IPA 4 yang telah menerima materi koloid sebelumnya. Instrumen yang diuji meliputi lembar observasi penilaian KPS, soal pretest, tes akhir siklus, dan
post-test , serta lembar observasi afektif. Uji coba dilaksanakan untuk
mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen sebelum digunakan. Soal- soal untuk menguji aspek kognitif dan lembar pengamatan afektif siswa
telah dinyatakan valid oleh ahli dan berdasarkan analisis data seluruh instrumen dinyatakan reliabel.
Berdasarkan hasil kegiatan pra-penelitian, peneliti mengembangkan tahap kegiatan penelitian tindakan yang didasarkan pada pendekatan yang
dikembangkan oleh Lewin yang terdiri atas perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi Suharsimi, 2006: 92. Berikut pemaparan hasil
penelitian dalam siklus I dan II :
4.1.2 Siklus I
1. Perencanaan Siklus I
Perencanaan siklus I didasarkan pada identifikasi masalah yang telah dilakukan. Perencanaan tindakan disusun untuk menguji secara
empiris hipotesis tindakan yang ditentukan Elfanany, 2013: 55. Pada penelitian ini perencanaan tindakan meliputi penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang mencakup model pembelajaran discovery learning
dengan scientific approach dan mempersiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi penilaian KPS, soal-soal
untuk mengetahui ketercapaian kognitif siswa, lembar pengamatan afektif siswa, dan bahan ajar dengan materi pokok koloid.
2. Tindakan Siklus I
Tahap tindakan merupakan implementasi dari perencanaan tindakan, yaitu realisasi model pembelajaran discovery learning dengan
scientific approach untuk meningkatkan KPS siswa. Sebelum masuk ke
pertemuan pertama siklus I, siswa dibagi menjadi sembilan kelompok dan tiap kelompok diberi tugas untuk merancang praktikum pengamatan
larutan, koloid, dan suspensi. Siklus I dilaksanakan dalam tiga pertemuan. Pada pertemuan
pertama diawali dengan kegiatan presentasi alur kerja yang sudah ditugaskan oleh guru pada pertemuan sebelumnya. Presentasi dilakukan
oleh perwakilan kelompok, dilanjutkan dengan diskusi kelas untuk menentukan alur kerja yang paling mungkin dilakukan dengan
bimbingan guru. Berdasarkan hasil diskusi diperoleh satu rancangan yang digunakan
pada kegiatan praktikum. Dalam kegiatan praktikum yang dilaksanakan di laboratorium siswa mempraktikkan cara menentukan jenis-jenis
campuran, mengetahui perbandingan sifat antara larutan, koloid, dan suspensi, dan efek Tyndall.
Kegiatan presentasi dan diskusi kelas dilakukan setelah siswa melaksanakan praktikum. Kegiatan ini membahas tentang hasil
praktikum dan materi-materi lain pada koloid yang tidak dipraktikumkan. Materi tersebut adalah jenis-jenis koloid dan sifat-sifat
koloid. Tes akhir siklus I dilakukan setelah siswa berdiskusi. Laporan praktikum I tiap individu dikumpulkan pada akhir pembelajaran.
3. Pengamatan Siklus I
Tahap pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Teknik pengamatan dilaksanakan menggunakan format lembar
observasi terstruktur dan teruji, serta penilaian dilakukan oleh tiga observer
. Kisi-kisi lembar observasi dikembangkan berdasarkan 10 indikator keterampilan proses sains dalam lingkup materi pokok koloid.
Butir-butir KPS yang meliputi : 1 mampu merancang praktikum sesuai dengan sistematika yang tepat dan jelas, 2 membuat bagan alur
kerja yang mudah dibaca dan sesuai prosedur, 3 memprediksi suatu campuran yang memiliki sifat-sifat tertentu didasarkan pada konsep
yang telah dipelajari, dan 4 mengajukan hipotesis awal mengenai hasil percobaan melalui tafsiran ilmiah dugaan sementara
diamati pada saat siswa melakukan diskusi menentukan alur kerja yang akan digunakan
pada praktikum pengamatan larutan, koloid, dan suspensi. Adapun butir 5 mematuhi prosedur keselamatan kerja, 6 mengecek kebersihan dan
kesiapan alat dan bahan sebelum melaksanakan praktikum, 7 menimbang bahan dengan tepat, 8 mengukur volume larutan dengan
benar, 9 mencampur bahan, 10 mengamati sifat-sifat campuran dengan teliti, 11 memasukkan campuran berdasarkan pengamatan, 12
membersihkan dan merapikan kembali alat dan meja praktikum diamati ketika siswa melaksanakan praktikum di laboratorium. Laporan siswa
dan diskusi kelompok pada akhir pertemuan siklus I dinilai dengan lembar penilaian KPS siswa pada butir-butir sebagai berikut: 13
mengelompokkan berdasarkan data pengamatan, 14 menganalisis hasil praktikum berdasarkan konsep yang dipelajari, 15 menyimpulkan data
dari praktikum yang telah dilaksanakan, 16 menuliskan hasil praktikum pada laporan praktikum dengan sistematika yang benar, 17
mempresentasikan hasil praktikum dengan komunikatif, kreatif, dan menarik, dan 18 mengajukan suatu permasalahan ketika diskusi kelas
berlangsung.
