Setiap konflik berpotensi memiliki hasil yang bersifat merusak atau membangun Johnson Johnson, 2005: 246. Hasil konflik yang bersifat merusak
dapat menciptakan kesedihan, kemarahan, permusuhan, sakit hati, kebencian yang berlanjut, kekerasan, perpisahan, perceraian, peperangan danatau harus berakhir
pada penyelesaian jalur hukum. Konflik akan membawa hasil yang bersifat merusak atau membangun sangat tergantung bagaimana konflik tersebut dikelola
bukan dikarenakan kehadiran konflik dalam kehidupan seseorang.Konflik yang bersifat merusak harus dicegah karena dapatmenimbulkan keretakan hubungan
antar individu atau kelompok, menurunkan tingkat produktivitas dan kinerja seseorang, yang dapat menghambatpencapaian tujuan yang diharapkan seperti
rasa aman. Konflik yang bersifat merusak dikarenakan adanya pengelolaan konflik yang buruk.Di sisi lain, konflik juga dapat membawa hasil akhir yang
positif. Adanya konflik dapat menjadikan seseorang menjalin hubungan yang lebih dekat baik dengan orang lain yang lebih peduli dan berkomitmen untuk
menyelesaikan konflik. Keberadaan konflik sesungguhnya memiliki potensi untuk menunjang perkembangan diri maupun perkembangan relasi dengan orang lain
yaitu dengan cara mampu menghadapi dan memecahkan konflik-konflik yang dialami secara konstruktif membangun bukan destruktifmerusak.
2.2.1.2 Pengertian Strategi Manajemen Konflik
Menurut Wirawan 2013: 120 mendefinisikan manajemen konflik sebagai proses pihak yang terlibat konflik atau pihak ketiga menyusun strategi konflik dan
menerapkannya untuk mengendalikan konflik agar menghasilkan resolusi yang
diinginkan. Pengertian manajemen konflik tersebut menekankan pada penyusunan strategi konflik oleh pihak yang terlibat untuk mengendalikan sehingga mampu
mencapai tujuan yang diinginkan. Manajemen konflik dapat berarti sebagai proses penyusunan strategi penyelesaian agar konflik dapat berkembang menjadi konflik
konskruktif. Konflik jika tidak dimanajemen akan mengakibatkan konflik destruktif sehingga pihak yang terlibat dalam konflik dapat mengalami penurunan
kinerja dan berdampak pada terhambatnya aktivitas sehari-sehari. Strategi manajemen konflik adalah langkah yang diambil seseorang yang
sedang berkonflik dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki untuk mendapatkan penyelesaian sesuai yang diharapkan. Seseorang yang berkonflik
perlu menelusuri dan mengidentifikasikan dampak yang dapat dari konflik yang sedang dialami, sebelum orang tersebut menentukan strategi manajemen konflik.
Pengetahuan mengenai strategi manajemen konflik menjadikan individu mengidentifikasi strategi yang akan dipilih sehingga dapat meningkatkan
pemahaman dan motivasi dalam menyelesaikan konflik. Keahlian dan latihan dalam menghadapi konflik juga diperlukan agar seseorang terbiasa dalam
menentukan strategi penyelesaian konflik. Menurut Hendricks 2008: 6 strategi manajemen konflik dikatakan efektif
dan akan
berhasil apabila
individu mampu
mengembangkan dan
mengimplementasikan strategi konflik dengan hati-hati. Setiap orang mempunyai strategi yang berbeda untuk menghadapi konflik. Strategi manajemen konflik
diperoleh melalui proses belajar dari pengalaman sendiri ataupun orang lain. Seseorang telah memulai belajar strategi menghadapi konflik sejak masa kanak-
kanak, sehingga kemampuan manajemen konflik akan berlangsung secara alami dan berfungsi secara otomatis tanpa disadari. Strategi-strategi manajemen konflik
apa saja yang dapat dipilih dalam menghadapi situsi konflik akan dijelaskan lebih lanjut oleh beberapa ahli. Berbagai strategi manajemen konflik antara lain
menurut Jonhson Johnson, Hendricks dan Newstrom.
2.2.1.3 Strategi Manajemen Konflik