Jenis-jenis tindak tutur dan penanda kesantunan iklan komersial media luar ruangan di Yogyakarta.

(1)

viii ABSTRAK

Haryanto, Leo Agung Nova Tri. 2012. Jenis-Jenis Tindak Tutur dan Penanda Kesantunan Iklan Komersial Media Luar Ruangan di Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: PBSID, FKIP, USD.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif, sebab penelitian ini berusaha mendeskripsikan data yang berupa kata-kata. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik baca dan catat. Analisis data dilakukan dengan langkah pertama, menggolongkan data ke dalam jenis-jenis tindak tutur dan pola kesantunan. Kedua, mendeskripsikan data sesuai dengan jenis tindak tutur dan tingkat kesantunan berdasarkan kriteria kesantunan.

Penelitian ini berusaha menjawab dua masalah, yakni: (a) Jenis-jenis tindak tutur apa sajakah yang terdapat dalam tuturan iklan komersial di media luar ruangan di Yogyakarta? dan (b) Penanda-penanda kesantunan apa sajakah yang terdapat pada tindak tutur iklan komersial di media luar ruangan di Yogyakarta?

Hasil analisis data, telah menemukan tiga jenis tindak tutur yang terdapat pada iklan komersial bermedia luar ruangan dengan jumlah data 85 iklan. Ketiga tindak tutur tersebut dapat diperinci menjadi tindak tutur langsung literal berjumlah 4 iklan, tindak tutur tidak langsung literal berjumlah 18 iklan, dan tindak tutur tidak langsung tidak literal berjumlah 61 iklan. Penanda-penanda kesantunan pada iklan komersial yaitu pemakaian diksi, pemakaian keterangan modalitas, dan penggunaan gaya bahasa. Pemakaian diksi sebagai penanda tingkat kesantunan terdiri dari pemilihan kata berkonotasi halus, berkonotasi netral, dan berkonotasi kasar. Pemakaian keterangan modalitas terdiri dari modalitas pengingkaran, modalitas kepastian, modalitas larangan, dan modalitas ajakan. Gaya bahasa yang terdapat dalam iklan komersial adalah epizeuksis (repitisi), perumpamaan, dan hiperbola. Terdapat tiga tingkat kesantunan dari tuturan iklan komersial berdasarkan kriteria yang dibuat oleh penulis yaitu sangat santun, santun dan kurang santun.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, bahasa yang digunakan dalam pembuatan iklan komersial bermedia luar ruangan di Yogyakarta masih memperhatikan kesantunan dalam berbahasa. Karena dari hasil analisis data, hanya ditemukan tiga iklan komersial yang kurang santun.


(2)

ix ABSTRACT

Haryanto, Leo Agung Nova Tri. 2012. Types of Speech Act and Politeness Makers on The Outdoor Media Commercial Advertisement in Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta : PBSID, FKIP, USD.

This study belongs to descriptive research because the data in this research are presented in the form of words. The data gathering method used in this research is note taking and library research. The first step of data analysis technique is done by classifying the data into types of speech act and pattern of politeness. The second step is to describe the data in accordance with the type of speech act and degree of politeness based on the politeness criteria.

This research is aimed at answering two problems, namely: (a) what kind of speech act is used in the outdoor media commercial advertisement in Yogyakarta? And (b) what politeness device is used in the outdoor media commercial advertisement in Yogyakarta?

The data finding found three types of speech act used in eighty-five outdoor media commercial advertisement. Those three speech act were classified in the following: four advertisements use literal direct speech act, eighteen advertisements use literal indirect speech act, and 61 advertisements use non-literal indirect speech act. The politeness devices used in the commercial advertisements are the use of diction, modal information, and the style of language. The use of diction as the politeness degree device consists of the choosing of polite connotation words, neutral connotation words, and impolite connotation words. The use of modal information consist of denial modal, certainty modal, prohibition modal, and invitation modal. The language styles found in the advertisement are repetitions, parables, hyperboles. There are three politeness degrees found, which are very polite, polite, and less polite. Based on the study, the language used in the making of the outdoor media commercial advertisement in Yogyakarta still pays attention to the language politeness. From the data analysis there are only three less polite commercial advertisement found.


(3)

MEDIA LUAR RUANGAN DI YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun Oleh:

Leo Agung Nova Tri Haryanto

NIM 07 1224 057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2012


(4)

i

JENIS-JENIS TINDAK TUTUR DAN PENANDA KESANTUNAN IKLAN KOMERSIAL

MEDIA LUAR RUANGAN DI YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun Oleh:

Leo Agung Nova Tri Haryanto

NIM 07 1224 057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH

JURUSAN PENDIDIKAN DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2012


(5)

SKRIPSI

JENIS-JENIS TINDAK TUTUR DAN PENANDA KESANTUNAN IKLAN KOMERSIAL MEDIA LUAR RUANGAN DI YOGYAKARTA

Oleh:

Leo Agung Nova Tri Haryanto 07 1224057

Telah disetujui oleh

Dosen Pembimbing I

Prof. Dr. Pranowo, M.Pd.

Dosen Pembimbing II

II

29 November 2012


(6)

SKRIPSI

JENIS-JENIS TINDAK TUTUR DAN PENANDA KESANTUNAN PADA IKLAN KOMERSIAL MEDIA LUAR RUANGAN DI YOGYAKARTA

Dipersembahkan dan disusun oleh: Leo Agung Nova Tri Haryanto

07 1224057

Telah dipertahankan di hadapan Panitia Pengllji Skripsi pada tanggal 3 Desember 2012

dan dinyatakan telah memenllhi syrat

Ketua Sekretaris Angota 1

Anggota2 Anggota3

Susunan Panitia Penguji Nama Lengkap

: Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd. : Rishe Pumama Dewi, S.Pd., M.Hum. : Prof. Dr. Pranowo, M.Pd.

: Drs. J. Prapta Diharja, SJ., M.Hum. : Dr.R. Kunjana Rahardi, M.Hum.

Tanda Tangan

·(1~··· ~

..

~

.

Yogyakarta, 3 Desember 20) 2


(7)

iv

PERSEMBAHAN Terima kasih untuk  Allah Bapa dan Bunda Maria di Surga.

 Kedua orang tuaku Fransiskus Asisi Maryanto dan Ermina Sumiasih, yang dengan penuh kesabaran, kasih sayang mendidik dan membesarkanku hingga saat ini.

 Kedua kakakku Climentin Retno Purwaningsih & Petrus Kanisius Wiyoga dan Agnes Dwi Susanti & Yohanes Diky yang senantiasa menyayangiku dan selalu memeberikan apa yang terbaik untukku.

 Kedua keponakanku Gabriel Posenti Widi Nugroho dan Serverinus Loresa Gunatama.

 Teman yang selalu dihati Veronika Tuwin Rahayu yang selalu menemani disaat suka maupun duka, serta bersama-sama berjuang menempuh pendidikan ini.

 Teman-teman yang sama-sama berjuang, yang sudah berhasil maupun yang sedang dalam proses.


(8)

v MOTO

“Tuhantelah mendampingi aku dan menguatkan aku” (2 Tim 4: 17)

Pusatkan dirimu pada hari ini Lakukan tugasmu hari ini Petiklah buah kebahagiaan

Dan kegembiraan

Yang diberikan Tuhan padamu hari ini


(9)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 3 Desember 2012

Nova Tri Haryanto


(10)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJlJAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dhanna:

nama : Leo Agung Nova Tri Haryanto,

nomor mahasiswa : 07 1224057,

demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dhanna karya ilmiah saya yang berjudul:

JENlS-JENIS TINDAK TUTUR DAN PENANDA KESANTUNAN IKLAN KOMERSIAL ? MEDIA LUAR RUANGAN DI YOGYAKARTA

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dhanna hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 3 Desember 2012


(11)

viii ABSTRAK

Haryanto, Leo Agung Nova Tri. 2012. Jenis-Jenis Tindak Tutur dan Penanda Kesantunan Iklan Komersial Media Luar Ruangan di Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: PBSID, FKIP, USD.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif, sebab penelitian ini berusaha mendeskripsikan data yang berupa kata-kata. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik baca dan catat. Analisis data dilakukan dengan langkah pertama, menggolongkan data ke dalam jenis-jenis tindak tutur dan pola kesantunan. Kedua, mendeskripsikan data sesuai dengan jenis tindak tutur dan tingkat kesantunan berdasarkan kriteria kesantunan.

Penelitian ini berusaha menjawab dua masalah, yakni: (a) Jenis-jenis tindak tutur apa sajakah yang terdapat dalam tuturan iklan komersial di media luar ruangan di Yogyakarta? dan (b) Penanda-penanda kesantunan apa sajakah yang terdapat pada tindak tutur iklan komersial di media luar ruangan di Yogyakarta?

Hasil analisis data, telah menemukan tiga jenis tindak tutur yang terdapat pada iklan komersial bermedia luar ruangan dengan jumlah data 85 iklan. Ketiga tindak tutur tersebut dapat diperinci menjadi tindak tutur langsung literal berjumlah 4 iklan, tindak tutur tidak langsung literal berjumlah 18 iklan, dan tindak tutur tidak langsung tidak literal berjumlah 61 iklan. Penanda-penanda kesantunan pada iklan komersial yaitu pemakaian diksi, pemakaian keterangan modalitas, dan penggunaan gaya bahasa. Pemakaian diksi sebagai penanda tingkat kesantunan terdiri dari pemilihan kata berkonotasi halus, berkonotasi netral, dan berkonotasi kasar. Pemakaian keterangan modalitas terdiri dari modalitas pengingkaran, modalitas kepastian, modalitas larangan, dan modalitas ajakan. Gaya bahasa yang terdapat dalam iklan komersial adalah epizeuksis (repitisi), perumpamaan, dan hiperbola. Terdapat tiga tingkat kesantunan dari tuturan iklan komersial berdasarkan kriteria yang dibuat oleh penulis yaitu sangat santun, santun dan kurang santun.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, bahasa yang digunakan dalam pembuatan iklan komersial bermedia luar ruangan di Yogyakarta masih memperhatikan kesantunan dalam berbahasa. Karena dari hasil analisis data, hanya ditemukan tiga iklan komersial yang kurang santun.


(12)

ix ABSTRACT

Haryanto, Leo Agung Nova Tri. 2012. Types of Speech Act and Politeness Makers on The Outdoor Media Commercial Advertisement in Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta : PBSID, FKIP, USD.

This study belongs to descriptive research because the data in this research are presented in the form of words. The data gathering method used in this research is note taking and library research. The first step of data analysis technique is done by classifying the data into types of speech act and pattern of politeness. The second step is to describe the data in accordance with the type of speech act and degree of politeness based on the politeness criteria.

