Hubungan antara kepercayaan konsumen dengan niat membeli ulang produk susu formula bayi.

(1)

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN KONSUMEN DENGAN NIAT MEMBELI ULANG PRODUK SUSU FORMULA BAYI

Chatarina Puspa Anindya Yeriantari ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepercayaan konsumen dengan niat membeli ulang produk susu formula bayi. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu adanya hubungan positif antara kepercayaan konsumen dengan niat membeli ulang produk susu formula bayi. Subjek dalam penelitian ini adalah para ibu yang memiliki anak usia 0-2 tahun. Selain itu, para ibu tersebut pernah atau masih memberikan susu formula pada anaknya. Jumlah subjek yaitu sebesar 76 orang. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian skala kepercayaan konsumen dengan skor reliabilitas sebesar (α)=0,969 dan skala niat membeli ulang dengan skor reliabilitas sebesar (α)=0,959. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan pengujian korelasi

Spearman’s Rho dalam program SPSS for windowsversi 16.0 karena sebaran data dari variabel kepercayaan konsumen dan niat membeli ulang tidak normal. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan (r: 0,588; p: 0.000 < 0,05) antara kepercayaan konsumen (M: 86,3947; SD: 8,96821) dengan niat membeli ulang (M: 78,1053; SD: 10,44168) produk susu formula bayi. Hal ini berarti semakin tinggi kepercayaan konsumen maka semakin tinggi juga niat membeli ulang dan begitu juga sebaliknya.


(2)

THE RELATION BETWEEN CONSUMER TRUST AND REPURCHASE INTENTION OF INFANT FORMULA PRODUCT

Chatarina Puspa Anindya Yeriantari ABSTRACT

This research aim to known the positive relationship between consumer trust and repurchase intention of infant formula product. The hypothesis in this research there was a positive relationship between consumer trust and repurchase intention of infant formula product. The subjects in this research were moms that have baby with age about 0-2 years old. The subjects also had given or still give infant formula product to their children. The amount of subjects were 76 participants. Data collected by fill consumer trust scale with reliability score (α)=0,969 and repurchase intentions scale with reliability score (α)= 0,959. Data analysed by Spearman’s Rho correlational testing in SPSS for windows versi 16.0 because the distribution of data from consumer trust variable and repurchase intention were abnormal. The result showed that there was a positive and significant relationship(r: 0,588; p: 0.000 < 0,05)between consumer trust(M: 86,3947; SD: 8,96821)and repurchase intention (M: 78,1053; SD: 10,44168) of infant formula product. That result means if customer trust get risen so repurchase intention get risen too and also on the contrary.


(3)

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN KONSUMEN DENGAN NIAT MEMBELI ULANG PRODUK SUSU FORMULA BAYI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

Disusun oleh :

Chatarina Puspa Anindya Yeriantari 109114058

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN MOTTO

Cobalah untuk tidak menjadi seseorang yang sukses, tetapi cobalah menjadi seseorang yang berharga. (Albert Einstein)

Engkau memang tidak mungkin menjadi manusia yang terbaik, tetapi

engkau bisa berupaya menjadi dirimu yang terbaik

(Mario Teguh)

Melihat ke atas sebagai motivasi bukan untuk menjadi rendah diri, dan melihat ke bawah agar lebih bersyukur bukan untuk menjadi sombong (Anonim)

Bagaimanapun, berikan yang terbaik dari dirimu,

Engkau lihat,

akhirnya ini adalah urusan antara engkau dengan Tuhanmu,

Bagaimanapun ini bukan urusan antara engkau dan mereka

(Bunda Teresa)

Ucapkanlah syukur dalam segala hal

(1 Tesalonika 5:18)

B.O.B - Berusaha Optimis Berdoa

(Chatarina Puspa Anindya.Y.)


(7)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini ku persembahkan kepada

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang

senantiasa memberikan berkat melimpah,

penyertaan, dan anugerah dalam setiap

perjalanan hidupku

Papa, Mama, dan Adikku tercinta yang selalu

memberikan cinta kasih serta menjadi semangat

dalam hidupku

dan untuk orang-orang terdekat di sekitarku yang

memberikan banyak pengalaman dan pelajaran

berharga dalam hidup


(8)

(9)

vii

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN KONSUMEN DENGAN NIAT MEMBELI ULANG PRODUK SUSU FORMULA BAYI

Chatarina Puspa Anindya Yeriantari ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepercayaan konsumen dengan niat membeli ulang produk susu formula bayi. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu adanya hubungan positif antara kepercayaan konsumen dengan niat membeli ulang produk susu formula bayi. Subjek dalam penelitian ini adalah para ibu yang memiliki anak usia 0-2 tahun. Selain itu, para ibu tersebut pernah atau masih memberikan susu formula pada anaknya. Jumlah subjek yaitu sebesar 76 orang. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian skala kepercayaan konsumen dengan skor reliabilitas sebesar (α)=0,969 dan skala niat membeli ulang dengan skor reliabilitas sebesar (α)=0,959. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan pengujian korelasi

Spearman’s Rho dalam program SPSS for windowsversi 16.0 karena sebaran data dari variabel kepercayaan konsumen dan niat membeli ulang tidak normal. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan (r: 0,588; p: 0.000 < 0,05) antara kepercayaan konsumen (M: 86,3947; SD: 8,96821) dengan niat membeli ulang (M: 78,1053; SD: 10,44168) produk susu formula bayi. Hal ini berarti semakin tinggi kepercayaan konsumen maka semakin tinggi juga niat membeli ulang dan begitu juga sebaliknya.


(10)

viii

THE RELATION BETWEEN CONSUMER TRUST AND REPURCHASE INTENTION OF INFANT FORMULA PRODUCT

Chatarina Puspa Anindya Yeriantari ABSTRACT

This research aim to known the positive relationship between consumer trust and repurchase intention of infant formula product. The hypothesis in this research there was a positive relationship between consumer trust and repurchase intention of infant formula product. The subjects in this research were moms that have baby with age about 0-2 years old. The subjects also had given or still give infant formula product to their children. The amount of subjects were 76 participants. Data collected by fill consumer trust scale with reliability score (α)=0,969 and repurchase intentions scale with reliability score (α)= 0,959. Data analysed by Spearman’s Rho correlational testing in SPSS for windows versi 16.0 because the distribution of data from consumer trust variable and repurchase intention were abnormal. The result showed that there was a positive and significant relationship(r: 0,588; p: 0.000 < 0,05)between consumer trust(M: 86,3947; SD: 8,96821)and repurchase intention (M: 78,1053; SD: 10,44168) of infant formula product. That result means if customer trust get risen so repurchase intention get risen too and also on the contrary.


(11)

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah senantiasa memberikan penyertaan dan tuntunanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan, petunjuk, dan dukungan dari berbagai pihak yang membantu. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si selaku Dekan Fakultas Psikologi. 2. Ibu Ratri Sunar Astuti, M, Si selaku Kepala Program Studi Psikologi.

3. Ibu P.Henrietta P.D.A.D.S., S.Psi., M.A. selaku dosen pembimbing skripsi. Terimakasih banyak atas waktu, motivasi, bimbingan dan kesabaran yang telah diberikan selama penulisan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Lusia Pratidarmanastiti M.S selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menempuh studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

5. Bapak dan ibu dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ilmu dan wawasan yang sangat berguna bagi penulis.

6. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi, Bu Nanik, Mas Gandung, Pak Gi, Mas Muji, dan Mas Donny terimakasih atas keramahan dan kesabarannya dalam memberikan pelayanan yang sangat menyenangkan.

7. Papa, mama dan adikku yang senantiasa selalu setia mendoakan, mendampingi, memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi dan studi yang saya tempuh. Kalian adalah berkat terindah.


(13)

xi

8. Eyang Uti tercinta dan Keluarga besarku yang selalu memberikan semangat, doa dan mengingatkanku untuk tekun dalam mengerjakan skripsi agar tetap fokus pada tugas akhir ini.

9. Sahabat-sahabatku, Dian, Keket, Helen, terimakasih atas segala dukungan, semangat, kegembiraan, pengalaman berharga dan senantiasa bersedia mendengarkan keluh kesah.

10. Teman-teman seperjuangan Psikologi 2010, Agnes, Fiona’simbah’, Yovidia, Engger, Sandi, Anin, Puji, Ntonk, Daning, Tista, Vienna, Pino, Lola, Vica, Bibin, Luna, Nana Klaten, Nana Bali, Hoyi, Vira, Mbak Mel dan teman-teman yang lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu terimakasih atas kebersamaan, bantuan, diskusi, dan pengalaman yang menyenangkan bersama kalian.

11. Keluarga “Hazel Industries” (Inna, Dinda, Mas Didik, Mbak Enny, Mbak Ita, Mas Bo, Naresh, Hazel) yang telah memberikan banyak pengalaman yang sangat menyenangkan, senantiasa memberikan semangat dan keceriaan.

12. Teman-teman seperjuangan “bimbingan Mbak Etta” yang selalu memberikan semangat dan saling menguatkan. Semangat guysss!!

13. Para ibu dengan adik-adik lucu menggemaskan yang menjadi subjek dalam skripsi saya, terimakasih sudah mau direpotkan dan berpartisipasi dalam penelitian ini.

14. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu terimakasih atas bantuannya baik itu langsung maupun tidak langsung sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.


