Bentuk Interaksi Masyarakat Multikultural (Studi Kasus Pada Beberapa Etnis di Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia)

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 2003. Teologi Pluralis-Multikultural: Menghargai Kemajemukan Menjalin Kebersamaan. Jakarta. Penerbit Buku Kompas.

Anwar, Yesmil, Adang. 2013. Sosiologi untuk Universitas. Bandung: PT Refika Aditama.

Bungin, H. M. Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media. Bungin, H. M. Burhan.2006. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

Berger, Peter L, Thomas luckmann. 2013. Tafsir Sosial Atas Kenyataan. Jakarta: LP3ES.

Dwi Narwoko, J, Suyanto, Bagong. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta. Prenada.

Henslin, James M. 2006. Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi. Jakarta : Erlangga.

Moloeng, Lexy.J.Prof.Dr. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nasikun, Dr. 1984. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: CV Rajawali.

Poloma, Margaret M. 2010. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Polak. 1966. Sosiologi, Suatu Pengantar Ringkas. Jakarta : Ikhtiar.

Purwasito, Andrik.2003. Komunikasi Multikultural. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Purna, I Made, Jayanti I Gusti Ngurah, Rupa I Wayan. 2013. Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural Dalam Budaya Etnik. Bali: PT. Percetakan Bali.

Ritzer, George, Goddman, Douglas J. 2012. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Setiadi.elly,usman kolib. 2011. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Pranada Media Grop. Soekanto, Soerjono. 2007. Pengantar Sosiologi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.


(2)

Sunarto, Kamanto.2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sanderson, Stephan K. 2011. Makrosiologi. Jakarta: Rajawali Pers.

Ujan, Andre ata, Benyamin, dll. 2011. Multikulturalisme. Jakarta Barat: PT Indeks. Wirawan, I,B. 2012. Teori-Teori Sosial dalam Tiga Paradigma. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Wirutomo, Paulus, DKK. 2012. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia ( UI-Press).

Sumber Skripsi :

Patawari, Andi Dwi Apriani. 2000. Skripsi Interaksi Sosial Antar Sesama Perantau. Medan: Sosiologi FISIP Universitas Sumatera Utara.

Sembiring, Arfy Septian. 2015. Skripsi Harmonisasi Interaksi Antar Etnis. Medan: Sosiologi FISIP Universitas Sumatera Utara.

Sumber Jurnal :

Deka Setiawan, Interaksi Sosial Antar Etnis di Pasar Gang Baru Pecinan Semarang Dalam Perspektif Multikultural )

Puput Arisman, Yohanes Bahari, Fatmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi FKIP UNTAN, Pontianak ( Interaksi Sosial Antar Etnis Melayu dan Tionghoa di Desa Pemangkat Kota Kecamatan Pemangkat )

Sumber Internet :

Ma’hady el-Muhaemin (2004) Multikulturalisme dan Pendidikan Multikultural [Sebuah Kajian Awal], From: http://artikel.us/muhaemin6-04.html, (diakses, senin 9 Mei 2016 pukul 10.00 wib )


(3)

(diakses pada 10 november 2015 pukul 20.00 wib )

( diakses pada 10 november 2015 pukul 21.00 wib )

(diakses pada 10 november 2015 pukul 20.00 wib )

(jurnal sosiologi diakses pada tanggal 10 november 2015 pukul 21.00 wib )

( diakses pada 13 februari 2016 pukul 20.00 wib )

(diakses pada 13 februari 2016 pukul 21.00 wib ).

(di akses pada 16 februari 2016 pukul 19.51 wib )


(4)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan

menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif diartikan sebagai

pendekatan yang mengahasilkan data, tulisan dan tingkah laku yang diperoleh dari

apa yang diamati. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka

melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan,

dokumentasi pribadi,catatan memo dan dokumen resmi lainnya.sehingga yang

menjadi tujuan dalam penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita

empirik dibalik fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas.

Menurut Moleong (2005:5), metode penelitian kualitatif merupakan prosedur

penelitian yang merupakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari

orang dan prilaku yang diamati. Dengan metode studi kasus yang dilakukan dengan

pendekatan kualitatif ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas tentang,

“ Interaksi Sosial Antar Etnis Pada Masyarakat Multikultural (studi kasus pada etnis

india, jawa dan batak di Kelurahan polonia Kecamatan Medan Polonia)”. Sehingga

diupayakan dapat menjelaskan pokok – pokok permasalahan yang akan diteliti

didalam penelitian ini berdasarkan data dan informasi yang diperoleh selama


(5)

3.2. Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian yaitu di Kelurahan Polonia Kecamatan

Medan Polonia. Alasan peneliti memilih lokasi ini adalah pertama , lokasi

merupakan ciri dari Masyarakat Multikultural di Kota Medan. Kedua, peneliti ingin

melihat interaksi sosial antar etnis di lokasi tersebut dengan berbagai macam etnis

yang ada dan sebagai sumber informasi yang berkaitan dengan strategi serta

gambaran penelitian secara nyata.

3.3.Unit Analisis dan Informan

3.3.1. Unit Analisis

Unit analisis adalah hal-hal tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek

penelitian (Bungin, 2007:51-52). Adapun yang menjadi unit analisis dan

objek dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Kelurahan

Polonia.

3.3.2. Informan

Informan adalah orang yang diwawancari dan dapat memberikan

informasi bagi peneliti. Informan merupakan orang yang diperkirakan menguasai

dan memahami data informasi ataupun fakta dari suatu objek penelitian (Bungin,


(6)

informan penelitian menggunakan teknik purposive sampling untuk menentukan

subjek penelitian. Dalam prosedur sampling yang terpenting adalah bagaimana

menentukan informan kunci ( key informan ) atau situasi sosial tertentu yang

syarat informasi sesuai dengan focus penelitian. Dalam purposive sampling

jumlah sampel (informan) bisa sedikit, dan bisa juga banyak terutaman tergantung

dari tepat atau tidaknya pemilhan informan dan kompleksitas dan keragaman

yang di teliti (bungin, 2007:53). Adapun yang menjadi informan sebagai sumber

informasi bagi peneliti adalah sebagai berikut:

1. Masyarakat yang baru tinggal 1 s/d 5 tahun di Kelurahan Polonia

2. Masyarakat yang sudah menetap lama di Kelurahan Polonia

3.4.Teknik Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa penelitian

sebagai cara untuk mendapatkan dan memperoleh informasi yang diperlukan.

Peneliti akan menggunakan teknik observasi, wawancara mendalam, serta melalui

dokumen-dokumen yang mendukung proses penelitian. Adapun teknik

pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

3.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan secara langsung


(7)

mendapatkan data peimer dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara

penelitian lapangan. Pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan cara :

1. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk

menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan

(bungin 2010). Metode observasi atau pengamatan adalah metode

pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap objek

penelitian secara langsung. Peneliti akan melihat langkah-langkah yang

lebih mendalam tentang interaksi sosial antar etnis pada masyarakat

multikultural pada etnis india, jawa dan batak di Kelurahan Polonia

Kecamatan Medan Polonia.

2. Wawancara mendalam

Metode wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan

untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka

antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai,

dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara dan

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dapat berkembang sesuai dengan

jawaban yang diberikan oleh informan sampai mendapatkan informasi

yang diinginkan dan menjawab rumusan masalah penelitian. Pada

penelitian kali ini, peneliti akan melakukan wawancara mendalam kepada


(8)

multikultural pada etnis india, jawa dan batak di Kelurahan Polonia

Kecamatan Medan Polonia.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek

penelitian. Data ini di ambil dari sumber lain atau instansi lain yang berkaitan

dengan penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan

dengan studi kepustakaan atau pencatatan dokumen, yaitu pengumpulan data

yang berasal dari buk-buku yang sesuai dengan objek kajian penelitian serta

materi-materi yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

Dalam melaksanakan studi pustaka, peneliti melakukan penelusuran

sumber-sumber tulisan dari buku, majalah, dokumentasi, jurnal,

perturan-pertauran, sumber elektronik, sumber online, dan sebagainya. Metode ini peneliti

gunakan untuk memperoleh dan mengenai teori-teori dan kajian yang berkaitan

dengan permasalahan penelitian.

3.5. Interpretasi Data

Interpretasi data merupakan suatu tahap pengolahan data, baik itu data primer

dan data sekunder yang telah didapatkan dari catatan lapangan. Boglan dan

Biklei menjelaskan bahwa analisis data adalah upaya yang dilakukan bekerja

dengan data, mengorganisasikan data, dan memilah-milahnya menjadi satuan

yang dapat dikelola, mensintesiskan, mencari dan menemukan pola, mencari apa


(9)

orang lain. (Moleong, 2005: 248). Data-data yang telah diperoleh dari lapangan

akan diatur, diurutkan, dan dikelompokkan ke dalam kategori tertentu. Pada

penelitian kali ini, penulis akan menyederhanakan dan mengedit data yang dari

lapangan tersebut dan disusun serta diinterpretasikan secara kualitatif. Pada

bagian akhir dari analisis data adalah penegasan kesimpulan dan pemberian

saran.

3.6.Jadwal Penelitian

No. Kegiatan

Bulan Ke -

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Observasi

2 ACC Judul

3 Penyusunan Proposal Penelitian

4 Seminar Proposal

5 Revisi Proposal

6 Penelitian Ke Lapangan

7 Pengumpulan dan Analisis Data

8 Bimbingan Skripsi

9 Penulisan Laporan Akhir


(10)

3.7. Keterbatasan Penelitian

Mengingat penelitian ini tentang Bentuk Interaksi Masyarakat

Multikultural, ada beberapa keterbatasan yang ditemukan dalam penelitian ini

antara lain :

1. Masyarakat Kelurahan Polonia sebagai informan masih dikatakan

tertutup untuk menceritakan secara langsung kehidupan kesehariannya

dan sedikit sulit untuk ditemui karena memiliki aktivitas-aktivitas

tersendiri dari pagi sampai sore hari.

2. Masyarakat Kelurahan Polonia sebagai Informan masih mengalami


(11)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1.Deskripsi Wilayah Penelitian

4.1.1. Deskripsi Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia

Kecamatan Medan Polonia, adalah salah satu dari 21 Kecamatan yang

ada di Kota Medan yang mempunyai luas wilayah sekitar 8,92 km2. Kecamatan

Medan Polonia berbatasan langsung dengan Kecamatan Medan Johor di sebelah

selatan, Kecamatan Medan Petisah di sebelah utara, Kecamatan Medan Baru di

sebelah barat, dan Kecamatan Medan Maimun di sebelah timur. Kecamatan

Medan Polonia memiliki 5 kelurahan antara lain :

1. Kelurahan Sari Rejo

2. Kelurahan Suka Damai

3. Kelurahan Polonia

4. Kelurahan Anggrung

5. Kelurahan Madras Hulu

Dari 5 Kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Polonia, peneliti

memilih Kelurahan Polonia sebagai tempat Penelitiannya karena keragaman

etnis yang terdapat di Kelurahan tersebut sangat menarik bagi peneliti.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Solli Barkah, BSC selaku Lurah


(12)

dari Kecamatan Medan Polonia, Kelurahan Polonia lebih dikenal dengan

sebutan Desa Anggrung dan berada pada wilayah Kecamatan Medan Baru.

