Analisis Kriteria dan Break Even Point BEP

52

b. Modal Awal Usaha

Modal awal usaha berupa biaya investasi dan modal kerja. Biaya investasi berupa biaya-biaya yang dibutuhkan untuk me mbeli ko mponen yang dibutuhkan untuk men jalan kan usaha seperti mesin, peralatan, perizinan, dan lain -la in. Investasi merupakan ko mponen yang memiliki u mur panjang. Modal kerja merupakan biaya yang dibutuhkan untuk menja lankan usaha sebelum perusahaan menperoleh pendapatan. Besarnya biaya modal ke rja berupa biaya operasional selama 1 tahun pada tahun pertama Soeharto 1999. Biaya investasi yang dibutuhkan untuk me mula i usaha adalah Rp 746,100,000.-. Rincian biaya investasi dapat dilihat pada La mpiran 27. Modal kerja yang dibutuhkan adalah Rp 1,661,143,333.-, yaitu biaya operasional selama 1 tahun Lamp iran 28. Kebutuhan dana proyek pada tahun pertama sebesar Rp 2,407,243,333.- dan sebesar 70 dari dana ini diperoleh me lalu i pinja man bank, sedangkan sisanya berasal dari modal sendiri.

c. Biaya Produksi

Biaya produksi meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya operasional pabrik, dan biaya operasional kantor, yang rinciannya dapat dilihat pada La mp iran 28. Biaya produksi yang diperlukan selama 1 bulan adalah Rp 138,428,611.- dan selama 1 tahun adalah Rp1,661,143,333.-. Biaya produksi diasumsikan sama dari tahun pertama sampai tahun kelima .

d. Volume Produksi dan Proyeksi Penjualan

Vo lu me produksi diasumsikan 85 dari total bahan baku yang digunakan perbulan. Jumlah produk yang dihasilkan adalah 111.350 ke masan perbulan atau 1,336,200 ke masan pertahun, dengan berat perkemasan adalah 50 gram. Penjualan pada tahun pertama diasumsikan sebesar 70 atau sebanyak 935,340 ke masan, dan meningkat pada tahun kedua dan seterusnya menjadi 80 atau sebanyak 1,068,960 ke masan. Harga pokok per ke masan dihitung dari kebutuhan dana usaha pada tahun pertama La mp iran 29 d ibagi dengan jumlah produk yang dihasilkan pada tahun pertama, yaitu Rp 1,801.56. Harga jua l produk adalah Rp 2,500.-, sehingga marg in keuntungan adalah sekitar 39.

e. Analisis Kriteria dan Break Even Point BEP

Kriteria kelayakan usaha yang digunakan adalah Payback Period PBP, Net Present Value NPV, Net Bene fit Cost Ratio Net BC, Internal Rate of Return IRR, dan Break Even Point BEP. Untuk me mpe roleh nila i dari kriteria tersebut, diperlukan suatu arus kas cash flow, yang dapat dilihat pada La mpiran 34. Hasil ana lisis finansial untuk kriteria kelayakan usaha dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Kriteria ke layakan usaha sorgum fla kes Kriteri a Nilai NPV Net Present Value Rp 30,413,824,- IRR Internal Rate Return 14 Net B C Net Benefit Cost 1.01 PP Payback Period 4 tahun 25 hari 53 Berdasarkan Tabel 20, nila i NPV lebih besar dari nol, nila i IRR lebih besar dari tingkat suku bunga diskonto 13, n ila i PP kurang dari u mur proyek 5 tahun, dan nila i Net BC leb ih besar dari 1,00. Maka dapat disimpulkan bahwa proyek layak yang dila ksanakan atau investasi dapat dilakukan. Rincian proyeksi aliran kas dan perhitungan kriteria kelayakan dapat dilihat pada La mpiran 34 dan La mp iran 35. Break Even Point atau Keadaan Pulang Pokok merupakan keadaan saat penerimaan pendapatan perusahaan total revenue – TR sama dengan biaya yang ditanggungnya total cost – TC. BEP juga dapat menunjukkan jumlah minimum unit produk yang harus terjual agar perusahaan tidak me rugi. Perincian perhitungan BEP dapat dilihat pada La mpiran 33. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dilihat bahwa titik impas pada tahun pertama senilai Rp 939,300,334.46 dengan jumlah unit terjual minima l 375,720 unit. Pada tahun berikutnya, nila i BEP adalah Rp 767,896,416.22 atau 307,159 unit produk minimal terjual. Da ri proyeksi penjualan, ju mlah unit terjua l sudah di atas BEP sehingga perusahaan telah mendapat untung. 54