(14)

(15)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ...ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN MOTTO ...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ...v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...vi

ABSTRAK ...vii

ABSTRACT ...viii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...ix

KATA PENGANTAR ...x

DAFTAR ISI ...xiii

DAFTAR TABEL ...xvii

DAFTAR GAMBAR ...xviii

DAFTAR LAMPIRAN ...xix

BAB I: PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 11


(16)

xiv

BAB II: LANDASAN TEORI ... 13

A. Niat Membeli Ulang (Repurchase Intention)...13

1. Definisi Niat ... 13

2. Elemen Niat...14

3. Definisi Niat Membeli Ulang (Repurchase Intention) ... 15

4. Niat Membeli Ulang Produk Susu Formula ... 16

5. Indikator Niat Membeli Ulang ... 17

6. Faktor-faktor Niat Membeli Ulang ... 19

B. Kepercayaan Konsumen ... 20

1. Definisi Kepercayaan Konsumen ... 20

2. Komponen Kepercayaan Konsumen... 21

3. Dampak Kepercayaan Konsumen ... 23

4. Fungsi Kepercayaan Konsumen... 25

C. Dinamika Hubungan antara Kepercayaan Konsumen dengan Niat Membeli Ulang Produk Susu Formula Bayi ... 26

D. Skema Penelitian... 31

E. Hipotesis... 32

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ... 33

A. Jenis Penelitian ... 33

B. Variabel Penelitian ... 33

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 33

1. Kepercayaan Konsumen... 33


(17)

xv

D. Subjek Penelitian ... 35

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 36

1. Skala Kepercayaan Konsumen ... 36

2. Skala Niat Membeli Ulang ... 37

F. Validitas dan Reliabilitas ... 39

1. Validitas ... 39

2. Seleksi Aitem ... 40

3. Reliabilitas ... 43

G. Metode Analisis Data ... 44

1. Uji Asumsi ... 44

a. Uji Normalitas ... 44

b. Uji Linearitas... 45

2. Uji Hipotesis ... 45

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Pelaksanaan Penelitian ... 47

B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 48

C. Deskripsi Data Penelitian ... 53

D. Hasil Penelitian ... 55

1. Uji Asumsi ... 55

a. Uji Normalitas... 55

b. Uji Linearitas ... 57

2. Uji Hipotesis ... 59


(18)

xvi

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66


(19)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Blueprint Skala Kepercayaan Konsumen... 37

Tabel 2. Distribusi Aitem Skala Kepercayaan Konsumen... 37

Tabel 3. Blueprint Skala Niat Membeli Ulang... 38

Tabel 4. Distribusi Aitem Skala Niat Membeli Ulang ... 39

Tabel 5. Distribusi Aitem Skala Kepercayaan Konsumen Setelah Penyusunan Ulang………... 42

Tabel 6. Distribusi Aitem Skala Niat Membeli Ulang Setelah Seleksi Item 43 Tabel 7. Karakteristik Subjek... 48

Tabel 8. Data Kategori Jumlah Anak, Usia Bayi, dan Pemberian Susu Formula………49

Tabel 9. Data Kategori Usia awal pemberian susu formula dan Intensitas pemberian susu formula... 51

Tabel 10. Data Kategori Sumber informasi dan Pihak Yang Mempengaruhi Pemberian Susu Formula ... 52

Tabel 11. Deskripsi Data Penelitian... 53

Tabel 12. One Sample T-test Mean Empirik dan Mean Teoritik Skala Kepercayaan Konsumen ... 54

Tabel 13. One Sample T-test Mean Empirik dan Mean Teoritik Skala Niat Membeli Ulang ... 55

Tabel 14. Hasil Uji Normalitas ... 56

Tabel 15. Hasil Uji Linearitas ... 58


(20)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Hubungan antara Kepercayaan Konsumen dengan

Niat Membeli Ulang Produk Susu Formula Bayi ... .31 Gambar 2. Histogram Kepercayaan Konsumen ... 56 Gambar 3. Histogram Niat Membeli Ulang ... 57 Gambar 4. Scatterplot Kepercayaan Konsumen dan NiatMembeli Ulang……..58


(21)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Tryout ... 72

Lampiran 2. Reliabilitas Skala Kepercayaan Konsumen...87

Lampiran 3. Reliabilitas Skala Niat Membeli Ulang ... 90

Lampiran 4. Skala Penelitian...95

Lampiran 5. Uji Normalitas ... 109

Lampiran 6. Uji Linearitas ... 111

Lampiran 7. Statistik Deskriptif dan One Sample T-test ... 113


(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Susu adalah hal yang penting bagi anak. Susu merupakan kebutuhan nutrisi yang utama dalam memenuhi kebutuhan gizi anak terutama pada bayi dan balita (http://www.ibudanbalita.com). Hal ini juga sesuai dengan yang disampaikan oleh Dr. Soedjatmika, SpA(K), Msi. (http://www.ibudanbalita.com), dalam seminar yang berjudul Nutrisi dan Stimulasi untuk Kecerdasan Anak. Terdapat beberapa kebutuhan pokok bagi bayi dan balita yang harus dipenuhi. Salah satu kebutuhan tersebut yaitu kebutuhan fisik-biologis yang meliputi gizi, imunisasi, kebersihan badan, gerak serta permainan, dan sebagainya. Susu termasuk dalam kebutuhan fisik-biologis pada aspek gizi yang sangat penting bagi perkembangan dan pertumbuhan anak.

Pada masa sebelum abad 20, seorang bayi yang tidak dapat disusui oleh ibunya dikarenakan ibu meninggal atau bayi tersebut ditelantarkan,

maka bayi akan dicarikan “ibu susu”, yaitu seorang wanita yang sedang

berada dalam fase menyusui bayinya. Apabila bayi-bayi tersebut tidak mendapat ibu susu, maka akan diberi susu hewan dan biasanya yang dipilih adalah susu sapi. Dalam mengatasi kemungkinan kurangnya kesempatan bayi memperoleh ASI, maka dibuatlah susu formula sebagai pengganti air susu ibu (http://health.kompas.com). Pada masa sekarang ini,


(23)

pembelian susu formula juga menjadi pilihan atau alternatif lain bagi para ibu yang tidak dapat memberikan ASI eksklusif. Semakin tingginya partisipasi wanita yang juga sebagai ibu rumah tangga dalam angkatan kerja mengakibatkan semakin minimnya kesempatan untuk memberikan ASI eksklusif bagi anak (http://www.vemale.com). Dengan adanya keterbatasan pemberian ASI eksklusif tersebut, maka sebagian besar ibu mempercayakan pemberian susu formula sebagai pengganti ASI untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak. (http://female.kompas.com).

Di sisi lain, penggunaan susu formula juga dapat mengakibatkan gangguan beberapa fungsi dan organ tubuh seperti diare, batuk, sesak napas, dan sebagainya (http://health.kompas.com). Gangguan sistem tubuh tersebut ternyata dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.

Pada tahun 2008 terdapat isu mengenai susu formula yang tercemar oleh bakteri enterobacteri sakazakii. Bakteri ini dapat menyebabkan beberapa penyakit seperti diare, gangguan pencernaan, dll (www.jpnn.com/read/LIPI). Masalah susu formula yang tercemar bakteri tersebut diuji dan dirundingkan oleh beberapa pihak yaitu Komisi IX DPR dengan Menteri Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Setelah melakukan penelitian atau pengujian terkait bakteri yang terdapat dalam susu formula, hingga pada bulan Februari tahun 2011


(24)

masing-masing pihak menolak mengumumkan merek susu yang dapat menyebabkan diare pada bayi. Hal tersebut dikarenakan apabila merek diumumkan maka akan menimbulkan ketidakadilan terhadap pasar terutama bagi merek susu yang diumumkan tersebut, padahal merek lain yang tidak diteliti belum tentu hasilnya negatif dari bakteri (www.jpnn.com/read/ Merek-Susu-Berbakteri). Selain itu, Dekan Fakultas Kedokteran Hewan IPB, I Wayan T Wibawan juga menolak mengumumkan informasi susu formula yang mengandung bakteri dengan alasan belum menerima surat asli keputusan dari Mahkamah Agung (http://www.bbc.co.uk/beritaindonesia/2011).

Pada bulan Juli tahun 2011, pemerintah Indonesia berusaha menjamin kelayakan susu formula bayi yang diteliti oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Dari 47 merek susu bayi yang diteliti, Badan Pengawasan Obat dan Makanan tak menemukan satu pun yang mengandung bakteri sakazaki. Hasil ini diumumkan oleh Kementrian Kesehatan, BPOM dan Kementrian Komunikasi dan Informasi setelah muncul perintah Mahkamah Agung agar mengumumkan hasil penelitian untuk mengungkap apakah benar ada bakteri dalam susu formula kemasan

yang dijual bebas di Indonesia

(http://www.bbc.co.uk/beritaindonesia/2011). Namun, di lain pihak, Hesti Kristina P. Tobing selaku Wakil Ketua Ikatan Konselor Menyusui Indonesia (IKMI) menyampaikan bahwa tidak ada susu formula yang bebas dari kuman, begitu juga menurut WHO dan FDA bahwa semua susu


(25)

formula tidak steril secara sepenuhnya dan beresiko terkena bakteri sakazakii (http://kesehatan.kompasiana.com).

Hal tersebut sempat membuat panik orang tua bayi di Indonesia khususnya para ibu. Kepanikan tersebut dapat dilihat dari banyaknya pertanyaan dari para konsumen kepada Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) terkait isu bakteri tersebut (www.kabarbisnis.com). Padahal para ibu membeli produk susu formula dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang utama dalam memenuhi kebutuhan gizi anak terutama pada bayi dan balita (http://www.ibudanbalita.com). Apalagi bagi bayi yang belum dapat mengkonsumsi makanan padat, susu merupakan salah satu makanan atau asupan yang sangat penting bagi pertumbuhan. Berdasarkan hal tersebut, maka tidak dapat dipungkiri jika bayi dan balita tetap membutuhkan susu formula sebagai alternatif lain ketika sudah lepas ataupun tidak dapat memperoleh ASI eksklusif lagi.

Pemberitaan terkait isu bakteri sakazaki dan tidak diumumkannya merek mana saja yang terkena bakteri menimbulkan kekhawatiran ataupun kecemasan bagi masyarakat khususnya para ibu dalam membeli atau mengkonsumsi produk susu formula. Para ibu yang khawatir dan cemas cenderung merasa tidak puas karena sebagai konsumen yang berhak tahu mengenai kejelasan isu tersebut tetapi kenyataannya mereka tidak mendapat pemberitahuan atau pemberitaan secara jelas (www.kesehatan-kompasiana.com). Selain itu, para ibu juga ragu untuk membeli susu formula sebagai alternatif pengganti ASI. Sandra dan Haryanto (2010)


(26)

menyatakan bahwa konsumen yang merasa puas dengan produk dapat mendorong keinginannya untuk melakukan pembelian produk tersebut. Tetapi, Howard (dalam Sandra & Haryanto, 2010) mengemukakan bahwa semakin rendah keyakinan konsumen terhadap suatu produk akan menyebabkan menurunnya intensi beli konsumen.

Ajzen mengatakan bahwa prediktor pokok dari perilaku adalah niat atau intensi. Seseorang cenderung berperilaku sesuai dengan intensi mereka yang diikutsertakan dalam suatu perilaku. Intensi atau niat dapat dilihat sebagai suatu motivasi untuk membawa sebagian perilaku dan mewakili harapan seseorang mengenai perilaku mereka dalam suatu keadaan (1991, dalam Tuu et al, 2010). Niat (intentions) dapat digambarkan sebagai suatu situasi seseorang sebelum melakukan suatu tindakan (overt action), yang dapat dijadikan dasar untuk memprediksi perilaku atau tindakan tersebut (Ardhanari, 2008).