Setelah mengalami pemekaran wilayah Desa Anggrung tersebut di bagi

menjadi 2 wilayah yang berbeda dan menjadi bagian dari Kelurahan di

Kecamatan Medan Polonia, yaitu satu bagian menjadi Kelurahan Polonia dan

satu bagian lainnya menjadi Kelurahan Anggrung. Kantor Kelurahan Polonia

terletak di Jalan. Balai Desa No.82, Kelurahan Polonia merupakan salah satu

Kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Polonia, yang terdiri dari 13

lingkungan. Memiliki luas wilayah sekitar 1,77 km2 dimana letak Kelurahan

Polonia cukup strategis yang berada dalam cakupan pusat Kota Medan.

Gambar No. 1

KANTOR KELURAHAN POLONIA

Gambar No. 1 merupakan kantor Kelurahan Polonia, sebelum menjadi


(13)

Kelurahan Polonia lebih dikenal dengan sebutan lamanya yaitu, Desa

Anggrung.

Berikut merupakan jumlah penduduk di Kecamatan Medan Polonia,

dilihat pada Tabel No.1

Tabel No.1

Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Polonia Tahun 2015

No Kelurahan

Jumlah Penduduk Tahun 2015

1 Sari Rejo 26.239 Jiwa

2 Suka Damai 5.596 Jiwa

3 Polonia 17.497 Jiwa

4 Angrung 1.739 Jiwa

5 Madras Hulu 2.802 Jiwa

Total 53.873 Jiwa

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan

Dari Tabel No.1 terlihat bahwa Kelurahan Polonia memiliki jumlah

penduduk terbanyak kedua di Kecamatan Medan Polonia dengan jumlah


(14)

4.1.2. Gambaran Penduduk Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia Berikut merupakan Jumlah penduduk berdasarkan etnis di Kelurahan

Polonia dapat dilihat pada Tabel No.2

Tabel No.2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Etnis di Kelurahan Polonia

Etnis

Jumlah penduduk Tahun 2015

persentase (%)

Aceh 181 0,94%

Batak 4062 21,10%

Nias 39 0,20%

Minang 190 0,99%

Sunda 44 0,23%

Jawa 10682 55,48%

Melayu 139 0,72%

China 2444 12,69%

Ambon 49 0,25%

India 1423 7,39%

Sumber kantor Kecamatan Medan Polonia Tahun 2015

Dari Tabel No. 2 terlihat bahwa, di Kelurahan Polonia memiliki


(15)

Jawa yang di dampingin dengan etnis minoritas yaitu Etnis Nias. Walaupun

terdapat berbagai macam Etnis dengan kebudayaannya dan karakter yang

berbeda namun Masyarakat Kelurahan Polonia mampu menjaga kerukunan

antar etnis, keharmonisan dalam berinteraksi dan menyatukan

perbedaan-perbedaan menjadi sebuah kesatuan sebagai suatu Masyarakat Multikultural.

Selain adanya perbedaan etnis di Kelurahan Polonia juga terdapat Masyarakat

yang memiliki mata pencaharian yang berbeda. Berikut merupakan jumlah

penduduk berdasarkan mata pencaharian, dilihat pada Tabel No. 3

Tabel No. 3

Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Jenis Mata Pencaharian

Jumlah

Pegawai Swasta 25097

Pegawai Negri 1339

Pedagang 791

ABRI 1201

Petani 55

Lainnya 2562

Sumber kantor Kecamatan Medan Polonia

Pada Tabel No.3 terlihat bahwa, rata-rata masyarakat Kelurahan Polonia


(16)

Jiwa. Hal ini terlihat karena letak geografis Kelurahan Polonia sangat strategis

bagi Masyarakatnya yang bekerja di Kota Medan.

4.1.3. Sarana dan Prasarana di Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia

a. Sarana Ibadah

Sarana Ibadah merupakan tempat yang telah di sediakan oleh pihak

pemerintahan di daerah Kelurahan Polonia sebagai penunjang aktivitas

keagamaan masyarakat sekitar. Selain itu juga sarana ibadah dapat di

gunakan sebagai tempat terjadinya interaksi sosial dan tempat bertemunya

warga sekitar Kelurahan Polonia.

Sarana ibadah di Kelurahan Polonia sangat lengkap dan mewakili

masing-masing agama yang di anut oleh masyarakat sekitar. Adapun nama

lain dari tempat ibadah umat hindu adalah pura yang salah satunya di

namakan dengan pura Agung Rhaksa Bhuana. Sebagaian besar umat

hindu yang ada di Kota Medan sering berkunjung ke tempat tersebut pada

hari besar umat hindu maupun hari tertentu.

Berikut merupakan sarana ibadah yang terdapat di Kelurahan Polonia,


(17)

Tabel No. 4

Sarana Ibadah di Kelurahan Polonia

No Sarana Ibadah Jumlah

1 Mesjid 5

2 Langgar 2

3 Gereja 6

4 Kelenteng 3

5 Kuil 6

Total 22

Sumber : Kantor Kecamatan Medan Polonia

b. Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan merupakan upaya penanggulangan dan pencegahan

gangguan kesehatan bagi masyarakat di Kelurahan Polonia yang

memerlukan pemeriksaan, pengobatan/perawatan termasuk kehamilan dan

persalinan. Selain sebagai tempat perawatan untuk orang sakit dan

gangguan keseahtan lainnya, sarana kesehatan juga di gunakan untuk

kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial seperti check up gratis, pemeriksaan


(18)

Puskesmas merupakan unit fungsional yang menyelenggarakan upaya

kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata dapat di terima dan

mudah di jangkau oleh masyarakat di Kelurahan Polonia. Sebagai unit

yang kecil puskesmas dapat menjadi tempat perawatan yang cepat bagi

masyarakat, untuk itu puskesmas ini berada di tengah-tengah wilayah

Kelurahan Polonia.

Selain puskesmas sarana kesehatan lainnya yaitu adanya rumah sakit

yang dibangun tepat di Kelurahan Polonia, dimana rumah sakit ini dapat

membantu dan meyediakan alat-alat medis yang tidak ada di puskesmas

selain itu juga terdapat BKIA (Badan Kesehatan Ibu dan Anak) yang

khusus menangani para ibu-ibu dan anak-anak di Kelurahan Polonia.

Dengan adanya sarana dan prasarana kesehatan ini masyarakat akan

mudah untuk mendapatkan pertolongan dalam masalah kesehatan.

Berikut merupakan sarana kesehatan di Kelurahan Polonia, dilihat dari

Tabel No. 5

Tabel No.5

Sarana Kesehatan di Kelurahan Polonia

No Sarana Kesehatan Jumlah

1 Rumah Sakit 1


(19)

3 BKIA 1

4 Posyandu 14

Total 17

Sumber : Kantor Kecamatan Medan Polonia

c. Sarana pendidikan

Pendidikan merupakan faktor penting untuk menunjang kehidupan

manusia karena di dalamnya kita akan mendapatkan pembelajaran

pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan sekelompok individu.

Pendidikan sering terjadi dibawah bimbingan orang lain, tetapi juga

memungkinkan secara otodidak.

Sarana pendidikan yang di bangun di wilayah Kelurahan Polonia

bertujuan untuk memudahkan masyarakatnya untuk mendapatkan

pembelajaran yang tidak mereka dapatkan dirumah. Seperti halnya PAUD

(Pendidikan Anak Usia Dini) yang merupakan langkah awal bagi

anak-anak di Kelurahan Polonia untuk mengenal dunia pendidikan. Mengenal

teman-teman yang baru ia temui kemudian anak-anak tersebut akan di

ajarkan untuk bisa berinteraksi dengan teman dan guru mereka selain

orangtua. Selain PAUD, ada juga TK (Taman Kanak-kanak) sebagai

lanjutan pendidikan bagi anak-anak di Kelurahan Polonia. Terdapat pula


(20)

pendidikan bagi anak-anak di Kelurahan Polonia. Sarana pendidikan ini di

tempatkan di wilayah Kelurahan Polonia agar masyarakat sekitar mudah

untuk memperoleh pendidikan yang layak dan dengan adanya sarana

pendidikan ini masyarakat akan mengerti bahwa pendidikan adalah hal

yang sangat penting bagi anak-anak mereka.

Berikut merupakan sarana pendidikan yang terdapat di Kelurahan

Polonia, dilihat pada Tabel No. 6

Tabel No.6

Sarana Pendidikan di Kelurahan Polonia

No Sarana Pendidikan Jumlah

1 PAUD 1

2 TK Swasta 6

3 SD Negri 3

4 SD swasta 2

5 SMA Swasta Umum 1

Total 13


(21)

d. Sarana Olahraga

Sarana olahraga merupakan tempat untuk melatih tubuh seseorang

secara jasmai dan rohani. Aktivitas-aktivitas dalam olahraga adalah untuk

melatih fisik serta psikis yang berguna untuk menjaga dan meningkatkan

kesehatan seseorang. Walaupun hanya terdapat sarana lapangan bola volly

namun lapangan tersebut bisa juga di mafaatkan untuk kegiatan olahraga

lainnya untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan masyarakat di

Kelurahan Polonia.

Selain itu juga lapangan bola volly sering digunakan untuk kegiatan

lomba-lomba yang berkaitan dengan olahraga jadi masyarakat tidak

kesulitan untuk mencari lapangan sebagai sarana olahraga sekaligus

kegiatan lainnya. Dengan adanya sarana olahraga tersebut mampu untuk

mempererat solidaritas masyarakat di Kelurahan Polonia Berikut

merupakan sarana olahrga yang terdapat di Kelurahan Polonia, dilihat

pada Tabel No. 7

Tabel No. 7

Sarana Olahraga yang terdapat di Kelurahan Polonia

No Sarana Olahraga Jumlah

1 Lapangan Bola Volly 1

Total 1


(22)

4.2.Karakteristik Informan

Informan merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian, yang merupakan

salah satu kunci bagi peneliti untuk memperoleh informasi yang diperlukan dalam

penelitian. Karakteristik informan ini digunakan sebagai penentuan informan dalam

penelitian yaitu berdasarkan Etnis, lama tinggal,umur, pekerjaan dan agama di

Kelurahan Polonia. Untuk lebih jelas maka peneliti akan mendeskripsikan

karakteristik informan sebagai berikut:

4.2.1. Karakteristik Informan Berdasarkan Umur

Tabel No. 8

Karakteristik Informan Berdasarkan Umur

NO Kategori Umur Jumlah (n) Persentase (%)

1 22-40 Tahun 7 58,3 %

2 > 41 Tahun 5 41,7 %

Total 12 100 %

Sumber : Hasil Penelitian 2016 (data diolah)

Berdasarkan Tabel No.8 memperlihatkan bahwa dar informan penelitian

berdasarkan umur terdapat 7 orang ( 58,3 %) adalah informan yang berumur


(23)

4.2.2. Karakteristik Informan Berdasarkan Agama

Tabel No. 9

Karakteristik Informan Berdasarkan Agama

NO Kategori Agama Jumlah (n) Persentase (%)

1 Islam 7 58,3 %

2 Kristen 2 16,7 %

3 Budha 2 16,7 %

4 Hindu 1 8,3 %

Total 12 100 %

Sumber : Hasil Penelitian 2016 (data diolah)

Berdasarkan Tabel No.9 memperlihatkan bahwa informan penelitian

berdasarkan agama terdapat 7 orang ( 58,3 %) beragama Islam, 2 orang ( 16,7 %)

beragama Kristen, 2 orang ( 16,7 %) beragama Budha dan 1 orang ( 8,3 %)

beragama Hindu.

