4.1.3 Siklus II
1. Perencanaan Siklus II Perencanaan siklus II didasarkan pada hasil refleksi siklus I.
Perencanaan pada pembelajaran siklus II, dilakukan dengan revisi pada RPP kemudian dilakukan pembelajaran yang sama seperti pada siklus I
dengan penekanan pada lima indikator yang nilainya masih rendah. 2. Tindakan Siklus II
Siklus II dilakukan dalam dua pertemuan. Sebelum masuk pada pertemuan pertama siklus II, siswa diberi tugas membuat rancangan
praktikum pembuatan koloid lengkap dengan alur kerja yang dibuat pada kertas manila. Selain itu, siswa juga ditugaskan untuk
menggambar bagian- bagian neraca o’hauss dan gelas ukur. Siswa juga
melaporkan jelajah pustaka mengenai ciri-ciri hipotesis yang baik dalam penelitian.
Pertemuan pertama dilaksanakan di kelas dengan kegiatan presentasi alur kerja praktikum pembuatan koloid oleh kelompok
terpilih. Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi menentukan cara kerja yang paling mungkin dilaksanakan dengan bimbingan guru.
Penugasan oleh guru kepada siswa untuk membuat alur kerja di kertas manila memberikan efek positif pada pembelajaran, yakni alur
kerja yang dibuat lebih mudah dipahami. Selain itu, kelompok terpilih tidak perlu menggambar kembali alur kerja di papan tulis sehingga
waktu yang digunakan lebih efektif untuk berdiskusi.
Jelajah pustaka mengenai ciri-ciri hipotesis yang baik memberikan pengetahuan baru kepada siswa mengenai penyusunan hipotesis. Siswa
mendapat pengetahuan baru bahwa hipotesis menggunakan kalimat negatif dan terdapat hubungan antar-variabel dalam hipotesis tersebut.
Berdasarkan hasil diskusi diperoleh suatu rancangan yang digunakan pada kegiatan praktikum. Pada siklus II siswa melakukan
praktikum pembuatan koloid secara berkelompok. Pembuatan koloid yang dipraktikkan oleh siswa meliputi pembuatan koloid secara
kondensasi dan dispersi. Kelompok praktikum pada siklus II sama dengan siklus I. Pengulangan kegiatan yang dilakukan sebagai upaya
penguatan keterampilan praktikum yang telah dipelajari sebelumnya. Jelajah pustaka yang dilakukan siswa mengenai bagian-bagian
neraca o’hauss dan gelas ukur menyebabkan pekerjaan siswa lebih teratur dan tidak gaduh. Masing-masing siswa sudah mengetahui cara
penggunaan alat dan bahan sehingga suasana kelas lebih kondusif. Siswa diminta menyampaikan laporan sementara secara lisan
setelah siswa selesai melaksanakan praktikum kepada guru. Kemudian guru menunjukkan beberapa hasil percobaan dan memulai diskusi.
Setelah diskusi selesai guru memberikan tugas kepada siswa agar menyelesaikan dan mengumpulkan laporan praktikum secara individu
pada pertemuan selanjutnya. Selanjutnya dilakukan tes akhir siklus II untuk mengukur aspek kognitif siswa setelah model pembelajaran
discovery learning dengan scientific approach diterapkan pada siklus II.