Kecemasan dan keraguan yang dimiliki para ibu dapat berpengaruh terhadap niat para ibu untuk membeli ulang produk susu formula. Hal ini tampak pada penjualan susu formula yang menurun di beberapa daerah di Indonesia. Dalam pemberitaan tersebut disampaikan bahwa semenjak tidakadanya pengumuman yang jelas mengenai susu mana yang terkena bakteri, para pedagang mengalami penurunan penjualan hingga 25 persen pada tahun 2008 dan 2011 (www.detik.com/news). Penurunan penjualan tersebut menunjukkan bahwa konsumen tidak berkeinginan untuk membeli kembali produk susu formula.


(27)

Namun, selang beberapa waktu dan seiring meredupnya pemberitaan mengenai susu formula yang tercemar bakteri sakazakii, terdapat adanya peningkatan penjualan susu formula. Hal ini sesuai dengan pemberitaan yang menyebutkan bahwa terdapat adanya peningkatan penjualan susu formula pada tahun 2013 sekitar 37 % (www.health.detik.com). Hal ini menunjukkan bahwa ketika ada pemberitaan yang kurang menyenangkan membuat konsumen tidak berkeinginan untuk membeli kembali produk susu formula, tetapi setelah meredupnya pemberitaan susu formula yang tercemar, konsumen mulai bersedia untuk kembali membeli produk susu formula.

Pemberitaan yang kurang menyenangkan mengenai produk susu formula membuat para ibu merasa takut dan resah untuk membeli kembali (www.liputan6.com/news). Sutisna (dalam Ardhanari, 2008) menyampaikan bahwa ketika seorang konsumen memperoleh respon atau hal positif atas tindakan masa lalu, dari situ akan terjadi penguatan, dengan dimilikinya pemikiran positif atas apa yang diterimanya memungkinkan individu untuk melakukan pembelian secara berulang. Menurut Anoraga(2000), niat membeli ulang (repurchase intentions) merupakan suatu proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh konsumen sesudah mengadakan pembelian atas produk yang ditawarkan atau yang dibutuhkan oleh konsumen tersebut. Selain itu, menurut Kotler (dalam Ratih, 2009) Repurchase Intentions atau niat pembelian ulang merupakan bagian dari tindakan konsumen pasca pembelian.


(28)

Perilaku konsumen dalam pembelian akan dipengaruhi oleh beberapa faktor (Ardhanari, 2008). Faktor-faktor tersebut meliputi faktor kebudayaan (budaya, sub-budaya, dan kelas sosial), faktor sosial (kelompok referensi, keluarga, peranan dan status), faktor pribadi (usia, dan tahap perjalanan hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, dan kepribadian serta konsep diri), dan yang terakhir yaitu faktor psikologis (motivasi, persepsi, belajar, dan kepercayaan serta sikap) (Kotler, 1988).

Terdapat beberapa penelitian mengenai faktor-faktor tersebut di atas, salah satunya yaitu kepercayaan. Beberapa penelitian tersebut membahas mengenai kepercayaan konsumen terutama pengaruhnya terhadap niat membeli ulang. Salah satu penelitian yaitu penelitian yang

dilakukan oleh Trisnawati, dkk (2012) mengenai “Analisis Faktor-Faktor

Kunci dari Niat Pembelian Kembali Secara Online (Study Kasus Pada

Konsumen Fesh Online Shop)”, memperoleh hasil bahwa Perceived Usefullnes, Satisfaction, Perceived Enjoyment, Privacy, dan Trust

merupakan beberapa faktor yang berpengaruh positif terhadap online repurchase intention.

Dalam penelitian lainnya juga terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap niat membeli ulang (repurchase intention).

Penelitian dengan judul “An investigation of the effect of online consumer trust on expectation, satisfaction, and post-expectation” yang dilakukan oleh Kim (2012), menunjukkan hasil bahwatrustmemiliki hubungan yang positif dengan kepuasan konsumen. Dari kepuasan yang dimiliki


(29)

konsumen tersebut memberikan efek di masa mendatang yaitu adanya niat membeli ulang (Kim, 2012).

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Zboja dan Voorhees (2006) menemukan bahwa kepuasan dan trust atau kepercayaan berpengaruh secara positif terhadap retailer repurchase intentions. Ketika perusahaan atau penjual dapat secara berkelanjutan membuktikan dengan menyediakan produk dan pelayanan yang berkualitas, konsumen akan kembali mengunjungi perusahaan atau membeli kembali berdasarkan pada pengalaman pertama mereka (Kim, 2012).

Plank et al (dalam Kim, 2012) mengungkapkan definisi dari trust

atau kepercayaan menuju pada banyak objek yaitu pedagang/penjual, produk, dan perusahaan. Mereka mendefinisikan kepercayaan sebagai kepercayaan yang global yaitu pada penjual, produk, dan perusahaan. Selain itu, Lau dan Lee (dalam Zboja dan Voorhees, 2006) mengatakan bahwa dalam studi saat ini kepercayaan pada produk atau perusahaan dan merek dapat memiliki arti yang sama.

Perasaan percaya yang dimiliki konsumen menawarkan sebuah janji bahwa perusahaan/produsen dapat konsisten dan kompeten, sehingga meyakinkan bahwa konsumen akan melanjutkan kegiatan transaksinya dengan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan di masa mendatang (Santos & Fernandes, 2008). Kegagalan terbesar dalam membina hubungan antara penjual dan konsumen adalah kurangnya kepercayaan, dengan adanya kepercayaan pemasar dapat mempertahankan posisinya


(30)

dalam persaingan dan dapat mengurangi biaya dalam memperoleh konsumen (Sherman, dalam Morgan, 1994).

Menurut Howard (dalam Sandra dan Haryanto, 2010) kepercayaan konsumen meliputi dua hal. Pertama yaitu keyakinan pembeli akan keputusan mereka terhadap produk tertentu. Kedua yaitu terkait dengan tingkat kepuasan pembeli terhadap produk. Kuatnya rasa percaya yang telah terbangun dalam diri konsumen akan semakin memperkuat keyakinannya untuk menyatakan rasa puas terhadap produk yang dipercayainya (Susilowati dan Sumarto, 2010).

Terjadinya kepuasan dan ketidakpuasan setelah pembelian terhadap suatu merek atau produk akan mempengaruhi perilaku selanjutnya (Kotler, 1995). Selama konsumen mendapatkan kepuasan dari produk yang dikonsumsi, maka konsumen akan melanjutkan untuk membeli dan mengkonsumsi produk tersebut (Keller, 2003, dalam Susilowati, 2010). Konsumen yang percaya pada produk menunjukkan bahwa konsumen tersebut merasa puas dengan produk, sehingga mendorong keinginan untuk membeli (Sandra & Haryanto, 2010). Hal tersebut tidak hanya mendorong keinginan untuk membeli saja tetapi juga dapat menimbulkan niat di masa mendatang yaitu niat untuk melakukan pembelian ulang (Kim, 2012).

Salah satu penelitian yang mendukung pernyataan Kim (2012) tersebut di atas yaitu penelitian yang dilakukan Santos dan Fernandes


(31)

Konsumen Pada Konteks Pemulihan Jasa/Pelayanan” menunjukkan bahwa

kepercayaan konsumen pada perusahaan muncul sebagai faktor yang cukup berpengaruh pada repurchase intention atau niat pembelian ulang. Hasil menunjukkan bahwa efek terbesar dari kepercayaan pada perusahaan adalah pada repurchase intention. Dalamjurnal penelitian milik Zboja dan Voorhees (2006), disebutkan beberapa peneliti lain seperti Doney dan Cannon (1997) yang mengungkapkan bahwa kepercayaan adalah sebab awal/anteseden dominan dari repurchase intention atau niat pembelian ulang.

Menurut Morgan dan Hunt (1994), kepercayaan merupakan satu variabel kunci untuk memelihara hubungan jangka panjang pada sebuah produk atau merek. Niat membeli ulang sendiri berkaitan dengan pembelian produk tertentu yang sama secara berulang kali atau secara terus menerus (Tjiptono, dalam Trisnawati, 2012). Penelitian-penelitian yang telah disebutkan sebelumnya menunjukkan bahwa kepercayaan konsumen sebagai faktor yang berpengaruh pada niat membeli ulang, maka dari hal itu penting untuk melihat hubungan antara kedua variabel tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kaitan antara kepercayaan konsumen terhadap produk susu formula dan niat membeli ulang.


(32)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara kepercayaan konsumen dengan niat membeli ulang terhadap produk susu formula bayi?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kepercayaan konsumen dengan niat membeli ulang produk susu formula bayi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Memberi sumbangan informasi dan wawasan untuk mengembangkan ilmu Psikologi bidang Industri dan Organisasi khususnya Psikologi Konsumen mengenai hubungan antara kepercayaan konsumen dengan niat membeli ulang produk susu formula bayi.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Perusahaan

Membantu memberikan pertimbangan dan evaluasi kepada para produsen terkait kepercayaan konsumen dan niat pembelian ulang dari para konsumen terhadap produk susu formula bayi.


(33)

b. Bagi Subjek Penelitian

Membantu memberikan pertimbangan dan bahan evaluasi bagi konsumen dalam bentuk penilaian atau refleksi diri berkaitan dengan kepercayaan konsumen dan niat membeli ulang terhadap produk yang selama ini mereka beli khususnya produk susu formula bayi.


(34)

13

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Niat Membeli Ulang (Repurchase Intentions) 1. Definisi Niat

Niat (intentions) dapat digambarkan sebagai suatu situasi seseorang sebelum melakukan suatu tindakan (overt action), yang dapat dijadikan dasar untuk memprediksi perilaku atau tindakan tersebut (Ardhanari, 2008). Dalam Kamus Psikologi (2010), niat adalah tujuan atau maksud untuk berbuat sesuatu.

Selain itu, Ajzen (1991) mengatakan bahwa prediktor pokok dari perilaku adalah niat atau intensi. Seseorang cenderung berperilaku sesuai dengan intensi mereka yang diikutsertakan dalam suatu perilaku. Intensi atau niat dapat dilihat sebagai suatu motivasi untuk membawa sebagian perilaku dan mewakili harapan seseorang mengenai perilaku mereka dalam suatu keadaan. Intensi dipengaruhi oleh sikap, norma subjektif, dan persepsi dari pengendalian perilaku. Menurut Schiffman dan Kanuk (2000, dalam Veno dan Subagio, 2013) niat merupakan faktor internal individu yang mempengaruhi suatu perilaku.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa niat merupakan tujuan atau maksud yang dimiliki seseorang sebelum melakukan tindakan atau perilaku.