4.2.3. Karakteristik Informan Berdasarkan Lama Tinggal di Kelurahan Polonia

Tabel No.10

Karakteristik Informan Berdasarkan Lama Tinggal di Kelurahan Polonia

NO Lama Tinggal Jumlah (n) Persentase (%)


(24)

2 > 10 Tahun 9 75 %

Total 12 100 %

Sumber : Hasil Penelitian 2016 (data diolah)

Berdasarkan Tabel No. 10 memperlihatkan bahwa, informan penelitian

berdasarkan lama tinggal di Kelurahan Polonia terdapat 3 orang (25 %) yang

tinggal selama 3 sampai 9 Tahun dan 9 orang ( 75 % ) yang tinggal selama 10

Tahun ke atas.

4.2.4. Karakteristik Informan Berdasarkan Suku

Tabel No. 11

Karakteristik Informan Berdasarkan Etnis

No Kategori Etnis Jumlah (n) Persentase (%)

1 Batak 2 16,7 %

2 Jawa 2 16,7 %

3 Minang 1 8,3 %

4 Melayu 1 8,3 %

5 India 2 16,7 %

6 China 2 16,7 %

7 Aceh 1 8,3 %

8 Nias 1 8,3 %

Total 12 100 %


(25)

Berdasarkan Tabel No. 11 memperlihatkan bahwa informan penelitian

berdasarkan Etnis terdapat 2 orang etnis Batak ( 16,7 % ), 2 orang etnis Jawa ( 16,7

%), 1 orang etnis Minang ( 8,3 %), 1 orang etnis Melayu ( 8,3 %), 2 orang etnis India

( 16,7 %), 2 orang etnis China, 1 orang etnis Aceh ( 8,3 %) dan 1 orang etnis Nias (

8,3 % ).

4.3.Profil Informan Masyarakat Kelurahan Polonia

1. Informan pertama

Nama : M. Akbar Tanjung

Umur : 27 Tahun

Suku : Melayu

Agama : Islam

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Alamat : Jl. Mangonsidi gang B ( Lingkungan II )

Akbar merupakan warga di Kelurahan Polonia tepatnya berada di

lingkungan II berumur 27 tahun yang merupakan perantau dari daerah

Batubara. Beliau sudah menetap di Kelurahan Polonia selama 5 tahun, sejak

tahun 2011 dan bekerja sebagai pegawai swasta. Sebelum menetap di

Kelurahan Polonia ini, beliau sempat tinggal di amplas namun memutuskan

untuk pindah ke Kelurahan Polonia karena jarak antara tempat dia bekerja

berdekatan, awalnya berada di bandara Polonia, namun sudah dipindah


(26)

jarak tempuh yang sangat jauh, beliau memilih untuk tetap tinggal di

Kelurahan polonia dengan alasan sudah merasa nyaman untuk tinggal di

daerah ini dan letaknya yang berada di Kota Medan yang memudahkannya

untuk pergi kemana saja.

Saat pertama kali datang ke Kelurahan Polonia untuk menetap, beliau

tidak merasa kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan warga lainnya dan

berusaha untuk beradaptasi, tidak membedakan ataupun memilih teman

dengan siapa saja. Beliau mencoba untuk berinteraksi dan menjalin

silaturahmi dan memperkenalkan dirinya sebagai bagian dari warga

Kelurahan Polonia. Beliau sama sekali tidak merasakan kesulitan dalam

berinteraksi karena menurutnya warga sekitar sangat ramah dan mau

menerimanya dengan baik. Beliau tinggal diKelurahan Polonia ini sendirian

tanpa keluarga karena keluarganya tinggal di Batubara. Beliau juga banyak

memiliki teman yang berbeda etnis seperti etnis jawa, india, batak, melayu

dan etnis lainnya. Beliau memiliki teman berbeda etnis tersebut berawal dari

kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di mesjid maupun kegiatan lainnya yang

di adakan oleh pihak Kelurahan Polonia.

2. Informan ke dua

Nama : H. Yom Alizar

Umur : 62 Tahun

Suku : Minang


(27)

Pekerjaan : Ketua Pengurus Badan Kenaziran Mesjid

Alamat : Jl. Mangonsidi gang D ( Lingkungan II )

Bapak yom merupakan warga Kelurahan Polonia yang berada di

lingkungan II berumur 62 Tahun. Beliau merupakan pensiunan Bea cukai dan

sekarang aktif dalam kepengurusa badan kenaziran mesjid. Beliau sudah

tinggal selama 21 tahun di kelurahan polonia ini sejak tahun 1995. Sebelum

menetap di kelurahan polonia beliau tinggal di padang dan alasan pindah

karena beliau diperintahkan untuk pindah tugas ke Medan. Sebelum berada di

gang D pak yom sempat kos di gang A pada saat pertama kali datang ke

Kelurahan Polonia, kemudian beliau pindah kos lagi di gang B dan belum

tinggal bersama keluarganya terakhir beliau beli rumah di gang D dan

membawa serta keluarga yang berasal dari padang untuk tinggal di Kelurahan

Polonia.

Awal kedatangan bapak yom ke Kelurahan Polonia sama sekali tidak

merasakan kesulitan untuk beradaptasi sekaligus berinteraksi dengan tetangga

barunya maupun warga lain disekitar rumahnya. Menurut bapak yom

penerimaan warga yang sudah lama menetap dengan warga pendatang di

Kelurahan Polonia ini sangat bagus dan beliau merasa sangat senang dan

betah untuk tinggal di daerah tersebut. Dalam berinteraksi pak yom

menggunakan bahasa Indonesia walaupun masih terlihat logatnya sebagai


(28)

Sebagai ketua BKM pak yom banyak dikenal oleh warga di Kelurahan

Polonia sehingga membuatnya banyak mengenal warga lain apalagi yang

memiliki perbedaan etnis dengannya tidak itu saja beliau juga berteman

dengan warga yang memiliki perbedaan agama. Mengenal banyak orang pak

yom sangat menghargai sekali soal pertemanan, saat berinteraksi pak yom

tidak pernah menunjukkan ketidaksukaannya atau bahkan menjelek-jelekkan

warga yang memiliki perbedan etnis dan agama dengannya begitu pula

sebaliknya.

3. Informan ke tiga

Nama : Jamil Reza

Umur : 24 Tahun

Suku : Jawa

Agama : Islam

Pekerjaan : Pedagang

Alamat : Jl. Starban gang Tanjung

Bang jamil merupakan warga Kelurahan Polonia yang berada di jalan

starban, berumur 24 tahun. Bang jamil berprofesi sebagai security di daerah

setia budi dan berdagang sebagai kerja sampingan di depan pura agung.

Sudah sejak kecil bang jamil tinggal di Kelurahan Polonia mengikuti

orangtuanya yang pindah dari daerah brigjend katamso. Orangtua bang jamil

sudah bercerai dan beliau memutuskan untuk bersama bapaknya dan menetap


(29)

Beliau merasa nyaman tinggal di Kelurahan Polonia karena rumah

yang ia tempati milik sendiri sedangkan di tempat sebelumnya mereka

menyewa rumah. Karena sejak kecil sudah menetap di Kelurahan Polonia

bang jamil tidak merasakan kesulitan untuk beradaptasi dan berinteraksi

dengan tetangga sekitarnya karena di tempat tinggalnya adalah mayoritas

Etnis jawa namun bang jamil tidak menutup diri untuk berteman dengan Etnis

lain dan beliau memiliki teman yang berbeda Etnis seperti, Etnis India, Batak,

China dan lainnya.

4. Informan ke empat

Nama : Andri Chang

Umur : 30 Tahun

Suku : China

Agama : Budha

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jl. Ternak no 57

Ko andri merupakan warga di Kelurahan Polonia yang baru menetap 3

tahun dan berusia 30 tahun. sebelum pindah ke Kelurahan Polonia ko andri

menetap di jalan wajir, beliau memilih pindah karena sudah memiliki rumah

sendiri selain itu juga merasa tenang dan nyaman tinggal di Kelurahan polonia

di bandingkan dengan tempat tinggalnya terdahulu di kota yang identik


(30)

Beliau membuka warung makanan di rumahnya dengan berjualan mie

pangsit. Saat pertama kali datang ke Kelurahan Polonia beliau tidak

mengalami kesulitan untuk beradaptasi dan berinteraksi karena sudah terbiasa

ketika berjualan dan bisa terlihat beliau memiliki tetangga yang beretnis Batak

yang juga membuka usaha jajanan. Walaupun masih terbilang baru 3 tahun

menetap namun beliau sebelumnya sudah banyak mengenal tetangganya dan

itu juga mempermudahnya dalam berinteraksi. Dalam kesehariannya ko andri

biasanya duduk-duduk bersama tetangganya di sore hari sebab di wilayah

tempat tinggalnya akan ramai saat sore hari.

5. Informan ke lima

Nama : Iwan Tan

Umur : 47 Tahun

Suku : China

Agama : Budha

Pekerjaan : Wiraswasta/ Pengurus Vihara

Alamat : Jl. Ternak

Pak iwan sudah menetap selama 40 tahun di Kelurahan Polonia, pak

iwan pindah dari galang sejak umur 5 tahun yang ikut orang tuanya pindah.

Memilih Kelurahan Polonia untuk tinggal karena sudah ada keluarganya yang

juga tinggal di tempat itu. Selain sebagai wiraswasta beliau juga aktif


(31)

Dalam kesehariannya mengurus klenteng, pak iwan sering berkumpul

dengan teman-temannya yang berasal dari Etnis yang berbeda-beda dan juga

memiliki agama yang berbeda juga dengannya. Pak iwan tidak melarang

siapapun untuk datang ke klentengnya baik datang untuk beribadah ataupun

yang butuh pertolongannya. Sebagai pengurus klenteng pak iwan banyak

bertemu dengan warga lainnya dan tidak menyulitkan baginya untuk

berinteraksi dengan warga lain.

Walaupun sudah lama menetap di Medan sebagai orang tionghoa sama

sekali tidak meninggalkan tradisi-tradisi dari Etnisnya, seperti halnya

perayaan- perayaan besar orang china. Masih kental dengan logat tionghoanya

namun paki wan juga mengerti sedikit bahasa etnis lain yaitu bahasa jawa

walaupun bahasa jawa yang kasar. beliau juga memiliki saudara yang berbeda

Etnis melalui perkawinan campuran yaitu adiknya menikah dengan etnis india

dan ada juga yang menikah dengan etnis jawa, bahkan berbeda agama juga.

beliau sama sekali tidak melarang keluarganya untuk menikah dengan etnis

lain yang penting baginya adalah orang tersebut bisa menyesuaikan diri

dengan keluarga dan adat istiadat keluarga sebagai etnis china.

6. Informan ke enam

Nama : Reka

Umur : 32 Tahun

Suku : India Tamil

Agama : Kristen Protestan


(32)

Alamat : Jl. Karya Sehati

Ibu reka merupakan warga Kelurahan Polonia keturunan Etnis India

tamil, berumur 32 tahun, memiliki 2 orang anak dan suami yang berkerja

sebagai kontraktor jalan dan sudah sejak awal tinggal di Kelurahan Polonia.

