BAB V PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN
5.1. Pengantar
Bab ini berisi uraian mengenai analisis makna emoti dalam pepatah BMS pada acara adat pernikahan, sunatan dan khataman Al-Qur’an. Analisis makna
emotif dari emosi dasar Melayu diuraikan dengan menggunakan teori Ullmann yaitu teori overtone emotive yang menggunakan perangkat emotif emotive device. Bab ini
juga menguraikan tentang perangkat makna emotif dominan yang sering muncul dalam pepatah.
5.2. Analisis Makna Emotif dalam Pepatah BMS pada Acara
PernikahanKhatam Al-Qur’an dan Sunat Rasul Adat Melayu Menggunakan Perangkat Fonetik.
Dalam sub bab ini, akan dijelaskan tentang analisis makna emotif dalam pepatah BMS dengan cara menyatukan hasil analisis makna emotif dari emosi dasar
berdasarkan penelitian terdahulu yang dipaparkan dalam Bab II dengan arti pepatah yang diperoleh dari informan. Paparan analisis dilakukan dengan mengklasifikasikan
makna emosi dalam pepatah ke dalam jenisnya. Analisis dilakukan dengan menginterpretasikan arti pepatah dengan teori perangkat fonetik Ullmann. Dalam
kebudayaan MMS, upacara pernikahan mempunyai beberapa tahap yaitu Merisik kecil, Merisik Rasmi dan Meminang, Menyorong tandabertunangan, Jamu sukut,
Akad nikah, berinai, Mengantar pengantin, dan meminjam Pengantin. Dalam acara ini digunakan pepatah. Pelaku dari penyampaian pepatah ini adalah Penghulu
Universitas Sumatera Utara
Telangkai dari pihak Laki-laki, dan Mak Inang dari pihak perempuan. Dalam acara khataman Al-Qur’an pemberi pepatah ini sebagai nasihat adalah Ustadz pemimpin
Marhaban, dan pemberi pepatah pada acara sunat Rasul adalah Ustadz guru mengaji anak yang berkhatam. Jadi Pepatah di analisis maknanya dari ungkapan emosi atau
ekspresi emosi berdasarkan konteks dan situasi acara yang dilakukan. Berikut paparan analisis makna emotif dalam pepatah yang menggunakan perangkat fonetik
Ullmann. Analisis makna emotif dalam pepatah dilakukan dengan cara mencari suku kata dalam pepatah, penekanan suara atau hembusan nafas yang kuat, dengan cara
merekam suara informan pada saat mengucapkan pepatah tersebut dengan menggunakan walkman alat perekam. Hal ini dilakukan berdasarkan teori Ullmann
yang menyatakan” Tekanan emotif mengambil bentuk sentakan hembusan nafas yang kuat, tekanan suara pada kata di awal, di tengah atau di akhir kalimat. Pada hentakan
dan tekanan suara akan terlihat emosi yang tersembunyi. Dalam pemaparan analisis ini tidak semua pepatah dapat dianalisis menggunakan perangkat fonetik, karena
dilihat dari makna emotif dan penggunaan kata- katanya dalam pepatah sering menggunakan bahasa figuratif, jadi lebih dominan dianalisis secara leksikal.
Analisis pepatah BMS pada upacara pernikahan, khatam Al-Qur’an, dan sunat Rasul dalam perangkat fonetik:
1. Diberi ke lingking hendak telunjukmacam Be landa minta tanah. Artinya: sudah
disetujui acara merisik, penghulu telangkai segera ingin tahu kapan bisa meminang. Makna emotif: senanggirang. Analisis: ekspresi emotif senang pada
kata “kelingking dan telunjuk, Belanda dan tanah” tekanan suara
Universitas Sumatera Utara
agak dipanjangkan pada kata tersebut.
‘
2. Mata mengantuk ban tal disodorkanPucuk Pucuk dicin te ulampun ti be, artinya:
apa yang diinginkan mendapatkan sambutanapa yang diidamkan datang dengan segera. Makna emotif: senanggirang. Analisis: ekspresi emotif terdapat pada
kata ‘cinte’, huruf terakhir pada kata yaitu huruf “e”. Makna emotif juga terdapat
pada kata”bantal” yang maknanya sama dengan ‘cinte’. Kata’bantal’ tekanan emotifnya pada ‘tal’ huruf mati ditekankan pada pengucapannya. Tekanan suara
dipanjangkan pada kata ‘cinte’ yang terdiri dari 2 silabel yaitu cin, te. Tekanan suara pada silabel te yang meliputi konsonan t, vokal e. Pada kata “bantal”
terdiri dari 2 silabel yaitu ban,tal. Tekanan suara pada silabel tal yang meliputi konsonan t dan l, vokal a, puncak tekanan suara pada vocal a.