This research is aimed at answering two problems, namely: (a) what kind of speech act is used in the outdoor media commercial advertisement in Yogyakarta? And (b) what politeness device is used in the outdoor media commercial advertisement in Yogyakarta?

The data finding found three types of speech act used in eighty-five outdoor media commercial advertisement. Those three speech act were classified in the following: four advertisements use literal direct speech act, eighteen advertisements use literal indirect speech act, and 61 advertisements use non-literal indirect speech act. The politeness devices used in the commercial advertisements are the use of diction, modal information, and the style of language. The use of diction as the politeness degree device consists of the choosing of polite connotation words, neutral connotation words, and impolite connotation words. The use of modal information consist of denial modal, certainty modal, prohibition modal, and invitation modal. The language styles found in the advertisement are repetitions, parables, hyperboles. There are three politeness degrees found, which are very polite, polite, and less polite. Based on the study, the language used in the making of the outdoor media commercial advertisement in Yogyakarta still pays attention to the language politeness. From the data analysis there are only three less polite commercial advertisement found.


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan berkat, pertolongan, dan pendampingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Jenis-Jenis Tindak Tutur dan Penanda Kesantunan

Iklan Komersial Media Luar Ruangan Di Yogyakarta. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu

syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah. Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, maka perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik yang secara langsung maupun tidak langsung. Penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Yuliana Setiyaningsih selaku Ketua Program Studi PBSID, dan Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Wakil Ketua Program Studi PBSID

Universitas Sanata Dharma.

3. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd., selaku dosen pembimbing pertama dan Drs. J. Prapta Diharja, S.J., M.Hum., selaku dosen pembimbing kedua yang dengan penuh kesabaran membimbing dan selalu memberi semangat kepada penulis. 4. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., dan para dosen PBSID yang dengan sabar,

semangat, dan setia mendidik penulis selama belajar di Program Studi PBSID. 5. Robertus Marsidiq selaku staf sekretariat Program Studi PBSID yang ikut


(14)

xi

6. Keluarga terkasih yang senantiasa memberi kasih sayang, Ayah dan ibuku tercinta Fransiskus Asisi Maryanto dan Ermina Sumiasih, kakak-kakakku tersayang Climentin Retno Purwaningsih dan Agnes Dwi Susanti yang selalu memberi dukungan besar untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman setiaku yang juga menjadi teman berbagi suka dan duka, Veronika Tuwin Rahayu, yang selalu juga memberi kesabaran, kasih sayang serta semangat, kritik dan saran agar skripsi ini baik adanya.

8. Teman-teman PBSID angkatan 2007 Yakubus Didit Setiawan, Boniferson Ndoen, Yohanes Angga, Endarto Yudho, dan Evensius Dimas. Serta teman-teman yang lain yang sudah mendukung dan membatu saya.


(15)

xii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIHAN KARYA ... vi

PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Ruang Lingkup ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Batasan Istilah ... 7

G. Sistematika Penelitian ... 9

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu ... 10

B. Kajian Pustaka ... 12

1. Tindak Ujar ... 12

2. Jenis-Jenis Tindak Tutur ... 15

a. Tindak tutur langsung ... 15

b. Tindak tutur tidak langsung ... 16


(16)

xiii

3. Interaksi Berbagai Tindak Tutur... 19

a. Tindak tutur langsung literal ... 19

b. Tindak tutur tidak langsung literal... 20

c. Tindak tutur langsung tidak literal ... 20

d. Tindak tutur tidak langsung tidak literal... 20

4. Teori Kesantunan ... 21

a. Prinsip kerja sama Grice ... 23

b. Prinsip kesantunan Leech ... 24

c. Penentu kesantunan faktor kebahasaan ... 26

1) Pemakaian diksi ... 26

2) Keterangan modalitas ... 29

3) Gaya bahasa ... 30

d. Kriteria kesantunan berbahasa ... 32

5. Teori Periklanan ... 34

a. Pengertian iklan ... 34

b. Media iklan ... 35

c. Jenis-jenis iklan ... 36

d. Fungsi iklan ... 39

C. Kerangka Berpikir ... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 42

B. Data dan Sumber Data ... 42

C. Instrumen Penelitian ... 43

D. Objek Penelitian ... 44

E. Teknik Pengumpulan Data ... 44


(17)

xiv

A. Deskripsi Data ... 47

B. Hasil Analisis Data ... 47

1. Jenis-Jenis Tindak Tutur pada Iklan Komersial Media Luar Ruangan ... 48

a. Tindak Tutur Langsung Literal pada Iklan Komersial Media Luar Ruangan ... 48

b. Tindak Tutur Tidak Langsung Literal pada Iklan Komersial Media Luar Ruangan ... 51

1) Modus kalimat berita sebagai persuasi ... 52

2) Modus kalimat saran sebagai persuasi... 56

3) Modus kalimat tanya sebagai persuasi ... 59

c. Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal pada Iklan Komersial Media Luar Ruangan ... 60

2. Jenis-Jenis Penanda Kesantunan pada Iklan Komersial Media Luar Ruangan ... 65

a. Pemakaian Diksi sebagai Penanda Tingkat Kesantunan pada Iklan Komersial Media Luar Ruangan ... 65

1) Pilihan kata konotatif bermakna halus ... 66

2) Pilihan kata konotatif bermakna netral ... 68

3) Pilihan kata konotatif kasar ... 70

b. Pemakaian Modalitas pada Iklan Komersial Media Luar Ruangan... 71

1) Pemakaian modalitas deontik ... 71

2) Pemakaian modalitas intenasional ... 72

c. Pemakaian Gaya Bahasa sebagai Penanda Tingkat Kesantunan pada Iklan Komersial Media Luar Ruangan ... 73

1) Epizeuksis ... 74

2) Hiperbola ... 75


(18)

xv BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 98

B. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 100

LAMPIRAN ... 102 DAFTAR RIWAYAT HIDUP


(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kita sering menjumpai berbagai iklan di media cetak, tv, radio, dan di luar ruangan. Dalam pengemasan iklan sangat bervariasi, sehingga iklan terkesan menarik. Bahasa dan pemilihan gambar pada iklan dibuat sebagus mungkin. Kebebasan dalam pembuatan iklan tersebut memiliki nilai positif dan negatif. Nilai positif dari kebebasan pembuatan iklan, antara lain untuk memberikan informasi, menghibur bagi para pendengar atau pembaca, menambah kreatifitas dalam berimajinasi, menambah pengetahuan, dan menjadikan suatu inspirasi. Nilai negatif dari kebebasan beriklan antara lain dapat menjatuhkan perusahaan lain dengan persaingan yang tidak sehat, misalnya dalam iklan komersial yang menjelek-jelekan atau menjatuhkan produk lain dengan menggunakan bahasa yang tidak santun.

Iklan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu iklan standar dan iklan layanan masyarakat. Iklan standar adalah iklan yang ditata secara khusus untuk keperluan memperkenalkan barang, jasa, pelayanan untuk konsumen melalui media iklan. Sedangkan iklan layanan masyarakat adalah iklan yang digunakan untuk menyampaikan informasi, mempengaruhi atau mendidik khalayak dengan


(20)

tujuan akhir untuk mendapatkan keuntungan sosial bukan ekonomi (Rendra Widyatama, 2005: 104).

Fungsi sesungguhnya dari iklan adalah mempengaruhi pembaca atau pendengar. Iklan termasuk persuaif (Keraf, 1985: 118), artinya bentuk pengungkapan untuk meyakinkan seseorang agar melakukan seperti yang dikehendaki pembicara pada waktu ini dan akan mendatang. Iklan yang dapat mempengaruhi pembaca atau pendengar tidak lepas dari pemilihan kata atau bahasa yang digunakan. Dalam dunia pendidikan, iklan adalah salah satu materi pembelajaran yang wajib dipelajari oleh siswa, khususnya pada jenjang SMP/MTS dalam kompetensi menulis. Iklan memiliki kesamaan dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada khalayak umum.

Peneliti sering menemukan iklan yang masih munggunakan bahasa yang kurang santun, sehingga dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk meneliti iklan komersial. Iklan komersial dapat dikatakan salah satu bentuk komunikasi masyarakat yang secara tidak langsung memiliki tujuan komersil. Pemilihan kata dalam iklan sebaiknya diperhatikan. Selain menggunakan kata-kata yang memikat pembaca sebaiknya menggunakan kata-kata yang santun sehingga terjalin hubungan yang baik dalam berkomunikasi. Seperti contoh di bawah ini merupakan salah satu iklan yang kurang tepat dalam memilih kata.


(21)

(Jl. Colombo Depok Seleman Yogyakarta depan gedung Rektorat UNY)

Contoh iklan di atas merupakan salah satu dari sekian banyak iklan komersial yang masih kurang santun dalam pemilihan kata. Pada kalimat “esia MELEK TARIF SADAR SINYAL”, terdapat kata “MELEK” sehingga terdengar

kurang santun. Di bawah ini merupakan salah satu dari tindak tutur dalam iklan komersial.

(Jl. Colombo Depok Seleman Yogyakarta depan Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY) Contoh iklan di atas terdapat kalimat “SATU KLIK KE BANYAK APLIKASI”. Tinda tutur dari kalimat ini termasuk tindak tutur tidak langsung


(22)

dan tindak tutur tidak literal. Tuturan tersebut tidak langsung karena tuturan tersebut menggunakan modus kalimat berita dengan maksud memerintah atau persuasi. Tuturan tersebut tidak literal karena hanya dengan menuliskan klik

pembaca tahu apa yang dimaksud yaitu facebook, twitter, chating, dan email. Tindak tutur dari kalimat iklan tersebut merupakan kalimat berita sebagai lokusi (berupa ujaran yang dihasilkan seorang penutur) dan ilokusi (maksud yang terkandung dalam ujaran) dari iklan komersial tersebut adalah persuasi.

Dari kedua contoh di atas peneliti tertarik untuk mencermati jenis-jenis tindak tutur yang terdapat dalam iklan komersial dan penanda kesantunan bahasa yang dipakai. Penelitian yang berjudul “Jenis-Jenis Tindak Tutur dan Penanda Kesantunan Iklan Komersial Media Luar Ruangan di Yogyakarta” didasarkan atas beberapa alasan. Pertama, peneliti ingin mengetahui seberapa banyak iklan komersial yang santun dalam berbahasa. Kedua, data iklan komersial belum ada yang meneliti. Ketiga, dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) terdapat kompetensi dasar yang membahas periklanan. Keempat, peneliti menggunakan obyek penelitian iklan komersial karena iklan tersebut mudah dijumpai di setiap tempat. Selain itu, iklan komersial sering menggunakann bahasa-bahasa yang manarik perhatian pembaca, juga iklan komersial dekat dengan kehidupan masyarakat.


