Biaya Produksi Volume Produksi dan Proyeksi Penjualan Analisis Kriteria dan Perhitungan Break Event Point BEP

49 442.050.000,00. Sebesar 65 dari total modal tersebut diperoleh dari pinjaman bank.

c. Biaya Produksi

Biaya produksi yang ditetapkan terdiri dari biaya bahan baku, biaya operasional pabrik, dan operasional kantor Soeharto, 1999. Rincian ketiga biaya tersebut dapat dilihat pada Lampiran 8 dan 9. Biaya produksi yang dikeluarkan pada tahun pertama berbeda dengan biaya produksi tahun berikutnya. Hal ini disebabkan volume produk yang diproduksi berbeda. Biaya produksi pada tahun pertama adalah sebesar Rp. 876.078.473,90 dan pada tahun selanjutnya adalah Rp. 1.044.000.701,90.

d. Volume Produksi dan Proyeksi Penjualan

Volume produk yang dijual pada tahun pertama hanya 80 dari total produksi. Total produksi yang ditetapkan adalah 108325 kemasanbulan, sehingga produksi pada tahun pertama hanya sekitar 86660 kemasanbulan. Efektivitas produk pada penjualan ditetapkan 95 sehingga volume produk yang diperkirakan terjual pada tahun pertama adalah sekitar 987924 kemasan unit, sedangkan tahun berikutnya sekitar 1234905 kemasan unit. Harga pokok produk diperoleh dengan membagi total pengeluaran selama proyek berlangsung dengan total produk yang dijual. Berdasarkan hasil pembagian tersebut, diperoleh harga pokok produk sekitar Rp. 851,00. Produk dijual dengan harga Rp. 1.000,00, sehingga perusahaan telah mengambil margin keuntungan sebesar 18 dari harga pokok produk.

e. Analisis Kriteria dan Perhitungan Break Event Point BEP

Kriteria kelayakan usaha yang digunakan dalam analisis ini adalah nilai NPV Net Present Value, IRR Internal Rate of Return, Net BC, PP Payback Period, dan BEP Break Event Point. Proyeksi aliran kas cash flow merupakan suatu laporan keuangan yang diperlukan untuk menentukan kriteria-kriteria kelayakan usaha tersebut. Soeharto 1999 mendefinisikan proyeksi aliran kas merupakan suatu gambaran jumlah dana yang tersedia setiap saat yang 50 dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan operasional perusahaan, termasuk kebutuhan investasi, juga memuat jumlah pemasukan dan pengeluaran dengan mengkaji dan menelusuri laporan laba-rugi dan lembara neraca. Keown et al. 2001 menambahkan proyeksi aliran kas memuat pengeluaran awal yang mencakup biaya investasi dan modal kerja. Berdasarkan analisis yang dilakukan diperoleh kriteria investasi seperti pada Tabel 15. Tabel 15. Hasil perhitungan kriteria investasi Kriteria Nilai NPV Net Present Value IRR Internal Rate Return Net BC Net Benefit Cost PP Payback Period Rp. 190.045.683,22 25 1.44 3 tahun 150 hari Tabel 15 Memperlihatkan proyek memiliki nilai NPV ≥ 0.00, IRR ≥ daripada discount rate 13, Net BC ≥ 1.00, dan PP kurang dari umur proyek. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa proyek layak untuk dilaksanakan atau investasi dapat dilakukan. Perincian proyeksi aliran kas dapat dilihat pada Lampiran 12. Perhitungan BEP dilakukan untuk mengetahui jumlah minimal unit produk yang harus terjual untuk mencapai titik impas sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian. Perincian perhitungan BEP dapat dilihat pada Lampiran 11. Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa nilai BEP pada tahun pertama jauh dibawah jumlah unit untuk mencapai titik impas. Hal ini dapat disebabkan oleh jumlah produksi yang dilakukan hanya 80 dari kapasitas produksi yang ditentukan. Tahun kedua dan seterusnya menunjukkan jumlah unit yang diproduksi telah memenuhi titik impas.

V. PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa perbandingan tepung sorgum kasar dan air dengan perbandingan 1 : 4 dapat menghasilkan tepung pragelatinasi yang memiliki karakteristik waktu rehidrasi yang paling baik dari kelima perbandingan yang diujikan. Waktu rehidrasi merupakan karakteristik penting dalam pangan sarapan siap saji. Tepung pragelatinasi yang dihasilkan dari perbandingan tersebut akan digunakan dalam formulasi sereal susu. Hasil uji organoleptik yang dilakukan memperlihatkan bahwa formula dengan perbandingan susu dan tepung sorgum pragelatinasi 30 : 70 dapat dijadikan formula yang akan digunakan untuk penelitian selanjutnya. Pemilihan formula dengan perbandingan ini juga didasarkan atas pertimbangan faktor ekonomi. Pengujian formula terpilih di tiga sekolah dasar dengan tingkat sosial ekonomi yang berbeda menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat sosial ekonomi dengan penerimaan produk. Umumnya, semakin tinggi tingkat sosial ekonominya maka penerimaan produk dari segi atribut dan keseluruhan, serta keinginan mengkonsumsi semakin menurun. Walaupun demikian, dilihat dari total jumlah panelis yang digunakan, jumlah panelis yang menyukai dan ingin mencoba lebih tinggi dari yang tidak. Produk yang dihasilkan memiliki kandungan basis kering yaitu kadar air 5.82, kadar abu 2.73, kadar lemak 5.87, kadar protein 8.16, kadar karbohidrat 83.24, kadar serat pangan 14.76, serta memiliki kandungan total fenol 3.28 mg AGEg produk. Produk memiliki kekentalan rata-rata 23 cP, kelarutan 38.08, dan waktu rehidrasi 239 detik. Satu takaran saji produk yang beratnya 30 gram telah dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari lemak sebesar 3, protein 4, karbohidrat total 8, dan serat pangan 16 berdasarkan kebutuhan energi 2000 kkal. Perencanaan usaha pengembangan produk sereal susu memiliki nilai NPV Net Present Value Rp. 190.045.683,22, IRR Internal Rate of Return sekitar