Walaupun bu reka Etnis India tapi beliau sama sekali tidak bisa berbahasa

india namun bu reka mengerti kebudayaan india itu sendiri. Seperti halnya

pernikahan mereka akan menggunakan sari dan aksesorisnya seperti rambut

panjang palsu.

Selain kebudayaannya bu reka juga memahami sedikit budaya Etnis

lain seperti budaya Etnis jawa. Kesehariannya bu reka sering berkomunikasi

dengan tetangganya untuk bertegur sapa bahkan bergosip dengan tetangganya.

Walaupun bu reka memiliki ciri fisik yang berbeda dengan pribumi beliau

sama sekali tidak merasa minder untuk membaur dan berinteraksi dengan

warga lainnya.

7. Informan ke tujuh

Nama : Maliga

Umur : 72 Tahun

Suku : India Tamil

Agama : Hindu

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga


(33)

Ibu maliga merupakan warga di Kelurahan Polonia keturunan India,

yang berumur 72 tahun dan sudah sejak awal tinggal di Kelurahan Polonia

dan beliau pandai dalam berbahasa india. Ketika berkomunikasi dengan

tetangga yang berbeda etnis dengannya beliau menggunakan bahasa Indonesia

namun ketika berkomunikasi dengan etnis yang sama beliau menggunakan

bahasa india. Di daerah tempat tinggalnya bu maliga merupakan minoritas

beragama hindu di tempat tersebut namun beliau sama sekali tidak merasa

terasing bahkan beliau banyak mengenalkan tradisi umat Hindu. Beliau tetap

mempertahankan budayanya sebagai orang india sekaligus sebagai orang

india yang beragama hindu. Walaupun sudah sejak awal tinggal di Kelurahan

Polonia namun nenek moyang bu maliga adalah asli dari Negara india.

Dalam kesehariannya beliau sudah mengurangi berinteraksi dengan

tetangganya karena usianya yang sudah tua dan untuk mengurangi konflik

dengan tetangganya. Beliau hanya berinteraksi seperlunya saja apabila beliau

melihat warga lain lewat di depan rumahnya atau warga yang menyapa serta

mengajaknya untuk berinteraksi. Memiliki perbedaan fisik dari tetangganya,

beliau sempat di segani dan di anggap sombong dengan tetangganya namun

seiring berjalannya waktu stigma negative terhadapnya sudah tidak ada lagi

itu di sebabkan karena beliau saat masih mudanya sering berinteraksi dengan

tetangganya dan mengenalkan bahwa Etnis india adalah etnis yang sama

seperti lainnya.

Untuk kebudayaan dari india sendiri bu maliga masih


(34)

acara pernikahan dan acara yang bersifat resmi selain itu juga karena menurut

beliau kain sari atau Punjabi adalah ciri khas dari orang india. Sedangkan

untuk adat istiadat dari etnis india sendiri sudah mengalami penyesuaian

dengan kebudayan lokal sehingga ada perubahan-perubahan yang dibuat dan

disesuaikan dengan lingkungan dan zaman.

8. Informan ke delapan

Nama : Rudi

Umur : 42 Tahun

Suku : Batak

Agama : Kristen

Pekerjaan : Tukang Becak

Alamat : Jl. Polonia gang Bilal

Bang rudi merupakan warga Kelurahan Polonia berusia 42 tahun yang

beretnis Batak. Beliau memiliki orang tua dengan perkawinan campuran yaitu

bapaknya Etnis Batak dan ibunya Etnis China. Sebelum tinggal di Kelurahan

Polonia beliau sudah banyak berpindah-pindah tempat tinggal dan akhirnya

memutuskan untuk menetap di Kelurahan Polonia. Beliau memiliki tetangga

dengan beragam Etnis dan agama dan sangat mengenal baik tetangganya sejak

kecil.

Berprofesi sebagai tukang becak beliau sudah sangat terbiasanya

untuk berinteraksi dengan warga di Kelurahan Polonia. Melalui


(35)

pernah di jumpainnya seperti Etnis China ada yang sangat mudah untuk

membuka diri dan berinteraksi dengannya ada juga yang menutup diri

dengannya namun bang rudi menghargainya, beliau lebih senang untuk

memulai diluan dalam berinteraksi dengan tetangganya yang berbeda Etnis

dengannya yakni dengan membantu tetangganya ketika mengadakan hajatan

ataupun sedang mengalami kesulitan.

9. Informan ke Sembilan

Nama : Nenek Murni

Umur : 65 Tahun

Suku : Jawa

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Jl. Karya Jaya, Polonia

Nenek Murni merupakan warga Kelurahan Polonia, berumur 65 tahun

yang sudah 40 tahun menetap. Beliau memiliki 4 orang anak. Nenek murni

tinggal di Kelurahan Polonia karena beliau ikut suami pada saat setelah

pernikahan mereka. Suami beliau merupakan orang yang sudah sejak awal

tinggal di Kelurahan Polonia dan keluarganya banyak juga yang tinggal disitu.

kesehariannya selain menjadi ibu rumah tangga beliau juga membuka warung

lontong di depan rumahnya. beliau memiliki tetangga yang berbeda etnis


(36)

untuk berinteraksi sangatnya mudah baginya karena ia sudah mengenal warga

lainnya yang tinggal di sekiatar rumahnya.

Nenek murni memilih tinggal di Kelurahan Polonia karena tempatnya

yang strategis dan gampang dijangkau. Dalam kesehariannya berjualan nenek

murni juga berprofesi sebagai tukang kusuk sehingga beliau banyak mengenal

warga di Kelurahan Polonia yang memiliki Etnis yang berbeda dengannya dan

mudah untuk berinteraksi dengan warga sekitar selain itu juga beliau sering

datang ke tetangganya untuk kumpul-kumpul mengisi waktu luang dan nenek

murni juga aktif mengikuti perwiritan yang ada di Kelurahan Polonia

dilaksanakan pada setiap hari jumat jam 2 siang .

10.Informan ke sepuluh

Nama : Putri

Umur : 32 Tahun

Suku : Batak

Agama : Kristen

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Alamat : Jl. Kar

Putri merupakan warga Kelurahan Polonia berusia 32 tahun dan

bekerja sebagai pegawai swasta di salah satu mall di Kota Medan. Beliau lahir

di Kelurahan Polonia dan sampai sekarang tetap tinggal di Kelurahan Polonia.

Kak ayu sudah menikah dan mempunyai 2 orang anak dan semuanya laki-laki


(37)

kesehariannya beliau jarang untuk berinteraksi dengan tetangganya karena

beliau bekerja dan pulang pada malam hari.

Walaupun jarang untuk berinteraksi dengan warga sekitar rumahnya

tapi beliau mengenal dengan baik tetangganya. Kalau ada hari-hari libur pasti

beliau akan memanfaatkannya untuk bertemu dengan warga sekitar saat

berbelanja di warung ataupun hanya sekedar bertegur sapa saja. Memiliki

etnis yang bebeda dengan tetangganya yang rata-rata orang jawa, beliau tidak

merasa terasing menjadi orang batak karena tetangga-tetangganya bisa

menerimanya dengan baik.

11.Informan ke sebelas

Nama : Dewi

Umur : 22 Tahun

Suku : Nias

Agama : Islam

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Jl. Karya Jaya, Polonia

Kak dewi merupakan warga di Kelurahan Polonia yang berstatus

mahasiswi tingkat akhir di perguruan tinggi swasta di Kota Medan. Beliau

merupakan perantauan asal nias yang sedang menyiapkan tugas akhirnya

sebagai mahasiswi. Kak dewi tinggal di kos-kosan di Kelurahan Polonia dan


(38)

tinggal di situ karena jarak kos-kosnnya dekat dengan kampusnya dan di

wilayah kos-kosan tersebut adalah rata-rata orang nias.

Awal kedatangannya ke Kelurahan Polonia, beliau memang merasa

canggung karena baru datang ke Kota Medan namun beliau punya kerabat

keluarga yang juga tinggal di kos tersebut. Untuk beradaptasi beliau tidak

mengalami kesulitan karena warga disekitar kosannya sangat membantunya

dalam beradaptasi dan baik menerima dirinya sebagai pendatang. Biasanya

sepulang kuliah beliau sering duduk-duduk di depan kos-kosannya bertingkat,

berinteraksi dengan teman kosnya selain itu juga beliau, duduk-duduk di

warung sebelah kosannya yang pemiliknya memilki perbedaan etnis

dengannya. Walaupun memiliki perbedaan etnis, kak dewi tidak menutup

dirinya untuk berkomunikasi dengan tetangganya tersebut karena dari hasil

berinteraksi dapat mengetahui karakter dari etnis tersebut. Selain itu juga

beliau sering ikut dalam kegiatan sosial yang di adakan di Kelurahan Polonia

dan kak dewi bisa mendapatkan teman yang lebih banyak lagi tidak hanya

berteman dengan satu etnis saja.

12.Informan ke dua belas

Nama : Haris

Umur : 23 Tahun

Suku : Aceh

Agama : Islam

Pekerjaan : -


(39)

Haris merupakan warga Kelurahan Polonia yang berusia 23 tahun,

kesehariannya beliau tidak bekerja karena sedang mencari pekerjaannya

setelah tamat dari bangku kuliah. Untuk mengisi kegiatan kosongnya sembari

menunggu panggilan kerja beliau sering berkumpul dengan teman-temannya

sebayanya di tempat bias mereka nonggkrong. Karena tempatnya

bersebelahan dengan doorsmer atau tempat pencucian motor beliau suka

membantu pemiliknya untuk mencuci motor sebagai tambahan uang jajan.

Beliau merupakan anak muda di sekitar rumahnya, memiliki banyak

teman yang memiliki etnis yang berbeda dengannya. Walaupun sudah lama

menjadi orang Medan dengan orangtuanya namun logat acehnya masih kental,

karena logatnya yang masih kental tersebut beliau sering kali di ejekin

teman-teman sebayanya namun beliau sama sekali tidak merasa tersinggung. Beliau

merasa ejekan tersebutlah yang membuat mereka sangat dekat dan sudah

seperti saudara. Beliau dan teman-temannya sering membantu warga sekitar

ketika mengadakan gotong-royong dan kegiatan lainnya.