(23)

B. Rumusan Masalah

Bertolak dari tindak tutur dan penanda kesantunan iklan komersial yang telah dijelaskan di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut.

1. Jenis-jenis tindak tutur apa sajakah yang terdapat dalam tuturan iklan komersial bermedia luar ruangan di Yogyakarta?

2. Penanda-penanda kesantunan apa sajakah yang terdapat pada tindak tutur iklan komersial bermedia luar ruangan di Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua tujuan yang harus dicapai yaitu.

1. Mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur yang terdapat dalam tuturan iklan komersial bermedia luar ruangan di Yogyakarta.

2. Mendeskripsikan penanda-penanda kesantunan yang terdapat pada tindak tutur iklan komersial bermedia luar ruangan di Yogyakarta.

D. Ruang Lingkup

Penelitian ini memiliki lima ruang lingkup di antaranya:

1. Penelitian ini hanya mendeskripsikan tindak tutur dan penanda kesantunan berbahasa dalam iklan komersial di luar ruangan.


(24)

3. Iklan yang diteliti hanya iklan komersial di luar ruangan dan berbahasa Indonesia.

4. Tempat sasaran yang diteliti oleh peneliti adalah dekat pusat perbelanjaan, di jalan-jalan utama, dan perempatan jalan.

5. Iklan yang diteliti hanya di Propinsi Yogyakarta yang meliputi kota Madya Yogyakarta, Wates, Sleman, Bantul, dan Wonosari.

E. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat bagi para pembaca. Beberapa manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut.

1. Memberikan sumbangan bagi penelitian pragmatik, khususnya dalam bentuk jenis-jenis tindak tutur dan tingkat kesantunan berbahasa pada iklan komersial.

2. Menambah wawasan bagi pembaca mengenai tindak tutur dan kesantunan berbahasa.

3. Hasil dari penelitian ini jika ditinjau dari dunia pendidikan, diharapkan sebagai acuan guru bahasa Indonesia dalam pelajaran ketrampilan menulis khususnya dalam menulis kalimat dengan menggunakan kalimat yang santun khususnya pada saat pembuatan iklan.

4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi perbandingan, dan informasi untuk penelitian selanjutnya.


(25)

F. Batasan Istilah 1. Tindak tutur

Tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan atau ujaran (Yule, 2006: 82).

2. Tindak tutur langsung

Tindak tutur langsung adalah tindak tutur yang terbentuk dari suatu kalimat yang difungsikan secara konvensional (Putu Wijaya dan Rohmadi, 2009: 28) 3. Tindak tutur tidak langsung

Tindak tutur tidak langsung adalah tuturan yang berbeda dengan modus kalimatnya (Nadar, 2009: 19).

4. Tindak tutur literal

Tindak tutur literal adalah tindak tutur yang maksudnya sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya (Wijaya, 2009: 31).

5. Tindak tutur tidak literal

Tindak tutur tidak literal adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan atau berlawanan dengan makna kata-kata yang menyusunnya (Wijaya, 2009: 31).

6. Kesantunan

Kesantunan berasal dari kata dasar santun. Dalam KBBI (2007: 997) santun berarti halus dan baik (budi bahasanya, tingkah lakunya); sabar dan tenang; sopan.


(26)

7. Kesantunan berbahasa

Santun berbahasa adalah struktur bahasa yang disusun oleh penutur atau penulis agar tidak menyinggung perasaan pendengar atau pembaca (Pranowo, 2009: 4). Kesantunan berbahasa dalam penelitian adalah kegiatan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan halus dalam iklan komersial bermedia luar ruangan.

8. Iklan komersial

Iklan komersial adalah iklan yang bertujuan mendukung kampanye pemasaran suatu produk atau jasa (Madjadikara, 2004: 17)

9. Media luar ruangan (outdoor media)

Media periklanan yang berupa spanduk (banner), papan reklame (billboard), poster, neon sign, umbul-umbul, baliho dan sebagainya yang terdapat di luar ruangan (Madjadikara, 2004: 12).

G. Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian skripsi dijabarkan menjadi 5 (lima) hal, yaitu (1) Pendahuluan, (2) Landasan Teori, (3) Metodologi Penelitian, (4) Hasil Penelitian dan Pembahasan, (5) Penutup.

Bab I adalah pendahuluan, yang berisi beberapa sub bab, yaitu (1) latar belakang, (2) rumusan masalah, (3) ruang lingkup, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian, (6) pembatasan istilah, dan (7) sistematika penyajian. Ketujuh


(27)

hal tersebut yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian tentang “Tindak Tutur dan Penanda Kesantunan Iklan Komersial Di Media Luar Ruangan”.

Bab II adalah landasan teori, yang berisi tiga pokok bahasan, yaitu (1) penelitian terdahulu yang relevan, (2) kajian pustaka , dan (3) kerangka teori. Kajian hasil penelitian yang terdahulu haruslah memiliki relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan. Semua teori berkaitan dan menjadi landasan penelitian.

Bab III metodologi penelitian, yang berisi enam hal yaitu (1) jenis penelitian, (2) data dan sumber data, (3) instrumen penelitian, (4) objek penelitian, (5) teknik pengumpulan data, dan (6) teknik analisis data.

Bab IV hasil dan pembahasan, yang berisi tiga hal yaitu (1) deskripsi data, (2) hasil analisis data, dan (3) pembahasan. Bab V penutup, yang berisi dua hal yaitu (1) kesimpulan dan (2) saran.


(28)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Terdapat dua penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Yoani Juita Sumarsini (2010) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Tindak Tutur dalam Iklan Kosmetik Di Televisi”. Penelitian ini mengkaji tuturan pada iklan kecantikan yang ditayangkan di stasiun televisi SCTV selama bulan Januari sampai Februari 2010. Penelitian bersifat kualitatif.

Ada tiga masalah yang dipecahkan dari penelitian Yoani Juita Sumarsini antara lain. Pertama, bagaimanakah lokusi dalam iklan kosmetik di televisi? Kedua, bagaimanakah ilokusi dalam iklan kosmetik di televisi? Ketiga, bagaimanakah perlokusi dalam iklan kosmetik di televisi?

Dalam penelitian ini terdapat kemiripan dalam pendekatan yang digunakan. Penelitian Yoani Juita Sumarsini (2010) menggunakan pendekatan pragmatik dan menganalisis tindak tutur. Analisis data dilakukan dengan mentode refrensial dan pragmatis.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Beata Prima Equatoria Panantun (2011) yang berjudul “Jenis-Jenis Tindak Tutur dan Pola Kesantunan dalam Novel “9 Matahari””. Penelitian ini berusaha menjawab dari dua masalah antar


(29)

lain. Pertama, tindak tutur apa sajakah yang terdapat dalam novel “9 Matahari”? dan kedua, pola kesantunan apa sajakah yang terdapat dalam novel “9 Matahari”? Data dalam penelitian ini terdapat dalam novel “9 Matahari”. Sumber data dari penelitian ini berupa tuturan yang ada dalam novel “9 Matahari”.

Relevansi dari penelitian pertama skripsi Yoani Juita Sumarsini (2010) dengan penelitian yang sedang dilakukan adalah sama-sama bersifat penelitian deskriptif kualitatif yang meneliti sebuah iklan. Penelitian tersebut menggunakan teknik yang sama dengan penelitian yang sedang dilakukan yakni teknik catat. Penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis wacana iklan, sehingga penelitian tersebut masih memiliki relevansi dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat ini. Perbedaan dalam penelitian yang sedang dilakukan adalah objek yang diteliti. Dalam penelitian yang sedang dilakukan, peneliti mengkaji semua iklan komersial tidak sebatas iklan kosmetik, sedangkan penelitian Yoani Juita Sumarsini (2010) meneliti iklan kosmetik yang ada di stasiun televisi SCTV. Perbedaan lain dalam penelitian yang sedang dilakukan oleh peneliti adalah media yang digunakan pada iklan.

Relevansi dari penelitian kedua, skripsi Beata Prima Equatoria Panantun (2011) dengan penelitian yang sedang dilakukan adalah keduanya bersifat penelitian deskriptif kualitatif yang meneliti tindak tutur dan kesantunan berbahasa. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mendapatkan inspirasi untuk mencoba melakukan penelitian yang sejenis, untuk menganalisis tindak tutur dan


(30)

kesantunan berbahasa dalam iklan yang berbahasa Indonesia bermedia luar ruangan. Perbedaan dari penelitian Beata Prima Equatoria Panantun (2011) dengan penelitian yang sedang diteliti oleh peneliti adalah data yang diteliti. Dalam penelitian ini, iklan yang digunakan adalah iklan komersil sedangkan pada penelitian Beata Prima Equatoria Panantun (2011) menggunakan novel yang berjudul 9 Matahari.

B. Kajian Pustaka

Mulyana (2005: 79) membagi kajian pragmatik menjadi empat hal, yaitu dieksis, tindak ujar, praanggapan, dan implikatur. Tindak ujar atau tindak tutur merupakan salah satu dari kajian pragmatik.

1. Tindak Ujar

Pragmatik merupakan salah satu cabang yang mempelajari tentang ujaran atau daya ujar untuk apa ujaran dibuat atau dilakukan (Gunarwan, 1994: 84). Pragmatik adalah studi yang mendasarkan analisisnya pada konteks. Konteks yang dimaksud adalah segala latar belakang pengetahuan yang dimiliki bersama oleh penutur dan mitra tutur serta yang menyertai dan mewadahi sebuah penuturan (Rahardi, 2005: 50). Konteks tuturan adalah konteks dalam semua aspek fisik atau seting sosial yang relevan dari tuturabersangkutan (Wijana, 1996: 11). Konteks dapat berupa tempat, waktu,


(31)

suasana, dan lawan tutur. Dalam iklan omersial konteks dapat berupa tempat, gambar, dan warna yang digunakan.

Tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan atau ujaran (Yule, 2006: 82). Austin (1962) menyebutkan bahwa pada dasarnya pada saat orang mengatakan sesuatu, dia juga melakukan sesuatu (via Nadar, 2009: 11). Sorang guru bertanya “Wah kelas ini panas gak sih?”

kepada muridnya di kelas dengan suasana kelas pengap. Pertanyaan tersebut bukan semata-mata untuk dimintai pendapat atau bertanya, tetapi merupakan suatu perintah untuk membuka jendela.