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelit ian yang dilaku kan, dapat diketahui ko mposisi bahan -bahan yang diperlukan untuk me mbuat sorgum flakes dengan karakteristik paling disukai. Tepung sorgum berukuran 60 mesh menghasilkan kara kteristik renyah dan tekstur paling baik. Penambahan tepung tapioka me mperbaiki kara kteristik pengembangan dan tekstur produk. Pe rbandingan tepung sorgum 60 mesh dan tapioka yang paling disukai adalah 9 : 1. Pena mbahan e mulsifier sebanyak 1 dari basis 100 ju mlah tepung sorgum dan tapioka menghasilkan produk dengan kara kteristik tekstur terbaik dan paling disukai. Penambahan bahan-bahan lain seperti tepung gula 15, coklat bubuk 10, minyak 4, dan gara m 1 berdasarkan 100 ju mlah tepung sorgum dan tapioka menghasilkan fla kes dengan karakteristik terbaik. Ko mposisi bahan-bahan tersebut menghasilkan fla kes sorgum dengan karakteristik yang paling disukai. Pengujian tingkat penerimaan produk oleh ko nsumen, yaitu anak-ana k sekolah dasar, menunjukkan respon yang baik. Pengujian dilaku kan pada dua sekolah dasar dengan tingkat ekonomi yang berbeda, yang merepresentasikan ekonomi menengah ke bawah dan menengah ke atas. Secara keseluruhan, terdapat hubungan antara tingkat sosial ekonomi siswa dengan tingkat kesukaan terhadap produk. Hal ini tera mati secara khusus pada atribut rasa dan warna. Hubungan yang sama juga ditunjukan dari tingkat keinginan konsumsi produk. Ha l in i berart i, sema kin men ingkatnya tingat sosial ekonomi konsumen, kesukaan dan keinginan konsumsi produk cenderung menurun. Meskipun demikian, secara umu m, produk dapat diterima konsumen, yang terlihat bahwa sangat sedikit yang mengatakan tidak suka terhadap atribut produk. Ko mposisi kimia produk yang dihasilkan dala m basis kering, yaitu kadar air 2.66, kadar abu 2.54, kadar le ma k 3.80, kadar protein 7.50, kadar ka rbohidrat by difference 79.42, dan kadar serat kasar 9.32. Produk ini me miliki derajat pengembangan 118.09 dimensi panjang dan 130.93 dimensi lebar, waktu reh idrasi sela ma 2650 detik saat mu lai terbasahi med ia susu dan 3210 detik saat semua bagian terendam dala m media. Indeks kelarutan air produk adalah 0.008 gr ml, tingkat ke kerasan ma ksima l produk 1100 gf dan 820 gf saat patah. Satu takaran saji produk sebanyak 50 gra m dapat me menuhi 13 kebutuhan karbohidrat harian, 8 kebutuhan protein, dan 6 kebutuhan lema k berdasarkan kebutuhan energi harian 2000 kka l. Analisis finansial terhadap proyek usaha sorgum flakes selama 5 tahun menunjukkan bahwa nila i NPV sebesar Rp 30,413,824.- yang leb ih besar dari nol, nilai IRR sebesar 14 yang lebih besar dari t ingkat suku bunga diskonto 13, Net B C 1.01 yang lebih besar dari 1.00, serta nila i PP sela ma 4 tahun 25 hari yang kurang dari umur proyek, merupakan indikator bahwa usaha sorgum flakes layak untuk dilaksanakan.

B. Saran

Pengembangan produk sorgum fla kes dapat ditingkatkan untuk menghasilkan produk yang jauh lebih baik. Dari segi mutu, optimasi kadar air bahan dapat dilakukan untuk mencapai gelatinisasi optimu m dan pengembangan maksimal. Sela in itu, pelapisan produk dengan flavor dan gula dapat meningkatkan flavor dan rasa produk. De mikian juga optimasi proses pelapisan coating dan komposisinya dapat dilakukan, sehingga cita rasa produk dapat bersaing dengan produk kome rsial la innya. Dari hasil ana lisis finansial, nilai keuntungan proyek sereal sarapan sorgum sangat kecil. Peningkatan keuntungan dapat dilaku kan dengan meningkat kan efisiensi produksi maupun meningkatkan n ila i penjua lan produk 80.