Analisis Makna Emotif dalam Pepatah BMS pada Acara PernikahKhatam

dianalisis dalam tesis ini berdasarkan data yang diperoleh dari informan dengan cara direkam yaitu ekspresi emotif senang, marah, sedeh, benci, bosan takut dan malu. Paling sering muncul dalam perangkat fonetik ini adalah ekspresi emotif senang, dan sedeh, dalam acara adat pernikahan, khatam Al-Qur’an dan sunat Rasul. Analisis makna emotif dalam pepatah BMS yang menggunakan perangkat fonetik tidak berdasarkan pada perubahan suprasegmental, tetapi hanya pada perubahan tekanan intonasi suara dan adanya hembusan nafas yang kuat pada silabel tertentu yang merupakan ungkapan ekspresi emosi.

5.3. Analisis Makna Emotif dalam Pepatah BMS pada Acara PernikahKhatam

Al-Qur’an dan Sunat Rasul Menggunakan Perangkat Leksikal. Dalam sub bab ini, akan dijelaskan tentang analisis makna emotif dalam pepatah BMS dengan cara menyatukan hasil analisis makna emotif dari emosi dasar berdasarkan penelitian terdahulu yang dipaparkan dalam Bab II dengan arti pepatah yang diperoleh dari informan. Paparan analisis dilakukan dengan mengklasifikasikan makna emosi dalam pepatah ke dalam jenisnya, dan menginterpretasikan makna sesuai dengan situasi, kondisi dan acara adat yang menggunakan pepatah BMS. Pepatah dianalisis pada saat pemberian nasihat dan penyampaian maksud hati dalam acara pernikahan merisik, meminang, ijabkabul, dan makan nasi ulam oleh Penghulu Telangkai, khatam al-Qur’an pemberian nasihat, sunat rasul pemberian nasihat oleh Ustadz. Berikut paparan analisis makna emotif dalam pepatah yang menggunakan perangkat leksikal. Universitas Sumatera Utara Analisis makna emotif dalam pepatah dilakukan dengan cara membandingkan bahasa yang dipakai dengan maksud pepatah, mencari tahu beroperasi secara eksplisit atau implisit berdasarkan pada leksem yang dipakai, dan menelusuri bahasa figuratif atau metafora leksikal yang terdapat dalam pepatah dengan cara membacanya dengan teliti. Hal ini dilakukan berdasarkan teori Ullmann yaitu perangkat leksikal yang paling potensial untuk tujuan-tujuan emotif karena menggunakan bahasa figuratif yang beroperasi secara eksplisit untuk membandingkan dan metafora yang beroperasi secara implisit untuk menajamkan arti, sesekali dalam bahasa figuratif beroperasi secara implisit. Pemaparan analisis ini hampir semua pepatah dapat dianalisis menggunakan perangkat leksikal karena dilihat dari makna emotif dan penggunaan kata- katanya dalam pepatah sering menggunakan bahasa figuratif, jadi lebih dominan dianalisis secara leksikal. Metafora dalam analisis ini yaitu metafora leksikal, karena pepatah BMS lebih cenderung menggunakan leksem - leksem berbeda untuk perluasan leksem dan menajamkan arti. Analisis pepatah BMS pada upacara pernikahan, khatam Al-Qur’an, sunat Rasul dan pengalaman peneliti dalam perangkat leksikal: 1. Berbahagialah pemuda yang dapat mempersunting bunga encik. Artinya: Penghulu telangkai memuja anak gadis bunga yang akan dilamar pada ibu anak gadis tersebut. Makna emotif: senangmemuji. Analisis: Makna emotif senang ditunjukkan melalui bahasa figuratif membandingkan eksplisit ‘bunga’ yang melambangkan seorang gadis yang cantik jelita dipuji oleh seseorang. Universitas Sumatera Utara 2. Kalau ada kumbang datang menyeri. Artinya: Penghulu telangkai bertanya pada ibu si gadis apabila datang seorang pemuda kumbang datang melamar anak gadisnya. Makna emotif: senangbahagia. Analisis: Makna emotif senang ditunjukkan melalui bahasa figuratif membandingkan eksplisit ‘kumbang’ yang melambangkan seorang pemuda yang gagah. 3. Terlalu diangkat benar, takut awak jatuh merangkak. Artinya: Tidak ingin terlalu dipuji karena khawatir menjadi sombong dan tidak sesuai dengan yang sebenarnya akhirnya malu. Makna emotif: takutkhawatir. Analisis: Makna emotif marah ditunjukkan dalam kata ‘diangkat, jatuh, merangkat’. Ketiga kata tersebut adalah metafora implisit menajamkan arti supaya jangan terlalu dipuji. 4. Umur baru seumur jagung, darahpun baru setampuk pinang. Artinya: Usia si gadis masih muda belum bisa dipercaya untuk mengurus rumah tangga. Makna emotif: senangperingatannasihat. Analisis: Makna emotif senang ditunjukkan dalam kata ‘seumur jagung dan setampuk pinang’. Menggunakan kata metafora implisit menajamkan arti menyatakan usia si gadis baru saja beranjak dewasa dan belum pantas untuk menikah karena belum bisa mengurus rumah tangga. 5. Nampaknya gayung telah bersambut juga. Artinya: Apa yang ditanyakan dan diinginkan akhirnya diindahkan juga bagi yang diajak bicara. Makna emotif: senangdiplomasi. Analisis: Makna emotif senang ditunjukkan dalam kata ‘gayung’ bahasa figuratif eksplisit membandingkan apa yang diinginkan sama dengan gayung yang dicidukkan ke air dan sudah pasti air yang dinginkan diperoleh. Universitas Sumatera Utara 6. Sebesar – besar gunung, lebih besar maksud yang kami kandung. Artinya: Penghulu telangkai berharap sekali jawaban dari pihak anak beru menerina pinangan mereka. Makna emotif: senangdiplomasi. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata ‘sebesar-besar gunung’ bahasa figuratif eksplisit membandingkan hasrat hati yang begitu membara seperti sebesar gunung. 