Menurut Austin 1962 (via Gunarwan, 1994: 84) membedakan tiga jenis tindakan yang berkaitan dalam ujaran. Ketiga jenis tersebut adalah tindak lokusioner, tindak ilokusioner, dan tindak perlokusioner. Tindak lokusioner berupa ujaran yang dihasilkan seorang penutur. Tindak ilokusioner berupa maksud yang terkandung dalam ujaran. Tindak perlokusioner berupa efek yang ditimbulkan dari ujaran tersebut. Berikut di bawah ini adalah penerapan lokusioner, ilokusioner, dan perlokusioner berdasarkan iklan layanan masyarakat.


(32)

Contoh : “Castrol Power 1 Melesat Lebih Cepat

Lokusioner : Kata Castrol Power 1 dalam tuturan di atas merupakan kata benda, kata melesat pada tuturan di atas merupakan kata kerja, kata lebih merupakan kata keterangan, dan kata cepat

merupakan kata sifat.

Ilokusioner : Ujaran di atas memiliki makna tersirat yaitu dengan menggunakan oli Castrol Power 1 kendaraan akan lebih bertenaga.

Perlokusioner : Efek dari tuturan “Castrol Power 1 Melesat Lebih Cepat”

terhadap mitra tutur adalah pembaca membeli dan mengganti oli kendaraannya dengan oli Castrol Power 1.

Searle 1975 (via Gunarwan, 1994: 84) mengategorikan tindak ujar berdasarkan pengertian tindak ujar atau tindak tutur menjadi lima. Kelima jenis tindak ujar tersebut adalah:

a. Representatif (asertif)

Representatif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas apa yang dikatakannya. Contoh ujarannya dapat berbentuk

menyatakan, menyebutkan, melaporkan, menunjukkan, dan menyebutkan. b. Derektif

Derektif adalah tindak ujaran yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar si pendengar melakukan tindakan yang disebutkan di dalam ujaran


(33)

itu. Contoh ujarannya dapat berbentuk menyuruh, memohon, menuntut, menyarankan, dan menantang.

c. Ekspresif

Ekspresif adalah tindak ujaran yang dilakukan dengan maksud agar ujaran diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan di dalam ujaran itu. Contoh ujarannya dapat berbentuk memuji, mengucapkan terima kasih, mengkritik, dan mengeluh.

d. Komisif

Komisif adalah tindak ujaran yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebut di dalam ujarannya. Contoh ujarannya dapat berbentuk berjanji, bersumpah, mengancam, dan menolak.

e. Deklarasi

Deklarasi adalah tindak ujaran yang dilakukan si penutur dengan maksud untuk menciptakan hal atau keadaan yang baru. Contoh ujarannya dapat berbentuk memutuskan, membatalkan, melarang, mengizinkan, dan

meminta maaf.

2. Jenis-Jenis Tindak Tutur

Yule (2006: 159) membagi tindak tutur berdasarkan strukturnya menjadi dua yaitu tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung.


(34)

Berikut di bawah ini penjelasan dari pembagian tindak tutur berdasarkan strukturnya.

a. Tindak tutur langsung

Yule (2006: 95) menyatakan bahwa tindak tutur langsung akan terbentuk apabila ada hubungan langsung antara bentuk struktural (deklaratif, introgratif, imperatif) dengan fungsi komunikasi umum (pernyataan, pertanyaan, perintah atau permohonan). Nadar juga sependapat dengan Putu Wijana dan Rohmadi. Menurut Putu Wijana dan Rohmadi (via Nadar, 2009: 18) menyatakan bahwa tindak tutur langsung merupakan tuturan yang sesuai dengan modus kalimatnya, misalnya kalimat berita untuk memberitakan, kalimat perintah untuk menyuruh, kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu.

b. Tindak tutur tidak langsung

Menurut Yule (2006: 96) jika suatu tuturan ada hubungannya dengan struktur (deklaratif, interogratif, dan imperatif) dengan komunikasi umum (menanyakan, pertanyaan, dan perintah atau permohonan), maka terdapat suatu tindak tutur tidak langsung. Berdasarkan pengertian yang dikemukakan tersebut, Yule menyatakan bahwa bentuk deklaratif yang digunakan untuk membuat suatu permohonan disebut tindak tutur tidak langsung. Menurut Nadar (2009: 19) tindak tutur tidak langsung adalah


(35)

tuturan yang berbeda dengan modus kalimatnya. Maksud dari tindak tutur tidak langsung dapat beragam dan tergantung pada konteksnya.

Menurut Wijana (2009: 29-30), tuturan yang diutarakan secara tidak langsung biasanya tidak dapat dijawab secara langsung, tetapi segera harus dilaksanakan maksud yang terimplikasikan di dalamnya. Misalnya pada iklan komersial dibawah ini.

(Perempatan Jl. Ring Road Barat Concong Catur Depok Sleman Yogyakarta)

Pada iklan komersial di atas terdapat kalimat “Castrol Power 1

Melesat Lebih Cepat”. Kalimat tersebut secara tidak langsung digunakan

untuk mempengaruhi pembaca supaya menggunakan oli mesin Castrol power 1 dengan modus kalimat berita.

Dari uraian di atas skema penggunaan modus kalimat dalam kaitannya dengan kelangsungan tindak tutur menurut Wijana (2009: 30) dapat digambarkan sebagai berikut. Di bawah ini merupakan skema penggunaan modus kalimat.

Modus

Tindak Tutur

Langsung Tidak langsung


(36)

Tanya Bertanya Menyuruh

Perinta Memerintah -

Skema di atas menunjukan bahwa kalimat perintah tidak dapat digunakan untuk mengutarakan secara tidak langsung. Di samping itu, menurut Nadar (2009: 19) ada tindak tutur yang mempunyai makna sesuai dan tidak sesuai dengan kata-kata yang menyusunnya, yakni tindak tutur literal dan tindak tutur tidak literal.

1) Tindak tutur literal

Menurut Wijana (2009: 31), tindak tutur literal adalah tindak tutur yang maksudnya sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Bila ada tuturan “Penyayi itu suaranya bagus” memang diutarakan untuk memuji penyanyi yang dibicarakan, oleh karena itu tuturan tersebut tindak tutur literal.

Nadar (2009: 31) memberikan contoh lain. Misalnya ada seorang yang telah makan tiga piring nasi dengan lauknya dan orang

tersebut mengatakan “Saya kenyang”. Dapat dikatakan orang tersebut

benar-benar mengatakan demikian. Tindak tutur tersebut merupakan tindak tutur literal.


(37)

2) Tindak tutur tidak literal

Menurut Wijana (2009: 31) tindak tutur tidak literal adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan atau berlawanan dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Tindak tutur tidak literal mempunyai maksud menyindir, memerintah, mengkritik ataupun memohon kepada lawan tuturnya.

Mengenai tindak tutur tidak literal, Nadar (2009:20) memberikan contoh. Tuturan “Saya senang sekali dengan ujian bahasa Inggris tadi” tuturan tersebut diucapkan oleh mahasiswa yang tidak pernah lulus ujian bahasa Inggris dan lemah sekali dalam perkuliahan. Tuturan tersebut bukan tuturan yang sesuai dengan yang dimaksudkan penuturnya sehingga tuturan tersebut termasuk tindak tutur tidak literal.

3. Interaksi Berbagai Jenis Tindak Tutur

Menurut Wijana terdapat dua tindak tutur yaitu tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung, sedangkan menurut Nandar terdapat tindak tutur literal dan tindak tutur tidak literal. Dari dua pendapat tersebut tersebut jika diinteraksikan maka akan menjadi tindak tutur langsung literal, tindak tutur tidak langsung literal, tindak tutur langsung tidak literal, dan tindak tutur tidak langsung tidak literal.


(38)

a. Tindak tutur langsung literal

Tindak tutur langsung literal adalah tindak tutur yang dituturkan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud pengutaranya (Wijana, 2009: 32). Maksud memerintah disampaikan dengan kalimat perintah, memberitakan dengan kalimat berita, menanyakan sesuatu dengan kalimat tanya.

b. Tindak tutur tidak langsung literal

Tindak tutur tidak langsung literal adalah tindak tutur yang diungkapkan dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud pengutaraannya, tetapi makna kata-katanya sesuai dengan apa yang dimaksudkan penutur (Wijana, 2009: 32). Dalam tindak tutur ini maksud memerintah diutarakan dengan kalimat berita atau kalimat tanya.

c. Tindak tutur langsung tidak literal

Tindak tutur langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat yang sesuai dengan maksud tuturan, tetapi kata-kata yang menyusunnya tidak memiliki makna yang sama dengan maksud penuturnya (Wijana, 2009: 34). Maksud memerintah di ungkapkan dengan modus kalimat perintah, dan maksud menginformasikan dengan kalimat berita. Hal lain yang perlu diketahui adalah kalimat tanya tidak dapat digunakan untuk mengutarakan tindak tutur langsung tidak literal.


(39)

d. Tindak tutur tidak langsung tidak literal

Tindak tutur tidak langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat dan makna kalimat yang tidak sesuai dengan maksud yang hendak diutarakan (Wijana, 2009: 35). Pendapat Wijana sama dengan pendapat Subagyo (2003: 7-71) Tindak tutur tidak langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat dan makna kalimat yang tidak sesuai dengan maksud yang hendak diutarakan. Tindak tutur tidak langsung tidak literal dapat berupa kalimat perintah dengan modus kalimat sindiran.

4. Teori Kesantunan

Selain kita menggunakan bahasa yang baik dan benar, sebaiknya kita juga memperhatikan kesantunan dalam bertutur. Struktur bahasa yang santun adalah struktur bahasa yang disusun oleh penutur atau penulis agar tidak menyinggung pendengar atau pembaca (Pranowo, 2009: 4). Berdasarkan pendapat Pranowo tersebut kesantunan berbahasa itu penting untuk diterapkan, karena dalam kesantunan berbahasa kita dapat menjaga relasi dan menghormati mitra tutur kita. Sebelum kita melakukan tindak tutur dengan mitra tutur, terlebih dahulu kita harus memiliki penilaian positif terhadap mitra tutur kita.


