Penentu Kesantunan Faktor Kebahasaan

d. Kadar keakanan sama dengan pengungkapan modalitas untuk kadar kemauan dan maksud. 2 Harapan Harap, harapan, mengharapkan, mengharap, berharap, doakan, mudah- mudahan, moga-moga,dan semoga 3 Ajakan dan pembiaran a. Ajakan Ajak, mengajak, imbau, ayo, mari, dan mengimbau. b. Pembiaran Biarlah dan biarkanlah. 4 Permintaan Sudilah, saya minta, saya mohon,silakan, coba, tolong, dan mohon. Modalita Epistemik 1 Kemunginan Dapat, bisa, boleh, mungkin, barang kali, bisa saja, dan boleh saja. 2 Keteramalan Akan, agaknya, tampaknya, nampaknya, rasanya, dan kelihatannya. 3 Keharusan Harus, mesti, wajib, perlu, dan patut. 4 Kepastian Pasti, tentu, tentunya, dipastikan, dan tentu saja. Modalitas Denotik 1. Izin Boleh, dapat, bisa, izinkan, perkenankan, dan perbolehkan 2 Perintah Wajib, mesti, harus, jangan, larang, dilarang, dan tidak boleh. Modalitas Dinamik 1 Kemampuan Dapat, bisa, mampu, dan sanggup. 3 Gaya bahasa Pemakaian gaya bahasa menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan pemakaian bahasa menjadi santun. Gaya bahasa adalah optimalisasi pemakaian bahasa dengan cara-cara tertentu untuk mengefektifkan komunikasi. a Epizeuksis Gaya bahasa epizeuksis adalah gaya bahasa perulangan atau repitisi yang bersifat langsung. Repitisi yaitu perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberikan tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai Keraf, 1984: 127. b Majas metafora Majas metafora banyak dipakai untuk menghaluskan pemakaian bahasa Indonesia agar terasa santun. Meskipun isi yang disampaikan keras, tetapi dengan dikatakan secara tidak langsung menggunakan gaya bahasa jenis metafora, tuturan yang keras itu menjadi tetap terasa santun. c Majas personifikasi Majas personifikasi juga digunakan untuk mengoptimalkan pemakaian bahasa agar efektif dan terasa santun. Isi tuturannya kadang-kadang berupa kritikan, tetapi karena disampaikan secara tidak langsung dengan personifikasi, kritikan itu terasa tidak menyakitkan. d Majas perumpamaan Perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan yang sengaja dianggap sama dan sering juga kata “perumpamaan” disamakan dengan persamaan Tarigan, 1985: 10. Penanda jenis perumpamaan biasanya menggunakan kata-kata sebagai berikut, seperti, ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana, bagai, bagaikan, serupa dan lain-lain. e Majas hiperbola Hiperbola adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan dengan membesar-besarkan suatu hal Keraf, 1985: 135. f Majas eufemisme Eufemisme adalah salah satu jenis gaya bahasa perbandingan yang membandingkan dua hal dengan menggunakan perbandingan yang lebih halus. Hal ini dimaksudkan penutur tidak menyinggung perasaan mitra tutur, atau ungkapan-ungkapan yang halus untuk menggantikan ungkapan yang dapat dipersepsi menghina, menyinggung perasaan atau mensugestikan sesuatu yang tidak menyenangkan bagi mitra tutur.