7. Hidup manusia dikandung adat, mati dikandung tanah. Artinya: Pihak anak beru menegaskan bahwa mereka menerima pinangan berdasarkan adat. Makna emotif: senangnasihat. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata ‘dikandung adat, dikandung tanah’ metafora implisit menajamkan arti bahwa hidup harus selalu berdasarkan hukum adat karena semuanya dikembalikan pada hukum adat, seperti mati sudah pasti dikubur ke dalam tanah. 8. Ringan akan kami jinjing, berat akan dipikul. Artinya: Pihak anak beru menyatakan semua beban dari pernikahan ditanggung bersama sesuai dengan perembukan. Makna emotif: senangnasihat. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata ’ingan, jinjing, berat dipikul’ bahasa figuratif eksplisit membandingkan rasa senang ringan dirasakan bersama jinjing, beban berat ditanggung dipikul. 9. Lembah sama ditimbuni, gunung sama diratakan, ke hulu sama berakit, ke hilir sama berenang. Artinya: Pihak anak beru berembuk dengan sanak saudara dan semua keputusan harus dalam satu suara dari keluarga. Makna emotif: senangnasihat. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata ‘ditimbuni, diratakan, berakit, berenang’, bahasa figuratif eksplisit membandingkan apapun Universitas Sumatera Utara yang diputuskan dalam rapat sepanjang hasil rapat tersebut untuk kebaikan pasti diikuti oleh kedua belah pihak. 10. Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna. Artinya: Dalam mengambil keputusan harus berhati – hati, jangan sampai salah mengambil keputusan karena bisa membahayakan diri sendiri. Makna emotif: senangnasihat. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata pendapatan, ‘tak berguna’, bahasa figuratif eksplisit membandingkan pendapatan adalah pengambilan keputusan, tak berguna adalah keputusan yang salah. 11. Tak sia-sia pasang naik, tak sia-sia perahu berlayar, tak sia-sia matahari terbit, tak sia – sia ternak disembelih, tak sia –sia malim diundang. Artinya: Segala keputusan yang telah di setujui supaya jangan tidak berguna dan hanya lelah saja yang diperoleh. Makna emotif: senangperingatan. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata ‘tak sia-sia’, metafora implisit menajamkan arti yaitu menyatakan tidak berguna secara tak langsung. 12. Seperti sirih pulang ke gagang, seperti pinang pulang ke tampuk. Artinya: Seseorang yang berjanji memenuhi semua persyaratan janji sesuai dengan adat. Makna emotif: senangdiplomasi. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata sirih, gagang, pinang, tampuk, metafora implisit menajamkan arti yaitu sirih dan pinang janji, gagang dan tampuk memenuhi perjanjian dalam adat. 13. Diberi kelingking hendak telunjuk macam Belanda minta tanah. Artinya: Sudah disetujui acara merisik, penghulu telangkai segera ingin tahu kapan bisa meminang. Makna emotif: marahsindiran. Analisis: Makna emotif marah Universitas Sumatera Utara terdapat pada kata kelingking dan telunjuk, bahasa figuratif eksplisit membandingkan arti yaitu sudah diiyakan kelingking keinginan mau minta lebih telunjuk. 14. Begitu di lidah, begitu di hati. Artinya: apa yang diucapkandijanjikan itulah yang dimaksudkan. Makna emotif: senangperingatan. Analisis: Makna emotif senang pada kata lidah, dan hati, bahasa figuratif eksplisit membandingkan arti bahwa apa yang diucapkan, begitu juga dengan apa yang tersirat di hati. 15. Tanda manusia tetap beradat, tanda kampung tetap berpenghulu. Artinya: Apapun keputusan yang diambil tetap harus dalam adat yang berlaku. Makna emotif: senangnasihat. Analisis: Makna emotif senang pada kata ‘beradat dan berpenghulu’, bahasa figuratif eksplisit membandingkan arti bahwa setiap sesuatu pasti kembali pada bagian utamanyapemimpinnya. 16. Dimana ranting dipatah, di situ air disauk, dimana tanah dipijak, disitu langit dijunjung. Artinya: Adat akan diikuti sesuai dengan adat yang ada pada anak beru. Makna emotif: senangnasihat. Analisis: Makna emotif senang pada kata ‘ranting dipatah, air disauk, tanah dipijak, langit dijunjung’, bahasa figuratif membandingkan arti bahwa dimanapun kita berada, kita harus menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dan tata cara kehidupan serta adat yang berlaku. 17. Adat bersendikan syarak, syarak bersendikan kitabullah. Artinya: Semua adat yang dilakukan harus berdasarkan pada agama Islam hukumnya. Makna emotif; senangnasihat. Analisis: Makna emotif senang pada kata ‘syarak dan kitabullah’, metafora implisit menajamkan arti yaitu menyatakan bahwa Islam dalam Universitas Sumatera Utara Melayu adalah yang nomor satu sehingga dalam melakukan segala sesuatu harus berlandaskan pada hukum Islam yang terdapat dalam kitab Al-Qur’an. 18. Mata mengantuk bantal disodorkan. Artinya: Apa yang diinginkan mendapatkan sambutan. Makna emotif; senangriang. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata ‘mata dan bantal’, bahasa figuratif ekslisit membandingkan arti yaitu mata sama dengan hal yang diminta dari seseorang, bantal sama dengan yang didapatkan dari yang diminta. 