(40)

Tujuan utama dari kesantunan adalah menjaga hubungan sosial yang harmonis. Menurut Pranowo ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar mampu berbahasa santun dan komunikatif (2009: 23).

a. Berbahasa santun dapat menggunakan bahasa verbal (untuk bahasa tulis) dan dapat pula dibantu dengan bahasa nonverbal (untuk bahasa lisan). b. Bahasa santun tidak harus menggunakan bahasa baku, tetapi gunakan

bahasa yang sesuai ragamnya (bahasa yang baik).

c. Gunakan diksi yang memang sudah berbentuk santun atau memiliki “aura

kesantunan” (seperti: mohon, berkenan, dan mohon maaf).

d. Bertutur mengenai topik yang juga diminati dan dimengerti oleh mitra tutur.

e. Buatlah mitra tutur tertarik dengan tuturan penutur sehingga mereka lebih mudah memahami maksud tuturan.

f. Kenali diri mitra tutur dengan benar, terutama berkaitan dengan identitas pribadi dan kesenangannya.

g. Ciptakan konteks situasi yang kondusif bagi mitra tutur agar atensi mitra tutur terfokus pada penutur.

Fraser memiliki tiga definisi tentang kesantunan (via Kuswanti, 1994: 88) yang pertama, kesantunan adalah properti atau bagian dari ujaran (bukan ujaran itu sendiri. Kedua, pendengarlah yang menentukan santun tidaknya ujaran. Ketiga, kesantunan dikaitkan dengan hak dan kewajiban penutur.


(41)

Berdasarkan ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahawa kesantunan berbahasa dapat diukur berdasarkan hak dan kewajiban penutur terhadap mitra tuturnya. Perlu diingat dalam kesantunan berbahasa yang paling penting adalah menyangkut apa yang boleh diujarkan dan bagaimana cara menyampaikan ujarannya.

Kesantunan berbahasa didasari oleh sikap hormat oleh penutur terhadap mitra tuturnya yang berupa kesantunan dalam penggunaan bahasa. Berikut ini adalah teori-teori yang berkaitan dengan kesantunan berbahasa. a. Prinsip kerja sama Grice

Prinsip kerja sama Grice pada dasarnya memberikan landasan mengapa manusia dapat saling berkomunikasi. Komunikasi tersebut diwujudkan kedalam maksim. Maksim tersebut adalah peryataan ringkas yang mengandung ajaran atau kebenaran umum tentang sifat-sifat manusia. Grice membagi menjadi empat maksim, yaitu sebagai berikut (via Yule, 2006: 64).

1) Maksim kuantitas

Buatlah percakapan yang disampaikan kepada mitra tutur Anda secara informatif, sesuai dengan maksud pergantian percakapan yang sedang berlangsung. Jangan membuat percakapan lebih informatif dari yang diminta. Biasanya menggunakan ungkapan singkatnya, dengan kata lain, kalau boleh dikatakan, dan sebagainya.


(42)

2) Maksim kualitas

Sampaikan infomasi secara benar adanya. Hindari tuturan yang Anda yakini salah. Jangan mengatakan informasi jika Anda tidak mempunyai bukti yang cukup. Biasanya menggunakan ungkapan

setahu saya, kalau tidak salah dengar, katanya, dan lain sebagainya, 3) Maksim relevansi (hubungan)

Informasi yang disampaikan hendaknya sesuai dengan atau situasi pembicara. Bahan atau topik yang berbeda dalam pembicaraan dapat menjadi relevan jika memiliki kaitannya. Uangkapan yang diguakan

omong-omong, sambil lalu, dan lain sebagainya. 4) Maksim cara

Hindari ungkapan yang tidak jelas dan mengandung ketaksaan. Buatlah percakapan menjadi singkat, dengan cara menhindari ungkapan yang tidak perlu di ungkapkan. Sedapat mungkin buatlah percakapan Anda secara urut dan teratur. Ungkapan yang digunakan biasanya diawali dengan menurut saya, bagaimana kalau, dan sebagainya.

b. Prinsip kesantunan Leech

Prinsip kesantunan yang dikemukakan oleh Leech (1983), merupakan prinsip yang dianggap paling lengkap dan paling sering


(43)

diterapkan dalam percakapan. Berikut ini adalah prinsip kesantunan yang dikemukakan oleh Leech (via Nadar, 2009: 30-31).

1) Maksim kebijaksanaan

Maksim ini mewajibkan setiap peserta tindak tutur untuk meminimalkan kerugian orang lain, atau memaksimalkan keuntungan bagi orang lain. Dalam maksim ini diharapkan penutur menghilangkan rasa dengki, iri hati, dan sakit hati terhadap mitra tutur.

2) Maksim penerimaan (kedermawanan)

Maksim ini mewajibkan setiap peserta tindak tutur untuk memaksimalkan kerugian bagi diri sendiri, dan meminimalkan keuntungan bagi diri sendiri. Maksud sederhana dari maksim penerimaan adalah penutur lebih mengutamakan dan mendahulukan mitra tutur.

3) Maksim kemurahan (penghargaan)

Maksim ini penutur diharapkan sopan tidak hanya pada waktu menyuruh dan menawarkan sesuatu, tetapi dalam menggungkapkan perasaan dan mengemukakan pendapatnya harus tetap menjaga kesopanan. Sopan dalam maksim ini adalah tidak mencaci, tidak selalu mengejek, dan tidak merendahkan mitra tutur. Dalam maksim ini berpusat pada mitra tutur.


(44)

4) Maksim kerendahan hati

Maksim kerendahan hati berpusat pada diri sendiri. Dalam maksim ini diharapkan peserta tindak tutur untuk memaksimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri, dan meminimalkan rasa hormat pada diri sendiri.

5) Maksim kecocokan

Maksim ini menggariskan setiap penutur dan lawan tutur untuk memaksimalkan kecocokan di antara mereka, dan meminimalkan ketidakcocokan di antara mereka. Tindakan menyangkal atau melawan dianggap kurang sopan dalam maksim ini.

6) Maksim kesimpatian

Maksim ini mengharuskan setiap peserta tuturan untuk maksimalkan rasa simpati, dan meminimalkan rasa antipati kepada lawan tutur. Orang yang bersikap antipati terhadap orang lain, apa lagi bersikap sinis dan kasar terhadap orang lain dianggap orang tersebut tidak santun.

c. Penentu Kesantunan Faktor Kebahasaan

Faktor kebahasaan adalah faktor yang menyangkut segala unsur yang berkaitan dengan masalah bahasa, baik bahasa verbal maupun bahasa nonverbal. Faktor kebahasaan verbal yang dapat menentukan kesantunan tersebut adalah berupa diksi, modalitas, dan gaya bahasa.


(45)

1) Pemakaian diksi

Faktor yang menentukan santun tidaknya pemakaian bahasa dapat ditentukan oleh faktor kebahasaan, yang dimaksud adalah segala unsur yang berkaitan dengan masalah bahasa, baik bahasa verbal maupun bahasa non verbal. Salah satunya adalah pemakaian diksi, ada beberapa diksi yang jika dipakai secara tepat dapat mengakibatkan pemakaian bahasa menjadi santun (Pranowo, 2009: 90). Perhatikan beberapa contoh berikut :

a) Pada pembukaan gedung olah raga Gor Among Rogo di Sleman ini, kami mohon kesediaan Bapak berkenan untuk memotong pita. b) Kecelakaan kereta pada malam itu membawa korban 3 orang

meninggal yaitu warga sipil.

Pemilihan kata mohon, bapak dan berkenaan pada kalimat pertama memiliki kadar yang lebih santun dibandingkan menggunakan kata-kata minta, dia minta, begitu pula pada kalimat kedua, menggunkan kata-kata meninggal yang terdengar lebih santun dibanding menggunakan kata-kata mati atau tewas.

Pranowo (2005: 104) mengemukakan pemakaian kata-kata tertentu sebagai pilihan kata (diksi) yang dapat mencerminkan rasa santun, misalnya.


(46)

b) Gunakan frasa “terima kasih” sebagai penghormatan atas kebaikan orang lain.

c) Gunakan kata “maaf” untuk tuturan yang diperkirakan dapat menyinggung perasaan orang lain.

d) Gunakan kata ”berkenan” untuk meminta kesediaan orang lain melakukan sesuatu.

e) Gunakan kata “beliau” untuk menyebut orang ketiga yang dinilai

lebih dihormati.

f) Gunakan kata “Bapak/ Ibu” untuk menyebut orang kedua dewasa. 2) Keterangan modalitas

Harimurti Kridalaksana (1986: 82), mengemukakan bahwa modalitas menerangkan sikap atau suasana pembicara yang menyangkut perbuatan, pristiwa, keadaan atau sifat. Keterangan modalitas sering juga disebut “kata warna”, yang berfungsi untuk mengubah keseluruhan arti sebuah kalimat. Berikut di bawah ini jenis-jenis modalitas menurut pembagian Alwi.

a) Modalitas internasional

Dalam modalitas internasional terdiri atas menyatakan keinginan, harapan, ajakan, dan pembiaran (Alwi, 1992: 36).


(47)

b) Modalitas epistemik

Modalitas epistemik karena timbul sikap ketidak percayaan atau kekurangtahuan terhadap kebebenaran proposisi. Dalam modalitas apistemik terdiri atas kemungkinan, keteramalan, keharusan, dan kepastian (Alwi, 1992: 91)

c) Modalitas deontik

Modalitas deontik dikarenakan adanya permasalahan sikap pembicara. Dalam modalitas deontik terdiri atas dua hal yaitu izin dan perintah (Alwi, 1992: 169).

d) Modalitas dinamik

Dalam modalitas dinamik terdiri atas kemampuan dapat dinyatakan dengan dapat, bisa, mampun, dan sanggup (Alwi, 1992: 235).

Berikut di bawah ini adalah makna yang berkaitan dengan setiap subkategori modalitas berikut leksikal yang mengungkapkannya (Alwi, 1992: 259-261).

Modalitas Internasional

No Makna Pengungkapan

1 Keinginan a. Kadar

keinginan

Ingin, menginginkan, menghendaki, berhasrat, mengingini, berkeinginan, dan mendambakan.

b. Kadar kemauan

Mau, hendak, akan, bertekad, berketepatan. c. Kadar

maksud

Mau, hendak, akan, bermaksud, berniat, berhajat, dan berkaul.


(48)

d. Kadar keakanan

(sama dengan pengungkapan modalitas untuk kadar kemauan dan maksud.

2 Harapan Harap, harapan, mengharapkan,

mengharap, berharap, doakan, mudah-mudahan, moga-moga,dan semoga

3 Ajakan dan pembiaran

a. Ajakan

Ajak, mengajak, imbau, ayo, mari, dan mengimbau.

b. Pembiaran Biar(lah) dan biarkan(lah).