(35)

2. Elemen Niat

Fishbein dan Ajzen (1975) menyatakan bahwa intensi merupakan kemungkinan untuk bertindak. Menurut kedua tokoh tersebut, niat melibatkan empat elemen yang berbeda yaitu perilaku (behavior), target objek (target object), situasi (situation), dan waktu (time).

a. Perilaku (behavior)

Perilaku biasanya untuk membedakan antara niat berperilaku yang khusus dan niat berperilaku secara umum.

b. Target objek (target object)

Niat ditampilkan pada objek yang khusus, golongan atau jenis tertentu pada banyak objek, dan juga pada bermacam-macam objek.

c. Situasi (situation)

Seseorang mungkin memiliki tujuan dalam menunjukkan suatu perilaku melalui situasi atau lokasi, golongan atau jenis tertentu pada lokasi objek, dan bermacam-macam lokasi.

d. Waktu (time)

Niat ditampilkan pada waktu yang khusus atau tertentu, periode waktu khusus, dan juga pada periode waktu yang tidak terbatas.


(36)

3. Definisi Niat Membeli Ulang (Repurchase Intentions)

Secara khusus dalam pembelian, niat beli merupakan suatu bentuk pikiran yang nyata dari refleksi rencana untuk membeli beberapa unit dalam jumlah tertentu dari suatu produk dalam periode waktu tertentu yang dalam hal ini secara khusus dialami oleh seorang konsumen (Schiffman dan Kanuk, dalam Veno dan Subagio, 2013)).

Dalam proses pembelian, niat beli konsumen berkaitan erat dengan motif yang dimilikinya untuk memakai ataupun membeli produk tertentu. Ardhanari (2008) menjelaskan bahwa niat membeli ulang atau repurchase intentions adalah niat yang menunjukkan keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian ulang.

Selain itu, Hellier, dkk (2003) menyatakan bahwa repurchase intentions merupakan keputusan individu mengenai pembelian kembali jasa atau pelayanan dari perusahaan yang sama dengan mempertimbangkan situasi yang terjadi dan tingkat kesukaan. Senada dengan Hellier dkk, Anoraga (2000) menyatakan repurchase intentions merupakan suatu proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh konsumen sesudah mengadakan pembelian atas produk yang ditawarkan atau yang dibutuhkan oleh konsumen tersebut.

Menurut Kotler (1995), repurchase intentions merupakan bagian dari tindakan konsumen pasca pembelian. Terjadinya kepuasan dan ketidakpuasan pasca pembelian konsumen terhadap suatu produk akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Jika konsumen puas, maka


(37)

akan menunjukkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli kembali produk tersebut. Sedangkan menurut Collier and Bienstock (2006, dalam Huang et al, 2014) repurchase intentions tidak hanya kecenderungan untuk membeli produk tertentu, tetapi juga meliputi intensi untuk merekomendasikan produk tersebut kepada teman atau konsumen lain.

Di lain pihak, Customers behavioral repurchase intentions

dapat dilihat sebagai indikator yang menunjukkan tanda apakah konsumen akan tetap bertahan atau berpindah dari suatu perusahaan atau produk tertentu. (Zeithmal, Berry, and Parasuraman, 199; Hult, Boyer, and Ketchen, JR., 2007). Tuu et all (2010) mengemukakan bahwa niat membeli ulang merupakan komitmen dan kemungkinan untuk membeli kembali suatu produk.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa niat membeli ulang (repurchase intentions) merupakan keinginan yang muncul sebagai respon konsumen untuk bertahan dengan produk dan melakukan pembelian kembali atas produk yang sebelumnya telah dibeli.

4. Niat Membeli Ulang Produk Susu Formula

Niat membeli ulang (repurchase intentions) merupakan keinginan yang muncul sebagai respon konsumen untuk bertahan dengan produk dan melakukan pembelian kembali atas produk yang


(38)

sebelumnya telah dibeli. Susu formula bayi merupakan susu yang dibuat dari susu sapi atau susu buatan yang komposisinya diubah menyerupai kandungan Air Susu Ibu (ASI) sehingga dapat dipakai sebagai pengganti ASI. Susu formula juga diproduksi khusus tidak hanya bagi bayi namun juga untuk konsumsi khusus lainnya seperti susu untuk anak, susu ibu hamil dan menyusui dan juga susu bagi orang dewasa lainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing konsumen (Triana, 2012).

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa niat membeli ulang produk susu formula bayi merupakan keinginan yang muncul sebagai respon konsumen untuk bertahan dengan produk dan melakukan pembelian kembali atas produk produk susu formula bayi atau susu buatan yang komposisinya menyerupai kandungan ASI yang sebelumnya telah dibeli.

5. Indikator Niat Membeli Ulang

Zeithmal, Berry, and Parasuraman (1996) mengembangkan beberapa hal mengenai Customers behavioral repurchase intentions. Customers behavioral repurchase intentions dapat dilihat sebagai indikator apakah konsumen akan bertahan atau meninggalkan perusahaan atau produk. Beberapa indikator tersebut meliputi :

a. Menyampaikan hal-hal positif mengenai perusahaan atau produk (say positive things about them)


(39)

b. Merekomendasikan perusahaan atau produk kepada konsumen lain (recommend them to other consumers)

c. Tetap loyal terhadap perusahaan atau produk (remain loyal to them)

d. Menghabiskan banyak hal dengan perusahaan atau produk (spend more with them)

e. Bersedia membayar biaya premi (pay price premiums)

Berdasarkan penjelasan tersebut, niat beli ulang dapat diidentifikasi melalui beberapa indikator yang meliputi 5 hal, yaitu 1). menyampaikan hal positif tentang perusahaan atau produk; 2). merekomendasikannya kepada konsumen lain; 3). tetap loyal; 4.) menghabiskan banyak hal dengan perusahaan atau produk serta 5). bersedia membayar biaya premi yang ada. Namun, tidak semua indikator tersebut digunakan dalam penelitian. Hanya indikator pertama hingga ketiga saja yang digunakan dalam penelitian, yaitu menyampaikan hal positif tentang perusahaan atau produk, merekomendasikan perusahaan atau produk kepada konsumen lain, dan tetap loyal terhadap perusahaan atau produk. Hal ini dikarenakan pemilihan indikator disesuaikan dengan fakta dan kondisi penelitian.

Selain itu, ada satu indikator tambahan yang diambil dari definisi variabel penelitian. Hal ini dikarenakan dari ketiga indikator yang digunakan tidak mengarahkan secara langsung pada keinginan membeli ulang, maka peneliti menambahkan satu indikator dari


(40)

definisi. Indikator tersebut yaitu keinginan atau niat membeli kembali. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa indikator dalam penelitian meliputi, menyampaikan hal positif tentang perusahaan atau produk, merekomendasikan perusahaan atau produk kepada konsumen lain, tetap loyal terhadap perusahaan atau produk, dan keinginan atau niat membeli kembali.

6. Faktor-Faktor Niat Membeli Ulang (Repurchase Intentons)

Faktor-faktor yang mempengaruhi niat membeli kembali (Trisnawati dkk, 2012), yaitu :

a. Perceived usefulness

Faktor ini merujuk pada adanya manfaat yang dapat diterima oleh konsumen dalam melakukan proses pembelian dan penggunaan suatu produk.

b. Satisfaction

Satisfaction atau kepuasan merupakan keadaan di mana konsumen memperoleh rasa puas ketika melakukan proses pembelian dan menggunakan suatu produk. Kepuasan merupakan evaluasi atau penilaian dari pelanggan menyangkut kinerja dari suatu produk apakah sebanding antara kenyataan dan harapan yang diterima dari sebuah produk.


(41)

c. Trust

Kepercayaan memiliki peran dalam sebuah hubungan yang terjalin antara beberapa pihak, dalam hal ini khususnya antara produsen dan konsumen. Kepercayaan merupakan kunci dalam perkembangan hubungan jangka panjang dengan konsumen.

d. Perceived Enjoyment

Percieved enjoyment atau kenikmatan sebagai sikap positif terhadap proses pembelian dan penggunaan yang dilakukan oleh konsumen.

Berdasarkan penjelasan tersebut, niat membeli ulang terdiri dari empat faktor. Keempat faktor tersebut meliputi perceived usefulness, satisfaction, trust, perceived enjoyment.

B. Kepercayaan Konsumen

1. Definisi Kepercayaan Konsumen

Menurut Mayer, dkk (1995), kepercayaan didefinisikan sebagai kesediaan satu pihak untuk mempercayai pihak lain didasarkan pada harapan bahwa pihak lain tersebut akan melakukan tindakan tertentu yang penting bagi pihak yang mempercayainya. Sedangkan menurut Morgan dan Hunt (1994), kepercayaan merupakan satu variabel kunci untuk memelihara hubungan jangka panjang pada sebuah produk. Morgan dan Hunt (1994) juga menambahkan definisi kepercayaan sebagai kesediaan untuk


(42)

mempercayakan diri ataubergantung pada pertukaran dengan pihak lain yang memiliki reliabilitas dan integritas.

Sudut pandang lain menurut Luarn dan Lin (dalam Ferinnadewi, 2008) kepercayaan adalah sejumlah keyakinan spesifik terhadap integritas (kejujuran dan kemampuan menepati janji), benevolence (perhatian dan motivasi yang dipercaya untuk bertindak), competency (kemampuan untuk melaksanakan kebutuhan), dan predictability (konsistensi perilaku pihak yang dipercaya).

Secara lebih spesifik, Firdayanti (2012) menyatakan bahwa kepercayaan konsumen merupakan persepsi dari sudut pandang konsumen akan keandalanpenjual dalam pengalaman dan terpenuhinya harapan dan kepuasan konsumen.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kepercayaan konsumen merupakan kesediaan konsumen untuk mempercayai pihak lain yaitu suatu produk atau perusahaan, di mana konsumen dapat merasa yakin bahwa pihak yang dipercayai mampu menepati janji, memenuhi kebutuhan konsumen serta dapat konsisten dalam sebuah proses pertukaran.