19. Cacing punya tai, kere kera punya “gah”. Artinya: senang tidak pada tempatnya. Makna emotif: marahsindiran. Analisis: Makna emotif marah terdapat pada kata ‘cacing-tai, kere-gah’, bahasa figuratif eksplisit membandingkan arti yaitu cacingkere adalah manusia taigah adalah tempat yang tidak baik atau pas buat manusia bersenang-senang. 20. Macam abu di atas tunggul. Artinya: gampang datang, gampang pergi. Makna emotif: marahsindiran. Analisis: Makna emotif marah terdapat pada kata ‘abu, tunggul’, metafora implisit menajamkan arti yaitu abu diletakkan dimana saja: tertiup angin, dihapus akan dengan mudahnya terbang, begitu juga manusia gampang datang dan pergi. 21. Hina besi karena karat. Artinya: hina manusia karena melarat. Makna emotif: sedehpilu. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata ‘besi dan karat’, bahasa figuratif eksplisit membandingkan arti bahwa besi hancur karena karat, begitu juga dengan manusia mendapatkan hinaan orang karena hidupnya miskin melarat. Universitas Sumatera Utara 22. Bagai ayam bertelur di atas padi. Artinya: Hati orang yang senang mendapatkan orang kaya. Makna emotif: senangnasihat. Analisis: Makna emotif senang pada kata ‘ayam dan padi’, meatafora implisit menajamkan arti yaitu ayam disamakan dengan perasaaan hati seseorang, bertelur sama dengan sesuatu yang diinginkan, padi adalah makanan pokok manusia jadi padi disamakan denga orang kaya. 23. Siapa suka bersangka buruk, orang melarat hidup pun teruk. Artinya: Jangan berburuk sangka kepada orang karena dapat memudaratkan diri sendiri. Makna emotif: senangnasihat. Analisis: Makna emotif senang pada kata ‘buruk dan teruk’, bahasa figuratif eksplisit membandingkan arti bahwa pikiran yang selalu jelek pada orang lain akan menyusahkan diri sendiri. 24. Sudah jatuh ketimpa tangga. Artinya: baru saja mendapat musibah, belum selesai mendapatkan musibah lagi. Makna emotif: sedehpilu. Analisis: Makna emotif sedeh pada kata jatuh dan ketimpa, metafora implisit menajamkan arti yaitu ‘jatuh’ adalah suatu hal yang tidak enak dirasakan pada tubuh manusia karena sakit, sedangkan ‘ketimpa’ adalah keadaan yang menyesakkan nafas, jadi jatuh adalah masalah yang diperoleh, belum lagi selesai datang pula masalah yang lain ketimpa. 25. Berkotek diluar sangkar, bertelur diluar pagar. Artinya: Setelah perkara diputuskan, baru memberi keterangan. Makna emotif: bosansindiran. Analisis: Makna emotif bosan pada kata ‘berkotek-sangkar, bertelur-pagar’, bahasa figuratif eksplisit membandingkan arti bahwa berkotek dan bertelur sama Universitas Sumatera Utara dengan memberikan keterangan, sangkar dan pagar sama dengan setelah perkara diputuskan. 26. Nyamuk mati gatal tak habis. Artinya: Menaruh dendam meski perkara selesai. Makna emotif: bencinasihat. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata ‘mati dan gatal’, metafora implisit menajamkan arti yaitu ‘mati’ maksudnya adalah masalah sudah selesai, ‘gatal’ maksudnya dendam yang tak kunjung reda dan tetap membara. 27. Kalau tak berhemat cermat,karam dilaut sesat di darat. Artinya: Sikap boros dapat mencelakakan. Makna emotif: senangnasihata. Analisisis: Makna emotif senang pada kata ‘tak hemat cermat, karam dan sesat’, metafora implisit menajamkan arti yaitu ‘tak hemat cermat’ maksudnya sikap boros, ‘karam dan sesat’ maksudnya akan celaka kalau sikap boros terus-terusan dilakukan. 28. Tahu dilihat cermin orang, tahu dikias gunjing orang; Artinya: Menjaga kesopanan dan tingkah laku dan menghargai serta mewaspadai kritik dan komentar orang lain. Makna emotif: senangnasihat. Analisis: Makna emotif senang pada kata ‘dilihat cermin, dikias gunjing’. metafora implisit menajamkan arti dilihat cermin berarti kita harus mengkoreksi sikap dan sifat diri sendiri baru lihat sikap orang lain, kias gunjing maksudnya hargai dan hati-hati dengan pujian, komentar, serta ejekan orang lain terhadap diri kita. 29. Kalau tak ada mengada, takkan tempua bersarang rendah. Artinya: Kalau tak ada hajat datang ke rumah tuan, takkan kami datang kemari. Makna emotif: senangdiplomasi. Analisis: Makna emotif senang pada kata tempua metafora Universitas Sumatera Utara implisit menajamkan arti yaitu ‘tempua’ adalah sarang burung yang terletak di atas pohon yang tinggi supaya tidak dapat diganggu oleh binatang yang lain. Maksudnya seseorang tidak akan datang kerumah orang lain tempua kalau tidak ada keperluannya. 30. Kalau takut dilanda ombak, jangan berumah ditepi pantai. Artinya: Kalau tidak dicoba untuk merisik anak gadis yang diinginkan, bagaimana tahu mau atau tidak, kalau ditolak harus diterima dengan ikhlas. Makna emotif: takutdiplomasi. Analisis: Makna emotif takut pada kata ‘dilanda ombak, berumah ditepi pantai’, metafora implisit menajamkan arti yaitu dilanda ombak maksudnya dilanda berarti ditimpa masalah yang berat, ombak berarti gelombang air laut apabila terkena hempasannnya tubuh bisa terhanyut juga, maka dari itu jangan berumah ditepi pantai artiya kalau tidak mau terkena masalah yang menyakitkan jangan coba untuk memunculkannya, kalau terkena juga harus diterima dengan ikhlas. 