3. Pengamatan Siklus II Tahap pengamatan atau observasi dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan sama seperti pada siklus I. Teknik pengamatan dilaksanakan menggunakan format lembar observasi terstruktur dan
teruji, serta penilaian dilakukan oleh tiga observer. Kisi-kisi lembar observasi dikembangkan berdasarkan 10 indikator keterampilan proses
sains dalam lingkup materi pokok koloid. Butir-butir KPS yang meliputi : 1 mampu merancang praktikum
sesuai dengan sistematika yang tepat dan jelas, 2 membuat bagan alur kerja yang mudah dibaca dan sesuai prosedur, 3 memprediksi suatu
campuran yang memiliki sifat-sifat tertentu didasarkan pada konsep yang telah dipelajari, dan 4 mengajukan hipotesis awal mengenai hasil
percobaan melalui tafsiran ilmiah dugaan sementara diamati pada saat
siswa melakukan diskusi menentukan alur kerja yang akan digunakan pada praktikum pembuatan koloid. Adapun butir 5 mematuhi prosedur
keselamatan kerja, 6 mengecek kebersihan dan kesiapan alat dan bahan sebelum melaksanakan praktikum, 7 menimbang bahan dengan tepat,
8 mengukur volume larutan dengan benar, 9 mencampur bahan, 10 mengamati sifat-sifat campuran dengan teliti, 11 memasukkan
campuran berdasarkan pengamatan, 12 membersihkan dan merapikan kembali alat dan meja praktikum diamati ketika siswa melaksanakan
praktikum di laboratorium. Laporan sementara siswa dan diskusi kelas pada akhir kegiatan praktikum siklus II dinilai dengan lembar penilaian
KPS siswa pada butir-butir sebagai berikut: 13 mengelompokkan berdasarkan data pengamatan, 14 menganalisis hasil praktikum
berdasarkan konsep yang dipelajari, 17 mempresentasikan hasil praktikum dengan komunikatif, kreatif, dan menarik, dan 18
mengajukan suatu permasalahan ketika diskusi kelas berlangsung. Butir KPS 15 menyimpulkan data dari praktikum yang telah dilaksanakan,
16 menuliskan hasil praktikum pada laporan praktikum dengan sistematika yang benar diamati setelah siswa menyelesaikan laporan
praktikum. 4. Refleksi Siklus II
Tahap refleksi merupakan tahap dimana peneliti mengevaluasi tindakan dengan melihat ketercapaian indikator keberhasilan. Nilai
setiap indikator KPS siswa pada siklus II juga diidentifikasi untuk mengetahui apakah solusi pada refleksi siklus I dapat mengatasi
kekurangan-kekurangan yang muncul. Nilai per indikator KPS siklus II dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2
Nilai Tiap Indikator KPS Siklus II Data yang ditunjukkan oleh Gambar 4.2 menunjukkan adanya
peningkatan pada lima indikator yang berada pada kategori kurang di siklus I. Indikator-indikator tersebut adalah : 1 merencanakan
percobaan, 2 mengajukan hipotesis, 3 mengamati, 4 mengkomunikasikan hasil, dan 5 mengajukan pertanyaan.
Tugas yang diberikan kepada siswa untuk meningkatkan daya jelajah membuat siswa lebih tertarik dan memahami materi praktikum
yang dilaksanakan sehingga berdampak baik pada kemampuan siswa dalam merencanakan percobaan, mengajukan hipotesis, mengamati, dan
mengkomunikasikan hasil. Motivasi yang diberikan oleh guru mampu meningkatkan
keberanian siswa dalam menyampaikan pendapat. Siswa menjadi lebih percaya diri dalam menyampaikan gagasan dan berperan aktif dalam
pembelajaran.
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
Keterangan: 1. Merencanakan percobaan
6. Mengamati 2. Meramalkan
7. Menafsirkan 3. Mengajukan hipotesis
8. Menerapkan konsep 4. Menggunakan alat dan bahan
9. Mengkomunikasikan hasil 5. Mengelompokkan
10. Mengajukan pertanyaan
Berdasarkan data hasil observasi, diperoleh rata-rata nilai KPS siswa adalah 76,17. Dari data tersebut diketahui 75 atau sebanyak 27
dari 36 siswa mendapat nilai lebih dari sama dengan 75 dan berada pada kategori minimal baik. Hal ini berarti indikator keberhasilan dalam
penelitian telah tercapai. Selain mengevaluasi hasil penilaian KPS, peneliti dan guru
pengampu juga mengevaluasi aspek kognitif dan afektif siswa. Data analisis tes akhir siklus II dan post-test disajikan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4
Analisis Hasil Tes Akhir Siklus II dan Post-test Data
Tes Akhir Siklus II
Post-test Nilai tertinggi
92 91
Nilai terendah 67
70 Rata-rata nilai
79,77 80
Jumlah siswa yang tuntas 34
31 Jumlah siswa yang tidak tuntas
2 5
Berdasarkan data pada Tabel 4.4, proporsi ketuntasan tes akhir siklus II dan post-test sekurang-kurangnya 85. Hal ini menunjukkan
bahwa aspek kognitif telah mencapai ketuntasan klasikal dan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran discovery
learning dengan scientific approach memberikan pengaruh positif bagi
kemampuan kognitif siswa. Hasil identifikasi nilai KPS, tes akhir siklus II, dan ulangan harian
siswa dapat disimpulkan bahwa kekurangan-kekurangan pada siklus I dapat diatasi dengan baik dan indikator keberhasilan PTK sudah
tercapai pada siklus II.
4.2 Pembahasan