4. Refleksi Siklus I
Tahap refleksi merupakan tahap evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Refleksi dilakukan peneliti berkolaborasi dengan
guru pengampu. Peneliti bersama guru pengampu mengidentifikasi kekurangan berdasarkan nilai siswa pada setiap indikator KPS untuk
memperbaiki proses pembelajaran pada siklus I. Nilai per indikator KPS siklus I ditunjukkan pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1
Nilai Tiap Indikator KPS Siklus I Berdasarkan Gambar 4.1, nilai rata-rata tiap butir secara umum
sudah cukup baik ditunjukkan oleh dua dari sepuluh indikator memperoleh nilai rata-
rata baik 75 ≤ x 85, tiga indikator memperoleh nilai rata-
rata cukup 65 ≤ x 75, dan lima indikator memperoleh nilai rata-rata kurang. Kelima indikator yang mendapat
nilai rata-rata kurang yakni: 1 merencanakan percobaan, 2 mengajukan hipotesis, 3 mengamati, 4 mengkomunikasikan hasil,
dan 5 mengajukan pertanyaan sehingga dibutuhkan perbaikan. Rendahnya nilai pada kelima indikator tersebut disebabkan
kurangnya pengetahuan siswa dalam membuat bagan alur kerja berdasarkan langkah kerja yang mereka peroleh dan bagaimana
seharusnya sebuah hipotesis dirumuskan. Selain itu, siswa merasa takut dan kurang percaya diri untuk menyampaikan pendapat dalam diskusi
kelas.
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
Keterangan: 1. Merencanakan percobaan
6. Mengamati 2. Meramalkan
7. Menafsirkan 3. Mengajukan hipotesis
8. Menerapkan konsep 4. Menggunakan alat dan bahan
9. Mengkomunikasikan hasil 5. Mengelompokkan
10. Mengajukan pertanyaan
Selain mengevaluasi hasil penilaian KPS, peneliti dan guru pengampu juga mengevaluasi aspek kognitif dan afektif siswa. Data
analisis hasil pretest dan tes akhir siklus I disajikan pada Tabel 4.2. Adapun data analisis afektif siswa disajikan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.2
Analisis Hasil Pretest dan Tes Akhir Siklus I Data
Pretest Tes Akhir Siklus I
Nilai tertinggi 80
84 Nilai terendah
30 63
Rata-rata nilai 71,86
75,22 Jumlah siswa yang tuntas
21 26
Jumlah siswa yang tidak tuntas
15 10
Berdasarkan data pada Tabel 4.2, rata-rata nilai dari pretest ke tes akhir siklus mengalami peningkatan dari 71,86 menjadi 75,22. Proporsi
ketuntasan pada pretest adalah 52, 78 dan meningkat menjadi 72,22 pada tes akhir siklus I. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang
dilakukan memberikan pengaruh positif pada aspek kognitif siswa.
Tabel 4.3
Analisis Hasil Afektif Siswa pada Siklus I Kriteria
Proporsi Siswa Sangat Baik
736 siswa Baik
1836 siswa Cukup
836 siswa Kurang
336 siswa Sangat Kurang
036 siswa
Dari Tabel 4.3 diketahui bahwa 25 siswa aspek afektifnya sudah baik dan 11 siswa masih memerlukan bimbingan dan motivasi tambahan dari
guru.
Berdasarkan hasil penilaian pada siklus I rata-rata nilai KPS siswa sebesar 62,89. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah siswa yang
memperoleh nilai KPS dalam kategori minimal baik kurang dari 70 dan indikator keberhasilan dalam penelitian belum tercapai.
Setelah melakukan refleksi dan berdiskusi dengan guru pengampu, maka rancangan untuk dilakukan pada siklus II agar terjadi peningkatan
KPS adalah dengan: 1 memberikan tugas tambahan kepada siswa untuk menggambarkan alur kerja di kertas manila sehingga alur kerja
yang dibuat lebih jelas, 2 jelajah pustaka mengenai bagian-bagian neraca o’hauss dan gelas ukur, 3 jelajah pustaka mengenai perumusan
hipotesis dan ciri-ciri hipotesis yang baik sehingga hipotesis yang dibuat selanjutnya lebih baik, 4 guru memberikan motivasi kepada siswa
untuk meningkatkan daya jelajah mengenai materi dan berani menyampaikan pendapat ketika diskusi kelas berlangsung sehingga
pengetahuan yang diperoleh semakin berkembang. Tindakan yang direncanakan untuk dilakukan pada siklus II sesuai
dengan pendapat Roestiyah 2001: 22, yang menyatakan bahwa dalam discovery learning
siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan
instruksi. Hal ini juga sesuai dengan yang disampaikan oleh Aktamis Ergin 2008 : 5, bahwa tujuan dalam pembelajaran sains adalah untuk
membuat seseorang menggunakan keterampilan proses sains.
4.1.3 Siklus II