2 Davis 1981 mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk membujuk orang lain dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan secara antusias. Dengan demikian, kepemimpinan merupakan
kecakapan atau
kemampuan seseorang
untuk membujuk orang lain agar bersedia bekerja keras dalam mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan. 3 Terry dan Franklin 1982 mendefinisikan kepemimipinan sebagai
hubungan dimana seseorang pemimpin mempengaruhi orang lain untuk bekerja sama melaksanakan tugas-tugas saling berkaitan
guna mencapai tujuan yang diinginkan pimpinan atau kelompok. Dari
beberapa pengertian
tersebut kepemimpinan
transformasional merupakan gaya kepemimpinan yang berupaya mentransformasikan nilai-nilai yang dianut oleh bawahan untuk
mendukung visi dan tujuan organisasi. Melalui transformasi nilai-nilai tersebut, diharapkan hubungan baik antar anggota organisasi dapat
dibangun sehingga muncul iklim saling percaya diantara anggota organisasi.
c. Penyebab Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan etos kerja pegawai, karena keberhasilan seorang pemimpin dalam
menggerakkan orang lain tergantung kepada etos kerja yang tertanam didalam
diri pegawainya.
Siagian menyatakan
jika pemimpin
membutuhkan sekelompok orang lain atau yang lebih dikenal dengan
istilah bawahan untuk digerakan sedemikian rupa sehingga bawahan itu memberikan pengabdian dan sumbangsihnya terhadap organisasi
Siagian, 2004:20. Manusia bekerja adalah untuk dapat memenuhi kebutuhannya,
kebutuhan tersebut
dapat disarikan
menjadi kebutuhan
sosial, kebutuhan biologis, dan kebutuhan psikologis. Di dalam organisasi
diperlukan penyediaan sebuah keadaan yang sesuai dengan apa yang di persepsikan, karena pegawai dalam memasuki organisasi kerja
mempunyai harapan kepuasan terhadap kebutuhannya, dengan kata lain ditinjau dari aspek kebutuhan sosial hubungan antar pegawai
dengan atasan maupun dengan sesama pegawai sangat diperlukan demi organisasi. Pegawai dalam melakukan aktivitasnya dipengaruhi oleh
tekad, kesanggupan dan tanggung jawab pada pekerjaan. Apabila persepsi pegawai terhadap gaya kepemimpinan baik maka akan
mengakibatkan pegawai jarang melakukan pelanggaran. Seorang pegawai yang sering melakukan pelanggaran terhadap segala ketentuan
atau peraturan yang telah ditetapkan perusahaan tidak dapat dikatakan sebagai pegawai yang memiliki etos kerja yang positif, karena salah
satu indikasi etos kerja positif adalah mentaati segala ketentuan atau peraturan yang telah dibuat organisasi. Maka dari itu pegawai harus
mempunyai persepsi positif terhadap kepemimpinan dari atasannya, karena
persepsi terhadap
kepemimpinan bukan
saja dapat
menimbulkan rasa kesetiaan terhadap organisasinya tetapi juga dapat menghilangkan perilaku-perilaku yang merugikan organisasi
d. Faktor Kepemimpinan Transformasional
Menurut Fielder dalam Stepen P. Robin 2008, ada tiga dimensi kontijensi yang mendefinisikan faktor situasi yang menentukan
efektifitas kepemimpinan, yaitu:
1 Hubungan Pimpinan-Anggota
Tingkat keyakinan, kepercayaan dan hormat bawahan terhadap pemimpin mereka. Prinsip dasar dari pendekatan LMX
adalah bahwa para pemimpin mengembangkan tipe-tipe hubungan pertukaran yang berbeda dengan para pengikut mereka dan bahwa
kualitas dari hubungan-hubungan ini mempengaruhi sikap-sikap dan perilaku-perilaku penting dalam diri pemimpin dan bawahan
Liden, et al., 1997. Secara ringkas, teori pertukaran social menyatakan bahwa terdapat sebuah kewajiban yang dipersepsikan
oleh pihak bawahan untuk merespon atau mengimbali hubungan- hubungan yang berkualitas tinggi Liden, 1997.
2 Struktur Tugas
Tingkat prosedur penugasan pekerjaan yakni terstruktur atau tidak terstruktur.
Suatu tugas dikatakan mandiri terstruktur manakala tugas itu diselesaikan dengan batas yang telah ditentukan.
Dan tugas mandiri tidak terstruktur manakala tugas itu diselesaikan dan