d. Kriteria kesantunan berbahasa

Berdasarkan uraian teori kesantunan di atas, peneliti menemukan kriteria kesantunan berbahasa. Suatu tindak tutur dapat dikatakan santun apabila memenuhi kriteria sebagai berikut. 1 Tuturan yang digunakan tidak menyinggung perasaan pembaca atau pendengar. 2 Tuturan yang digunakan tidak menggunakan diksi yang kasar. 3 Tuturan yang digunakan tidak terdapat unsur ancaman. 4 Tuturan yang digunakan tidak ada unsur memaksa. Berikut di bawah ini adalah tabel kriteria kesantunan berbahasa. No Tuturan Iklan Komersials Tingkat Kesantunan SS S KS TS 1 Dirancang arsitektur ternama Indonesia.  2 Pastikan motor injection Anda, jangan salah pilih.  3 Esia melek tarif sadar sinyal.  4 -  Keterangan tabel: SS : Sangat santun Tuturan sangat santun jika tuturan terdapat keempat kriteria, yaitu suatu tuturan tidak menyinggung perasaan pembaca atau pendengar, tidak menggunakan diksi yang kasar, tidak terdapat unsur ancaman, dan tidak ada unsur memaksa. S : Santun Tuturan santun jika tuturan hanya terdapat tiga kriteria, misalnya suatu tuturan tidak menyinggung perasaan pembaca atau pendengar, tidak menggunakan diksi yang kasar, dan tidak terdapat unsur ancaman. KS : Kurang santun Tuturan kurang santun jika tuturan hanya terdapat dua kriteria, misalnya suatu tuturan tidak menyinggung perasaan pembaca dan pendengar dan tidak terdapat unsur ancaman. TS : Tidak santun Tuturan tidak santun jika tuturan hanya terdapat satu atau tidak sama sekali kriteria, misalnya suatu tuturan tidak menyinggung perasaan pembaca atau pendengar.

5. Teori Periklanan

a. Pengertian iklan

Iklan adalah segala bentuk pesan tentang suatu produk atau jasa yang disampaikan lewat suatu media dan ditujukan pada sebagian seluruh masyarakat. Menurut Riyanto 2001, periklanan diartikan sebagai keseluruhan proses yang meliputi persiapan, perencanan, pelaksanaan, dan pengawasan penyampaian iklan via Rendra. 2005: 16. Menurut Rendra 2005: 17, dalam periklanan terdapat enam prinsip dasar yaitu sebagai berikut. 1 Adanya pesan tertentu. 2 Dilakukan oleh komuniktor sponsor. 3 Dilakukan dengan cara non personal. 4 Disampaikan untuk khalayak tertentu. 5 Dalam penyampaian pesan tersebut, dilakukan dengan cara membayar. 6 Penyampaian pesan tersebut, mengharapkan dampak tertentu.

b. Media iklan

Sebuah iklan haruslah mememiliki media atau sarana untuk memuat apa yang ingin diiklankan. Menurut Madjadikara ada beberapa jenis media dalam periklanan, yaitu media cetak, media elektronik, dan media lainnya seperti media luar ruangan 2004: 11. Iklan komersial yang digunakan sebagai penelitian ini bermedia luar ruangan. Media luar ruangan menurut Madjadikara 2004: 12 adalah media periklanan yang berupa spanduk benner, papan reklame billboard, poster, neon box, umbul-umbul, baliho, papan nama took, balon udara, dan sebagainya yang terdapat di luar ruangan. Iklan komersial bermedia luar ruangan banyak kita jumpai di pinggir jalan dan juga perempatan jalan. Seperti di bawah ini contoh dari iklan komersial bermedia luar ruangan. Jl. Colombo Depok Seleman Yogyakarta depan gedung Rektorat UNY Dari salah satu contoh iklan komersial di atas, peneliti akan meneliti jenis- jenis tindak tutur dan penanda kesantunan.

c. Jenis-jenis iklan

Menurut Binter 1986, secara umum iklan dibagi menjadi dua, yaitu iklan standar dan iklan layanan masyrakat via Rendra. 2005: 65. Iklan standar adalah iklan yang ditata secara khusus untuk keperluan memperkenalkan barang, jasa, pelayanan untuk konsumen melalui media periklanan. Iklan layanan masyarakat ILM adalah iklan yang bersifat non-profit, maksudnya adalah iklan yang tidak mencari keuntungan secara komersil tetapi lebih ditekankan pada sosial. Berikut ini contoh dari iklan standar dan iklan layanan masyarat. Iklan strandar: Pilih Mutu, Pilih Mutiara “Genteng Mutiara Jl. Ring Road Barat Gamping” Iklan layanan masyarakat: Gunakan Sabuk Keselamatan Saat Mngemudi ”Polres Bantul dan Angggur Orang Tua Jl. Ring Road Barat Gamping ” Perbedaan kedua iklan tersebut sangatlah mencolok jika dilihat dari pengertiannya. Bedasarkan tujuannya iklan standar bertujuan untuk merangsang pembeli atau pemakai, sedangkan iklan layanan masyarakat