4.4.Bentuk Interaksi Pada Masyarakat Multikultural di Kelurahan Polonia 4.4.1. Interaksi Sosial Secara Langsung Pada Masyarakat Polonia

Dalam penelitian ini, interaksi sosial secara langsung ditandai dengan

adanya kontak langsung antar individu maupun kelompok yang melakukan

percakapan antara 2 orang atau lebih secara tatap muka tanpa adanya perantara

seperti halnya untuk bertegur sapa dengan tetangga. Seperti yang dilakukan oleh


(40)

“…sering kali lah saya berkomunikasi dengan tetangga apalagi buat gossip yakan, namanya juga ibu-ibu. Apalagi kalo udah di warung mau belanja pastilah saya sapa tetangga saya terus kami cerita-ceritalah apa aja…” ( Hasil wawancara tanggal 16 september 2016 )

Sama halnya yang dikatakan oleh kak dewi, yaitu :

“…kalo beinteraksi dengan tetangga agak jarang juga sih, karna kan aku kuliah jadi kalo berinteraksi palingan pulang kuliah gitulah, kadang aku duduk di warung jajan sebelah sambil beli makanan sambil cerita-cerita juga sama ibuknya kalo gak itu aku berinteraksi seringnya sama kawan kossan lah, curhat kami soal kuliah atau kampus pokoknya paling sering berinteraksi sama kawan kosku lah…” (Hasil wawancara tanggal 9 september 2016)

Dan juga yang dikatakan oleh bang jamil, yaitu :

“…aku kalo pagi suka itu kak nyapa tetanggaku ngobrol-ngobrol sikit lah terus kalo ada yang lewat suka ku sapa juga kalo kenal yaa karna biar gak di bilang sombong lah gak mau negur aku lebih suka aja interaksi langsung gitu sama tetanggaku jadi ramah gitu kita terus pun biar kalo ada apa-apakan samaku pasti tetanggaku luan yang tau jadi di usahakanlah ngejaga interaksinya yang baik ini…” (Hasil wawancara tanggal 10 september 2016)

Berdasarkan dari hasil wawancara di atas dapat dilihat bahwa, tanpa di

sadari oleh warga di Kelurahan Polonia mereka melakukan proses dari interaksi

sosial berupa Kontak dan adanya Komunikasi dengan tetangganya. Melalui

percakapan yang di awali dengan bertegur sapa dan kemudian menanyakan

kabar serta sesuatu hal terkait keadaan yang ada di tempat tinggal mereka. Dalam


(41)

berkomunikasi walaupun dengan etnis yang berbeda asalkan adanya rasa

kenyamanan di antara mereka.

4.4.2. Interaksi Sosial Secara Tidak Langsung Pada Masyarakat Polonia

Interaksi sosial secara tidak langsung adalah dengan adanya penggunakan

alat bantu sebagai perantara seperti halnya melalui telepon, surat ataupun alat

bantu lainnya. Interaksi sosial secara tidak langsung ini juga terdapat kontak

ataupun komunikasi sebagai syarat terjadinya interaksi hanya saja dilakukan

dengan penggunaan sarana komunikasi. Seperti halnya akan di adakan kegiatan

perwiritan rutin maka penggurus mesjid akan memberitahukan kepada warga

sekitar jadwal serta giliran untuk mengadakan perwiritan tersebut. Seperti yang

di katakana oleh Pak Yom:

“…kalo untuk ngasih tau satu-satu secara langsung tentang jadwal wirit ini ya saya capek lah lebih bagus kan di ketik terus di tempelkan di mading mesjid jadi warga tinggal lihat aja jadwalnya…” (Hasil wawancara tanggal 2 september 2016

Dapat dilihat pada Gambar No.2 merupakan salah satu alat bantu


(42)

Gambar No.2

Selain kegiatan perwiritan, saat ada salah satu warga yang sedang

kemalangan juga akan di beritahukan melalui alat bantu berkomunikasi seperti

pengeras suara yang berada di mesjid. Seperti yang dikatakan oleh bang akbar:

“…biasanya juga kalo ada yang meninggal gitu kita ya ngasih taunya dari toak mesjid itulah, itukan langsung di dengar sama warga disini kalo ada yang meninggal dan alamatnya juga kita kasih tau…”(Hasil wawancara tanggal 2 september 2016)

Selain itu juga, pihak-pihak puskesmas akan memberitahukan kepada

masyarakat Kelurahan Polonia melalui media perantara seperti halnya spanduk

yang memberitahukan tentang kegiatan yang akan dilakukan di puskesmas yang

biasanya berupa ajakan untuk membawa anak-anak yang ada di Kelruahan


(43)

Seperti yang dikatakan oleh ibu putri, yaitu :

“…saya kan punya anak 2 masih kecil-kecil dan saya juga kerja kadang saya gak tau soal kegiatan yang di adakan di posyandu, untunglah kadang ada spanduk-spanduk yang di tempel jadi taulah saya…”(Hasil wawancara tanggal 11 september 2016)

Dari hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa dengan adanya alat

bantu berkomunikasi maka warga tidak harus saling bertatap muka untuk

berinteraksi. Dengan demikian informasi-informasi penting dapat sampai ke

masyarakat di Kelurahan Polonia dengan cepat.

4.4.3. Interaksi Antar Sesama Etnis

Etnis merupakan sekelompok individu dalam masyarakat yang memiliki

kesamaan ras, adat, bahasa, keturunan dan memiliki sejarah yang sama sehingga

mereka memiliki keterikatan sosial sehingga mampu menciptakan sebuah sistem

budaya dan mereka terikat di dalamnya. Melalui interaksi akan tercipta suatu

hubungan yang akan membentuk suatu kelompok sosial, dimana dapat

mengakibatkan tumbuhnya perasaan untuk bersama.

Adapun persyaratan untuk membentuk suatu kelompok dalam

masyarakat adalah :

1. Adanya dorongan atau motif yang sama pada setiap individu,


(44)

2. Adanya reaksi dan kecakapan yang berbeda di antara individu satu

dengan yang lain, akibat terjadinya interaksi sosial.

3. Adanya pembentukan dan penegasan struktur kelompok yang jelas.

4. Adanya penegasan dan peneguhan norma-norma pedoman tingkah

laku anggota kelompok.

Dari kesadaran untuk membentuk suatu kelompok sosial dalam hal ini adalah

Etnis , maka setiap Etnis mempunyai kelompok sosialnya masing-masing dengan

berbagai aturan-aturan yang mengikat berupa nilai dan norma serta adat istiadat.

Seperti yang dikatakan oleh ibu Maliga yaitu :

“…kalo berinteraksi dengan sesama etnis dengan saya, yaah saya tetap menggunakan bahasa Indonesia namun kalo ada yang mengerti bahasa india saya akan berkomunikasi dengan bahasa india juga dong walaupun tidak semua orang india bisa berbahasa india asli…” (Hasil wawancara tanggal 16 september 2016)

Hal ini juga sama dengan yang dikatakan Nenek Murni yaitu :

“…aku kalo cakap sama orang yang etnisnya sama denganku lebih milih untuk pake bahasa jawa, biar lebih akrab aja karna kan kita udah tau kek mana karakter orang jawa itu…”(Hasil wawancara tanggal 9 september 2016)

Lain halnya dengan bang jamil yang mengatakan bahwa:

“…tetanggaku rata-rata orang jawa lah jadi aku gampang aja kalo mau berinteraksi tapi untuk berkomunikasi pake bahasa jawa, jujur ya kak aku gak tau sama sekali bahasa jawa. Aku ngerti sih tapi untuk membilangkannya gak bisa…”(Hasil wawancara tanggal 3 september 2016)


(45)

Sama seperti yang dikatakan oleh pak iwan yaitu :

“…kita kalo berinteraksi dengan sesama etnis ya pasti biasa ajalah pasti baik-baik juga, namanya juga satu etnis kadang ngomong pake bahasa hokein kalo kita orang china ya, apalagi kalo yang baru tinggal disini kadang mereka cari kita orang sama buat berdekatan dan tempat tinggal saya ini kebanyakan orang china semua hahaha…” (Hasil wawancara tanggal 10 september 2016)

Keseharian dalam berinteraksi sangat dibutuhkan oleh semua masyarakat

Kelurahan Polonia, karena lewat interaksi tersebut kita akan mendapatkan dan

menemukan teman ataupun kelompok dalam kehidupan sosial.

Seperti yang dikatakan oleh ko andri, yaitu :

“…kalo berinteraksi dengan sesama etnis saya sih sering pake bahasa china karna lebih gampang aja tapi saya liat kondisi juga mana tau kalo saya ngomong pake bahasa china terus tetangga saya mengira kita certain dia kan gak enak, pertama kali kesini, saya gak nyari yang sesama etnis sih tapi ada beberapa keluarga dan sodara saya tinggal dekat sini jadi saya tidak takut dan gampang aja gitu kalo mau ngomong-ngomong atau kita bilang berinteraksi lah…” (Hasil wawancara tanggal 10 september 2016)

Lain halnya dengan ibu reka, yaitu :

“…saya memang orang india tapi saya gak tau sama sekali bahasa india hahaha karna kan keluarga saya udah lama kali pindah ke sini terus kami pun gak pernah pake bahasa india kalo berinteraksi sama keluarga ataupun sama tetangga yang etnisnya sama dengan kami, pake bahasa indonesia lah kita kalo berkomunikasi…”(Hasil wawancara tanggal 9 september 2016)

Sama halnya yang dikatakan oleh pak rudi :

“…kalo interaksi sesama etnis sih seringnya saat ada perkumpulan kayak wirit gitu di agama islam biasanya kami nyanyi-nyanyi gitu


(46)

terus ada khutbahnya juga habis acara itu yaa kami cakap-cakap sikit silahturahmi sama etnis kami…” (Hasil wawancara tanggal 15 september 2016)

Dari hasil wawancara bahwasannya Masyarakat di Kelurahan Polonia ketika

melakukan interaksi dengan sesama etnis sebagian menggunakan bahasa etnisnya

masing-masing. Namun untuk menghindarkan stigma negative dari tetangga mereka

lebih sering menggunakan bahasa Indonesia untuk melakukan interaksi.

4.4.4. Interaksi Antar Etnis yang Berbeda

Etnisitas sebagai bentuk dari status kelompok yang menyuguhkan

kepercayaan subjektif di dalam keturunan karena adanya tipe fisik yang mirip.

Status merupakan hal yang paling sering menjelaskan kelompok etnis yang

membuat orang-orang percaya bahwa mereka sama dari kultur dan bahasa.

Karakter setiap Etnis yang berbeda-beda akan mewarnai dinamika interaksi

sosial di Kelurahan Polinia, berikut adalah masing-masing karakter etnis

berdarsarkan kan hasil wawancara kepada Masyarakat Kelurahan Polonia dilihat


(47)

Tabel No. 12

karakteristik Etnis

Etnis Karakter

Batak

Bersuara dengan nada yang keras, namun

memiliki kepribadian yang baik, terkesan kasar

Jawa

Sopan santun, lemah lembut dan menjaga etika

berbicara

Minang Gigih dalam usaha

Melayu

Memiliki bahasa yang lembut dan baik, rata-rata

berkulit sawo matang dan hormat terhadap aturan

China Giat dalam bekerja

India Pandai dalam berbicara

Aceh Logat masih kental

Nias

Baik, sangat menjaga kebudayaannya, memiliki

logat bahasa yang kental

Dalam suatu kehidupan sosial tentunya ada kelompok-kelompok sosial

yang tinggal dalam satu wilayah seperti yang ada di Kelurahan Polonia terdapat

masyarakat dengan berbagai etnis tinggal di satu wilayah dan hidup


(48)

“…aku disini banyak kawanku yang etnisnya beda banyaklah, ada india, batak, jawa banyak lah kami baik-baik aja kok bekawan lagian gak enak juga kalo cuman bekawan sesama etnis, bosan lah kak..” (Hasil wawancara tanggal 11 september 2016)

Sama halnya yang dikatakan oleh bang Jamil, yaitu :

“…banyak juga kawanku yang beda etnis disini, kayaknya misalnya pas acara 17-an kemaren kami ngumpul tuh di lapangan dekat sini buat lihat keyboardtan, pas acara kek gitulah banyak ketemu sama kawan-kawan yang beda etnisnya dan kami berbaur lah gak ada sama sekali harus bekawan sama satu etnis karna etnis aku pun sedikit disini…” (Hasil wawancara tanggal 2 september 2016)

Dan juga yang dikatakan oleh kak dewi, yaitu :

“…kalo untuk berteman sih aku sama siapa aja bisa, mau yang etnisnya beda ataupun agamanya yang penting kan dia orangnya baik mau bekawan samaku jadi gampang kalo mau interaksi gitu..” (Hasil wawancara tanggal 9 september 2016)

Selain berinteraksi di sekitar rumah dan perkumpulan lainnya yang di dalamnya

terjadi interaksi terbatas antara anggota satu agama, tempat-tempat berkumpul dan

bertemu lainnya, seperti kedai kopi, kedai sampah (angkringan), pasar tradisional,

halaman atau teras rumah penduduk, dan sebagainya, dinilai cukup fungsional dalam

menjalin hubungan antar etnis di sana.