31. Seperti mendapat durian runtuh. Artinya: Tak disangka-sangka pinangan yang dilakukan oleh penghulu telangkai diterima oleh anak beru. Makna emotif: senangnasihat. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata durian runtuh, figuratif implisit membandingkan arti yaitu durian adalah buah yang enak rasanya, harum baunya, dan harganya mahal susah pula mendapatkannya karena menunggu dia jatuh runtuh baru bisa dimakan, sangat beruntunglah yang mendapatkan durian runtuh itu. Universitas Sumatera Utara 32. Piring tak retak, nasi tak dingin. Artinya: Apabila pinangan ditolak, tidak mengapa, pihak laki-laki pun tak memaksa. Makna emotif: sedehkecewa. Analisis: Makna emotif sedeh pada kata ‘piring retak, nasi dingin’, bahasa metafora implisit menajamkan arti yaitu piring yaitu keinginan, retak yaitu ditolak, nasi yaitu orang yang diinginkan, dingin yaitu tolakan. 33. Hajat hati hendak memeluk gunung apa daya tangan tak sampai. Artinya: Keinginan pinangan diterima tapi kenyataannya ditolak. Makna emotif: sedehsindiran. Analisis: Makna emotif sedeh pada kata ‘memeluk gunung, tangan tak sampai’, metafora implisit menajamkan arti yaitu memeluk gunung adalah satu hal yang tak mungkin dilakukan karena gunung seberapa besar dan tangan hanya hitungan meter, jadi memeluk gunung dengan tangan adalah hal yang tidak mungkin dilakukan. Artinya keinginan yang tak mungkin diraih. 34. Kalau berjalan pelihara kaki, kalau melihat pelihara mata, kalau berkata pelihara lidah. Artinya: Dalam menjalani bahtera rumah tangga harus menjaga semua rambu-rambu pernikahan dan menjaga segalanya dengan damai. Makna emotif: senangnasihat. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata ‘kaki, mata, lidah’, metafora implisit menajamkan arti yaitu kaki alat berjalan harus diarahkan ke tempat yang baik, mata alat melihat harus dibuka untuk melihat hal yang baik, lidah alat berbicara harus digunakan untuk mengucapkan kata yang baik – baik saja. 35. Pucuk dicinte ulampun tibe. Artinya: yang diidam-idamkan datang tanpa diduga. Makna emotif: senanggirang. Analisis: Makna emotif senang pada kata dicinte Universitas Sumatera Utara dan tibe, metafora implisit menajamkan arti yaitu ‘cinte’ adalah kata yang membuat manusia senang, ‘tibe’ adalah suatu kedatangan yang diharapkan, jadi hal yang membuat manusia senang yang diinginkannya sekali datang secara tak disengaja. 36. Seperti mengajari itik berenang. Artinya: Memberikan pelajaran budi pekerti bagi anak yang baru beranjak remaja dan menuju dewasa. Makna emotif: senangnasihat. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata ‘itik berenang’, metafora implisit menajamkan arti yaitu itik sama dengan bebek yaitu binatang unggas mulai dari bayi sudah pandai berenang tapi harus tetap diajari induknya, begitu juga manusia dari lahir sudah punya sikap tapi orang tua harus tetap membimbingnya. 37. Seperti mengajari limau berduri. Artinya: Nasihat pada anak yang baru beranjak remaja, tapi sulit untuk dinasihati. Makna emotif: senangnasihat. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata ‘limau berduri’, metafora implisit menajamkan arti yaitu limau adalah seseorang, berduri adalah sifat manusia yang sulit untuk dinasihati. 38. Berenang galinjir, tahu awak mana jantan, mana betina. Artinya: Orang banyak ilmu tahu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Makna emotif: senangnasihat. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata ‘galinjir’, bahasa figuratif eksplisit membandingkan arti yaitu membandingkan galinjir adalah sejenis ikan kalau berenang baru ketahuan mana jantan mana betina dengan orang yang berilmu tahu membedakan yang baik dan yang jelek. Universitas Sumatera Utara 39. Kalau muka yang buruk usah cermin dipecahkan. Artinya: Kalau memang kesusahan itu datangnya dari diri sendiri, tidak usah orang yang disalahkan. Makna emotif; marahnasihat. Analisis: Makna emotif marah terdapat pada kata ‘muka buruk, cermin dipecahkan’, bahasa figuratif eksplisit membandingkan arti yaitu muka buruk disamakan dengan kesusahan dari diri sendiri, cermin dipecahkan disamakan dengan orang lain yang disalahkan atas kesusuahan itu. 40. Lebih baik berputih tulang dari pada berputih mata. Artinya: Lebih baik mati dari pada menanggung malu. Makna emotif: marahsindiran. Analisis: Makna emotif marah terdapat pada kata ‘putih tulang, putih mata’, metafora implisit menajamkan arti putih tulang maksudnya mati kalau sudah mati apapun yang terjadi kita tidak tahu lagi, putih mata maksudnya malu, menutup mata karena tidak mau melihat orang. 41. Bak pucuk eru, kemana angin bertiup kesitu dia bergoyang. Artinya: orang yang tak punya sindiran. Makna emotif: bencisindiran. Analisis: Makna emotif benci terdapat pada kata ‘pucuk eru’, bahasa figuratif eksplisit membandingkan arti yaitu pucuk eru disamakan dengan sifat manusia yang tidak punya pendirian. 