4 Permintaan Sudilah, saya minta, saya mohon,silakan, coba, tolong, dan mohon.

Modalita Epistemik

1 Kemunginan Dapat, bisa, boleh, mungkin, barang kali, bisa saja, dan boleh saja.

2 Keteramalan Akan, agaknya, tampaknya, nampaknya, rasanya, dan kelihatannya.

3 Keharusan Harus, mesti, wajib, perlu, dan patut. 4 Kepastian Pasti, tentu, tentunya, dipastikan, dan tentu

saja.

Modalitas Denotik

1. Izin Boleh, dapat, bisa, izinkan, perkenankan, dan perbolehkan

2 Perintah Wajib, mesti, harus, jangan, larang, dilarang, dan tidak boleh.

Modalitas Dinamik

1 Kemampuan Dapat, bisa, mampu, dan sanggup. 3) Gaya bahasa

Pemakaian gaya bahasa menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan pemakaian bahasa menjadi santun. Gaya bahasa adalah optimalisasi pemakaian bahasa dengan cara-cara tertentu untuk mengefektifkan komunikasi.

a) Epizeuksis

Gaya bahasa epizeuksis adalah gaya bahasa perulangan atau repitisi yang bersifat langsung. Repitisi yaitu perulangan bunyi,


(49)

suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberikan tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai (Keraf, 1984: 127).

b) Majas metafora

Majas metafora banyak dipakai untuk menghaluskan pemakaian bahasa Indonesia agar terasa santun. Meskipun isi yang disampaikan keras, tetapi dengan dikatakan secara tidak langsung menggunakan gaya bahasa jenis metafora, tuturan yang keras itu menjadi tetap terasa santun.

c) Majas personifikasi

Majas personifikasi juga digunakan untuk mengoptimalkan pemakaian bahasa agar efektif dan terasa santun. Isi tuturannya kadang-kadang berupa kritikan, tetapi karena disampaikan secara tidak langsung dengan personifikasi, kritikan itu terasa tidak menyakitkan.

d) Majas perumpamaan

Perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan yang sengaja dianggap sama dan sering juga kata “perumpamaan” disamakan dengan persamaan (Tarigan, 1985: 10). Penanda jenis perumpamaan biasanya menggunakan kata-kata


(50)

sebagai berikut, seperti, ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana, bagai, bagaikan, serupa dan lain-lain.

e) Majas hiperbola

Hiperbola adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan dengan membesar-besarkan suatu hal (Keraf, 1985: 135).

f) Majas eufemisme

Eufemisme adalah salah satu jenis gaya bahasa perbandingan yang membandingkan dua hal dengan menggunakan perbandingan yang lebih halus. Hal ini dimaksudkan penutur tidak menyinggung perasaan mitra tutur, atau ungkapan-ungkapan yang halus untuk menggantikan ungkapan yang dapat dipersepsi menghina, menyinggung perasaan atau mensugestikan sesuatu yang tidak menyenangkan bagi mitra tutur.

d. Kriteria kesantunan berbahasa

Berdasarkan uraian teori kesantunan di atas, peneliti menemukan kriteria kesantunan berbahasa. Suatu tindak tutur dapat dikatakan santun apabila memenuhi kriteria sebagai berikut.

1) Tuturan yang digunakan tidak menyinggung perasaan pembaca atau pendengar.


(51)

3) Tuturan yang digunakan tidak terdapat unsur ancaman. 4) Tuturan yang digunakan tidak ada unsur memaksa.

Berikut di bawah ini adalah tabel kriteria kesantunan berbahasa. No Tuturan Iklan Komersials Tingkat Kesantunan

SS S KS TS

1 Dirancang arsitektur ternama

Indonesia.

2 Pastikan motor injection Anda, jangan salah pilih.

3 Esia melek tarif sadar sinyal.

4 -

Keterangan tabel: SS : Sangat santun

Tuturan sangat santun jika tuturan terdapat keempat kriteria, yaitu suatu tuturan tidak menyinggung perasaan pembaca atau pendengar, tidak menggunakan diksi yang kasar, tidak terdapat unsur ancaman, dan tidak ada unsur memaksa.

S : Santun

Tuturan santun jika tuturan hanya terdapat tiga kriteria, misalnya suatu tuturan tidak menyinggung perasaan pembaca atau pendengar, tidak menggunakan diksi yang kasar, dan tidak terdapat unsur ancaman.


(52)

KS : Kurang santun

Tuturan kurang santun jika tuturan hanya terdapat dua kriteria, misalnya suatu tuturan tidak menyinggung perasaan pembaca dan pendengar dan tidak terdapat unsur ancaman.

TS : Tidak santun

Tuturan tidak santun jika tuturan hanya terdapat satu atau tidak sama sekali kriteria, misalnya suatu tuturan tidak menyinggung perasaan pembaca atau pendengar.

5. Teori Periklanan a. Pengertian iklan

Iklan adalah segala bentuk pesan tentang suatu produk atau jasa yang disampaikan lewat suatu media dan ditujukan pada sebagian seluruh masyarakat. Menurut Riyanto (2001), periklanan diartikan sebagai keseluruhan proses yang meliputi persiapan, perencanan, pelaksanaan, dan pengawasan penyampaian iklan (via Rendra. 2005: 16). Menurut Rendra (2005: 17), dalam periklanan terdapat enam prinsip dasar yaitu sebagai berikut.

1) Adanya pesan tertentu.

2) Dilakukan oleh komuniktor (sponsor). 3) Dilakukan dengan cara non personal. 4) Disampaikan untuk khalayak tertentu.


(53)

5) Dalam penyampaian pesan tersebut, dilakukan dengan cara membayar. 6) Penyampaian pesan tersebut, mengharapkan dampak tertentu.

b. Media iklan

Sebuah iklan haruslah mememiliki media atau sarana untuk memuat apa yang ingin diiklankan. Menurut Madjadikara ada beberapa jenis media dalam periklanan, yaitu media cetak, media elektronik, dan media lainnya seperti media luar ruangan (2004: 11).

Iklan komersial yang digunakan sebagai penelitian ini bermedia luar ruangan. Media luar ruangan menurut Madjadikara (2004: 12) adalah media periklanan yang berupa spanduk (benner), papan reklame (billboard), poster, neon box, umbul-umbul, baliho, papan nama took, balon udara, dan sebagainya yang terdapat di luar ruangan.

Iklan komersial bermedia luar ruangan banyak kita jumpai di pinggir jalan dan juga perempatan jalan. Seperti di bawah ini contoh dari iklan komersial bermedia luar ruangan.


(54)

Dari salah satu contoh iklan komersial di atas, peneliti akan meneliti jenis-jenis tindak tutur dan penanda kesantunan.

c. Jenis-jenis iklan

Menurut Binter (1986), secara umum iklan dibagi menjadi dua, yaitu iklan standar dan iklan layanan masyrakat (via Rendra. 2005: 65). Iklan standar adalah iklan yang ditata secara khusus untuk keperluan memperkenalkan barang, jasa, pelayanan untuk konsumen melalui media periklanan. Iklan layanan masyarakat (ILM) adalah iklan yang bersifat non-profit, maksudnya adalah iklan yang tidak mencari keuntungan secara komersil tetapi lebih ditekankan pada sosial. Berikut ini contoh dari iklan standar dan iklan layanan masyarat.

Iklan strandar:

Pilih Mutu, Pilih Mutiara

“Genteng MutiaraJl. Ring Road Barat Gamping”

Iklan layanan masyarakat:

Gunakan Sabuk Keselamatan Saat Mngemudi Polres Bantul dan Angggur Orang TuaJl. Ring Road Barat

Gamping

Perbedaan kedua iklan tersebut sangatlah mencolok jika dilihat dari pengertiannya. Bedasarkan tujuannya iklan standar bertujuan untuk merangsang pembeli atau pemakai, sedangkan iklan layanan masyarakat


(55)

bertujuan untuk mendapatkan keuntungan berupa citra baik di tengah masyarakat.

Iklan komersial memiliki tujuan mendapatkan keuntungan ekonomi, utamanya adalah peningkatan penjualan. Berdasarkan tujuannya iklan komersial dibagi menjadi tiga yaitu iklan untuk konsumen, untuk bisnis, dan untuk profesional (Rendra, 2005: 102 – 103).

1) Iklan konsumen

Iklan konsumen dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan bisnis dimana pesan iklan ditujukan kepada konsumen akhir, yaitu pengguna terakhir suatu produk. Seseorang yang membeli produk dimana produk tersebut akan digunakan sendiri, maka ia akan disebut dengan konsumen pengguna terakhir. Misalnya, bayi adalah pengguna akhir dari produksi susu, pem pers, bedak bayi, minyak telon, mainan dan sebagainya. Berikut dibawah ini termasik iklan jenis iklan konsumen. a) Iklan kosmetik

Iklan komersial yang berkaitan dengan kosmetik seperti alat-alat kecantikan, parawatan kecantikan, dan lain-lain.

b) Iklan perumahan

Iklan komersial yang menawarkan perumahan atau tempat hunian, seperti ruko, perumahan, apartemen, dan lain-lain.


(56)

c) Iklan elektronik

Iklan komersial yang menawarkan berupa barang-barang elektronik.

d) Iklan kendaraan

Iklan komersial yang menawarkan tentang berbagai kendaraan atau onderdil kendaraan.

e) Iklan makanan dan minuman

Iklan komersial yang menawarkan makanan dan minuman. f) Iklan jasa

Iklan komersial yang menawarkan bukan dalam bentuk benda tetapi jasa seperti jasa asuransi, jasa bank, dan jasa lainnya.

g) Iklan provider

Iklan komersial yang menawarkan provider ponsel. h) Iklan pendidikan

Iklan komersial yang berkaitan tentang pendidikan. 2) Iklan bisnis

Iklan bisnis adalah iklan yang disampaikan dengan maksud mendapatkan keuntungan ekonomi dan sasaran pesan yang dituju adalah seseorang atau lembaga yang akan mengelola dan atau menjual produk yang akan diiklankan tersebut kepada konsumen akhir.


(57)

Misalnya, pabrik yang akan mengelola kembali produk yang dibelinya untuk dibentuk menjadi produk baru lainnya guna dijual kepada pasar. 3) Iklan profesional

Iklan profesional adalah iklan yang dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan bisnis dimana khalayak sasaran iklan adalah segmen khusus yaitu para profesional. Kaum profesional adalah kelompok orang yang memiliki pekerjaan spesifik misalnya, dokter, guru, pilot, pelaut, dan sebagainya.

d. Fungsi iklan

Secara prinsip fungsi iklan adalah menyajikan pesan yang dilakukan oleh komunikator secara non personal melalui media untuk di tinjau pada komunikan dengan cara menyebar. Menurut Monle Lee & Carla Johnson (2004, 10-11) fungsi iklan adalah sebagai berikut.

