PENDAHULUAN Materi PLPG Modul Penjaskes

Modul PLPG Penjaskes Rayon 113 UNS Surakarta 1

BAGIAN 1 MODEL GAYA PEMBELAJARAN DALAM PENJASORKES

A. PENDAHULUAN

Ada satu kalimat motivasi ampuh dari Mario Teguh, “ tugas kita bukanlah untuk menyelesaikan tugas besar, tapi menyelesaikan tugas biasa dengan kesungguhan yang besar ”. Apakah sebenarnya tugas guru penjas yang memerlukan kesungguhan besar tersebut? Jawabannya adalah : guru penjas bertugas menjadi fasilitator agar para siswanya dapat menjadi insan terdidik penjas. Kharakteristik insan yang terdidik dalam penjas, telah diformulasikan oleh Physical Education Outcome Commitee of The National Association of Physical Education and Sport NASPE, meliputi: 1 telah mempelajari berbagai macam keterampilan yang diperlukan untuk melakukan berbagai aktivitas jasmani, 2 segar atau bugar secara jasmaniah, 3 berpartisipasi secara teratur dalam aktivitas jasmani, 4 mengetahui implikasi dan manfaat dari keterlibatannya dalam aktivitas jasmani, dan 5 menghargai aktivitas jasmani dan sumbangannya kepada gaya hidup yang sehat. Renungan kecil kiranya perlu dilakukan sebelum kita mencoba untuk melakukan sebuah rencana perubahan dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Renungan kecil merupakan refleksi untuk mengupayakan sebuah pembelajaran yang bermakna dan menarik bagi siswa, guru, dan pencapaian tujuan pendidikan secara umum. Menyajikan sebuah pembelajaran yang bermakna dan menarik merupakan tuntutan moral dari tugas-tugas profesional guru penjas. Kemenarikan dan kebermaknaan suatu matapelajaran sebenarnya bergantung pada dua persoalan sederhana, yaitu 1 kharakteristik mata pelajaran, dan 2 cara mengajar guru. Ditinjau dari persoalan kharakteristik mata pelajaran, penjas memiliki indikator yang jelas sebagai matapelajaran yang menarik. Penjas merupakan matapelajaran unik yang mengembangkan potensi lengkap individu melalui medium aktivitas fisik yang sangat menarik. Dengan demikian, jika matapelajaran penjas menjadi sesuatu yang sama sekali Modul PLPG Penjaskes Rayon 113 UNS Surakarta 2 tidak menarik, maka dapat kita ”vonis” bahwa penyebabnya terletak pada persoalan cara mengajar guru penjas. Kemampuan untuk memahami dan menerapkan metode yang diperlukan untuk mengajar Pendidikan Jasmani, merupakan kemampuan integrasi dari berbagai pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena itu setiap Guru Penjas dituntut secara intensif terlibat dalam pengalaman-pengalaman belajar dan berlatih secara terus menerus. Artinya, setiap Guru Penjas memiliki kewajiban untuk selalu belajar dari pengalaman-pengalaman pribadi maupun orang lain yang ditunjang oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pembelajaran. Itulah hakikat orientasi pengembangan kompetensi guru penjas. Kompetensi utama Guru Pendidikan Jasmani dapat dikelompokkan ke dalam kompetensi umum dan kompetensi yang bersifat khusus. Salah satu kompetensi khusus yang sangat vital untuk dibentuk dan ditingkatkan adalah berupa kemampuan guru dalam memahami dan menerapkan berbagai metode yang diperlukan untuk mengajar Pendidikan Jasmani Pola Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Program Studi Pendidikan Jasmani Jenjang S1, 2003. Para Guru Pendidikan Jasmani pada umumnya memiliki kecenderungan menggunakan cara yang sama untuk mengajar Pendidikan Jasmani. Hal tersebut bukan sekadar menjadikan kesan mengajar Pendidikan Jasmani sebagai aktivitas rutin yang membosankan, tetapi juga menjauhkan dari praktek pembelajaran yang bersifat kreatif dan inovatif. Oleh karena itu, inovasi dan pengembangan kreativitas dalam pembelajaran pendidikan jasmani merupakan sebuah tantangan besar bagi setiap guru Pendidikan Jasmani. Inovasi dan kreativitas tersebut merupakan kata kunci untuk menjadikan praktek pembelajaran sebagai sesuatu yang menarik dan memiliki manfaat dalam pencapaian tujuan pendidikan dalam arti yang sebenarnya. Apa sebenarnya maksud inovasi dan kreativitas dalam pembelajaran Penjas tersebut ? Inovasi memang biasanya selalu terpaut dengan aspek kreativitas. Namun dalam konteks pembelajaran Pendidikan Jasmani, kreativitas lebih Modul PLPG Penjaskes Rayon 113 UNS Surakarta 3 mengarah pada persoalan ide-ide original guru dalam mengembangkan solusi menghadapi keterbatasan dan kendala di lapangan. Guru yang kreatif adalah guru yang mampu mengelola pembelajaran, walau dengan keterbatasan sarana dan prasarana yang ada. Kreativitas guru juga tampak dari kemampuannya dalam melakukan modifikasi peralatan, lapangan, atau aturan-aturan permainan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keterbatasan para siswanya.

B. ELABORASI JOYFUL LEARNING PAIKEM PENJASORKES