2. Pembangunan Sektor Pertanian di Konsel Karakteristik Kecamatan Contoh

115 kemudian pekerja yang tidak dibayar sebanyak 23 606 orang 26.56 persen, berusaha dibantu buruh tidak dibayar sebanyak 21 164 orang 23.81 persen, buruhkaryawan sebanyak 11 618 13.07 persen, pekerja bebas non pertanian sebanyak 3 774 orang 4.25 persen, pekerja bebas pertanian sejumlah 2 590 orang 2.91 persen dan usaha dibantu buruh yang dibayar sejumlah 2 220 orang 2.50 persen.

5.2. 2. Pembangunan Sektor Pertanian di Konsel

Data BPS Sulawesi Tenggara 2007b menunjukkan bahwa dari 481,009 Ha luas wilayah daratan Kabupaten Konsel, 432 820 Ha 95.88 persen merupakan lahan kering dan sisanya seluas 18 601 Ha 4.12 persen adalah lahan sawah. Pada Tahun 2006, produksi tanaman pangan kecuali jagung kacang tanah dan padi ladang, seperti ubi kayu, kacang hijau, kedelai, ubi jalar, mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebagai akibat menurunnya areal panen. Selama ini produksi bahan makanan yang diusahakan oleh penduduk Kabupaten Konsel digunakan untuk mencukupi kebutuhan masyarakat, Badan Urusan Logistik BULOG Provinsi Sulawesi Tenggara setiap saat hanya berusaha mengadakan bahan makanan pokok berupa beras. Setidaknya terdapat 15 jenis tanaman perkebunan yang umumnya diusahakan masyarakat di Kabupaten Konsel, namun jenis tanaman perkebunan rakyat terluas adalah jambu mete meliputi 17 646 Ha, selanjutnya kakao 17 287 Ha, sagu seluas 2 283 Ha, kelapa 6 694 Ha, lada 102 Ha dan kopi seluas 1 477 Ha. Dari sisi produksi, jenis tanaman perkebunan rakyat terbesar adalah kakao, yaitu mencapai 8 334 ton, jambu mete sebanyak 5 163 ton, serta lada dan kelapa 116 masing-masing sebesar 990 ton dan 2 144 ton. Jenis tanaman perkebunan lainnya, produksinya di bawah 1.00 ton. Produksi perikanan selama Tahun 2005 sebesar 19 607 ton dengan nilai sebesar Rp. 70 607 juta, terdiri atas hasil budidaya sebanyak 11 383.1 ton dengan nilai Rp. 45 752 juta, serta hasil penangkapan di laut dan perairan umum sebanyak 8 224 ton dengan nilai Rp. 24 371 juta.