1) Periklanan menjalankan sebuah fungsi “informasi”. Iklan berfungsi

untuk mengkomunikasikan informasi produk, ciri-ciri dan lokasi penjualannya.

2) Periklanan menjalankan sebuah fungsi “persuasi”. Iklan mencoba untuk membujuk para konsumen untuk membeli merek-merek tertentu atau mengubah sikap mereka terhadap produk atau perusahaan tersebut.


(58)

3) Periklanan menjalankan fungsi “pengingat”. Iklan terus menerus akan mengingatkan para konsumen tentang sebuah produk sehingga mereka akan tetap membeli produk yang diiklankan tanpa memperdulikan merek pesaingnya.


(59)

C. Kerangka Berpikir

Setelah mengkaji berbagai teori dan hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini, peneliti menyusun kerangka berbikir sebagai dasar untuk menganalisis masalah penelitian. Berikut di bawah ini skema kerangka berpikir dalam penelitian yang sedang dilakukan.

Tuturan iklan komersial luar ruangan

Rumusan Masalah

1. Jenis-jenis tindak tutur apa sajakah yang terdapat dalam tuturan iklan komersial di media luar ruangan di Yogyakarta?

2. Penanda-penanda kesantunan apa sajakah yang terdapat pada tindak tutur iklan komersial di media luar ruangan di Yogyakarta?

Analisis data dilakuakan dengan 4 tahap yaitu, klasifikasi data, identifikasi data, pengkodean, dan deskripsi data.

Teori yang digunakan untuk menganasis data

Kesantunan berbahasa memiliki faktor penentu yaitu pemakaian diksi, keterangan modalitas, dan dan gaya bahasa. Kriteria dalam kesantunan berbahasa yaitu suatu tuturan tidak menyinggung perasaan

pembaca atau pendengar, tidak

menggunakan diksi yang kasar, tidak terdapat unsur ancaman, dan tidak ada unsur memaksa.

Analisis tuturan dalam iklan komersial Jenis-jenis tindak tutur menurut Putu

Wijana & Rohmadi dibagi menjadi 4. (1) Tindak tutur langsung literal. (2) Tindak tutur tidak langsung literal. (3) Tindak tutur langsung tidak literal. (4) Tindak tutur tidak langsung tidak literal.


(60)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena pada langkah awal peneliti mengumpulkan fakta atau data. Dalam penelitian ini peneliti mendeskripsikan tentang jenis-jenis tindak tutur dan penanda kesantunan berbahasa dalam iklan komersial bermedia luar ruangan di Yogyakarta.

B. Data dan Sumber Penelitian

Data dalam penelitian kualitatif ini berupa tindak tutur iklan komersial dalam bentuk foto yang menggunakan bahasa Indonesia dan menggunakan media luar ruangan yang ada di Yogyakarta. Data diambil dalam bentuk foto yang didapatkan oleh peneliti sendiri, dalam arti peneliti sendiri yang melakukan kegiatan pengambilan foto iklan komersial bermedia luar ruangan. Moleong (2006:160) juga menjelaskan bahwa penggunaan foto untuk melengkapi sumber data besar sekali manfaatnya. Foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga yang sering digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya sering dianalisis secara induktif.

Sumber data yang dugunakan berupa tuturan iklan komersial. Peneliti memilih iklan komersial karena iklan tersebut mudah dijumpai di setiap tempat.


(61)

Selain itu, iklan komersial sering menggunakann bahasa-bahasa yang manarik perhatian pembaca. Iklan komersial juga dekat dengan kehidupan masyarakat.

C. Instrumen Penelitian

Peneliti adalah instrument dari penelitian ini. Menurut Moleong (2007: 168), yang dimaksud dengan peneliti sendiri adalah peneliti merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi si pelapor melaporkan hasil penelitiannya. Oleh karena itu, peneliti membuat langkah-langkah penelitian sebagai berikut.

1. Peneliti melakukan observasi ke tempat umum (jalan raya, pertokoan, dll) untuk menemukan iklan komersial berbahasa Indonesia yang menggunakan media luar luarangan.

2. Peneliti mengumpulkan data dengan cara memfoto iklan komersial tersebut menggunakan kamera.

3. Peneliti mencatat hal yang berkaitan dengan iklan komesial tersebut (tempat terdapat iklan komersial) ke dalam kertas sebagai catatan pendukung.


(62)

D. Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah tuturan dari iklan komersial. Tuturan iklan komersial yang menjadi objek penelitian bermedia cetak yang ada di luar ruangan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Arikunto (1990: 134), metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Dalam sebuah penelitian, metode yang digunakan haruslah sesuai dengan tujuannya. Data-data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode penyimakan (observasi). Dalam penelitian ini, penyimakan dilakukan dengan mengamati pemakaian bahasa iklan komersial berbahasa Indonesia yang dikemukakan oleh pihak pengiklan dalam berbagai jenis media luar ruangan.

Pelaksanaan metode simak diwujudkan dengan teknik sadap. Menurut Kesuma (2007: 47), teknik sadap adalah pelaksanaan metode simak dengan menyadap penggunaan bahasa seseorang atau beberapa orang. Penggunaan bahasa yang disadap dapat berbentuk bahasa lisan dan bahasa tulisan. Penyadapan dalam penelitian ini dilakukan terhadap pemakaian bahasa Indonesia (tulis) dalam iklan komersial yang menggunakan media luar ruangan. Penyadapan dilakukan dengan mencari, menemukan, mengumpulkan iklan komersial berbahasa Indonesia dengan menggunakan media luar ruangan.


(63)

Dalam pengumpulan data peneliti melakukan tiga tahapan yaitu, klasifikasi, identifikasi, dan deskripsi. Dalam pengumpulan data sebagai bahan penelitiannya, peneliti tidak membuat instrumen sendiri, karena data-data yang dibutuhkan sudah tersedia dalam bentuk dokumen yang berupa foto iklan komersial di daerah Yogyakarta.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah teknik analisis data kualitatif. Menurut Hasan (2003:98), analisis kualitatif adalah analisis yang tidak menggunakan model matematika, model statistik, dan ekonometrik atau model-model tertentu lainnya. Data-data yang ada hanya akan diolah, diuraikan, dan ditafsirkan.

Setelah data terkumpul langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah menganalisis data-data yang sudah ada dan mengklasifikasikannya. Dalam menganalisis data, langkah-langkah yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut.

1. Peneliti mengumpulkan tuturan iklan komersial bermedia cetak luar ruangan dalam.

2. Peneliti mengidentifikasi tindak tutur dan penanda kesantunan pada tuturan iklan komersial.


(64)

3. Peneliti menglasifikasikan data berupa tuturan iklan komersial dan memberi kode pada masing-masing temuan analisis yang mengandung tindak tutur dan penanda kesantunan.

4. Hasil analisis diperiksa ulang oleh pakar, yaitu dosen pembimbing.

5. Penafsiran terhadap data yang kredibilitasnya terpenuhi pada akhirnya menemukan teori.


(65)

47

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI DATA

Data yang dianalisis merupakan tuturan yang diambil dari iklan komersial yang berada di luar ruangan di daerah Yogyakarta. Data iklan komersial yang berhasil dikumpulkan selama bulan Maret 2012 oleh peneliti, terdapat 85 iklan komersial yang terdapat jenis-jenis tindak tutur dan terdapat penanda kesantunan bahasa. Data yang akan dianalisis dirinci sebagai berikut.

NO KODE JENIS IKLAN KOMERSIAL 1 A Iklan kosmetik (sebanyak 5 iklan) 2 B Iklan perumahan (sebanyak 6 iklan) 3 C Iklan elektronik (sebanyak 12 iklan) 4 D Iklan kendaraan (sebanyak 11 iklan)

5 E Iklan makanan dan minuman (sebanyak 11 iklan) 6 F Iklan jasa (sebanyak 10 iklan)

7 G Iklan provider (sebanyak 14 iklan) 8 H Iklan rokok (sebanyak 9 iklan) 9 I Iklan pendidikan (sebanyak 3 iklan) 10 J Iklan lain-lain (sebanyak 4 iklan)


(66)

48

B. HASIL ANALISIS DATA

Hasil temuan ini disajikan dengan urutan sebagai berikut: (a) Jenis temuan, (b) Data tuturan iklan komersial, dan (c) Pemaknaan. Pembahasan lebih lanjut mengenai pengungkapan jenis-jenis tindak tutur dan penanda kesantunan dalam tuturan iklan komersial adalah sebagai berikut.

1. Jenis-Jenis Tindak Tutur pada Iklan Komersial Media Luar Ruangan Pengungkapan jenis-jenis tindak tutur di dalam komunikasi dapat diwujudkan ke dalam empat macam, yaitu tindak tutur langsung, tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal, dan tindak tutur tidak literal. Keempat tindak tutur tersebut jika diinteraksikan maka akan menjadi tindak tutur langsung literal, tindak tutur tidak langsung literal, tindak tutur langsung tidak literal, dan tindak tutur tidak langsung tidak literal. Sehubungan dengan ini, jenis tindak tutur dalam iklan komersial diungkapkan dengan tiga tindak tutur yakni tindak tutur langsung literal, tindak tutur tidak langsung literal, dan tindak tutur tidak langsung tidak literal. Berikut ini rincian pembahasan.

a. Tindak Tutur Langsung Literal dalam pada Komersial Media Luar Ruangan

Tindak tutur langsung literal adalah tindak tutur yang dituturkan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud pengutaranya (Putu Wijana dan Rohmadi, 2009: 32). Berikut di bawah ini iklan komersial dengan tindak tutur langsung literal.


(67)

49

(1)

Sumber: Jl. Afandi Sleman Yogyakarta

Konteks: Terdapat gambar berbagai hadiah seperti motor TV LED, dan HP yang canggih. Selain itu terdapat mascot Android dan berbagai jenis HP Samsung.

Tuturan: “Beli ponsel Samsung dapatkan kejutan ribuan hadiah”

(C.4) (2)

Sumber: Jl. Afandi Sleman Yogyakarta

Konteks: Terdapat gambar hadiah berupa TV LED, sound stereo set, dan HP Nokia. Selain itu juga terdapat gambar produk Nokia terbarunya.

Tuturan: “Beli Nokia-nya dapatkan tanda cinta-nya” (C.7) (3)

Sumber: Jl. Laksda Adi Sucipto Sleman Yogyakarta

Konteks: Terdapat gambar dunia dan aliran susu dari langit yang membawa keluarga yang penuh semangat dan keceriaaan.