2. Komponen Kepercayaan Konsumen

Metzger (2006) mengembangkan komponen kepercayaan dari beberapa penelitian sebelumnya (Morgan & Hunt, 1994; Mayer


(43)

et al., 1995; Doney & Cannon, 1997; Jarvenpaa & Tractinsky, 1999; McKnight & Chervany, 2001; Jarvenpaa et al., 2000) sebagai kepercayaan dalam konteks organisasi, marketing, dan juga ecommerce. Komponen tersebut meliuti :

a. Ability (kemampuan), yaitu sekelompok keahlian, kompetensi, dan karakteristik yang memungkinkan satu pihak memiliki pengaruh pada beberapa domain spesifik. Domain dari ability

spesifik karenaTrustee (orang yang dipercayai) memiliki kompetensi pada beberapa area yang mampu memberikan suatu kepercayaan dalam diri seseorang. Kemampuan di sini lebih dari sekedar pelayanan terhadap individu atau konsumen, tetapi juga pada semua aspek yang berkaitan dengan bisnis.

b. Benevolence (kebaikan hati), yaitu sejauh mana orang yang dipercaya (trustee) ingin melakukan dan memberikan sesuatu yang terbaik untuk orang yang mempercayainya (trustor), terlepas dari motif keuntungan yang sifatnya egosentris. Benevolencejugaberkaitan dengan perhatian dan motivasi untuk bertindak sesuai dengan kepentingan konsumen yang dilakukan oleh penyedia barang dan jasa dengan memberikan kepuasan yang saling menguntungkan antara dirinya dengan konsumen. c. Integrity (integritas), yaitu persepsi dari Trustor bahwa Trustee

akan bertahan pada seperangkat prinsip yang telah diberikan atau disampaikan kepada Trustor. Integritas juga meliputi


(44)

kejujuran dan kemampuan menepati janji dari pihak yang dipercaya (penjual). Apa yang telah diucapkan oleh Trustee

kepada Trustor harus sesuaidengan tindakan yang akan Trustee

lakukan dan konsumen yang di sini sebagai Trustor memiliki keingintahuan apakah Trustee dapat melakukan hal yang sama seperti yang telah dijanjikannya.

Berdasarkan penjelasan tersebut, kepercayaan memiliki tiga komponen yaitu kemampuan, kebaikan hati, dan integritas. Di mana, ketiga komponen tersebut merupakan hal yang penting dalam kepercayaan.

3. Dampak Kepercayaan Konsumen

Adanya kepercayaan akan menciptakan rasa aman dan kredibel serta dapat mengurangi persepsi konsumen akan resiko dari proses pertukaran (Selnes, 1988 dalam Bennet dan Gabriel, 2003, dalam Ferinnadewi, 2008). Kepercayaan juga memiliki kontribusi untuk memberikan relasi dan hubungan yang terjalin secara terus menerus serta menciptakan perasaan loyal (Santos & Fernandes, 2008). Hal ini dibuktikan oleh Saputro (2010) dalam penelitiannya yang menunjukkan hasil bahwa kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan akan dapatmenciptakan loyalitas pelanggan. Seorang konsumen yang loyal tidak akan mudah berpindah ke produk atau merek lain. Apabila loyalitas meningkat, kerentanan konsumen dari


(45)

ancaman atau serangan produk lain dapat dikurangi (Marthin dan Semual, 2007).

Dasar terciptanya hubungan jangka panjang yang meliputi adanya loyalitas konsumen terletak pada kepercayaan konsumen terhadap produsen (Lubis, 2011). Hal yang sama juga disampaikan oleh beberapa peneliti bahwa kepercayaan merupakan dasar dalampembentukan dan pengembangan loyalitas konsumen (Moorman, Deshpane, & Zaltman, 1993; Morgan & Hunt, 1994, dalam Akbar & Parvez, 2009).

Selain itu, kepercayaan juga akan berdampak pada kepuasan yang dirasakan oleh konsumen. Hal ini juga diperkuat dengan adanya beberapa penelitian yang menunjukkan hasil bahwa kepercayaan mempengaruhi kepuasan secara langsung. Salah satu contoh penelitian yaitu penelitian yang dilakukan oleh Kim (2012). Penelitian tersebut menunjukkan hasil bahwa kepercayaan konsumen mempengaruhi kepuasan konsumen. Selain itu, terdapat juga penelitian yang dilakukan oleh Susilowati dan Sumarto (2010) yang menyatakan bahwa kepercayaan yang timbul mempengaruhi kepuasan konsumen terhadap suatu produk. Kuatnya rasa percaya yang telah terbangun dalam diri konsumen akan semakin memperkuat keyakinannya untuk menyatakan rasa puas terhadap produk yang dipercayainya.


(46)

Berdasarkan penjelasan tersebut, dampak atau pengaruh dari kepercayaan yaitu adanya rasa aman, kredibel dan dapat mengurangi persepsi konsumen akan resiko. Selain itu, terciptanya loyalitas dan kepuasan dari konsumen.

4. Fungsi Kepercayaan Konsumen

Menurut Morgan dan Hunt (1994) ada beberapa fungsi dari adanya kepercayaan, antara lain :

1. Kepercayaan dapat menjaga dan memelihara hubungan dengan konsumen.

2. Kepercayaan dapat menahan dari berbagai pilihan sehingga konsumen tetap bertahan pada produk atau perusahaan.

3. Kepercayaan dapat membuat konsumen untuk lebih berhati-hati dalam mengambil tindakan yang berpotensi menimbulkan resiko yang tinggi jika berpindah ke produk atau perusahaan lain.

Berdasarkan penjelasan tersebut, kepercayaan memiliki fungsi atau manfaat yang dapat menjaga dan mempertahankan hubungan dengan konsumen.


(47)

C. Dinamika Hubungan Antara Kepercayaan Konsumen dan Niat Membeli Ulang Produk Susu Formula Bayi

Beberapa penelitian terakhir menemukan bahwa kepercayaan merupakan prediktor yang signifikan dalam kekuatan suatu hubungan (Kennedy et al, 2001). Kepercayaan konsumen merupakan kesediaan konsumen untuk mempercayai pihak lain yaitu suatu produk atau perusahaan, di mana konsumen dapat merasa yakin bahwa pihak yang dipercayai mampu menepati janji, memenuhi kebutuhan konsumen serta dapat konsisten dalam sebuah proses pertukaran. Lau dan Lee (dalam Akbar & Parvez, 2009) menyatakan bahwa kepercayaan adalah ketika satu pihak mempercayai pihak lain yang nantinya dapat membawa atau menimbulkan intensi perilaku yang positif. Pihak lain atau di sini merupakan produsen harus memiliki kemampuan untuk menjaga keberlangsungan atau meneruskan keuntungan dari hubungan yang terjalin dengan konsumen, sehingga konsumen tidak hanya mendapat hasil yang positif tetapi juga percaya bahwa hasil positif dapat terus berlangsung dan berlanjut di masa depan (Doney dan Cannon, 1997, dalam Akbar & Parves, 2009).

Unsur penting dalam pencapaian hubungan jangka panjang adalah pembentukan dan pemeliharaan kepercayaan (Kennedy et al, 2001). Menurut Morgan dan Hunt (1994), kepercayaan merupakan satu variabel kunci untuk memelihara hubungan jangka


(48)

panjang pada sebuah produk. Dengan adanya kepercayaan akan mengurangi kegelisahaan konsumen terhadap pelayanan yang diterima, sehingga merupakan penghalang dalam mempengaruhi konsumen untuk mengambil atau mengganti pilihan lain (Morgant dan Hunt, 1994).

Kepercayaan pada konsumen akan menciptakan rasa aman dan kredibel serta dapat mengurangi persepsi akan risiko dari proses pertukaran (Selnes, 1988 dalam Bennet dan Gabriel, 2003, dalam Ferinnadewi, 2008). Kepercayaan juga memiliki kontribusi untuk memberikan relasi dan hubungan yang terjalin secara terus menerus serta menciptakan perasaan loyal (Santos & Fernandes, 2008). Seorang konsumen yang loyal tidak akan mudah berpindah ke produk atau merek lain. Apabila loyalitas meningkat, kerentanan konsumen dari ancaman atau serangan produk lain dapat dikurangi (Marthin dan Semuel, 2007). Oliver (dalam Ishak dan Luthfi, 2011) menyatakan bahwa loyalitas merupakansuatu komitmen yang kuat yang mendorong untuk terjadinya pembelian kembali.

Selain itu, kepercayaan akan berdampak pada kepuasan yang dirasakan oleh konsumen. Hal ini diperkuat dengan adanya beberapa penelitian yang menunjukkan hasil bahwa kepercayaan mempengaruhi kepuasan secara langsung. Salah satu contoh penelitian yaitu mengenai efek dari kepercayaan konsumen pada


(49)

pembelian online yang dilakukan oleh Kim (2012). Selain itu, terdapat juga penelitian yang dilakukan oleh Susilowati dan Sumarto (2010) yang menyatakan bahwa kepercayaan yang timbul mempengaruhi kepuasan konsumen terhadap suatu produk. Kuatnya rasa percaya yang telah terbangun dalam diri konsumen akan semakin memperkuat keyakinannya untuk menyatakan rasa puas terhadap produk yang dipercayainya.

Kepercayaan terhadap elemen-elemen yang berkaitan dengan perusahaan seperti misalnya kepercayaan pada perusahaan itu sendiri atau kepercayaan pada karyawan dan pada produk juga membawa dampak positif pada intensi perilaku dalam pembelian berulang suatu produk (Kennedy et al, 2001). Sutisna (dalam Ardhiana, 2008) berpendapat bahwa ketika seorang konsumen memperoleh respon positif atas tindakan masa lalu, dari situ akan terjadi penguatan, dengan dimilikinya pemikiran positif atas apa yang diterimanya memungkinkan individu untuk melakukan pembelian secara berulang.

Crosby et al. (dalam Kennedy et al., 2001) juga menyatakan bahwa kepercayaan bersama kepuasan merupakan komponen dalam kualitas hubungan. Pada dasarnya konsumen membeli barang dan jasa adalah untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhannya. Hal yang mendukung konsumen dalam melakukan pembelian didasarkan pada kepuasan konsumen atas suatu produk


(50)

yang mampu memenuhi harapan dari yang diinginkan konsumen. Kepuasan merupakan evaluasi dari konsumen terhadap produk atau pelayanan apakah dapat memenuhi kebutuhan dan ekspektasi atau harapan (Bitner & Zeithaml, 2003 dalam Akbar & Parvez, 2009). Konsumen yang percaya menunjukkan bahwa konsumen tersebut merasa puas dengan produk, sehingga mendorong keinginan untuk membeli ulang (Sandra & Haryanto, 2010).

Dengan adanya kepercayaan yang dimiliki konsumen maka dapat menimbulkan adanya rasa aman, kredibel dan dapat mengurangi persepsi konsumen akan resiko dalam pertukaran (Ferrinadewi, 2008). Selain itu, dengan kepercayaan juga dapat menciptakan rasa loyal serta rasa puas bagi konsumen (Santos & Fernandes, 2008; Kim, 2012; Susilowati & Sumarto, 2010). Terjadinya kepuasan dan ketidakpuasan setelah pembelian terhadap suatu merek atau produk akan mempengaruhi perilaku selanjutnya (Kotler, 1995). Selama konsumen mendapatkan kepuasan dari produk yang dikonsumsi, maka konsumen akan melanjutkan untuk membeli dan mengkonsumsi produk tersebut (Keller, 2003, dalam Susilowati, 2010).

