yang terjalin dengan konsumen, sehingga konsumen tidak hanya mendapat hasil yang positif tetapi juga percaya bahwa hasil positif dapat terus berlangsung dan berlanjut di masa depan Doney dan Cannon, 1997, dalam Akbar Parves, 2009. Unsur penting dalam pencapaian hubungan jangka panjang adalah pembentukan dan pemeliharaan kepercayaan Kennedy et al, 2001. Menurut Morgan dan Hunt 1994, kepercayaan merupakan satu variabel kunci untuk memelihara hubungan jangka panjang pada sebuah produk. Dengan adanya kepercayaan akan mengurangi kegelisahaan konsumen terhadap pelayanan yang diterima, sehingga merupakan penghalang dalam mempengaruhi konsumen untuk mengambil atau mengganti pilihan lain Morgant dan Hunt, 1994. Kepercayaan pada konsumen akan menciptakan rasa aman dan kredibel serta dapat mengurangi persepsi akan risiko dari proses pertukaran Selnes, 1988 dalam Bennet dan Gabriel, 2003, dalam Ferinnadewi, 2008. Kepercayaan juga memiliki kontribusi untuk memberikan relasi dan hubungan yang terjalin secara terus menerus serta menciptakan perasaan loyal Santos Fernandes, 2008. Seorang konsumen yang loyal tidak akan mudah berpindah ke produk atau merek lain. Apabila loyalitas meningkat, kerentanan konsumen dari ancaman atau serangan produk lain dapat dikurangi Marthin dan Semuel, 2007. Oliver dalam Ishak dan Luthfi, 2011 menyatakan bahwa loyalitas merupakansuatu komitmen yang kuat yang mendorong untuk terjadinya pembelian kembali. Selain itu, kepercayaan akan berdampak pada kepuasan yang dirasakan oleh konsumen. Hal ini diperkuat dengan adanya beberapa penelitian yang menunjukkan hasil bahwa kepercayaan mempengaruhi kepuasan secara langsung. Salah satu contoh penelitian yaitu mengenai efek dari kepercayaan konsumen pada pembelian online yang dilakukan oleh Kim 2012. Selain itu, terdapat juga penelitian yang dilakukan oleh Susilowati dan Sumarto 2010 yang menyatakan bahwa kepercayaan yang timbul mempengaruhi kepuasan konsumen terhadap suatu produk. Kuatnya rasa percaya yang telah terbangun dalam diri konsumen akan semakin memperkuat keyakinannya untuk menyatakan rasa puas terhadap produk yang dipercayainya. Kepercayaan terhadap elemen-elemen yang berkaitan dengan perusahaan seperti misalnya kepercayaan pada perusahaan itu sendiri atau kepercayaan pada karyawan dan pada produk juga membawa dampak positif pada intensi perilaku dalam pembelian berulang suatu produk Kennedy et al, 2001. Sutisna dalam Ardhiana, 2008 berpendapat bahwa ketika seorang konsumen memperoleh respon positif atas tindakan masa lalu, dari situ akan terjadi penguatan, dengan dimilikinya pemikiran positif atas apa yang diterimanya memungkinkan individu untuk melakukan pembelian secara berulang. Crosby et al. dalam Kennedy et al., 2001 juga menyatakan bahwa kepercayaan bersama kepuasan merupakan komponen dalam kualitas hubungan. Pada dasarnya konsumen membeli barang dan jasa adalah untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhannya. Hal yang mendukung konsumen dalam melakukan pembelian didasarkan pada kepuasan konsumen atas suatu produk