Analisis Warna Karakteristik pengeringan cabai merah (Capsicum Annuum L.) sebagai pewarna alami kosmetik

13 Untuk itu pengembangan bahan pewarna dari tumbuhan sangat diperlukan untuk mengurangi penggunaan pewarna sintetik yang berbahaya bagi tubuh. Zat pewarna yang berasal dari cabai merah ini dapat digunakan dalam preparat mata, preparat pewarna rambut dan preparat make up kecuali mata.

2.10 Analisis Warna

Warna merupakan salah satu atribut mutu yang sangat penting pada kosmetik. Peran warna sangat nyata karena umumnya konsumen akan mendapat kesan pertama, baik suka atau tidak suka terhadap produk yang ditawarkan. Pewarna alami dibentuk oleh adanya pigmen yang secara alami terdapat dalam bahan. Pigmen alami yang sering ditemui adalah karotenoid, klorofil, betalain, antosianin, melanoidin, dan mioglobin. Antosianin merupakan pigmen berwarna merah, biru dan violet. Betalain merupakan pigmen berwarna violet-merah atau kuning. Karotenoid merupakan pigmen berwarna kuning-orange. Klorofil merupakan pigmen berwarna hijau. Mioglobin merupakan pigmen berwarna merah Andarwulan, Kusnandar, dan Herawati 2011 Warna merupakan sifat yang dapat dipandang sebagai sifat fisik objektif dan sifat organoleptik subjektif. Karena memiliki dua sifat tersebut, warna dapat diukur secara objektif menggunakan instrumen atau dengan organoleptik. Namun pengukuran warna menggunakan organoleptik cenderung tidak seragam hasilnya. Hal ini karena selera atau tingkat kesukaan yang berbeda pada panelis. Untuk mengetahui hasil secara pasti warna dari suatu bahan tertentu maka digunakan instrumen dengan sistem notasi warna Andarwulan et al. 2011. Sistem notasi warna adalah suatu cara sistematik dan objektif untuk menyatakan atau mendeskripsikan suatu jenis warna. Dalam sistem notasi warna ini, suatu produk dinyatakan dengan notasi huruf dan atau angka. Dengan sistem notasi warna ini, maka warna yang diinginkan dapat dinyatakan dengan bahasa kuantitatif dan dapat dipahami secara konsisten oleh semua pihak. Sistem notasi warna yang banyak digunakan adalah sitem notasi I.C.I. International Commission on Illumination, sistem notasi Munsel dan sistem notasi Hunter Andarwulan et al. 2011. Sistem notasi warna I.C.I. didasarkan pada prinsip bahwa semua jenis warna dapat dibentuk dari 3 warna dasar, yaitu merah λ = 720 nm, hijau λ = 520 nm dan biru λ = 380 nm. Masing- masing warna dasar ini dinyatakan dengan besaran X untuk merah, Y untuk hijau dan Z untuk biru. Dengan memilih filter warna dasar tersebut, sinar pantul dapat dicatat sebagai besaran X, Y dan Z yang berkaitan dengan warna dasar. Tiap warna dapat disajikan dengan 2 parameter yang berkaitan dengan nilai X, Y dan Z. Dalam praktiknya, sistem notasi warna I.C.I menggunakan peta warna di bawah ini. 14 Gambar 3. Peta warna sistem notasi I.C.I. Andarwulan et al. 2011. Cara pengukuran dengan sistem ini adalah nilai x dan y pada peta warna dihitung dengan persamaan di bawah ini : X, Y dan Z adalah nilai reflektan total dari pengukuran warna produk yang dianalisis dengan alat scanning spektrofotometer menggunakan filter merah X, hijau Y dan biru Z. Dalam mengukur warna berdasarkan sistem I.C.I., warna produk diukur dengan alat tersebut dan di-scanning pada urutan panjang gelombang dari 380 nm hingga 770 nm pada selang 10 nm. Sistem notasi Munsel dikembangkan pertama kali oleh Munsel pada tahun 1900-an. Pengukuran warna didasarkan pada 3 atribut warna yaitu warna kromatik hue, kecerahan value dan intensitas warna chroma atau saturation. Warna kromatik meliputi warna monokromatik yang terdiri dari warna pelangi dan warna campurannya. Kecerahan menyatakan warna akromatik yang berkisar dari warna hitam pekat sampai putih bersih. Nilai intensitas warna berkisar dari nilai tidak berwarna sampai warna penuh. Sistem notasi warna Munsel, warna kromatik, intensitas warna dan kecerahan disusun dalam suatu susunan konstruksi berbentuk bola imajiner. Susunan bola imajiner ini disebut bola warna Munsel seperti pada gambar di bawah ini : 15 Gambar 4. Bola warna Munsel Andarwulan et al. 2011. Keliling garis ekuator dan garis-garis meridian menyatakan warna kromatik hue yang dinyatakan dengan notasi huruf dan angka. Notasi huruf adalah R dan Yr red, yellow red, Y dan Gy Yellow, green yellow, G dan GB green, green blue, B dan Pb blue, purple blue, P dan RP purple, red purple. Notasi angka adalah skor 0 sampai 10 dengan 5 menyatakan nilai tengah dari jenis warna yang bersangkutan. Sebagai contoh, warna benda dengan notasi 5R 412 memiliki nilai hue 5R artinya berwarna merah cerah, nilai value 4 artinya kecerahannya abu-abu dan nilai chroma 12 artinya intensitas warna merahnya sangat kuat atau tajam. Warna benda dengan notasi 10 RP 810 memiliki nilai hue 10 RP artinya berwarna antara merah dan merah ungu, nilai value 8 artinya cerah cemerlang, dan chroma 10 artinya warnanya tajam sekali.Warna benda dengan notasi 5R 314 : merah, value 3, chroma 14 artinya merah, tidak terlalu terang tetapi tajam. Sistem notasi Hunter dikembangkan oleh Hunter tahun 1952. Sistem ini dicirikan dengan 3 parameter warna yaitu warna kromatik hue a, intensitas warna chroma b, kecerahan value L. Keuntungan menggunakan notasi Hunter adalah pengukuran dapat dilakukan secara obyektif, prosedur pengukuran cepat dan mudah, notasinya dapat diterjemahkan atau dikonversikan dengan sistem notasi lain, seperti I.C.I, alat pengukur warna relatif sederhana sehingga harganya relatif rendah. Sistem notasi Hunter adalah sebagai berikut 1. Notasi L 0 hitam; 100 putih menyatakan cahaya pantul yang menghasilkan warna akromatik putih, abu-abu dan hitam. 2. Notasi a warna kromatik campuran merah-hijau, dengan nilai +a positif dari 0 sampai +80 untuk warna merah dan nilai –a negatif dari 0 sampai -80 untuk warna hijau. 3. Notasi b warna kromatik campuran biru-kuning, dengan nilai +b positif dari 0 sampai +70 untuk warna kuning dan nilai –b negatif dari 0 sampai -70 untuk warna biru 16 Gambar 5. Diagram warna Hunter Andarwulan et al. 2011. Pengukuran warna dengan sistem Hunter dapat dilakukan dengan menggunakan chromameter yang ditembakkan pada bahan. Hasil pengukuran dapat diplotkan pada Gambar 5 untuk mengetahui warna produk yang diuji Andarwulan et al, 2011. 17 III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat