mendalam atas topik yang dipilih kemudian ia menyiapkan dan mempresentasikan laporannya pada seluruh kelas.
d Pendekatan Stuktural
Pendekatan struktural dibagi menjadi 2 macam yaitu Numbered-Head-Together dan Think-Pair-Share.
Berdasarkan ulasan diatas mengenai model cooperative learning, peneliti memfokuskan pada model cooperative learning tipe
Think-Pair-Share pada pelajaran PKn.
5. Model Cooperative Learning Tipe Think-Phair-Share
Menurut Trianto 2007: 61 Think-Pair-Share merupakan jenis Cooperative learning yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa. Model pembelajaran Think-Pair-Share merupakan salah satu
model Cooperative learning sederhana. Teknik ini memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan teman.
Keunggulan teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Lie, 2002: 52 Menurut pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
model cooperative learning tipe Think-Pair-Share adalah salah satu model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk
menunjukkan partisipasi kepada orang lain. Think-Pair-Share merupakan salah satu tipe Cooperative
learning yang dikembangkan oleh Frank Lyman, dkk dari Universitas Maryland pada tahun 1985. Think-Pair-Share memberikan kepada para
siswa waktu untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. Sebagai contoh, seorang guru baru saja menyelesaikan suatu sajian pendek
atau para siswa telah selesai membaca suatu tugas. Selanjutnya guru meminta kepada para siswa untuk menyadari secara serius mengenai apa
yang telah dijelaskan oleh guru atau apa yang telah dibaca. Think-Pair-Share memberi siswa kesempatan untuk bekerja
sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari pembelajaran ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode
klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, tapi pembelajaran ini memberi kesempatan
sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain Lie, 2002: 56.
Dalam model ini, guru meminta siswa untuk memikirkan suatu topik, berpasangan dengan siswa lain dan mendiskusikannya, kemudian
berbagi ide dengan seluruh kelas. Tahap utama dalam pembelajaran Think-Pair-Share menurut
Trianto 2009: 81-82 adalah sebagai berikut:
Langkah 1 : Thingking berpikir
Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan
pelajaran. Kemudian
siswa diminta
untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri
untuk beberapa saat.
Langkah 2 : Pairing berpasangan
Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap
pertama. Dalam tahap ini, setiap anggota pada kelompok membandingkan jawaban atau hasil pemikiran mereka
dengan mendefinisikan jawaban yang dianggap paling benar, paling meyakinkan, atau paling unik. Biasanya guru memberi
waktu 4-5 menit untuk berpasangan.
Langkah 3 : Sharing berbagi
Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka
bicarakan. Keterampilan berbagi dalam seluruh kelas dapat dilakukan dengan menunjuk pasangan yang secara sukarela
bersedia melaporkan hasil kerja kelompoknya atau bergiliran pasangan demi pasangan hingga sekitar seperempat pasangan
telah mendapat kesempatan untuk melaporkan. Kegiatan
Jumlah anggota kelompok yang kecil mendorong setiap anggota untuk terlibat secara aktif, sehingga siswa jarang atau bahkan tidak pernah
berbicara di depan kelas paling tidak memberikan ide atau jawaban karena pasangannya.
Kelebihan model pembelajaran Think-Pair-Share menurut Ariffadholi 2011 yaitu:
a. Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling
membantu satu sama lain. b.
Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing anggota kelompok.
c. Interaksi lebih mudah.
d. Lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya.
e. Seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling
menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas.
f. Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan
untuk berpartisipasi dalam kelas. g.
Siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu
dalam kelompok kecil. h.
Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam
memecahkan masalah.
i. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya
dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang. Kekurangan model pembelajaran Think-Pair-Share menurut Lie
2002: 46 yaitu: a.
Lebih sedikit ide yang muncul. b.
Jika ada perselisihan dalam kelompok tidak ada penengah. c.
Menggantungkan pada pasangan. d.
Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok, karena ada satu siswa tidak mempunyai pasangan.
e. Jumlah kelompok yang terbentuk banyak.
Untuk mengatasi kekurangan dari model pembelajaran Think- Pair-Share tersebut penulis memberikan solusi sebagai berikut: a Guru
memonitor terus kinerja siswa. b Pembagian pasangan kelompok dengan teman sebangku, hal ini dilakukan untuk meminimalisir terjadinya
perselisihan dalam kelompok. c Semua siswa harus aktif dalam kelompoknya. d Jumlah siswa di kelas harus genap dalam penggunaan
model pembelajaran Think-Pair-Share agar setiap kelompok ada pasangannya. e Guru aktif dalam membimbing kelompok.
6. Media Pembelajaran