42. Karena mulut punggung bertai. Artinya: Apa yang dilakukan, maka perolehlah hasil dari yang dilakukan itu. Makna emotif: marahnasihat. Analisis: Makna emotif marah terdapat pada kata ‘bertai’, metafora implisit, menajamkan arti yaitu bertai maksudnya perolehan atau mempunyai hasil dari apa yang dilakukan, dan yang melakukan sesuatu adalah diri kita sendiri. Universitas Sumatera Utara 43. Elok anak karena emak, baik anak karena bapak. Artinya: Keselarasan yang berhasil bagi anak didik. Makna emotif: senangnasihat. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata ‘elok emak, baik bapak’, bahasa figuratif eksplisit membandingkan arti yaitu emak dan bapak adalah sepasang manusia yang ideal dan seimbang artinya kehidupan harus bisa diseinbangkan seperti keselarasan emak dan bapak. 44. Kalau bersahabat berapat-rapat, selalu rapat jadi mudarat. Artinya: Persahabatan yang hancur akibat terlalu akrab. Makna emotif: senangsindiran. Analisis: Makna emotif marah terdapat pada kata ‘berapat- rapat’, metafora implisit menajamkan arti yaitu berapat-rapat sama dengan artinya terlalu dekat, karena terlalu dekat akhirnya pada saat bertengkar menimbulkan permusuhan yang abadi. 45. Hutang budi dibawa mati, beban tak lepas seumur hidup. Artinya: Hutang budi tak terganti sampai mati. Makna emotif: senangnasihat. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata ‘hutang budi dan beban’, bahasa figuratif eksplisit membandingkan arti yaitu hutang budi adalah jasa seseorang yang tak bisa dibayar dengan apapun dan merupakan beban seorang manusia terhadap penolongnya. 46. Terlanggar pantang hidup, terbuang tersalah adat hidup melarat. Artinya: Anak agar menjaga pantang dan larang meskipun sulit. Makna emotif; bosannasihat. Analisis: Makna emotif bosan terdapat pada kata ‘terbuang, tersalah’, metafora Universitas Sumatera Utara implisit menajamkan arti yaitu setiap peraturan sulit untuk dilaksanakan tapi haris dipatuhi. 47. Pekak – pekak badak. Artinya: Dikatakan kepada anak muda yang pura – pura tidak mengerti mufakat orang – orang tua. Makna emotif: bencinasihat. Analisis: Makna emotif benci terdapat pada kata ‘badak’, bahasa figuratif eksplisit membandingkan arti yaitu badak adalah seekor binatang yang berkulit keras disenggoldipegang tidak akan terasa bagi binatang tersebut, begitu juga bagi manusia yang sudah dinasihati telinga dan jiwanya sama seperti kulit badak tersebut. 48. Punggur terbang, pelatuk menumpang mati. Artinya: Seseorang yang tersangkut dosa orang lain. Makna emotif: takutnasihat. Analisis: Makna emotif takut terdapat pada kata ‘pelatuk’, bahasa figuratif eksplisit membandingkan arti yaitu pelatuk adalah sejenis burung yang disamakan dengan dosa orang yang menjadi beban orang lain. 49. Malu bertanya sesat di jalan. Artinya: Kunci ilmu adalah bertanya agar anak pintar bertambah ilmu. Makna emotif: malunasihat. Analisis: Makna emotif malu terdapat pada kata ‘malu’, metafora implisit menajamkan arti yaitu malu adalah suatu tindakan atau tingkah laku yang satu sisi menguntungkan dan satu sisi lagi merugikan. 50. Harga garam pada asinnya, harga manusia pada malunya. Artinya: Manusia harus menjaga marwah diri dengan tidak membuat malu. Makna emotif: malunasihat. Analisis: Makna emotif malu terdapat pada kata ‘asin dan malu’, Universitas Sumatera Utara metafora implisit menajamkan arti yaitu asin adalah penanda utama pada garam, dan malu adalah penanda pada manusia. 51. Habis manis sepah dibuang. Artinya: Seseorang memanfaatkan temanorang lain untuk kenikmatannya sendiri setelah dimanfaatkan dilupakan begitu saja bahkan kalau bisa dilenyapkan. Makna emotif: marahsindiran. Analisis: Makna emotif marah terdapat pada kata ‘manis dan sepah’, metafora implisit, menajamkan arti yaitu manis sama dengan sesuatu yang indah, baik, enak, sedap, dan nikmat, sedangkan sepah sama dengan sampah, sisa, ampas yang harus dibuang dan dilenyapkan. Jadi segala kebaikan diambil dari seseorang, setelah dipakai dicampakkan begitu saja. 52. Tong kosong nyaring bunyinya. Artinya: orang tak berilmu banyak bicara. Makna emotif: bosansindiran. Analisis: Makna emotif bosan terdapat pada kata ‘kosong, nyaring’, metafora implisit menajamkan arti yaitu kosong sama dengan sesuatu yang tidak ada, nyaring sama dengan melenting, melengking yang memekakkan telinga, jadi seseorang yang banyak cerita kosong terlalu banyak bicara nyaring. 53. Jangan sampai cacing naik ke mata. Artinya: Nasihat buat seorang anak kalau menjadi pimpinan jangan sampai mau diperintah dan dikendalikan oleh bawahan atau masyarakat yang tak bertanggung jawab. Makna emotif: takutperingatan. Analisis: Makna emotif takut terdapat pada kata ‘cacing naik ke mata’, bahasa figuratif eksplisit membandingkan arti yaitu cacing disamakan dengan Universitas Sumatera Utara masyarakat yang tak bertanggung jawab, naik ke mata sama dengan mengendalikan pemimpin. 54. Lentik telunjuk karena menunjuk. Artinya: Nasihat orang tua pada anaknya, jangan Cuma pandai menyuruh tapi tak mau bekerja. Makna emotif: senangnasihat. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata ‘lentik telunjuk’, bahasa figuratif eksplisit membandingkan arti yaitu telunjuk manusia enak saja menunjuk untuk menyuruh orang sedangkan dirinya sendiri tidak mau mengerjakannya. 55. Datang tampak muka, pulang tampak belakang. Artinya: Santun punya sopan santun. Makna emotif: senangnasihat. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata ‘tampak muka, tampak belakang’, bahasa figuratif eksplisit, membandingkan arti kalau datang pakai salam dan kalau pulang pakai permisi. 56. Sudah tumbuh rambut kelambir kelapa. Artinya: Orang tua menyatakan anaknya bahwa ia sudah aqil baligh. Makna emotif: senangnasihat. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata ‘rambut kelambir’, bahasa figuratif eksplisit membandingkan arti yaitu rambut kelambir sama dengan rambut kemaluan anak yang telah di sunat yang artinya sudah remaja. 57. Ikan dicekuh, air tak keruh. Artinya: Kalau mau berhasil harus tanpa merugikan orang. Makna emotif: senangnasihat. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata ‘dicekuh, keruh’, bahasa figuratif eksplisit membandingkan arti dicekuh sama dengan sukses, keruh berarti merugikan orang lain. Universitas Sumatera Utara 58. Tercubit kulit ikut daging. Artinya: Jangan buat malu, karena saudara dan orang tua ikut malu juga. Makna emotif: malunasihat. Analisis: Makna emotif malu terdapat pada kata ‘kulit dan daging’, bahasa figuratif eksplisit membandingkan arti kulit sama dengan malu, daging sama dengan saudara dan orang tua. 59. Menitipkan pisang pada kere kera. Artinya: Ceroboh, menitipkan amanat pada orang yang tidak dipercaya. Makna emotif: marahsindiran. Analisis: Makna emotif marah terdapat pada kata ‘pisang kere’, metafora implisit menajamkan arti yaitu pisang adalah makanan kesukaan kera, jangankan dititipkan, didekatkan saja langsung dimakan, pisang adalah amanah, harus diampaikan pada orang yang tepat, bukan pada sembarangan orang. 60. Anjing menggonggong kafilah berlalu. Artinya: Apapun yang dikatakan orang biarkan saja karena yang dikatakannya tidak benar. Makna emotif: Marahsindiran. Analisis: Makna emotif marah terdapat pada kata ‘anjing menggonggong, kafilah’, bahasa figuratif eksplisit membandingkan arti yaitu anjing mengonggong sama dengan orang yang suka usil, kafilah adalah orang yang diusil. 61. Celaka ayam. Artinya: Seorang anak yang sulit untuk dinasihati supaya betah dirumah tapi tidak mengerti juga maka orang tuanya menyamakan dirinya sama seperti ayam. Makna emotif: marahsindiran. Analisis: Makna emotif marah terdapat pada kata ‘ayam’, bahasa figuratif eksplisit membandingkan arti yaitu ayam disamakan dengan anak manusia yang sulit diatur untuk diam dirumah Universitas Sumatera Utara kalau sudah malam. Tingkah laku ayam yang suka tidur di kandang binatang lain, begitu juga tingkah laku manusia. 62. Ubah dan ganti, tukar dan anjak, bernaung pada kitabullah dan sunah nabi. Artinya: Setiap perubahan berpedoman kepada agama. Makna emotif: senangnasihat. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata ‘ubah dan bernaung’, metafora implisit menajamkan arti yaitu ubah maknanya berganti tentang hukum, adat, atau apapun tetapi harus tetap bernaung artinya berpedomanberdasarkan pada kitab Al-Qur’an. 63. Mengubah jangan semena-mena, mengganti jangan sesuka hati. Artinya: Jangan sewenang-wenang menurut nafsu. Makna emotif: marahnasihat. Analisis: Makna emotif marah terdapat pada kata ‘semena-mena’, metafora implisit menajamkan arti yaitu menyatakan sesuka hati menurutkan nafsu yang tidak baik. 64. Hilang jasa beliung, timbul jasa rimbas. Artinya: Hilang jasa seseorang, busuk orang tahu. Makna emotif: sedehsindiran. Analisis: Makna emotif sedeh terdapat pada kata ‘beliung dan rimbas’, figuratif eksplisit membandingkian arti yaitu beliung sama dengan kebaikan seseorang, rimbas sama dengan kebusukan seseorang. 65. Suara seperti membelah betung. Artinya: Suara keras sekali tak enak di dengar. Makna emotif: bosansindiran. Analisis: Makna emotif bosan terdapat pada kata ‘betung’, metafora implisit, menajamkan arti yaitu betung adalah sejenis kayu Universitas Sumatera Utara yang keras sekali kalau dibelah pasti suaranya melenting, begitu juga suara manusia yang melengking yang tak enak di dengar. 66. Beranak tiada berbidan. Artinya: Seseorang dalam kesusahan karena kebodohan sendiri. Makna emotif: senangnasihat. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata ‘beranak dan berbidan’, metafora implisit, menajamkan arti yaitu beranak berarti suatu keadaan melahirkan yang susah, sakit dan bertaruh nyawa, bidan adalah seseorang yang ahli menolong dalam melahirkan, maksudnya beranak adalah keadaan susah, tiada berbidan adalah karena kebodohan sendiri. 67. Bercabang bagai lidah biawak. Artinya: Orang munafik lain didepan, lain dibelakang. Makna emotif: marahsindiran. Analisis: Makna emotif marah terdapat pada kata ‘lidah biawak’, bahasa figuratif eksplisit membandingkan arti yaitu apa yang diucapkan seseorang tidak bisa dipercaya. 68. Tiada biduk karam sebelah. Artinya: Anak celaka, satu keluarga menderita juga. Makna emotif: senangnasihat. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata ‘biduk karam’, bahasa figuratif eksplisit membandingkan arti yaitu biduk adalah satu keluarga, karam sebelah adalah anak yang nakal yang membuat malu satu keluarga. 