5.3. Karakteristik Kecamatan Contoh

Tiga kecamatan yang merupakan lokasi penelitian adalah Kecamatan Kolono dan Kecamatan Angata yang merupakan kecamatan yang termasuk rawan pangan dan Kecamatan Lainea yang merupakan kecamatan tahan pangan. 5.3.1. Kecamatan Kolono Luas wilayah Kecamatan Kolono meliputi 335.27 Km 2 Kecamatan Kolono merupakan salah satu daerah yang masuk kategori rawan pangan. Dalam penelitian ini dipilih Desa Matandahi, Ngapawali dan Andinete sebagai lokasi penelitian. Dua desa yang disebut pertama terletak di tepi pantai, sedangkan Desa Andinete terletak di daerah dataran. Karena terletak di atau 7.43 persen dari luas wilayah Kabupaten Konsel. Kecamatan Kolono dengan Ibukota Kelurahan Kolono memiliki 26 desakelurahan. Dilihat dari letak topografinya, sebagian besar desa-desa di kecamatan ini adalah dataran ada 14 desa dan sebagian lagi merupakan pesisirtepi laut 12 desa. Seluruh jalan utama desa di Kecamatan Kolono belum diaspal. Kondisi jalan utama desa diperkeras, tetapi ada juga desa yang kondisi jalan utamanya masih tanah. Meskipun demikian kondisi jalan tersebut masih dapat dilalui oleh kendaraan, baik roda dua maupun roda empat BPS Konawe Selatan, 2008. 117 tepi pantai, sehingga warga masyarakat di Desa Matandahi dan Ngapawali seba- gian besar adalah petani nelayan, yang disamping memiliki lahan-lahan kebun, juga bekerja sebagai nelayan. Sebaliknya, masyarakat di Desa Andinete, sebagian besar adalah petani pekebun, yang menanam tanaman perkebunan seperti kakao, merica dan kelapa. Beberapa aspek kependudukan untuk masing-masing desa penelitian di Kecamatan Kolono disajikan berikut ini : Tabel 4. Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk, Jumlah Rumahtangga dan Jumlah Rata-Rata Jiwa per Rumahtangga di Kecamatan Kolono Tahun 2007 Desa Jumlah Penduduk Jiwa Kepadatan Penduduk JiwaKm 2 Jumlah Rumah- tangga Rata-rata Jiwa per Rumahtangga Jiwa Matandahi Andinete Ngapawali 372 392 270 127.74 79.31 23.77 86 104 79 3.34 3.76 3.43 Data di atas menunjukkan bahwa dari tiga desa penelitian di Kecamatan Kolono, Desa Andinete adalah yang jumlah penduduknya terbanyak dengan rata-rata 3.76 jiwa per rumahtangga. Dilihat dari tingkat kepadatan penduduk, Desa Matandahi adalah yang paling padat, yaitu sekitar 128 jiwaKm2. Ketenagakerjaan dan Sektor Pertanian Dari segi ketenagakerjaan, sebagian besar penduduk di Kecamatan Kolono bekerja pada sektor perkebunan, lalu perikanan laut. Adapun produk unggulan pada sektor perkebunan adalah jambu mete dan kakao BPS Konawe Selatan, 2008. Lahan sawah hanya terdapat di Desa Matandahi dan Andinete, masing-masing seluas 55 Ha dan 150 Ha. Sedangkan luas lahan bukan sawah di masing-masing desa penelitian adalah 767 Ha di Desa Matandahi, 1 195 Ha di Desa Andinete dan di Desa Ngapawali seluas 3 255 Ha. 118

