Bahasa Sebagai Simbol Interaksi Adaptasi Budaya Antar Etnis di Kelurahan Polonia Dalam Interaksi Pada Masyarakat Multikultural

80 Lain halnya yang dkatakan oleh pak iwan, yaitu: “…saya ada kerjasama sama etnis lain, namanya juga wiraswasta jadi pasti banyaklah kerjasamanya apalagi sama beda etnis gitu kita kan harus banyak cari-cari partner kalo punya usaha sendiri karna kan kalo kita jalan sendiri susah lah terus saya kan juga ngurus klenteng ini kadang kalo kita mau buat acara ulang tahun klenteng inilah setahun sekali pasti ada aja yang bantu-bantu buat bersihkan klenteng ini, kadang juga memperbaiki yang rusak itu bukan hanya dilakukan sama etnis china aja tapi juga da etnis lain, kayak abang ini nih orang india, jawa karna sering ngumpul disini jadi mereka ikut bantu bersih- bersih lah…” Hasil wawancara tanggal 10 september 2016 Dari hasil penelitian diatas dapat dilihat bahwa, adanya kerjasama yang terbangun dari proses interaksi, terdapat unsur-unsur kerukunan antar etnis di Kelurahan Polonia. Kerukunan tersebut terwujud melalui kerjasama yang dibangun oleh masyarakat sekitar dengan tidak memandang etnis dan kerjasama ini tetap akan dipertahankan guna mempererat solidaritas antar etnis. Kerjasama ini diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Kelurahan Polonia, sebagai bentuk strategi pola hidup bersama untuk meringankan beban masing-masing kerjaan. Adanya kerjasama semacam ini merupakan suatu bukti adanya keselarasan hidup antar sesama, terutama yang masih menghormati dan menjalankan nilai-nilai kehidupan.

4.6. Bahasa Sebagai Simbol Interaksi

Dalam kehidupan sehari-hari sebagai Masyarakat tentunya berinteraksi dengan menggunakan bahasa sebagai simbol. Interaksionis simbolik dilakukan dengan menggunakan bahasa sebagai satu-satunya simbol yang terpenting,dan melalui Universitas Sumatera Utara 81 isyarat. Seperti yang dilakukan oleh masyarakat di Kelurahan Polonia yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan ada juga yang menggunakan bahasa daerah mereka masing-masing. Seperti yang dikatakan oleh ibu maliga,yaitu : “…kalo kita berinteraksi dengan tetangga yang tidka sama etnisnya, ya pasti pake bahasa Indonesia tapi kalo jumpa sama etnis yang sama kadang saya pake bahasa india kadang juga bahasa Indonesia karna kan gak semua orang india itu bias bahasa india asli apalagi bahasa india itu ada yang kasar dan ada yang lembutnya juga…”Hasil wawancara tanggal 9 september 2016 Sama halnya yang dikatakan oleh nenek murni yaitu : “…saya kan orang jawa pasti kalo jumpa sama orang jawa juga pakenya bahasa jawa lah biar lebih akrab gitu karna orang jawa ini kalo ketemu langsung pake bahasa jawa langsung lah itu akrab tapi kalo sama etnis lain ya pake bahasa Indonesia lah kadang juga pake bahasa jawa kalo mereka ngerti…” Hasil wawancara tanggal 9 september 2016 Dari hasil wawancara di atas terlihat bahwa masyarakat masih mempertahankan bahasa etnis mereka masing-masing. Dimana saat berkomunikasi dan berinteraksi mereka menggunakan simbol bahasa etnis mereka sebagai identitas etnis mereka. Hal ini merupakan bentuk dari interaksionis simbolik dimana kemampuan manusia menggunakan simbol suara yang dimengerti bersama memungkinkan perluasaan dan penyempurnaan komunikasi jauh melebihi apa yang mungkin melalui isyarat fisik saja. Universitas Sumatera Utara 82

4.7. Adaptasi Budaya Antar Etnis di Kelurahan Polonia Dalam Interaksi Pada Masyarakat Multikultural

adaptasi sosial budaya dimulai melalui penyesuaian cara hidup dengan lingkungan sekitarnya yang memiliki perbedaan secara adat istiadat, bahasa dan agama yang berbeda. Dimana dalam adaptasi sosial budaya terdapat nilai dan norma sosial dalam tata cara bagaimana masyarakat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Proses penyesuain terhadap lingkungan sekitar dirasakan juga dengan kak dewi yang mengatakan bahwa : “…pertama kali aku datang kesini, agak malu-malu gitu karna kan aku orang baru disini itupun buat kuliah dan ngekos doing jadi untuk beradaptasi awalnya susah buat aku, tapi lama-kelamaan aku bisa menyesuaikan diri sama lingkungan disini sama warga juga karna kan gak mungkin kita diam aja disini jadi harus beranilah buat bisa diterima sama warga disini…” Hasil wawancara tanggal 9 september 2016 Sama halnya yang dikatakan oleh ko andri, yaitu : “…pertama datang kesini saya merasa mudah aja buat adaptasi karna kan warga juga welcome sama kita orang baru, saya juga terbiasa pindah-pindah jadi gampang aja gitu, lagian warga di sekitar sini lumayan banyak juga orang kitanya minimal dari mereka lah kita tau tentang warga disini sama kebiasa-kebiasaan warga disini…” Hasil wawancara tanggal 10 september 2016 Selain beradaptasi dengan lingkungannya sebagai masyarakat Kelurahan Polonia, mereka juga melakukan peneyesuaian budaya yang mereka miliki dengan budaya- budaya dari etnis lain dan penyesuaian terhadap zaman. Universitas Sumatera Utara 83 Seperti yang dikatakan oleh ibu maliga yaitu: “…yaah kita sebagai orang india biasanya kan pake sari gitu, baju orang india tapi sekarang makenya cuman kalo ada pesta gitu aja, kalo dirumah udah gak make lagi karna panas juga tapi saya liat bukan orang india aja yang make sari atau Punjabi itu, sudah banyak orang- orang yang bukan india make sari terus model sekarang Punjabi namanya, selain baju juga ada itu yang sikh yang dulunya diwajibkan pake turban sekarang sudah di lepas karna perubahan zaman juga yang awalnya mereka rambutnya panjang sudah dipotong juga, dulunya kita orang india ada sistem kasta tapi lambat laun sudah mulai di hapuskan karena di anggap sudah tidak cocok di pakai untuk sekarang…” Hasil wawancara tanggal 16 september 2016 Dari hasil wawancara di atas terlihat bahwa masyarakat yang ada di Kelurahan Polonia yang belum lama tinggal dapat melakukan adaptasi dengan lingkungan sekitar rumah mereka yang dibantu melalui proses interaksi yang dimana orang tidak hanyan menyadari orang lain tetapi mampu menyadari dirinya sendiri. Dengan demikian orang tidak hanya berinteraksi dengan orang lain, tetapi secara simbolis dia juga berinteraksi dengan dirinya sendiri. Selain beradaptasi sebagai individu dalam kelompok masyarakat tentu adanya adaptasi sosial budaya yang juga mendapatakan penyesuaian dari lingkungan sekitar tetap mempertahankan budaya mereka masing- masing namun ada penyesuaian budaya yang mampu membuat mereka membaur dan menjadikan budaya tersebut sebagai kesatuan.

4.8. Nilai – Nilai Multikultural dalam Masyarakat