69. Ibarat air di daun talas. Artinya: Jangan lakukan pekerjaan yang sia-sia. Makna emotif: sedehnasihat. Analisis: Makna emotif sedeh terdapat pada kata ‘daun talas’, metafora implisit menajamkan arti yaitu daun talas adalah sejenis daun umbian, apabila diteteskan air diatasnya tak akan bisa membasahi daun itu Universitas Sumatera Utara karena airnya tidak akan lengket, jadi sia – sialah saja. Begitulah pekerjaan yang dilakukan jangan sampai seperti air yang di daun talas. 70. Seperti ayam beranak itik. Artinya: Orang tua yang memiliki anak di zaman modern tidak dapat mengikuti cara sang anak. Makna emotif: marahperingatan. Analisis: Makna emotif peringatan terdapat pada kata ‘ayam dan itik’, figuratif eksplisit membandingkan arti yaitu ayam adalah orang tua, itik adalah anak. Jadi orang tua dan anak tidak ada persamaan dalam kehidupan. 71. Janganlah menjadi itik tak sudu, ayam tak patuh. Artinya: Jangaanlah jadi orang yang hina atau benda yang tak berguna. Makna emotif: marahnasihat. Analisis: Makna emotif nasihat terdapat pada kata tak ‘sudu dan tak patuh’, bahasa figuratif eksplisit membandingkan arti yaitu tak sudu artinya tercampak begitu saja akhirnya kehinaan yang datang, tak patuh artinya tidaki menuruti peraturan akhirnya menjadi tak berguna. 72. Biar jatuh terletak, jangan jatuh terhempas. Artinya: Kalau sebagai pejabat lebih baik mengundurkan diri sebelum dipecat. Makna emotif: sedehnasihat. Analisis: Makna emotif sedeh terdapat pada kata ‘biar terletak, jangan terhempas’, metafora implisit menajamkan arti yaitu terletak adalah suatu tindakan yang lembut walaupun sakit, tapi kalau terhempas suatu keadaan yang terletak secara terpaksa dan keadaan yang menyakitkan. 73. Jauh mencari suku, dekat mencari induk. Artinya: Jika merantau carilah sesuku dengan kita, kalau dekat carilah sekawan dengan kita. Makna emotif: senangnasihat. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata ‘jauh suku, Universitas Sumatera Utara dekat induk’, metafora implisit menajamkan arti yaitu kemanapun kita pergi merantau tetap yang paling enak adalah bertemu dengan satu suku karena Cuma mereka saudara kita ditempat asing, tapi kalu tidak merantau pasti yang kita cari adalah teman dekat. 74. Rusa masih di hutan, arang sudah membara. Artinya: Sesuatu yang belum diraih, tapi sudah digembar-gemborkan. Makna emotif: marahsindiran. Analisis: Makna emotif sindiran terdapat pada kata ‘rusa, membara’, figuratif eksplisit membandingkan arti yaitu rusa dihutan sama dengan sesuatu yang belum diraih, arang membara sama dengan sudah digembar-gemborkan. 75. Sepuluh batang bertindih, batang di bawah yang keberatan. Artinya: Para pejabat tinggi melakukan kejahatan, masyarakat yang menderita. Makna emotif: malusindiran. Analisis: Makna emotif malu terdapat pada kata ‘bertindih, keberatan’, figuratif eksplisit membandingkan arti yaitu bertindih sama dengan para pejabat yang berbuat jahat, keberatan sama dengan masyarakat yang menderita. 76. Bak pungguk merindukan bulan. Artinya: Jangan mengharapkan sesuatu yang tak mungkin diraih. Makna emotif: senangnasihat. Analisis: Makna emotif terdapat pada kata ‘pungguk dan bulan’, metafora implisit menajamkan arti yaitu pungguk adalah sejenis burung dalam dongeng yang buruk rupa merindukan bersanding dengan peri bulan yang cantik jelita, dan semuanya itu hanyalah hayalan karena peri bulan tempatnya dibulan sedangkan pungguk tinggalnya di hutan. Universitas Sumatera Utara 77. Besar pasak dari tiang. Artinya: Lebih banyak pengeluaran dari pada pendapatan. Makna emotif: marahsindiran. Analisis: Makna emotif marah terdapat pada kata ‘pasak, tiang’, figuratif eksplisit membandingkan arti pasak adalah bagian bawah tiang rumah, tiang adalah tonggak untuk menguatkan rumah supaya berdiri kokoh, jadi pasak disamakan dengan pengeluaran, tiang disamakan dengan pendapatan. 78. Macam cina kebakaran jenggot. Artinya: heboh tak menentu. Makna emotif: bosansindiran. Analisis: Makna emotif sindiran terdapat pada kata kebakaran jenggot, metafora implisit menajamkan arti yaitu kalau jenggot terbakar pasti yang punya jenggot ketakutan yang amat sangat, jadi heboh tak menentu. 79. Kuini yang bau, bacang yang nampak. Artinya: Para pekerja yang bekerja dan berpikir keras, pimpinan yang dipuji. Makna emotif: marahsindiran. Analisis: Makna emotif sindiran terdapat pada kata ‘kuini bau dan bacang nampak’, figuratif eksplisit membandingkan arti yaitu kuini bau sama dengan pekerja yang berpikir keras hasilnya baik, tapi yang mendapat pujian adalah bacang nampak yaitu pimpinan. 