Kelingking’ tediri dari 3 silabel yaitu ke,ling,king. Tekanan suara pada silabel ling yang meliputi huruf konsonan
l, vokal i dan puncak pada vokal i, ‘telunjuk’ terdiri dari 3 silabel te, lun, juk. Tekanan suara pada silabel lun yang meliputi konsonan l dan vokal u,
puncak kenyaringan pada vokal u. ‘Belanda’ terdiri dari 3 silabel be, lan, da. Tekanan suara pada silabel lan yang meliputi konsonan l dan vokal a.
puncak kenyaringan pada vokal a. Pada kata ‘tanah’ terdiri dari 2 silabel, yaitu ta, nah. Tekanan suara pada silabel nah, terjadi hembusan nafas yang kuat
pada silabel ah.
3. Bagai ayam bertelur di atas pa di. Artinya: Hati orang yang senang mendapatkan
orang kaya. Ekspresi emotif: senanggirang. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata ‘padi’ yaitu diakhir kalimat, karena tekanan suara ditekankan
Universitas Sumatera Utara
pada kata huruf terakhir yaitu huruf “i” agak dipanjangkan. Tekanan suara yang agak dipanjangkan pada kata ‘padi’, kata terakhir dari pepatah, yang terdiri dari 2
silabel yaitu pa, di, tekanan suara pada silabel di yaitu pada vokal i. 4.
Siapa suka bersangka bu ruk, orang melarat hidup pun te ruk. Artinya: Jangan suka berburuk sangka kepada orang. Ekspresi emotif: marahsindiran. Analisis:
Makna emotif marah terdapat pada kata buruk, teruk yaitu tengah dan diakhir kalimat, karena tekanan suara ditekankan pada suku kata dan huruf ‘uk’ agak
dipanjangkan. Tekanan suara terdapat pada kata buruk dan teruk diakhir kalimat dan agak dipanjangkan. Masing-masing terdiri dari 2 silabel yaitu bu, ruk,
te,ruk, puncak tekanan suara pada konsonan r dan vokal u pada kata “buruk” dan ‘teruk’.
5. Sudah jatuh ketimpa tangga. Artinya: Sudah mendapat musibah terkena lagi.
Makna emotif: sedehpilu. Analisis: ekspresi emotif adalah sedeh pada kata jatuh dan tangga, pengucapannya agak ditekankan sedikit pada silabel ‘tuh’ yaitu
hembusan nafas yang kuat dan pada silabel ‘ga’ pengucapannya dipanjangkan. Tekanan suara ditekankan pada kata ‘jatuh’ dan tangga yang berada ditengah dan
akhir kalimat. Masing-masing kata tersebut terdiri dari 2 dan 3 silabel yaitu ja, tuh pada kata jatuh, dan ta, ng, ga. Puncak tekanan suara pada silabel tuh
yaitu ada hembusan nafas yang kuat pada silabel tuh dan ada tekanan suara pada silabel ga yaitu pada huruf a.
6. Berkotek diluar sangkar, bertelur diluar pagar. Artinya: Setelah perkara
diputuskan, baru memberi keterangan. Ekspresi emotif: bosanmuak. Analisis:
Universitas Sumatera Utara
Makna emotif bosan pada kata ‘sangkar’. Karena tekanan suara lebih dipanjangkan pada kata tersebut. Tekanan suara lebih dipanjangkan pada kata
‘sangkar’ yang berada di akhir kalimat pertama. Terdiri dari 2 silabel yaitu sang, kar. Puncak tekanan suara pada vokal a.