Perilaku membeli ulang dapat diprediksi melalui niatnya. Kotler (1995) menyatakan bahwa repurchase intentions atau niat membeli ulang merupakan bagian dari tindakan konsumen pasca pembelian. Selain itu, Ardhanari (2008) juga menjelaskan


(51)

mengenai niat membeli ulang ataurepurchase intentions yaitu niat yang menunjukkan keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian ulang. Niat membeli ulang sendiri merupakan suatu perilaku yang muncul sebagai respon dari keinginan konsumen untuk melakukan pembelian kembali atas produk yang sebelumnya telah dibeli.

Adanya kepercayaan yang meningkat dapat membuat konsumen merasa aman, memiliki persepsi akan resiko yang rendah, merasa loyal dan puas terhadap suatu produk. Hal tersebut dapat meningkatkan niat seseorang untuk melakukan pembelian ulang. Namun, sebaliknya ketika kepercayaan yang dimiliki konsumen rendah, maka konsumen merasa kurang aman, akan bertambahnya persepsi akan resiko, kurangnya perasaan loyal dan kurangnya rasa puas terhadap suatu produk. Hal ini dapat mengakibatkan menurunnya niat konsumen untuk membeli ulang suatu produk.


(52)

D. Skema Penelitian

Gambar 1. Skema Hubungan Antara Kepercayaan Konsumen dan Niat Membeli Ulang Produk Susu Formula Bayi

Kepercayaan Konsumen Kepercayaan tinggi Kepercayaan rendah Dampaknya : - adanya rasa aman dan kredibel

- berkurangnya persepsi akan resiko

- terciptanya loyalitas dan kepuasan

Dampaknya :

- adanya

rasa kurang aman dan kredibel

- bertambahnya persepsi akan resiko

- tidak terciptanya loyalitas dan kepuasan

Niat membeli ulang produk susu

formula bayi tinggi

Niat membeli ulang produk susu


(53)

E. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu adanya hubungan positif antara kepercayaan konsumen dengan niat membeli ulang produk susu formula. Jadi semakin tinggi kepercayaan konsumen, maka semakin tinggi juga niat membeli ulang. Namun sebaliknya, semakin rendah kepercayaan yang dimiliki konsumen, maka niat membeli ulang konsumen cenderung rendah.


(54)

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Penelitian korelasional bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pada suatu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain yang dilihat berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2012). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepercayaan konsumen dengan niat membeli ulang produk susu formula bayi.

B. Variabel Penelitian

Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Bebas : Kepercayan konsumen

2. Variabel Tergantung : Niat membeli ulang produk susu formula bayi

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Kepercayaan Konsumen

Kepercayaan konsumen merupakan kesediaan para ibu mempercayai produk susu formula, di mana para ibu merasa yakin bahwa produk susu formula yang dipercaya mampu menepati janji, memenuhi kebutuhan anak serta konsisten sesuai dengan manfaat yang ditawarkan


(55)

dalam sebuah proses pertukaran. Ibu sebagai subjek pernah atau masih membeli produk susu formula dan memberikan kepada anaknya. Kepercayaan konsumen terdiri dari beberapa komponen. Komponen tersebut meliputi :

a. Ability(kemampuan).

b. Benevolence(kebaikan hati). c. Integrity(integritas).

Pengukuran variabel kepercayaan yang dimiliki ibu selaku konsumen menggunakan skala kepercayaan konsumen yang dibuat oleh peneliti berdasarkan komponen dari kepercayaan konsumen. Skor tinggi yang diperoleh dalam skala menunjukkan tingginya kepercayaan yang dimiliki konsumen. Sebaliknya, skor rendah yang diperoleh menunjukkan rendahnya kepercayaan yang dimiliki konsumen.

2. Niat Membeli Ulang Produk Susu Formula

Niat membeli ulang produk susu formula bayi merupakan keinginan yang muncul sebagai respon para ibu sebagai konsumen untuk bertahan dengan produk susu formula dan melakukan pembelian kembali atas produk susu formula bayi atau susu buatan yang komposisinya menyerupai kandungan ASI yang sebelumnya telah dibeli. Dalam penelitian ini menggunakan empat indikator. Indikator pertama hingga indikator ketiga diambil dari Customers Behavioral


(56)

Repurchase Intentions. Selain itu, ditambah satu indikator yang diambil dari definisi variabel penelitian. Keempat indikator tersebut meliputi : a. Menyampaikan hal-hal positif mengenai produk

b. Merekomendasikan produk kepada konsumen lain c. Tetap loyal terhadap produk

d. Keinginan atau niat membeli kembali

Niat membeli ulang produk susu formula diukur menggunakan skala niat membeli ulang yang dibuat berdasarkan indikator-indikator niat membeli ulang. Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka semakin tinggi pula niat membeli ulang yang dimiliki seseorang. Sebaliknya, skor rendah yang diperoleh, maka semakin rendah niat membeli ulang yang dimiliki.

D. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini yaitu para ibu yang memiliki anak usia 0-2 tahun. Karakteristik lainnya yaitu para ibu tersebut pernah atau masih memberikan susu formula pada anaknya. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel convenience sampling. Teknik pengambilan sampel tersebut didasarkan kemudahan dan siapa saja yang sesuai dengan karakteristik sampel maka akan dijadikan sampel (Noor, 2011).


(57)

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan menyebarkan skala. Terdapat dua macam skala. Skala yang pertama yaitu skala kepercayaan konsumen dan skala kedua yaitu skala niat membeli ulang. Kedua skala tersebut disajikan dalam satu kesatuan boklet skala.

Dalam penelitian ini menggunakan teknik penskalaan Likert Summated Ratings. Teknik penskalaan ini merupakan teknik mengukur sikap di mana subjek diminta untuk mengindikasikan tingkat kesetujuan atau ketidaksetujuan mereka terhadap masing-masing pernyataan (Noor, 2011).

1. Skala Kepercayaan Konsumen

Skala kepercayaan konsumen bertujuan untuk melihat tingkat kepercayaan pada konsumen. Skala ini terdiri dari 4 komponen kepercayaan konsumen. Peneliti membuat 30 pernyataan yang terbagi atas dua macam, yaitu pernyataan yang favorable dan pernyataan

unfavorable. Masing-masing pernyataan terdiri dari empat kategori jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

Pada pernyataan favorable, jawaban Sangat Setuju (SS) mendapat skor 4, jawaban Setuju (S) mendapat skor 3, jawaban Tidak Setuju (TS) mendapat skor 2, dan jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) mendapat skor 1. Sedangkan untuk pernyataan unfavorable, jawaban Sangat Setuju (SS) mendapat skor 1, jawaban Setuju (S) mendapat


(58)

skor 2, jawaban Tidak Setuju (TS) mendapat skor 3, dan jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) mendapat skor 4.

Tabel 1

Blueprint Skala Kepercayaan Konsumen

No. Komponen Favorable Unfavorable Jumlah Bobot

1. Ability

(kemampuan)

5 5 10 33,3 %

2. Benevolence

(kebaikan hati)

5 5 10 33,3 %

3. Integrity

(integritas)

5 5 10 33.3 %

Total 15 15 30 100 %

Tabel 2

Distribusi Aitem Skala Kepercayaan Konsumen

No. Komponen No.Item Jumlah Favorable Unfavorable 1. Ability (kemampuan)

1, 12, 15, 22, 27 8, 17, 21, 26, 30

10

2. Benevolence

(kebaikan hati)

3, 10, 11, 18, 28 2, 6, 9, 20, 23

10

3. Integrity

(integritas)

4, 7, 14, 19, 25 5, 13, 16, 24, 29

10

Total 15 15 30

2. Skala Niat Membeli Ulang

Skala niat membeli ulang terdiri dari empat indikator. Skala ini terdiri dari 40 pernyataan yang terbagi atas pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable. Dalam penelitian ini, subjek akan diminta


(59)

untuk memilih salah satu jawaban dari empat alternatif jawaban yang tersedia. Keempat alternatif jawaban tersebut meliputi Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).

Untuk pernyataan favorable skor tertinggi 4 untuk jawaban Sangat Setuju (SS), skor 3 untuk jawaban Setuju (S), skor 2 untuk jawaban Tidak Setuju (TS), dan skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju (STS). Pada pernyataan unfavorable skor tertinggi 4 diberikan untuk jawaban Sangat Tidak Setuju (STS), skor 3 diberikan untuk jawaban Tidak Setuju (TS), skor 2 untuk jawaban Setuju (S), dan skor 1 diberikan untuk jawaban Sangat Setuju (SS).

Tabel 3

Blueprint Skala Niat Membeli Ulang

No. Indikator Favorable Unfavorable Jumlah Bobot

1. Menyampaikan

hal-hal positif mengenai produk

5 5 10 25%

2. Merekomendasik

an produk kepada konsumen lain

5 5 10 25%

3. Tetap loyal terhadap produk

5 5 10 25%

4. Keinginan atau niat membeli kembali

5 5 10 25%


(60)

Tabel 4

Distribusi Aitem Skala Niat Membeli Ulang

No. Indikator No. Item Jumlah

Favorable Unfavorable 1. Menyampaikan hal-hal

positif mengenai produk

1, 4, 15, 25, 33

6, 11, 13, 21, 40

10

2. Merekomendasikan produk kepada konsumen lain

20, 23, 29, 36, 39

2, 5, 9, 14, 34

10

3. Tetap loyal terhadap produk

7, 17, 27, 35, 38

18, 22, 24, 26, 31

10

4. Keinginan atau niat membeli kembali

8, 10, 12, 30, 32

3, 16, 19, 28, 37

10

Total 20 20 40

F. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur tersebut benar-benar mengukur apa yang diukur. Validitas menyangkut akurasi dari instrumen (Noor, 2011). Salah satu tipe validitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu validitas isi. Validitas isi memastikan bahwa skala aitem-aitem telah cukup memasukkan sejumlah aitem dan mencakup data yang komprehensif dan relevan dengan tujuan penelitian (Azwar, 2012). Validitas dilakukan dengan cara diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes


(61)

dengan analisis rasional atau melalui penilai yang lebih berkompeten(professional judgement) (Azwar, 2011). Ahli tersebut merupakan dosen pembimbing.

2. Seleksi Aitem

Seleksi item dilakukan dengan melihat daya beda atau daya diskriminasi aitem. Daya diskriminasi item yaitu sejauh mana item akan mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang diukur (Azwar, 2011). Seleksi item dilakukan melalui uji coba (try out). Uji coba dilaksanakan pada tanggal 26 November sampai 16 Desember 2014.

Subjek yang digunakan dalam uji coba yaitu sebanyak 49 orang. Peneliti mengunjungi Posyandu di beberapa perumahan di Kelurahan Purwomartani terlebih dahulu untuk mendapatkan informasi daftar tempat tinggal anak-anak peserta Posyandu yang berusia 0-2 tahun. Pengambilan data dilakukan dengan mengunjungi masing-masing rumah dan peneliti menemui para ibu selaku subjek dalam penelitian ini.

Pengujian daya diskriminasi item dengan melakukan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor aitem dengan distribusi skor skala. Penghitungan tersebut akan menghasilkan koefisien korelasi item-total (rix). Semakin tinggi koefisien korelasi positif antara skor


(62)

tersebut dan secara keseluruhan semakin tinggi juga daya bedanya. Namun, bila koefisien korelasinya rendah atau mendekati nol berarti fungsi item tersebut tidak cocok dengan fungsi ukur skala dan daya bedanya tidak baik (Azwar, 2011).

Seleksi aitem dilakukan dengan menghitung korelasi antara distribusi skor aitem dengan distribusi skor skala menggunakan program SPSS for windows versi 16.0. Kriteria pemilihan aitem menggunakan batasan (rix) ≥0,30. Aitem yang mencapai koefisien

korelasi minimal 0,30 daya bedanya dianggap memuaskan dan begitu juga sebaliknya (Azwar, 2013).

Pada skala kepercayaan konsumen tidak ada aitem yang gugur atau dengan kata lain semua aitem yang berjumlah 30 aitem memenuhi syarat batasan (rix)≥ 0,3 karena memiliki skor di atas 0,3.

Namun, peneliti tetap melakukan pengacakan aitem sebelum menyebarkan skala penelitian untuk mendapatkan data penelitian selanjutnya sehingga terdapat perubahan distribusi aitem. Pengacakan tersebut dimaksudkan agar aitem tetap random atau acak dan meminimalisir kebocoran aitem.


(63)

Tabel 5

Distribusi Aitem Skala Kepercayaan Konsumen Setelah Penyusunan Ulang

No. Komponen No.Item Jumlah

Favorable Unfavorable 1. Ability

(kemampuan)

1, 5, 17, 19, 27 13, 11, 16, 21, 23

10

2. Benevolence

(kebaikan hati)

2, 3, 9, 12, 30 7, 10, 18, 24, 28

10

3. Integrity

(integritas)

8, 15, 20, 22, 25

4, 6, 14, 26, 29

10

Total 15 15 30

Berdasarkan 40 aitem pada skala niat membeli ulang terdapat 6 aitem yang gugur. Peneliti memilih 1 aitem dari 6 aitem yang gugur tersebut untuk diselamatkan. Selain itu, terdapat 7 aitem lain yang digugurkan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menyeimbangkan komposisi dan menyelaraskan tiap aspeknya. Berdasarkan hal tersebut, maka setiap aspek dibuat menjadi 7 aitem dan total aitem yang terpaksa digugurkan yaitu sebanyak 12 aitem. Jumlah aitem yang digunakan yaitu sebanyak 28 aitem. Hasil seleksi aitem sebagai berikut:


(64)

Tabel 6

Distribusi Aitem Skala Niat Membeli Ulang Setelah Seleksi Item

No. Indikator

No. Item Jumlah

aitem yang digunakan Favorable Unfavorable

1. Menyampaikan hal-hal positif mengenai produk

1, 4, 15, 25, 33

6, 11, 13, *21, 40

7

2. Merekomendasikan

produk kepada

konsumen lain

20, 23, 29, 36, 39

2, (5), (9), 14, 34

7

3. Tetap loyal terhadap produk

7, 17, 27, 35, 38

18, 22, 24, (26), (31)

7

4. Keinginan atau niat membeli kembali

8, 10, 12, 30, 32

(3), (16), 19, 28, (37)

7

Total 20 8 28

Keterangan :

Aitem yang dicetak tebal dan diberi tanda * merupakan aitem yang gugur namun diselamatkan.

__ : aitem yang gugur ( ) : aitem yang digugurkan

3. Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini juga berarti menunjukkan sejauh mana alat ukur dikatakan konsisten, jika dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama (Noor, 2011). Pengujian


(65)

reliabilitas dengan internal consistency (konsistensi internal), yaitu menggunakan satu bentuk tes yang dikenakan hanya sekali saja pada kelompok subjek (single-trial administration). Teknik penghitungan untuk menguji reliabilitas dengan teknik Alpha Cronbach. Nilai reliabilitas dianggap memuaskan bila koefisiennya mendekati 0,900 (Noor, 2011; Azwar, 2006). Penghitungan reliabilitas dilakukan menggunakan programSPSS for windowsversi 16.0.

Dalam penelitian ini, skala kepercayaan konsumen koefisien reliabilitas sebesar 0,969 dengan jumlah aitem sebanyak 30 aitem. Hal tersebut menunjukkan bahwa alat ukur skala kepercayaan konsumen memilki reliabilitas yang baik. Sedangkan pada skala niat membeli ulang diperoleh hasil koefisien reliabilitas sebesar 0,959 dengan jumlah aitem sebanyak 40 aitem. Namun setelah melakukan seleksi aitem, aitem yang digunakan sebanyak 28 aitem dengan koefisien reliabilitas menjadi 0,970. Berdasarkan besarnya koefisien reliabilitastersebut dapat dikatakan bahwa skala niat membeli ulang juga memiliki reliabilitas yang baik.

G. Metode Analisis Data 1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah data yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi


(66)

normal atau tidak (Noor, 2011). Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan teknik Kolmogorov- Smirnov Test pada program

SPSS for windows versi 16.0. Data dinyatakan memiliki distribusi normal apabila taraf signifikansi (p) lebih besar dari 0,05 (p>0,05). Namun sebaliknya, apabila taraf signifikansi (p) lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) maka, sebaran data tidak normal (Santoso, 2010). b. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui pengaruh suatu variabel dengan variabel lainnya (Noor, 2011). Peningkatan atau penurunan kuantitas di satu variabel akan diikuti secara linear oleh peningkatan atau penurunan kuantitas di variabel lainnya (Santoso, 2010). Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan test of linearity dalam program SPSS for windows versi 16.0. Pola hubungan linear dapat dilihat dari nilai F hitung dan nilai signifikansi (p<0,05) (Santoso, 2010).

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan korelasi

Product Moment Pearson apabila asumsi terpenuhi. Uji korelasi

Product Moment Pearson digunakan untuk melihat hubungan antara kepercayaan konsumen dengan niat membeli ulang produk susu formula bayi. Apabila asumsi tidak terpenuhi maka uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan pengujian korelasi Spearman’s Rho


(67)

dalam program SPSS for windows versi 16.0. Koefisien korelasi yang dihasilkan bergerak di antara 0,000 dan ± 1,000, yang menunjukkan apakah hubungan tersebut positif atau negatif. Koefisien korelasi dari 0,000 sampai + 1,000 menunjukkan korelasi yang positif, sedangkan koefisien korelasi dari 0,000 sampai –1,000 menunjukkan korelasi yang negatif (Hadi, 2004). Apabila koefisien korelasi memiliki nilai signifikansi p<0,05 maka menunjukkan korelasi yang signifikan atau menunjukkan adanya hubungan antar variabel yang diteliti.


(68)

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Yogyakarta pada tanggal 2 –28 Januari 2015. Penelitian ini menggunakan subjek para ibu yang memiliki anak usia 0-2 tahun dan pernah atau masih memberikan susu formula pada anaknya. Peneliti mengunjungi Posyandu di beberapa perumahan dan kampung yaitu di daerah Purwomartani, Wedomartani, Klitren, Maguwoharjo, dan Sosrowijayan terlebih dahulu untuk mendapatkan informasi daftar tempat tinggal anak-anak peserta Posyandu yang berusia 0-2 tahun. Pengambilan data dilakukan dengan mengunjungi masing-masing rumah dan peneliti menemui para ibu selaku subjek dalam penelitian ini.

Selain itu, pengambilan data juga dilakukan dengan bantuan beberapa teman untuk menyebarkan skala penelitian berdasarkan ketersediaan dan kemudahan memperoleh subjek penelitian. Skala yang disebarkan sebanyak 95, namun hanya 76 subjek yang memenuhi kriteria dan dapat dianalisis, sedangkan yang lainnya tidak dapat dianalisis dikarenakan tidak mengisi skala secara lengkap.


(69)

B. Deskripsi Subjek Penelitian

Berdasarkan penyebaran skala diperoleh deskripsi umum subjek yang meliputi usia, pekerjaan, dan pendidikan yang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 7

Karakteristik Subjek

Karakteristik Jumlah

Usia

18-40 tahun (Dewasa Awal) 75

40-65 tahun (Dewasa Tengah ) 1

Pendidikan

SD 1

SMP 1

SMU/SLTA 27

Akademi (D1/D2/D3) 14

S1 29

Pascasarjana (S2/S3) 4

Pekerjaan

Ibu Rumah Tangga 25

PNS 5

Peg. Swasta 33

Wiraswasta 10

Mahasiswa 3

Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa usia subjek paling banyak berada pada usia dewasa awal yaitu usia 18-40 tahun. Latar belakang pendidikan yang dimiliki subjek paling banyak yaitu S1. Selain itu,


(70)

berdasarkan pekerjaan yang dimiliki subjek, jumlah paling banyak bekerja sebagai pegawai swasta.

Dalam penelitian ini selain menggunakan skala untuk memperoleh data penelitian, peneliti juga menggunakan survei dengan tujuan untukmemperoleh informasi dari subjek mengenai penggunaan susu formula. Adapun gambaran data survei yang telah diperoleh sebagai berikut :

Tabel 8

Data Kategori Jumlah Anak, Usia Bayi, dan Pemberian Susu Formula

Kategori Jumlah Prosentase

Jumlah Anak

Subjek yang memiliki 1 anak 39 51,3 %

Subjek yang memiliki 2 anak 28 36,9 %

Subjek yang memiliki 3 anak 8 10,5 %

Subjek yang memiliki 4 anak 1 1,3 %

Usia Bayi

0-6 bulan 10 13,2 %

7-12 bulan 12 15,8 %

13-18 bulan 20 26,3 %

19-24 bulan 34 44,7 %

Pemberian Susu Formula

Masih memberikan susu formula 66 86,8 %

Sudah tidak memberikan susu formula 10 13,2 %

Tabel 8 menunjukkan data dari 3 kategori yaitu jumlah anak yang dimiliki subjek, usia bayi, dan status pemberian susu formula. Pada kategori jumlah anak, sebagian besar subjek sebanyak 51,3 % memiliki anak sebanyak 1 orang. Pada kategori usia bayi, lebih banyak subjek


(71)

memiliki anak/bayi yang berusia antara 19 sampai 24 bulan yaitu sebanyak 44,7 %. Sedangkan pada kategori status pemberian susu formula, subjek yang masih memberikan susu formula pada anak sebanyak 86,8 %. Alasan sebagian besar subjek yang memberikan susu formula yaitu karena semakin berkurangnya produksi ASI dan kondisi para ibu yang bekerja sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan ASI secara maksimal. Pemberian susu formula juga dikarenakan terdapatnya kandungan nutrisi dan gizi yang dapat membantu tumbuh kembang anak. Sedangkan bagi subjek yang sudah tidak memberikan susu formula dikarenakan masih banyaknya produksi ASI yang dimiliki sehingga masih bisa memenuhi kebutuhan susu bagi anak.