Seperti halnya yang dikatakan oleh pak rudi yaitu :

“…aku kan tukang becak jadi kebanyakan kegiatan aku duduk-duduk lah di warung kopi ini, rame juga kadang disini jadi banyaklah kawan cerita dan nambah kawan juga yaah kalo yang duduk disini itu etnisnya campur-campur lah jadi enak di ajak becakap juga kita bisa


(49)

tau kek mana orang china, orang jawa atau yang lainnya lah…” (Hasil wawancara tanggal 15 september 2016)

Sama halnya dengan nenek murni, yaitu :

“…di sini kami berinteraksi dengan baik lah, apalagi itu tetangga saya semuanya beda etnis sama saya ada batak, di depan ada orang nias, disana ada orang karo terus india banyaklah pokoknya kita biasanya tiap sore ngumpul duduk-duduk di rumah ntah siapa gitu cakap-cakap soal apa aja lah kalo kita sering ketemu ataupun berinteraksi dengan berbeda etnis gitu jadi yang namanya berantem-berantem gitu gak ada lagi kita juga tau bahasa mereka, budaya mereka, masakan mereka gitulah…” (Hasil wawancara tanggal 9 september 2016)

Interaksi sosial antar etnis juga menghasilkan sebuah akulturasi serta amalgamasi

dalam masyarakat Kelurahan Polonia, seperti yang dikatakan ibu reka, yaitu :

“…itu ada adek ipar saya nikah sama orang batak terus ada juga yang nikah sama orang jawa, kita sih gak melarang ya mereka mau nikah sama siapa lagian udah zamn sekarang mana mau di atur-atur soal begituan yang penting mereka senang, bahagia kan kita ikut senang juga…”(Hasil wawancara tanggal 9 september 2016)

Sama halnya yang dikatakan oleh nenek murni, yaitu :

“…saya kan orang jawa tapi anak saya tuh yang pertama nikahnya sama orang karo, saya sih setuju aja dia mau nikah sama siapa aja yang penting baik orangnya, sayang sama anak saya udah gitu aja…”(Hasil wawancara tanggal 9 september 2016)

Interaksi yang dilakukan oleh masyarakat Kelurahan Polonia dapat

mempengaruhi mereka dalam bersikap kepada etnis yang berbeda. Seperti yang


(50)

“…disini di klenteng biasanya kami kumpul-kumpul gitu sama teman-teman saya yang lain ada juga yang beda etnis sama saya tapi gak papa namanya kita hidup bertetangga hidup bermasyarakat yaa harus terima lah perbedaan-perbedaan setiap orang disini, ada tuh kepling disini karena sering kumpul sama kita orang china dia jadi taulah bahasa kita orang padahal dia orang jawa loh, terus ini ipar saya dia orang india tapi bisa juga bahasa kita orang jadikan kalo mereka tau bahasa kita terus gak ada tuh yang mengira kalo kita ngomongin orang…”(Hasil wawancara tanggal 10 september 2016)

Sama halnya yang dikatakan pak yom, yaitu :

“…kalo berinteraksi dengan beda etnis sih sangat sering sekali saya lakukan dan baik-baik aja apalagi kalo hari jumat ini pas solat jumat kita kan pasti banyak bertemu sama warga lain yang etnisnya beda, tetangga saya juga banyak yang beda etnis sama saya kayak etnis aceh itu banyak juga di tempat saya terus kegiatan lain kayak perwiritan gitu itukan kita kumpul warga sini buat wirit, agama memang sama tapikan etnisnya berbeda-berbeda..” (Hasil wawancara tanggal 2 september 2016)

Dari hasil wawancara memperlihatkan bahwa, masyarakat di Kelurahan Polonia

memperlihatkan kenyamanan mereka dalam berteman yang memiliki etnis yang

berbeda selain mendapatkan teman yang banyak dari proses interaksi tersebut juga

akan menghasilkan pengetahuan kita akan kebudayaan dari etnis lain, baik berupa

bahasa, adat istiadat dan lainnya sebab sebagai makhluk sosial kita tidak dapat untuk

hidup sendiri dan memerlukan bantuan orang lain serta interaksi dapat menghasilakn

hubungan-hubungan sosial yang dinamis dimana hubungan sosial yang dimaksud

adalah hubungan antar individu yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok


(51)

4.5. Kerjasama Antar Etnis Sebagai Bentuk Interaksi Masyarakat Polonia Kerjasama merupakan bentuk interaksi yang pokok, bentuk dan pola kerjasama

dapat dijumpai pada semua kelompok manusia. Kebiasaan-kebiasaan dan sikap-sikap

demikian dimulai sejak masa kanak-kanak di dalam kehidupan keluarga maupun

kelompok-kelompok kekerabatan. Kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa

mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang

bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri

untuk memnuhi kepentingan-kepentingan tersebut.

Masyarakat Kelurahan Polonia juga menjalin kerjasama, terutama kerjasama

antar etnis

Seperti yang dikatakan oleh pak rudi, yaitu :

“…masyarakat sini kalo kerjasamanya itu banyak lah macam-macamnya, misalnya ada yang meninggal nih tetangga kita yang etnisnya beda itu dengan sigap dan tanpa disuruh kami langsung sama-sama masang tendanya, terus ngamankan jalan terus kalo ada yang pesta juga kami ikut jaga tendanya kalo malam sambil cerita-cerita juga namanya kita bertetangga yaa gitulah harus saling kerjasama, pas gotong royong juga tuh sering ikut juga saya bersihkan lingkungan sekitar kek gitulah…” (Hasil wawancara tanggal 15 september 2016)

Sama halnya yang dikatakan oleh bang jamil, yaitu :

“…kalo kami kerjasamanya paling pas inilah ada pesta gitu, kalo orang jawa kan namanya rewang bantu-bantu gitulah ibu-ibunya kalo kami yang laki-lakinya paling bantu-bantu masang janur itu atau gak kan biasa buat dodol itukan berat ya jadi saling kerjasama lah kita…” (Hasil wawancara tanggal 10 september 2016)


(52)

Lain halnya yang dkatakan oleh pak iwan, yaitu:

“…saya ada kerjasama sama etnis lain, namanya juga wiraswasta jadi pasti banyaklah kerjasamanya apalagi sama beda etnis gitu kita kan harus banyak cari-cari partner kalo punya usaha sendiri karna kan kalo kita jalan sendiri susah lah terus saya kan juga ngurus klenteng ini kadang kalo kita mau buat acara ulang tahun klenteng inilah setahun sekali pasti ada aja yang bantu-bantu buat bersihkan klenteng ini, kadang juga memperbaiki yang rusak itu bukan hanya dilakukan sama etnis china aja tapi juga da etnis lain, kayak abang ini nih orang india, jawa karna sering ngumpul disini jadi mereka ikut bantu bersih-bersih lah…” (Hasil wawancara tanggal 10 september 2016)

Dari hasil penelitian diatas dapat dilihat bahwa, adanya kerjasama yang terbangun

dari proses interaksi, terdapat unsur-unsur kerukunan antar etnis di Kelurahan

Polonia. Kerukunan tersebut terwujud melalui kerjasama yang dibangun oleh

masyarakat sekitar dengan tidak memandang etnis dan kerjasama ini tetap akan

dipertahankan guna mempererat solidaritas antar etnis. Kerjasama ini diwujudkan

dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Kelurahan Polonia, sebagai bentuk strategi

pola hidup bersama untuk meringankan beban masing-masing kerjaan. Adanya

kerjasama semacam ini merupakan suatu bukti adanya keselarasan hidup antar

sesama, terutama yang masih menghormati dan menjalankan nilai-nilai kehidupan.

4.6. Bahasa Sebagai Simbol Interaksi

Dalam kehidupan sehari-hari sebagai Masyarakat tentunya berinteraksi dengan

menggunakan bahasa sebagai simbol. Interaksionis simbolik dilakukan dengan


(53)

isyarat. Seperti yang dilakukan oleh masyarakat di Kelurahan Polonia yang

menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan ada juga yang

menggunakan bahasa daerah mereka masing-masing. Seperti yang dikatakan oleh ibu

maliga,yaitu :

“…kalo kita berinteraksi dengan tetangga yang tidka sama etnisnya, ya pasti pake bahasa Indonesia tapi kalo jumpa sama etnis yang sama kadang saya pake bahasa india kadang juga bahasa Indonesia karna kan gak semua orang india itu bias bahasa india asli apalagi bahasa india itu ada yang kasar dan ada yang lembutnya juga…”(Hasil wawancara tanggal 9 september 2016)

Sama halnya yang dikatakan oleh nenek murni yaitu :

“…saya kan orang jawa pasti kalo jumpa sama orang jawa juga pakenya bahasa jawa lah biar lebih akrab gitu karna orang jawa ini kalo ketemu langsung pake bahasa jawa langsung lah itu akrab tapi kalo sama etnis lain ya pake bahasa Indonesia lah kadang juga pake bahasa jawa kalo mereka ngerti…” (Hasil wawancara tanggal 9 september 2016)

Dari hasil wawancara di atas terlihat bahwa masyarakat masih mempertahankan

bahasa etnis mereka masing-masing. Dimana saat berkomunikasi dan berinteraksi

mereka menggunakan simbol bahasa etnis mereka sebagai identitas etnis mereka. Hal

ini merupakan bentuk dari interaksionis simbolik dimana kemampuan manusia

menggunakan simbol suara yang dimengerti bersama memungkinkan perluasaan dan

penyempurnaan komunikasi jauh melebihi apa yang mungkin melalui isyarat fisik


(54)

4.7. Adaptasi Budaya Antar Etnis di Kelurahan Polonia Dalam Interaksi Pada Masyarakat Multikultural

adaptasi sosial budaya dimulai melalui penyesuaian cara hidup dengan

lingkungan sekitarnya yang memiliki perbedaan secara adat istiadat, bahasa dan

agama yang berbeda. Dimana dalam adaptasi sosial budaya terdapat nilai dan norma

sosial dalam tata cara bagaimana masyarakat menyesuaikan diri dengan

lingkungannya.