7. Nyamuk mati gatal tak habis. Artinya: Menaruh dendam meski perkara selesai.
Makna emotif: bencidemdam. Ekspresi emotif benci pada kata ‘mati’ dan ‘gatal’. Tekanan suara dipanjangkan pada huruf “i” dan ‘tal’ ditekan lebih jelas
pengucapannya. Tekanan suara dipanjangkan dan diperjelas pengucapannya pada kata ‘mati’ yang terdiri dari 2 silabel yaitu ma, ti. Tekanan suara dipanjangkan
pada huruf vokal i, dan pada kata ‘gatal’ yang terdiri dari 2 silabel yaitu ga, tal. Tekanan suara pada huruf vokal a dan konsonan l.
8. Kalau tak berhemat cermat, karam dilaut sesat di darat. Artinya: Sikap boros
dapat mencelakakan diri sendiri. Ekspresi emotif: takutkhawatir. Analisis: makna emotif takut pada kata karam dan sesat .Stress pada kedua kata tersebut
lebih ditekankan untuk lebih menunjukkan emosi takutnya. Tekanan suara terdapat pada kata karam dan sesat. Masing-masing terdiri dari 2 silabel yaitu
ka, ram, dan se, sat.Tekanan suara tedapat pada silabel ka pada huruf a, dan sat diakhir kata pada huruf a.
9. Tahu dilihat cermin orang, tahu dikias gunjing orang. Artinya: Menjaga
kesopanan dan tingkah laku dan menghargai serta mewaspadai kritik dan komentar orang lain. Ekspresi emotif: malusegan. Analisis: makna emotif malu
terdapat pada kata ‘dilihat’ dan ‘dikias’ karena pada kata tersebut lebih
Universitas Sumatera Utara
ditekankan intonasinya agak tinggi pada kata ‘hat’ dan ‘ki’. Tekanan suara jelas terdengar intonasinya lebih tinggi pada kata ‘dilihat’ dan ‘dikias’. Masing-
masing terdiri dari 3 silabel yaitu di, ki, as, di, li, hat. Tekanan suara terdapat pada silabel hi, dan hat yaitu pada vokal i dan a.
10. Kalau tak ada mengada, takkan tempua bersarang rendah. Artinya: Kalau tak
ada hajat datang kerumah tuan, takkan kami datang kemari. Makna emotif: senangsuka. Analisis: Ekspresi emotif senang terdapat pada kata ‘tempua’ dan
tekanan suara dipanjangkan pada huruf ‘pua’. Tekanan suara terdapat pada kata ‘tempua’. Terdiri dari 3 silabel yaitu tem, pu, a. Tekanan suara terdapat pada
silabel pu, yaitu konsonan u. 11.
Kalau takut dilanda ombak, jangan berumah ditepi pantai. Artinya: Kalau tidak dicoba untuk merisik anak gadis yang diinginkan, bagaimana tahu mau atau
tidak, kalau ditolak harus diterima dengan ikhlas. Ekspresi emotif: takutkhawatir. Analisis: Makna emotif takut pada kata ‘takut’. Tekanan suara
dipanjangkan pada huruf ‘ta’. Tekanan suara terdapat pada kata ‘takut’, terdiri dati 2 silabel ta, kut yang dikuatkan suaranya pada silabel vocal u.
12. Seperti mendapat durian runtuh. Artinya: Tak disangka-sangka pinangan yang
dilakukan oleh penghulu telangkai diterima oleh anak beru. Ekspresi emotif: senanggirang. Analisis: Ekspresi emotif senang pada kata’durian’. Tekanan
suara dipanjangkan pada huruf ‘rian’. Tekanan suara terdapat pada kata ‘durian’ yang terdiri dari 3 silabel yaitu du, ri, an. Tekanan suara pada silabel ri
dikuatkan tekanan suaranya dan silabel konsonan r dan i.
Universitas Sumatera Utara
13. Piring tak retak, nasi tak dingin. Artinya: Apabila pinangan ditolak, tidak
mengapa, pihak laki-laki pun tak memaksa. Ekspresi emotif: sedehkecewa. Analisis: Ekspresi emotif sedeh pada kata ‘retak’. Tekanan suara pada silabel tak
pada akhir kata, yaitu ‘retak’. Tekanan suara terdapat pada kata ‘retak’ terdiri dari 2 sialbel yaitu re, tak. Tekana suara pada silabel tak yang dikuatkan pada
suara silabel vokal a. 14.
