35 dengan baik, apakah peserta didik sudah memiliki keterampilan-
keterampilan tertentu, sikap positif, dan sebagainya. Keberhasilan- keberhasilan ini merupakan keberhasilan hasil belajar. Menurut Zainal Arifin
2013: 230 bahwa “keberhasilan hasil belajar dapat dilihat dari kemampuan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, baik dalam bidang
kognitif, afektif, maupun psikomotor.” Untuk itu guru perlu melakukan penilaian hasil belajar setelah peserta didik mengikuti proses belajar yang
didasarkan atas kriteria tertentu. Berdasarkan penjabaran di atas, salah satu faktor yang mempengaruhi
hasil belajar adalah faktor sarana prasarana, termasuk metode pembelajaran yang digunakan. Metode pembelajaran yang sesuai dapat menumbuhkan
motivasi belajar sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Dalam penelitian ini, diharapkan metode pembelajaran problem based
learning mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Tes Hasil Belajar
Tes pada umumnya digunakan untuk mengukur dan menilai hasil belajar kognitif siswa setelah mempelajari suatu materi sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Purwanto 2011: 63 mengatakan bahwa tes merupakan “alat ukur untuk proses pengumpulan data dimana peserta di dorong untuk
menunjukkan kemampuan semaksimal mungkin agar data yang diperoleh dari hasil jawaban peserta didik benar-benar menunjukkan kemampuannya.”
Sedangkan tes hasil belajar menurut Purwanto 2011: 66 merupakan “tes penguasaan, karena tes ini berfungsi mengukur penguasaan peserta didik
terhadap materi yang diajarkan oleh guru atau dipelajari oleh peserta didik.”
36 Pengujian tes untuk mengetahui penguasaan peserta didik atas materi yang
telah diberikan sebelumnya. Menurut
Purwanto 2011:
67-69, tes hasil
belajar dapat
dikelompokkan menjadi beberapa macam. Menurut peranan fungsionalnya dalam pembelajaran, tes hasil belajar dibagi menjadi empat macam, yaitu:
1 Tes formatif, digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik setelah mengikuti proses belajar
mengajar. Tes
formatif diajukan
setelah peserta
didik menyelesaikan materi-materi tertentu.
2 Tes sumatif, merupakan tes yang digunakan untuk mengetahui penguasaan siswa atas semua jumlah materi yang disampaikan
dalam satuan kurun waktu tertentu seperti caturwulan atau semester. Dalam praktik pengajaran, tes sumatif dikenal sebagai
ujian akhir semester atau caturwulan tergantung satuan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan materi.
3 Tes diagnostik, merupakan tes hasil belajar yang digunakan untuk melakukan evaluasi diagnostik. Dalam evaluasi diagnostik, tes
hasil belajar digunakan untuk mengidentifikasi siswa yang mengalami masalah dan menelusuri jenis masalah yang dihadapi.
4
Tes penempatan, adalah tes hasil belajar yang dilakukan untuk menempatkan peserta didik dalam kelompok yang sesuai
kemampuan atau minatnya. Pengelompokkan dilakukan agar pemberian layanan pembelajaran
dapat dilakukan sesuai kemampuan maupun bakat minat peserta didik.
Dari penjelasan di atas, jenis tes berdasarkan peranannya yang akan digunakan peneliti adalah tes sumatif. Namun dalam pelaksanaannya,
peneliti hanya ingin mengetahui apakah siswa lulus atau tidak pada materi yang nanti akan diajarkan. Pelaksanaan tes sumatif tidak hanya menunggu
akhir semestercaturwulan, namun juga dapat dilakukan setiap akhir materi dalam modul.
Berdasarkan bentuk pertanyaannya, menurut Ngalim Purwanto 2004: 35 tes hasil belajar dibagi menjadi tes objektif dan tes esai. Tes esai adalah
“tes yang berisi pertanyaan yang memerlukan uraian relatif panjang, tujuannya agar siswa mampu menjawab pertanyaan dengan susunan
37 kalimat sendiri.” Tes objektif adalah “tes dimana siswa hanya memilih
jawaban dari kemungkinan jawaban yang telah disediakan.” Tes yang
digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik harus tes yang berkualitas baik. Untuk mengetahui bagaimana kualitas tersebut, maka perlu
dilakukan analisis kualitas tes. Menurut Anas Sudijono 2011: 93, terdapat empat karakteristik yang
harus dimiliki oleh tes hasil belajar, sehingga tes tersebut dapat dinyatakan sebagai tes yang baik, yaitu:
1 Validitas, bahwa sebuah tes yang dikatakan valid apabila tes tersebut secara tepat, benar, shahih, atau secara absah dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur. 2 Reliabilitas, bahwa tes yang baik memiliki reliabilitas atau bersifat
reliabel. Reliabilitas diartikan sebagai keajegan atau kemantapan. Sebuah tes dinyatakan reliabel apabila hasil-hasil pengukuran
yang dilakukan dengan menggunakan tes tersebut secara berulang
kali terhadap
subyek yang
sama senantiasa
menunjukkan hasil yang tetap sama atau sifatnya ajeg dan stabil. 3 Obyektif, bahwa tes hasil belajar dikatakan obyektif apabila tes
tersebut disusun dan dilaksanakan dengan apa adanya. Dalam penyusunan tes disusun berdasarkan materi dan bahan pelajaran
yang diajarkan. 4 Praktis, bahwa apabila tes dilaksanakan secara sederhana dan
tidak membutuhkan peralatan maupun persyaratan-persyaratan yang sulit pengadaannya. Pengerjaan soal tidak membutuhkan
waktu yang lama serta pedoman scoring yang tidak mempersulit pengoreksi.
Sebelum tes hasil belajar digunakan harus diperiksa kevaliditasannya. Dalam penelitian ini, validitas yang akan diuji yaitu validitas isi. Menurut
Nana Sudjana 2014:13 “validitas isi harus mampu mengungkapkan isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur.”
Dalam penelitian ini, tes hasil belajar digunakan untuk mengukur hasil belajar peserta didik setelah mengikuti pembelajaran menggunakan metode
yang dikembangkan. Tes yang digunakan sebatas untuk mengukur hasil
38 belajar dalam ranah kognitif pengetahuan C1,
pemahaman C2, penerapan C3, dan analisis C4. Jenis tes yang digunakan yaitu tes
formatif berupa pretes dan post-tes. Tes hasil belajar pada validasi isi terlebih dahulu membandingkan antara isi instrumen dan Kompetensi Dasar.
6. Mata Pelajaran Ilmu Gizi a. Silabus Materi Zat Gizi Sumber Tenaga