Proses penyesuain terhadap lingkungan sekitar dirasakan juga dengan kak dewi

yang mengatakan bahwa :

“…pertama kali aku datang kesini, agak malu-malu gitu karna kan aku orang baru disini itupun buat kuliah dan ngekos doing jadi untuk beradaptasi awalnya susah buat aku, tapi lama-kelamaan aku bisa menyesuaikan diri sama lingkungan disini sama warga juga karna kan gak mungkin kita diam aja disini jadi harus beranilah buat bisa diterima sama warga disini…” (Hasil wawancara tanggal 9 september 2016)

Sama halnya yang dikatakan oleh ko andri, yaitu :

“…pertama datang kesini saya merasa mudah aja buat adaptasi karna kan warga juga welcome sama kita orang baru, saya juga terbiasa pindah-pindah jadi gampang aja gitu, lagian warga di sekitar sini lumayan banyak juga orang kitanya minimal dari mereka lah kita tau tentang warga disini sama kebiasa-kebiasaan warga disini…” (Hasil wawancara tanggal 10 september 2016)

Selain beradaptasi dengan lingkungannya sebagai masyarakat Kelurahan Polonia,

mereka juga melakukan peneyesuaian budaya yang mereka miliki dengan


(55)

Seperti yang dikatakan oleh ibu maliga yaitu:

“…yaah kita sebagai orang india biasanya kan pake sari gitu, baju orang india tapi sekarang makenya cuman kalo ada pesta gitu aja, kalo dirumah udah gak make lagi karna panas juga tapi saya liat bukan orang india aja yang make sari atau Punjabi itu, sudah banyak orang-orang yang bukan india make sari terus model sekarang Punjabi namanya, selain baju juga ada itu yang sikh yang dulunya diwajibkan pake turban sekarang sudah di lepas karna perubahan zaman juga yang awalnya mereka rambutnya panjang sudah dipotong juga, dulunya kita orang india ada sistem kasta tapi lambat laun sudah mulai di hapuskan karena di anggap sudah tidak cocok di pakai untuk sekarang…” (Hasil wawancara tanggal 16 september 2016)

Dari hasil wawancara di atas terlihat bahwa masyarakat yang ada di Kelurahan

Polonia yang belum lama tinggal dapat melakukan adaptasi dengan lingkungan

sekitar rumah mereka yang dibantu melalui proses interaksi yang dimana orang tidak

hanyan menyadari orang lain tetapi mampu menyadari dirinya sendiri. Dengan

demikian orang tidak hanya berinteraksi dengan orang lain, tetapi secara simbolis dia

juga berinteraksi dengan dirinya sendiri. Selain beradaptasi sebagai individu dalam

kelompok masyarakat tentu adanya adaptasi sosial budaya yang juga mendapatakan

penyesuaian dari lingkungan sekitar tetap mempertahankan budaya mereka

masing-masing namun ada penyesuaian budaya yang mampu membuat mereka membaur dan

menjadikan budaya tersebut sebagai kesatuan.

4.8. Nilai – Nilai Multikultural dalam Masyarakat

Prinsip-prinsip dasar multikultural mengakui dan menghargai keberagaman

kelompok masyarakat seperti etnik, ras, budaya, gender, strata sosial, agama,


(56)

membantu bagi terwujudnya perubahan prilaku yang kondusif dan sangat

menjanjikan di tengah kehidupan masyarakat dan bangsa yang majemuk. Pendekatan

multikultural tidak sesungguhnya berlandaskan pada kepemilikan yang

men-gisyaratkan pada memiliki atau dimiliki budaya tertentu tetapi berlandaskan pada

kesadaran untuk menghargai dan menghormati.

Seperti yang dikatakan oleh pak yom, yaitu :

“…kebetulan pas dimesjid taqwa itu, belakangnya kan kuil india jadi kalo kita adzan itu pasti mereka tau terus berhenti dulu habis itu setelah 10 menit gitu baru lah orang itu mulai lagi kalo dimesjid taufiq ini kita bunyikan suara ngaji hanya 2 kali aja, waktu subuh sama magrib aja soalnya kan kita menghargai yang bukan islam bia gak ganggu kegiatan orang itu…”(Hasil wawancara tanggal 2 september 2016)

Sama halnya yang dikatakan oleh pak iwan, yaitu :

“…sebentar lagikan ulang tahun klenteng ini, biasanya kita itu kasih-kasih sembako ke orang-orang tapi bukan hanya etnis china aja siapaun boleh datang kesini, mau agamanya beda etnisnya beda apapun lah itu tidak ada larangan sama sekali kalo mereka mau datang kesini, kadang hari-hari biasa juga banyak yang datang kesini bukan juga orang china ataupun orang budha tapi orang-orang kayak adek inilah, kita sih welcome aja sama siapapun yang penting mereka gak berbuat macam-macam sama kita…” (Hasil wawancara tanggal 10 september 2016)

Hal ini juga dikatakan ko andri, yaitu :

“…kalo hari besar agama budha atau kita orang china sih ngundang tetangga lah buat datang kerumah kita open house gitu misalnya imlek kayak orang islam lah kita buat kue juga makanya kita undang tetangga yang bukan orang kita untuk datang kerumah…” (Hasil wawancara tanggal 10 september 2016)


(57)

Selain bertoleransi terhadap agama yang berbeda, di Kelurahan Polonia juga

masyarakatnya senang untuk tinggal di tempat tersebut dan hidup berdampingan

dengan etnis lain. Seperti yang dikatakan oleh pak rudi, yaitu:

“…saya suka tinggal disini karna banyak macam etnis yang tinggal disini jadi kita gak bosan lah ya dan selama ini juga belum ada konflik yang melibatkan etnis kok dan mudah-mudahan aman-aman aja di Kelurahan Polonia ini…” (Hasil wawancara tanggal 15 september 2016)

Dari hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwa, realitas pemahaman

multikultural di Kelurahan Polonia sudah terkonsepsualkan dengan baik dengan

adanya sifat saling memhami, menghargai dan menjaga kebersamaan dalam satu

wilayah dan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan sosial. Hal ini terkait dengan

karakteristik masyarakat multikultural, dimana masyarakat dalam

perkembangannya akan bersinggungan dengan konsep hidup bersama untuk

mencari kehidupan bersama dengan adanya toleransi, saling memahami dan


(58)

BAB V

PENUTUP

5.1.Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapatlah kesimpulannya

sebagai berikut :

1. Interaksi sosial di Kelurahan polonia berlangsung dengan baik, sama

halnya yang memiliki perbedaan etnis, sesama etnis, perbedaan agama

ataupun sesama agama. Hubungan yang baik ini ditandai dengan adanya

faktor-faktor dari interaksi itu sendiri seperti faktor imitasi, sugesti,

identifikasi, simpati, empati dan motivasi.

2. Interaksi sosial dapat mencakup apa saja tak terkecuali hubungan sosial

antar etnis. Interaksi sosial juga mewarnai kemajemukan yang ada di

lingkungan Kelurahan Polonia. Masyarakat yang Multikultural terdapat

disekitar kita dan tidak selalu menimbulkan konflik. Perbedaan perbedaan

yang terjadi juga menciptakan akulturasi budaya dan Salah satu akibat

positif dari proses interaksi yang cukup intensif itu adalah pertukaran

bahasa antaretnis yang menjadi kehidupan bermasyarakat semakin

harmonis.

3. Bentuk interaksi sosial yang terjadi di Kelurahan Polonia bersifat asosiatif

yang brarti adanya kerjasama dan akomodasi di Kelurahan Polonia yang


(59)

Polonia yang menyukai budaya dari etnis lain dan proses tersebut

dikarenakan adanya interaksi yang terjadi secara terus menerus dan

terjadilah pencampuran dan menghasilkan budaya baru (2) adanya

akulturasi terlihat dari seni bangunan berupa pura (candi) sebagai wujud

pemcampuran antara seni asli Indonesia dengan seni hindu-budha bentuk

akulturasi ini terdapat di salah satu sarana ibadah di Kelurahan Polonia.

Selain itu juga tradisi membagi rezeki saat hari raya sebenarnya terjadi

karena proses akulturasi budaya tionghoa dengan islam (3) adanya

amalgamasi yang merupakan proses perkawinan campuran terlihat dari

beberapa narasumber yang keluarga mengalami perkawinan campuran

baik antar etnis maupun agama. Proses-proses ini terjadi dikarenakan hasil

dari interaksi yang dilakukan Masyarakat Kelurahan Polonia untuk

mengurangi perbedaan-perbedaan di antara mereka.

4. Realitas pemahaman multikultural di Kelurahan Polonia sudah

terkonsepsualkan dengan baik dengan adanya sifat saling memahami,

menghargai dan menjaga kebersamaan dalam satu wilayah dan

keterlibatan masyarakat dalam kegiatan sosial. Hal ini terkait dengan

karakteristik masyarakat multikultural, dimana masyarakat dalam

perkembangannya akan bersinggungan dengan konsep hidup bersama

untuk mencari kehidupan bersama dengan adanya toleransi, saling

memahami dan mengahargai perbedaan yang ada.

5. Dalam kehidupan sosial Masyarakat Kelurahan Polonia yang menjadi


(60)

perbedaan-perbedaan yang ada di lingkungan mereka dengan menjaga

interaksi sosial yang berjalan dengan sangat baik.

5.2.Saran

1. Kepada masyarakat Kelurahan Polonia tetap pertahankan interaksi yang

sudah berjalan dengan baik dan mempererat solidaritas antar etnis dan

berinteraksi dengan Etnis yang berbeda sangat diperlukan agar

memperluas pandangan dan pola piker tentang suku bangsa lainnya.

2. Tetap bersikap saling menghargai dan bertoleransi kepada masyarakat

yang berbeda etnis ataupun agama.

3. Tetap pertahankan kebudayaan dari masing-masing etnis sebab itu

merupakan keunikan yang berada di Kelurahan Polonia yang di huni

dengan masyarakat yang berbeda etnis dan kebudayaan.

4. Hindari konflik yang berkaitan dengan etnis ataupun agama yang dapat

membuat perpecahan di Kelurahan Polonia.

5. Semua lapisan masyarakat Kelurahan Polonia sebaiknya menjaga

hubungan baik agar tidak ada kesenjangan.

6. Untuk para perangkat Kelurahan Polonia untuk tetap menjaga dan

mengawasi masyarakat memiliki berbagai macam etnis serta

keanekaragaman lainnya.

7. Memperbanyak kegiatan sosial yang melibatkan seluruh warga Kelurahan


(61)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Interaksi Sosial

Interaksi Sosial adalah hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih yang

berperan saling mempengaruhi antara individu dan individu, antara individu dan

kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok. Menurut Maryati dan Suryawati

dalam (Yesmil anwar dan adang 2013:194) menyatakan bahwa, Interaksi

sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok.

Interaksi sosial merupakan proses setiap orang menjalin kontak dan

berkomunikasi dan saling mempengaruhi dalam pikiran maupun tindakan. Sebagai

pondasi dengan sebuah tindakan yang didasarkan pada norma dan nilai sosial yang

berlaku dan diterapkan dalam masyarakat. Berlangsungnya interaksi sosial dengan

baik jika aturan-aturan dan nilai-nilai dilakukan dengan baik. Jika tidak adanya

kesadaran dari masing-masing, maka proses sosial pun tidak akan berjalan dengan

yang diharapkan dan merupakan bentuk dari proses sosial karena interaksi sosial

merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Bentuk lain dari proses


(62)

1. Ciri-ciri interaksi sosial

1) Jumlah pelaku dua orang atau lebih.