5.3.2. Kecamatan Angata

Luas wilayah Kecamatan Angata meliputi 437 Km 2 atau 9.69 persen dari luas wilayah Kabupaten Konsel. Ibukota Kecamatan Angata adalah Desa Motaha. Kecamatan Angata memiliki 20 desakelurahan, dimana keseluruhan desa-desa tersebut adalah dataran. Meskipun kondisi jalan di Kecamatan Angata tidak semua beraspal, namun akses dari ibukota kecamatan ke seluruh desa di wilayah Kecamatan Angata relatif mudah, karena semua desa dapat dilewati dengan kendaraan roda empat dan roda dua sepanjang tahun dengan menggunakan jalan darat BPS Konawe Selatan, 2009a. Kecamatan Angata merupakan salah satu daerah yang masuk kategori rawan pangan di Kabupaten Konsel. Dalam penelitian ini dipilih Desa Lamooso dan Sandarsi Jaya sebagai lokasi penelitian. Sebagian besar masyarakat di kecamatan ini adalah adalah petani pekebun, dengan tanaman perkebunan unggulan lada dan kakao. Desa Lamooso ini terletak di sepanjang jalan raya yang telah beraspal, sementara Desa Sandarsi Jaya seluruh wilayahnya terletak di jalan yang baru mengalami pengerasan dengan kerikil dan bukan berada di jalan raya. Dengan demikian akses masyarakat di Desa Sandarsi Jaya relatif lebih terbatas dibandingkan penduduk di Desa Lamooso. Kependudukan Beberapa aspek kependudukan untuk masing-masing desa penelitian disajikan dalam Tabel 5. Dari tabel tersebut nampak bahwa jumlah penduduk di Desa Lamooso lebih banyak, namun dengan tingkat kepadatan yang lebih rendah dibandingkan Desa Sandarsi Jaya. 119 Tabel 5. Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk, Jumlah Rumahtangga dan Jumlah Rata-Rata Jiwa per Rumahtangga di Kecamatan Angata Tahun 2008 Desa Jumlah Penduduk Jiwa Kepadatan Penduduk JiwaKm 2 Jumlah Rumah- tangga Rata-rata Jiwa per Rumahtangga Jiwa Lamooso Sandarsi Jaya 806 522 17.61 56.71 219 144 3.68 3.63 Ketenagakerjaan dan Sektor Pertanian Dari segi ketenagakerjaan, seperti juga di Kecamatan Kolono, sebagian besar penduduk di Kecamatan Angata bekerja pada sub sektor perkebunan, lalu tanaman pangan. Yang agak berbeda adalah di kecamatan ini sebagian masyarakatnya mencari ikan di rawa-rawa yang banyak terdapat di sekitar daerah ini. Salah satu rawa terbesar adalah Rawa Aopa, yang merupakan Taman Nasional BPS Konawe Selatan, 2009a. Disamping lahan perkebunan, di desa-desa penelitian di Kecamatan Angata ini terdapat lahan sawah, yaitu masing-masing seluas 280 Ha di Desa Lamooso dan seluas 73 Ha di Desa Sandarsi Jaya. Sedangkan luas lahan bukan sawah di masing-masing desa penelitian adalah 2 100 Ha di Desa Lamooso dan di Desa Sandarsi Jaya seluas 462 Ha.

5.3.3. Kecamatan Laeya

Luas wilayah Kecamatan Laeya adalah 316.32 Km 2 atau 11.25 persen dari luas wilayah Kabupaten Konsel. Ibukota Kecamatan Lainea adalah Kelurahan Punggaluku. Kecamatan Laeya terdiri atas 2 desa pantai dan 14 bukan desa pantai, yang secara umum memiliki topografi berbukit. Luas areal lahan sawah adalah 3 110 hektar, sedangkan lahan bukan sawah mencapai 11 760 hektar BPS Konawe Selatan, 2009b. 120 Kecamatan Lainea merupakan salah satu daerah yang masuk kategori tahan pangan. Dalam penelitian ini dipilih Kelurahan Punggaluku dan Rambu- Rambu sebagai lokasi penelitian. Kedua kelurahan ini memiliki akses jalan beraspal, yang merupakan jalan provinsi. Sebagian besar masyarakat di wilayah ini memiliki lahan kebun seperti mete, lada, dan kakao, disamping lahan sawah yang dapat ditanami dua kali dalam setahun. Hal ini dimungkinkan, karena di daerah ini terdapat irigasi tehnis yang dibangun sejak Tahun 1970-an dan masih berfungsi dengan baik hingga kini. Kependudukan Beberapa aspek kependudukan untuk masing-masing lokasi penelitian disajikan dalam Tabel 6. Dari tabel tersebut nampak bahwa jumlah penduduk di Kelurahan Punggaluku lebih banyak, dengan tingkat kepadatan yang sama dengan Kelurahan Rambu-Rambu. Tabel 6. Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk, Jumlah Rumahtangga dan Jumlah Rata-Rata Jiwa per Rumahtangga di Kecamatan Laeya Tahun 2009 Kelurahan Jumlah Penduduk Jiwa Kepadatan Penduduk JiwaKm 2 Jumlah Rumah- tangga Rata-rata Jiwa per Rumahtangga Jiwa Punggaluku Rambu-Rambu 2 657 956 17.61 156 625 234 4 4

5.4. Karakteristik Sosiodemografi dan Usahatani Responden