(68)

50

Tuturan: “Ayo, Indonesia minum susu cair segar dan raih prestasi

dunia” (E.5)

Tuturan (1) merupakan tindak tutur langsung literal. “Beli ponsel Samsung dapatkan kejutan ribuan hadiah” (C.4) merupakan kalimat ajakan dengan ditandai kata “dapatkan” pada kalimat tersebut. Konteksnya terdapat gambar berbagai hadiah seperti motor TV LED, dan HP yang canggih. Selain itu terdapat mascot Android dan berbagai jenis HP Samsung. Iklan (C.4) dinyatakan langsung karena tuturan tersebut sesuai dengan modus kalimatnya yaitu berupa ajakan. Kata “dapatkan” pada kalimat iklan komersial (C.4) tersebut merupakan ajakan untuk mendapatkan hadiah dengan membelian ponsel Samsung. Keliteralannya karena dengan membeli ponsel Samsung memang mendapatkan hadiah secara langsung.

Tuturan (2) merupakan tindak tutur langsung literal. Beli Nokia-nya dapatkan tanda cinta-nya” (C.7) merupakan kalimat ajakan dengan ditandai kata “dapatkan” pada kalimat tersebut. Konteksnya terdapat gambar hadiah berupa TV LED, sound stereo set, dan HP Nokia. Selain itu juga terdapat gambar produk Nokia terbarunya. Dinyatakan langsung karena tuturan tersebut sesuai dengan modus kalimatnya yaitu berupa ajakan. Kata “dapatkan” pada kalimat iklan komersial (C.7) tersebut merupakan ajakan untuk mendapatkan kejutan dengan membeli ponsel Nokia. Keliteralannya karena dengan membeli ponsel Nokia memang mendapatkan hadiah langsung.


(69)

51

Tuturan (3) merupakan tindak tutur langsung literal. “Ayo, Indonesia minum susu cair segar dan raih prestasi dunia” (E.5) merupakan kalimat ajakan dengan ditandai modalitas kata “ayo” pada awal kalimat. Konteksnya terdapat gambar dunia dan aliran susu dari langit yang membawa keluarga yang penuh semangat dan keceriaaan. Dinyatakan langsung karena tuturan tersebut sesuai dengan modus kalimatnya yaitu berupa ajakan. Ajakan dari iklan komersial (E.5) supaya pembaca membeli dan meminum susu Ultra dengan melihat gambar keluarga yang penuh keceriaan dan semangat. Keliteralannya kerena susu dapat mencerdaskan anak sehingga dapat meraih prestasi.

b.Tindak Tutur Tidak Langsung Literal pada Iklan Komersial Media Luar Ruangan

Tindak tutur tidak langsung literal adalah tindak tutur yang diungkapkan dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud pengutraannya, tetapi makna kata-kata yang menyusunnya sesuai dengan apa yang dimaksudkan penutur (Putu Wijana dan Rohmadi, 2009: 32). Seperti yang diungkapkan Wijana langsung tidak langsungnya sebuah tuturan dapat dilihat dari modusnya. Dalam hal ini berikut bentuk-bentuk fungsi modus tuturan dalam iklan komersial luar ruangan.


(70)

52

1) Modus kalimat berita sebagai persuasi

Tuturan dengan kalimat berita yang dapat digunakan pula sebagai persuasi juga ditemukan pada tuturan-tuturan berikut ini. Kalimat yang digunakan merupakan kalimat berita tetapi di dalamnya mengandung persuasi ditujukan pada subjek yang disebutkan dalam tuturan itu.

(4)

Sumber: Jl. Colombo Depok Seleman Yogyakarta depan Fakultas Ilmu Keolahragaan.

Konteks : Terdapat tulisan kata “baru” dan terdapat gambar kemasan kondisioner Clear dengan back ground warna gelap.

Tuturan: “Clear kondisioner menutrisi kulit kepala untuk rambut tak berketombe 10 X lebih kuat” (A.1)

(5)

Sumber: Perempatan Ring Road Barat Condong Catur, Depok, Sleman, Yogyakarta.

Konteks: Terdapat gambar rumah yang minimalis tetapi tetap memperihatkan kemewahan dengan mobil yang diperkir di depan rumah.


(71)

53

(6)

Sumber: Jl. Afandi Sleman Yogyakarta

Konteks: Terdapat gambar modem Smartfren disertai harga modem.

Tuturan: “Puasnya internetan dengan Smartfren Modem

EC1261-2” (C.11) (7)

Sumber: Jl. Parangtritis, Km 11. Yogyakarta

Konteks: Terdapat gambar jenis aki yang ditawarkan.

Tuturan: “Aki GS Astra, nyamannya ekstra” (D.2)

(8)

Sumber: Perempatan Ring Road Barat Concdong Catur, Depok, Sleman, Yogyakarta

Konteks: Terdapat gambar orang yang sedang balapan dengan macan tutul dan terdapat gambar produknya.

Tuturan: “Castrol Power 1 melesat lebih cepat” (D.3)

Tuturan (4) merupakan kalimat berita, dalam tuturan “Clear kondisioner menutrisi kulit kepala untuk rambut tak berketombe 10 X lebih kuat” (A.1) merupakan modus tuturan yang berupa kalimat berita


(72)

54

dengan maksud persuasi sehingga tuturan tesebut tidak langsung. Konteksnya terdapat tulisan kata “baru” dan terdapat gambar kemasan kondisioner Clear dengan back ground warna gelap. Persuasi dari tuturan tersebut ajakan supaya pembaca membeli produk, setelah melihat kemasannya yang baru. Keliteralan tuturan tersebut karena memang iklan komersial tersebut menginformasikan bahwa Clear salah satu konditioner rambut yang baik.

Tuturan (5) merupakan kalimat berita. Tuturan “Tersedia 4 unit ruko, 10 unit rumah” (B.2) merupakan kalimat berita dengan maksud persuasi sehingga tuturan tersebut tidak langsung. Konteksnya terdapat gambar rumah yang minimalis tetapi tetap memperlihatkan kemewahan dengan mobil yang diperkir di depan rumah.Persuasi dari tuturan tersebut ajakan supaya pembaca membeli dan menempati perumahan yang ditawarkan dengan melihat gambar rumahnya. Keliteralan tuturan tersebut memang menawarkan 4 ruko dan dan 10 rumah.

Tuturan (6) merupakan kalimat berita. Dalam tuturan “Puasnya internetan dengan Smartfren Modem EC1261-2” (C.11) merupakan kalimat berita dengan maksud persuasi sehingga tuturan tersebut tidak langsung. Konteksnya terdapat gambar modem Smartfren disertai harga modem. Persuasi dari tuturan tersebut ajakan supaya pembaca


(1)

2.

Sumber :Jl. Magelang Km 6.5 Mraen Ring Road Utara Media : Baliho

Konteks : Terdapat gambar model wanita cantik dengan bergaya memegang pena dan tersenyum penuh keberhasilan.

Tuturan : “Ayo kuliah, Mercu Buana lebih baik.”

(Lokusi berupa kalimat ajakan, ilokusi berupa persuasi, dan perlokusi berupa pembaca atau lulusan SMA dan sederajat untuk kuliah di Universitas Mercu Buana Yogyakarta)

Tindak tutur : Tindak tutur langsung literal

Penanda : Modalitas internasional bermakna ajakan Persepsi : Sangat santun

3.


(2)

Konteks : Terdapat gambar mahasiswi yang sedang belajar dan praktek di lab dan bangunan kampus.

Tuturan : “Mencetak tenaga bidan profesional dan mandiri”

(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan perlokusi berupa pembaca atau lulusan SMA dan sederajat untuk kuliah di Akademi Kebindanan Yogyakarta)

Tindak tutur : Tindak tutur tidak langsung tidak literal Penanda : Pilihan diksi berkonotasi halus

Persepsi : Sangat santun

Kode J

Iklan Komersial Lain-Lain 1.

Sumber : Jl. Magelang km. 8.3 Sleman Yogyakarta Media : Baliho “papan nama”

Konteks : Terdapat gambar gajah yang sedang menginjak genteng dan gambar genteng dengan bebagai warna.


(3)

(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan perlokusi berupa menggunakan genteng Mutiara di saat membangun rumah)

Tindak tutur : Tindak tutur tidak langsung literal Penanda : Gaya bahasa epizeuksis

Persepsi : Sangat santun 2.

Sumber : Jl. Colombo Depok Sleman Yogyakarta depan Gedung Rektorat

Media : Baliho

Konteks : Terdapat gambar orang mengendarai sepeda motor. Tuturan : “Bacaan paten untuk bikers keren dan komunitas beken”

(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan perlokusi berupa para bikers membaca dan membeli majalah Adira)

Tindak tutur : Tindak tutur tidak langsung tidak literal Penanda : Pilihan diksi berkonotasi halus


(4)

3.

Sumber : Perempatan Ring Road Barat Condong Catur, Depok, Sleman, Yogyakarta

Media : Spanduk

Konteks : Terdapat gambar pola batik.

Tuturan : “Batik Puspa Kencana melayani kulakan harga grosiran” (Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan perlokusi berupa pembaca membeli batik di toko Batik Puspa Kencana)

Tindak tutur : Tindak tutur tidak langsung literal Penanda : Pilihan diksi berkonotasi halus Persepsi : Sangat santun

4.

Sumber : Jl. Laksda Adi Sucipto Km 8.5 Yogyakarta Media : Baliho


(5)

Konteks : Terdapat gambar spring bed lengkap dengan bantal dan bed cover.

Tuturan : “Tidur nyaman, bangun segar”

(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan perlokusi supaya membeli dan menggunakan Spring Bed Yuki)

Tindak tutur : Tindak tutur tidak langsung tidak literal Penanda : Pilihan diksi berkonotasi halus


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Leo Agung Nova Tri Haryanto, dilahirkan di daerah Lampung Utara desa Tatakarya tanggal 10 November 1988. Ia menamatkan taman kanak-kanak di TK Dharma Wanita Purbasakti dan menamatkan pendidikan tingkat sekolah dasar di SDN 2 Tatakarya, Abung Surakarta, Lampung Utara. Melanjutkan ke SMP dan menamatkan pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Xaverius Kotabumi, Lampung Utara pada tahun 2004. Tiga tahun kemudian menamatkan pendidikan sekolah tingkat menengah atas di SMAN 1 Tumijajar, Tulangbawang Udik pada tahun 2007. Setelah lulus SMA, ia menempuh studi di Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Ia lulus dari Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah pada tahun 2012.