2) Adanya komunikai antarpelaku dengan menggunakan simbol atau

lambang.

3) Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lalu, masa sekarang,

dan masa mendatang.

4) Adanya tujuan yang hendak dicapai sebagai hasil dari interaksi

tersebut.

2. Syarat terjadinya interaksi

Agar interaksi sosial dapat terjadi, dibutuhkan beberapa syarat. Menurut Ibid

dalam (Soerjono Soekanto 2007:55) seperti syarat terjadinya interaksi sosial

adalah sebagai berikut.

a. Kontak Sosial : Kata ‘kontak’ berasal dari kata ‘con’ atau ‘cum’

(Bahasa Latin: bersama-sama) dan ‘tango’ (Bahasa Latin: menyentuh).

Jadi, secara harfiah kontak artinya adalah ‘sama-sama menyentuh’.

Secara fisik kontak sosial baru terjadi apabila terjadi hubungan

badaniah. Akan tetapi, sebagai gejala sosial tidak harus berarti suatu

hubungan badaniah. Karena seseorang dapat mengadakan hubungan


(63)

dan berbicara dengan menggunakan bahasa isyarat. Kontak sosial

adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang merupakan

awal terjdinya interaksi sosial dan masing-masing pihak saling

bereaksi meski tidak harus bersentuhan secara fisik. Kontak sosial

dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu kontak antar individu,

kontak antar individu dengan kelompok, dan kontak antar kelompok.

b. Komunikasi : berasal dari kata ‘communicare’ (Bahasa Latin:

berhubungan). Jadi, secara harfiah komunikasi adalah berhubungan

atau bergaul dengan orang lain. Pada kontak sosial pengertiannya lebih

ditekankan kepada orang atau kelompok yang berinteraksi, sedangkan

komunikasi lebih ditekankan kepada bagaimana pesannya itu diproses.

Komunikasi muncul setelah kontak berlangsung (ada kontak belum

tentu terjadi komunikasi). Komunikasi memiliki maksud yang luas

dibandingkan dengan kontak, karena komunikasi dapat memiliki dan

menimbulkan beberapa penafsiran yang berbeda-beda. Seperti

tersenyum dapat ditafsirkan sebagai penghormatan atau ejekan


(64)

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya interaksi sosial

Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada beberapa faktor

berikut

a. Sugesti adalah pemberian pengaruh pandangan seseorang kepada

orang lain dengan cara tertentu, sehingga orang tersebut mengikuti

pandangan dan mempengaruhi tanpa berpikir panjang. Sugesti

biasanya dilakukan oleh orang yang berwibawa, mempunyai pengaruh

besar, atau terkenal dalam masyarakat.

b. Imitasi adalah tindakan atau usaha untuk meniru tindakan orang lain

sebagai tokoh idealnya. Imitasi cenderung secara tidak disadari

dilakukan oleh seseorang.

c. Identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang

untuk menjadi sama dengan orang lain. Identifikasi mengakibatkan

terjadinya pengaruh yang lebih dalam dari sugesti dan imitasi karena

identifikasi dilakukan oleh seseorang secara sadar.

d. Simpati adalah suatu proses seseorang yang merasa tertarik pada orang

lain. Perasaan simpati itu bisa juga disampaikan kepada seseorang atau

sekelompok orang atau suatu lembaga formal pada saat-saat khusus.

e. Empati adalah kemampuan mengambil atau memainkan peranan

secara efektif dan seseorang atau orang lain dalam konsidi yang

sebenar-benarnya, seolah-olah ikut merasakan apa yang dirasakan oleh


(65)

Empati hampir mirip dengan sikap simpati. Perbedaannya, sikap

empati lebih menjiwai atau lebih terlihat secara emosional.

f. Motivasi adalah dorongan, rangsangan, pengaruh, atau stimulus yang

diberikan seorang individu kepada individu yang lain sedemikian rupa

sehingga orang yang diberi motivasi tersebut menuruti atau

melaksanakan apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional, dan

penuh tanggung jawab.

Tidak selamanya interaksi berjalan sesuai dengan rencana. Kontak sosial yang

berlangsung kadang-kadang dapat berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan,

namun sebaliknya suatu interaksi akan mengalami gangguan dan bahkan terhenti

seandainya terjadi hal-hal berikut:

a) Subjek-subjek yang terlibat dalam interaksi tidak mempunyai harapan

lagu untuk mencapai tujuan.

b) Interaksi yang terjadi tidak lagi bermanfaat atau tidak mendatangkan

keuntungan.

c) Tidak adanya adaptasi atau penyesuaian antara pihak-pihak yang saling

berinteraksi.


(66)

4. Bentuk-bentuk interaksi a. asosiatif

asosiatif terdiri dari kerjasama (coorperation), akomodasi

(acomodation). kerjasama disini dimaksudkan sebagai suatu usaha

bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk

mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. akomodasi merupakan

suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan

pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiaanya.

Proses asosiatif terbagi ke dalam tiga bentuk khusus yakni :

1. Akomodasi yaitu suatu proses dalam hubungan sosial yang sama

artinya dengan pengertian adaptas yang menunjuk pada suatu

proses dimana makhluk hidup menyesuaikan dirinya lingkungan.

2. Asimilasi yaitu proses sosial dalam taraf lanjut yang ditandai

dengan adanya usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang

terdapat antara orang-peroeang atau kelompok-kelompok manusia

yang meliputi usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak,sikap,

dan proses mental dengan memperhatikan kepentingan dan tujuan

bersama.

3. Akulturasi yaitu proses sosial dalam masyarakat yang terdapat

unsur kebudayaan baru yang timbul sebagai akibat pergaulan


(1)

akhir perkuliahan karna takdir yang sudah mempertemukan kita di Sosiologi

tercinta ini.

8.

Terima kasih juga buat sahabat-sahabat saya diluar perkuliahan buat

dukungan semangatnya, doanya untuk penulis yaitu Novinsia Pramita, Vini R.

Octavia dan Fina Endang Sari, Hadiah Witarani Puspa, Popi Annisa, Putri

Khairunnisa, Shalat Ramadhan, Maulana Fauzi Septian Batubara, leo

Karnando, Dian Anggraini Putri, Ganar Aditya, Marahalim Siregar dan

M.Tufiq.

9.

Teman-teman Seperjuangan di Sosiologi stambuk 2012 Ira Maya sari, Zultia

Safitri, Ridho Kurnia Adillah, Dedy Roy Hutagalung, Yayang Aprilia, Asima

Panggabean, Wanty Nurjadidah, Rahmadina dan teman-teman lainnya yang

tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih buat kenangan terindah

selama proses perkuliahan sejak pertama kali kenal dan sampai akhirnya kita

jadi S.Sos.

10.

Teman-teman Jurusan Lain, M Ridho Ritongga, Uti Novita, Ratri dan lainnya.

Terima kasih buat pertemanannya selama ini serta dukungannya buat Penulis.

11.

Terima Kasih buat abang dan kakak stambuk, M. Ricky A Putra (2010),

Ismail Jahidin (2010), bang Reza (2008), Sri Rizky Zebua (2011), Ismi Andari

(2011) dan yang lainnya, buat motivasinya, pengalaman serta ilmu yang telah

dibagikan kepada penulis.

Akhir kata penulis mengucapkan Terima Kasih kepada semua pihak dan apabila ada

yang tidak tersebutkan penulis mohon maaf, dengan besar harapan semoga skripsi ini


(2)

yang telah membantu dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat

khusunya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca.

Medan, 04 Oktober 2016

Penulis


(3)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar belakang ... 1

1.2. Rumusan masalah ... 7

1.3. Tujuan penelitian ... 8

1.4. Manfaat penelitian ... 8

1.4.1. Manfaat Teoritis ... 8

1.4.2. Manfaat Praktis ... 9

1.5. Defenisi Konsep ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14

2.1. Interaksi Sosial ... 14

2.2. Multikultural ... 21

2.3. Teori Interaksionis Simbolik ... 23

2.4. Adaptasi Sosial Budaya ... 25

2.5. Kelompok Sosial ... 27

2.6. Etnisitas -Teori Max Weber Tentang Etnisitas ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

3.1. Jenis Penelitian ... 32

3.2. Lokasi Penelitian ... 33

3.3. Unit Analisis dan Informan ... 33

3.3.1. Unit Analisis ... 33

3.3.2. Informan ... 33

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 34


(4)

3.4.2. Data Sekunder ... 36

3.5. Interpretasi Data ... 36

3.6. Jadwal Penelitian ... 37

3.7.

Keterbatasan Penelitian... 38

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN ... 39

4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian ... 39

4.1.1. Deskripsi Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia ... 39

4.1.2. Gambaran Penduduk Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia ... 42

4.1.3. Sarana dan Prasarana di Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia ... 44

4.2. Karakteristik Informan ... 50

4.2.1. Karakteristik Informan Berdasarkan Umur ... 50

4.2.2. Karakteristik Informan Berdasarkan Agama ... 51

4.2.3. Karakteristik Informan Berdasarkan Lama Tinggal di Kelurahan Polonia ... 51

4.2.4. Karakteristik Informan Berdasarkan Suku ... 52

4.3. Profil Informan Masyarakat Kelurahan Polonia ... 53

4.4. Bentuk Interaksi Pada Masyarakat Multikultural di Kelurahan Polonia ... 67

4.4.1. Interaksi Sosial Secara Langsung Pada Masyarakat Polonia ... 67

4.4.2. Interaksi Sosial Secara Tidak Langsung Pada Masyarakat Polonia ... 69

4.4.3. Interaksi Antar Sesama Etnis ... 71

4.4.4. Interaksi Antar Etnis yang Berbeda ... 74

4.5. Kerjasama Antar Etnis Sebagai Bentuk Interaksi Masyarakat Polonia ... 79

4.6. Bahasa Sebagai Simbol Interaksi ... 80

4.7. Adaptasi Budaya Antar Etnis di Kelurahan Polonia Dalam Interaksi Pada Masyarakat Multikultural ... 82

4.8. Nilai – Nilai Multikultural dalam Masyarakat ... 83

BAB V KESIMPULAN ... 86

5.1. Kesimpulan ... 86

5.2. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Polonia……….… 41

Tabel 2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Etnis di Kelurahan………. 42

Tabel 3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kelurahan Polonia 43

Tabel 4 Sarana Ibadah di Kelurahan Polonia………. 45

Tabel 5 Sarana Kesehatan di Kelurahan Polonia………... 46

Tabel 6 Sarana Pendidikan di Kelurahan Polonia……….. 48

Tabel 7 Sarana Olahraga di Kelurahan Polonia……….. 49

Tabel 8 Karakteristik Informan Berdasarkan Umur……… 50

Tabel 9 Karakteristik Informan Berdasarkan Agama……….. 51

Tabel 10 Karakteristik Informan Berdasarkan Lama Tinggal………. 51

Tabel 11 Karakteristik Informan Berdasarkan Etnis……….. 52


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kantor Kelurahan Polonia……… 40

Gambar 2 Kegiatan Perwiritan……….. 70

Gambar 3 Dokumentasi Penelitian……… 92

Gambar 4 Sarana dan Prasarana……… 94