80. Pinang tak berbuah, sirih yang ditebas. Artinya: kesalahan dilakukan karena ulah diri sendiri, tapi orang yang dimarahidisalahkan. Makna emotif: marahsindiran. Analisis: Makna emotif sindiran terdapat pada kata ‘pinang berbuah, sirih ditebas’, figuratif eksplisit membandingkan arti yaitu pinang tak berbuah sama dengan diri sendiri yang teledor, sirih ditebas sama dengan orang lain yang disalahkan. Universitas Sumatera Utara 81. Berakit- rakit kita kehulu, berenang kita ketepian, bersakit dahulu senang pun tak datang malah mati kemudian. Artinya: orang zaman sekarang tingkat ekonominya menengah ke bawah berusaha segiat apapun dia akan tetap miskin, karena para pejabat tidak peduli dengan keadaan mereka dan hanya memperkaya diri sendiri tanpa memikirkan rakyat kecil. Makna emotif: sedehpilusindiran. Analisis: berakit-rakit maksudnya menggunakan sejenis sampan kecil untuk menyeberangi sungai. Menggunakan rakit harus berhati-hati karena kalau tidak, bisa terjatuh dan tenggelam ke sungai. Begitu juga rakyat miskin, sudah berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan, itu pun hanya makan sehari saja terpenuhi, bahkan kadang-kadang mereka tidak memperoleh apa-apa. Jadi berakit-rakit sama dengan berusaha keras, malah mati kemudian sama dengan sudah berusaha keras bekerja namum hasil tak ada. Dalam pepatah ini beroperasi secara implisit dan menggunakan bahasa figuratif. 82. Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. Artinya para pejabat negar hidupnya makin makmur, tapi rakyat jelata kehidupannya makin melarat karena para pejabat negara banyak melakukan korupsi. Dana pemerintah untuk rakyat di makan sendiri. Makna emotif: marahsindiran. Analisis: yang kaya sama dengan pejabat, yang miskin sama dengan rakyat jelata. Menggunakan bahasa figuratif, beroperasi secara eksplisit. 83. Diberi hati minta jantung, diberi jantung minta nyawa, nyawa mu yang ku telan. Artinya: sudah diberi bantuan minta lagi, sudah diberi lebih mau menguasai bahkan melakukan tindakan pembunuhan, akhirnya yang memberi bantuan Universitas Sumatera Utara marah dan semua bantuan diambil kembali. Makna emotif: marahjengkel. Analisis: hati adalah bantuan yang diberikan, jantung adalah bantuan yang lebih, nyawa adalah yang dibantu ingin menguasai. Jadi dalam pepatah ini mengatakan secara tak langsung sifat orang yang diberi bantuan adalah rakus dan tamak. Menggunakan bahasa figuratif, beroperasi secara eksplisit. 84. Uang mu adalah uang ku, uang ku milikku sendiri. Artinya: seseorang hanya bisa menikmati harta orang lain, sementara hartanya sendiri tidak pernah dibagi- bagikan, alias pelit, curang dan dengki. Makna emotif: bencisindiranperingatan. Analisis: uang sama dengan harta, ku sama dengan orang yang pelit, menngunakan bahasa figuratif, beroperasi secara ekplisit. 85. Sirik tanda tak mampu. Artinya: Orang yang mempunyai rasa benci pada orang lain bersifat sirik yaitu selalu iri hati atas keberhasilan orang lain, karena ketidakmampuannya. Makna emotif: bencisindiran. Analisis: sirik 86. adalah sifat manusia yang artinya iri hati, tak mampu maknanya ketidakmampunan seseorang untuk berkompeten dengan temannya, akhirnya melakukan sesuatu yang tak baik terhadap temannya yang berhasil. 87. Gali lubang, tutup lubang. Artiya: Untuk menutupi kebutuhan yang satu dilakukan peminjaman yang lain, untuk membayar pinjaman ditunggu pendapatan, setelah bayar hutang, ternyata pendapatan yang ada tak cukup terpaksa hutang lagi. Makna emotif: bosanmuak. Analisis: Gali lubang artinya seseorang melakukan pinjaman uang pada orang lain lain untuk memenuhi kebutuhannya dan membayar hutang, tutup lubang artinya melakukan Universitas Sumatera Utara pembayaran hutang setelah mendapatkan uang dari pinjamam tersebut. Menggunakan bahasa figuratif, beroperasi secara eksplisit. Dari paparan tentang analisis makna emotif yang menggunakan perangkat leksikal dapat disimpulkan bahwa semua makna emotif dan semua pepatah dapat dianalisis dengan perangkat tersebut. Hal ini dikarenakan pepatah BMS lebih banyak menggunakan bahasa figuratif atau metafora. Hasil analisis pepatah yang menggunakan perangkat leksikal menunjukkan bahwa bahasa figuratif atau metafora mempunyai makna emotif dari leksem-leksem yang digunakan beroperasi secara eksplisit atau implisit untuk menajamkan arti atau membandingkan sesuatu yang dibicarakan secara tidak langsung. Dalam bahasa figuratif atau metafora yang digunakan dalam pepatah ditemukan banyak yang menggunakan leksem binatang, isi alam atau nama tumbuh – tumbuhan. Leksem digunakan sesuai dengan keadaan alam dan tempat tinggal penduduk yang memakai pepatah tersebut informan: Azrai dan AsraruddinHasan. Contoh: “kalau takut dilandak ombak, jangan berumah ditepi pantai” informan 3, emosi takut. Makna emotif takut pada kata dilanda ombak, berumah ditepi pantai, metafora implisit menajamkan arti yaitu dilanda ombak maksudnya dilanda berarti ditimpa masalah yang berat, ombak berarti gelombang air laut apabila terkena hempasannnya tubuh bisa terhanyut juga, maka dari itu jangan berumah ditepi pantai artiya kalau tidak mau terkena masalah yang menyakitkan jangan coba untuk memunculkannya. Kata-kata yang dicetak miring, adalah metafora leksikal yaitu Universitas Sumatera Utara perluasan leksem yang mengandung makna secara implisit. Contoh tersebut menggunakan metafora alam pantai dan ombak. Dalam pepatah ini leksem isi alam yang digunakan adalah ombak dan pantai. Paling sering muncul dalam perangkat lesikal ini adalah makna emotif senang nasihat, diplomasi, marah, dan sedeh. dalam acara adat pernikahan, sunat Rasul dan khatam Al-Qur’an.

5.4. Analisis Makna Emotif dalam Pepatah BMS pada Acara