Hajat hati hendak memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai. Artinya: Keinginan pinangan diterima tapi kenyataannya ditolak. Ekspresi emotif:
sedehkecewa. Analisis: Tekanan suara terdapat pada kata ‘memeluk’ dan tangan, ucapannya dipanjangkan pada huruf ‘luk dan ta’. Kata memeluk terdiri
dari 3 silabel yaitu me, me, luk. Tekanan suara pada silabel luk yaitu berpuncak pada silabel u. kata tangan terdiri dari 3 silabel yaitu ta, ng, an.
Tekanan suara pada silabel ta, yaitu berpuncak pada silabel t. 15.
Habis manis sepah dibuang. Artinya: Seseorang memanfaatkan orang lain untuk kenikmatannya sendiri, setelah dimanfaatkan, orang tersebut disingkirkan dan
kalau bisa dilenyapkan dibunuh. Ekspresi emotif: sedehkecewa. Analisis: Ekspresi emotif pada kata ‘manis’ dan ‘sepah’ karena dua kata tersebut
mempunyai makna yang berlawanan, maka penutur dalam mengungkapkan rasa sedih yang bercampur dengan kecewa menekankan pada dua kata tersebut.
Intonasinya ditekankan pada huruf ‘nis’ dan ‘pah’ dengan hembusan nafas yang kuat. Tekanan suara terdapat pada kata ‘manis’ dan ‘sepah’ yang berada ditengah
kalimat. Kata ‘manis’ terdiri dari 2 silabel yaitu ma, nis. Tekanan suara pada
Universitas Sumatera Utara
silabel nis yang berpuncak pada vokal i. kata “sepah” terdiri dari 2 silabel yaitu se, pah. Tekanan suara dan hembusan nafas yang kuat pada silabel pah
puncaknya pada silabel konsonan h 16.
Tong kosong nyaring bunyinya. Artinya: Orang yang banyak bicara tidak ada ilmunya. Ekspresi emotif: bosanmuak. Analisis: Ekspresi emotif bosan pada kata
‘nyaring’, bunyinya. Tekanan suara ditekankan dan dipanjangkan pada huruf ‘nya’ dan ‘nya’. Tekanan suara terdapat pada kata “nyaring” dan bunyinya.
Ucapannya dipanjangkan pada akhir kata. ‘nyaring’ memiliki 3 silabel yaitu nya, ri, ng, tekanan suara pada silabel nya yaitu diftong ny. Bunyinya
terdiri dari 3 silabel yaitu bu, nyi, nya. Tekanan suara pada vokal i pada silabel nyi.
Dari paparan analisis makna emotif pepatah BMS yang menggunakan perangkat fonetik dapat disimpulkan bahwa tidak semua makna emotif dan semua
pepatah dapat dianalisis dengan perangkat tersebut. Hal ini dikarenakan pepatah lebih banyak menggunakan bahasa figuratif atau metafora. Hasil analisis pepatah yang
menggunakan perangkat fonetik menunjukkan bahwa tiap kata yang mempunyai makna emotif apabila salah satu atau dua kata dari pepatah ditekan dan dipanjangkan
pengucapannya pada akhir kata tiga atau dua atau satu huruf yang ditekan ucapannya, contoh: pada kata ‘cinte’ pada huruf e dalam pepatah “pucuk dicinte
ulampun tibe” selain itu, dilakukan hembusan nafas yang kuat pada akhir huruf kata yang ditekan ucapannya, contoh: pada kata ‘sepah’ pada silabel pah dalam pepatah
“habis manis sepah dibuang”. Makna emotif dalam perangkat emotif yang dapat
Universitas Sumatera Utara
dianalisis dalam tesis ini berdasarkan data yang diperoleh dari informan dengan cara direkam yaitu ekspresi emotif senang, marah, sedeh, benci, bosan takut dan malu.
Paling sering muncul dalam perangkat fonetik ini adalah ekspresi emotif senang, dan sedeh, dalam acara adat pernikahan, khatam Al-Qur’an dan sunat Rasul. Analisis
makna emotif dalam pepatah BMS yang menggunakan perangkat fonetik tidak berdasarkan pada perubahan suprasegmental, tetapi hanya pada perubahan tekanan
intonasi suara dan adanya hembusan nafas yang kuat pada silabel tertentu yang merupakan ungkapan ekspresi emosi.
5.3. Analisis Makna Emotif dalam Pepatah BMS pada Acara PernikahKhatam