Beberapa tabel dan penjelasan berikutnya tidak berdasarkan jumlah keseluruhan subjek. Namun, hanya dihitung berdasarkan jumlah subjek yang masih memberikan susu formula pada anaknya yaitu sebesar 66 subjek.


(72)

Tabel 9

Data Kategori Usia awal pemberian susu formula dan Intensitas pemberian susu formula

Kategori Jumlah Prosentase

Usia Awal Memberikan Susu Formula

0-6 bulan 38 57,7 %

7-12 bulan 18 27,3 %

13-18 bulan 6 9 %

19-24 bulan 4 6 %

Total 100 %

Intensitas memberikan sufor dalam 1 hari

>8 kali 3 4,6 %

1-2 kali 14 21,2%

3-4 kali 28 42,4%

5-6 kali 15 22,7%

7-8 kali 5 7,6%

Tidak menentu 1 1,5%

Total 100 %

Berdasarkan tabel 9 menunjukkan bahwa sebagian besar subjek telah memberikan susu formula pada anaknya sejak usia 0-6 bulan. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar subjek beralasan bahwa beberapa subjek mengalami penurunan produksi ASI bahkan sudah tidak keluar lagi. Dari tabel tersebut dapat dilihat juga jumlah subjek yang paling banyak yaitu subjek yang memberikan susu formula pada anak sebanyak 3 sampai 4 kali dalam satu hari.


(73)

Tabel 10

Data Kategori Sumber informasi dan Pihak Yang Mempengaruhi Pemberian Susu Formula

Kategori Jumlah Prosentase

Sumber Informasi Susu Formula

Relasi (keluarga, teman) 36 54,6 %

Supermarket, Minimarket 3 4,5%

Rumah Sakit 2 3,1%

Iklan (TV, media cetak, media sosial) 14 21,2%

Dokter anak 1 1,5%

Lebih dari satu sumber 10 15,1%

Pihak yang mempengaruhi

Inisiatif sendiri 45 68,2%

Keluarga (suami, orang tua) 15 22,7%

Rumah Sakit (dokter anak, bidan) 3 4,5%

Teman 2 3,1%

Iklan 1 1,5%

Pada tabel 10 dapat dilihat bahwa sebagian besar subjek memperoleh informasi terkait susu formula dari relasi yang meliputi keluarga dan teman. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah subjek sebanyak 36 orang dengan prosentase 54,6%. Selain itu, dalam memberikan susu formula kepada anaknya sebagian besar subjek menyatakan bahwa pihak yang mempengaruhi subjek adalah dari inisiatif subjek sendiri. Jumlah subjek yang mengaku memberikan susu formula berdasarkan inisiatif sendiri yaitu sebanyak 45 orang.


(74)

C. Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data penelitian menunjukkan perbedaan data teoritik dan data empirik dari dua variabel dalam penelitian ini. Berdasarkan penghitungan data penelitian diperoleh skor mean teoritik dan skor mean empirik. Mean teoritik merupakan rata-rata skor yang diperoleh dari penghitungan secara manual berdasarkan skor maksimal dan skor minimal pada skala. Sedangkan, mean empirik merupakan rata-rata skor yang diperoleh dari penghitungan data statistik dalam program SPSS for windows versi 16.0 berdasarkan skor yang dimiliki subjek penelitian. Berikut ini merupakan hasil penghitungan data teoritik dan data empirik :

Tabel 11

Deskripsi Data Penelitian

Variabel SD Data Teoritik Data Empirik

Mean Xmin Xmaks Mean Xmin Xmaks

Kepercayaan Konsumen

8,968

21 75 30 120 86,3947 46 113

Niat Membeli Ulang

10,44

168 70 28 112 78,1053 32 104

Keterangan :

SD : Standar Deviasi Mean : Rerata

Xmin : Skor minimal Xmaks : Skor maksimal

Pada tabel 11 dapat dilihat bahwa skor mean teoritik kepercayaan konsumen sebesar 75, sedangkan skor mean empirik kepercayaan konsumen sebesar 86,3947. Skor tersebut menunjukkan bahwa skor mean


(75)

empirik pada kepercayaan konsumen lebih besar dibandingkan skor mean teoritik. Selain itu, berdasarkan hasil uji one sample t-test diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara mean empirik dan mean teoritik. Hal tersebut menunjukkan bahwa subjek cenderung memiliki kepercayaan konsumen yang tergolong tinggi. Pada variabel niat membeli ulang diperoleh skor mean teoritik sebesar 70 dan skor mean empirik sebesar 78,1053. Hal tersebut menunjukkan bahwa skor mean empirik niat membeli ulang lebih besar dibandingkan skor mean teoritik. Selain itu, berdasarkan hasil uji

one sample t-test diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara mean empirik dan mean teoritik. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa subjek cenderung memiliki niat membeli ulang yang tergolong tinggi.

Tabel 12

One Sample T test Mean Teoritik dan Mean Empirik Skala Kepercayaan Konsumen

One-Sample Test

Test Value = 75

t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Kepercayaan


(76)

Tabel 13

One Sample T test Mean Teoritik dan Mean Empirik Skala Niat Membeli Ulang

One-Sample Test

Test Value = 70

t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Niat

Membeli Ulang

6.767 75 .000 8.10526 5.7192 10.4913

D. Hasil Penelitian

1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah data yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak (Noor, 2011). Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov Test pada program

SPSS for windows versi 16.0. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut :


(77)

Tabel 14

Hasil Uji Normalitas

Kolmogorov-Smirnov

Statistic Sig.

Kepercayaan Konsumen .141 .001

Niat Membeli Ulang .123 .006

Berdasarkan hasil uji normalitas yang tertera pada tabel 14, dapat dilihat bahwa variabel kepercayaan konsumen memperoleh nilai signifikansi (p) sebesar 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data pada variabel kepercayaan konsumen tidak normal. Hal ini dikarenakan nilai signifikansi (p) lebih kecil dari 0,05.

Gambar 2. Histogram Kepercayaan Konsumen

Berdasarkan hasil uji normalitas yang tertera pada tabel 14, variabel niat membeli ulang memiliki nilai siginifikansi (p) sebesar


(78)

0,006. Hal ini juga menunjukkan bahwa sebaran data pada variabel niat membeli ulang tidak normal karena nilai signifikansi (p) yang dimiliki lebih kecil dari 0,05. Sebaran data yang tidak normal dikarenakan variasi jumlah subjek yang timpang yaitu jauh lebih banyak subjek yang masih memberikan susu formula kepada anaknya dibandingkan dengan subjek yang pernah memberikan dan sudah tidak memberikan susu formula lagi.

Gambar 3. Histogram Niat Membeli Ulang

b. Uji Linearitas

Uji Linearitas menyatakan hubungan antarvariabel yang dianalisis mengikuti garis lurus (Santoso, 2010). Uji linearitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan test of linearity


(79)

(p) lebih kecil dari 0.05 (p<0,05) maka dapat dikatakan kedua variabel memiliki hubungan yang linear. Hasil uji linearitas dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 15

Hasil Uji Linearitas

F Sig.

Niat Membeli Ulang*Kepercayaan Konsumen

(Combined) 5.004 .000

Linearity 97.310 .000

Deviation from Linearity 1.454 .129

Gambar 4. Scatterplot Kepercayaan Konsumen dengan Niat Membeli Ulang

Berdasarkan penghitungan uji linearitas yang tertera pada tabel 15, diperoleh hasil bahwa nilai signifikansi (p) sebesar 0,000 (p<0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa antara variabel niat


(80)

membeli ulang dan variabel kepercayaan konsumen terdapat hubungan yang linear.

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan pengujian korelasiSpearman’s Rhodalam programSPSS for windowsversi 16.0. Hal ini dikarenakan sebaran data dari kedua variabel yaitu variabel kepercayaan konsumen dan niat membeli ulang tidak normal. Hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 16

Hasil Uji Hipotesis

Correlations

SkalaKepercayaan Skalaniat Spearman's

rho

Kepercayaan Konsumen

Correlation Coefficient 1.000 .588**

Sig. (1-tailed) . .000

N 76 76

Niat Membeli Ulang

Correlation Coefficient .588** 1.000

Sig. (1-tailed) .000 .

N 76 76

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa koefisien korelasi pada variabel kepercayaan konsumen dan niat membeli ulang sebesar 0.588 dengan nilai signifikansi 0.000 (p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan dan positif antara kepercayaan konsumen dan niat membeli ulang.


(1)

Lampiran 6

Uji Linearitas


(2)

112

ANOVA Table

Sum of Squares df

Mean

Square F Sig. Skalaniat *

SkalaKepercayaan

Between Groups

(Combined) 6033.652 27 223.469 5.004 .000 Linearity 4345.507 1 4345.507 97.310 .000 Deviation from

Linearity 1688.146 26 64.929 1.454 .129 Within Groups 2143.506 48 44.656

Total 8177.158 75

Measures of Association

R R Squared Eta Eta Squared Skalaniat *

SkalaKepercayaan .729 .531 .859 .738

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

Lampiran 7

Statistik Deskriptif dan

One Sample T-test


(4)

114

A. Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Skalakepercayaan 76 46.00 113.00 86.3947 8.96821 Skalaniat 76 32.00 104.00 78.1053 10.44168 Valid N (listwise) 76

B. One Sample T-test

One-Sample Test

Test Value = 75

t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Kepercaya

anKonsum en

11.077 75 .000 11.39474 9.3454 13.4441

One-Sample Test

Test Value = 70

t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Niatbeliulang 6.767 75 .000 8.10526 5.7192 10.4913

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

Lampiran 8

Uji Hipotesis


(6)

116

Correlations

SkalaKepercaya

an Skalaniat Spearman's rho SkalaKepercayaan Correlation Coefficient 1.000 .588**

Sig. (1-tailed) . .000

N 76 76

Skalaniat Correlation Coefficient .588** 1.000

Sig. (1-tailed) .000 .

N 76 76

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI