Data Siswa SMP Dua Mei Tahun Ajaran 2013 Kurikulum Pelajaran di SMP Dua Mei Ciputat Pengertian Guru

xi DAFTAR TABEL No Tabel Nama Tabel Halaman 4.1 Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan SMP Dua Mei Ciputat 44

4.2 Data Siswa SMP Dua Mei Tahun Ajaran 2013

47 4.3 Data Sarana dan Prasarana Sekolah 47

4.4 Kurikulum Pelajaran di SMP Dua Mei Ciputat

50

4.5 Jadwal Kegiatan Belajar di SMP Dua Mei Ciputat

54 xii DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN Nomor Gambar Nomor Gambar Halaman Gambar 2.1 Proses Komunikasi 23 Gambar 3.1 Situasi Sosial Social situation 34 Gambar 4.1 Menunjukkan Proses Komunikasi 58 Gambar 4.2 Gerbang Masuk dan Pos Keamanan SMP Dua Mei Ciputat 64 Gambar 4.3 Lapangan dan Mushola SMP Dua Mei Ciputat 64 Gambar 4.4 Perpustakaan dan Lab Komputer SMP Dua Mei Ciputat 64 Gambar 4.5 Ruang Kelas SMP Dua Mei Ciputat 65 Gambar 4.6 Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam PAI 65 Gambar 4.7 Kegiatan Belajar di Ruang Multimedia SMP Dua mei Ciputat 65 xiii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Kalender Pendidikan SMP Dua Mei Ciputat Tahun Ajaran 2013-2014 Lampiran 2: Struktur Organisasi Sekolah SMP Dua Mei Ciputat Lampiran 3: Mata Pelajaran Wajib SMP Dua Mei Ciputat Lampiran 4: Pengembangan Diri SMP Dua Mei Ciputat Lampiran 5: Sistem Evaluasi Lampiran 6: Pedoman Wawancara dan Hasil Wawancara Lampiran 7: Daftar Kelas VIII Siswa SMP Dua Mei Ciputat Lampiran 8: Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Lampiran 9: Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Lampiran 10: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP Lampiran 11: Uji Referensi 1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peran penting dalam rangka memelihara eksistensi setiap bangsa di dunia sepanjang zaman. Pendidikan sangat menentukan bagi terciptanya peradaban masyarakat yang lebih baik. Untuk itulah perwujudan masyarakat yang berkualitas tersebut menjadi tanggung jawab pendidikan, terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subyek yang semakin berperan menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif, mandiri, dan berdaya saing dengan bangsa- bangsa di dunia. Dalam undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 menyatakan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara ”. 1 Pengertian pendidikan di atas menunjukkan bahwa tugas seorang pendidik adalah membantu peserta didik dalam mengembangkan potensi yang dimiliki anak didik, serta ikut berperan serta di dalam meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta membentuk kepribadian siswa baik secara lahir maupun batin. Sedangkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 3 yang berbunyi: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha 1 Undang-undang RI, No 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Visimedia, 2003, cet ke-1, h. 5 Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2 Dari pengertian pendidikan dan fungsi serta tujuan pendidikan di atas, maka akan tampak jelas target dari pendidikan itu sendiri yaitu diharapkan akan terwujudnya bangsa Indonesia yang mempunyai potensi dan berkepribadian seutuhnya, yang mampu bertanggung jawab untuk dirinya dan orang-orang yang di sekitarnya. Dalam mengembangkan potensi peserta didik dalam proses belajar mengajar tentunya seorang guru mempunyai suatu peranan, Peran yang dimaksud adalah pola tingkah laku. Guru harus bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar anak melalui interaksi dalam proses pembelajaran. Peran guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar mengajar. Dengan kata lain guru harus mampu menciptakan suatu situasi kondisi belajar yang sebaik-baiknya. Tugas guru adalah menyampaikan materi pelajaran kepada siswa melalui interaksi komunikasi dalam proses belajar mengajar yang dilakukannya. Keberhasilan guru dalam menyampaikan materi pelajaran bergantung pada kelancaran interaksi komunikasi antara guru dengan siswanya. 3 Oleh karena itu, pendidik adalah pihak yang paling bertanggung jawab terhadap berlangsungnya komunikasi yang efektif dalam proses pembelajaran, sehingga sebagai pendidik atau pengajar, guru dituntut memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik agar menghasilkan proses pembelajaran yang efektif. Kata komunikasi berasal dari kata latin cum, yaitu kata depan yang berarti dengan dan bersama dengan, dan unus, yaitu kata bilangan yang berarti satu. Dari kedua kata itu terbentuk kata benda communion yang dalam bahasa Inggris menjadi 2 Ibid., h. 5-6 3 Asnawir Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Pers, 2002, h. 1 communion dan berarti kebersamaan, persatuan, persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan. 4 Menurut Hardjana, komunikasi dapat didefinisikan sebagai proses proses penyampaian makna dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui media tertentu. Pertukaran makna merupakan inti dari yang terdalam kegiatan komunikasi karena yang disampaikan orang dalam komunikasi bukan kata-kata melainkan arti atau makna dalam kata-kata. Dalam komunikasi, orang bukan menanggapi kata-kata, melainkan arti dari kata-kata. Karena interaksi, komunikasi merupakan kegiatan yang dinamis. 5 Onong Uchajana Effendi merumuskan komunikasi sebagai proses pernyataan antar manusia. Hal yang dinyatakan itu adalah fikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya. Dalam bahas komunikasi, pernyataan disebut sebagai message pesan. Orang yang menyampaikan pesan disebut communicator komunikator. Sedangkan orang yang menerima pernyataan disebut communicate komunikan. 6 Disadari atau tidak dalam kesehariannya manusia selalu berkomunikasi, baik komunikasi antar individu, individu antar kelompok ataupun antar kelompok. Dengan kata lain komunikasi sudah seperti halnya manusia membutuhkan oksigen untuk bernafas, karena komunikasi merupakan hal yang sudah biasa dilakukan. Kebanyakan kita tidak menyadari bahwa kita telah melakukan kesalahan dalam berkomunikasi untuk itu diperlukan komunikasi yang mampu membangun kerjasama antara individu yang satu dengan individu yang lain, individu dengan kelompok ataupun kelompok yang satu dengan yang lainnya, yakin dengan berkomunikasi yang efektif sehingga individu yang satu dengan individu yang lainnya akan saling memahami, saling 4 Ngainun Naim, Dasar-Dasar Komunikasi Pendidikan, Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2011, h. 17 5 Ibid,. h. 18 6 Onong Uchajana Effendi, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, Bandung: CA Publisher, 2003, h. 28 mengisi, dan saling memberi. Dengan demikian potensi dari masing-masing individu akan semakin berkembang. Kegiatan komunikasi dalam diri manusia, akan merupakan bagian hakiki dalam kehidupannya. Dinamika kehidupan masyarakat akan senantiasa bersumber dari kegiatan komunikasi dalam hubungannya dengan pihak lain dan kelompok. Bahkan dapat dikatakan melalui komunikasi akan terjaminlah kelanjutan hidup masyarakat dan terjamin pula kehidupan manusia. 7 Tidak ada persoalan sosial dari waktu ke waktu yang tidak melibatkan komunikasi. Justru itu dari waktu ke waktu manusia dihadapkan dengan masalah sosial, yang penyelesaiannya menyangkut komunikasi yang “lebih banyak” ataupun yang “lebih baik” setidak-tidaknya semua kesalahpahaman yang menimbulkan konflik antara manusia, baik dalam bidang politik, sosial, dan ekonomi maupun dalam bidang militer dinyatakan sebagai “kesalahan komunikasi”. Memang komunikasi sering dimunculkan sebagai “kambing hitam”, jika terjadi keriwetan dan ketidakharmonisan dalam hubungan antar manusia dan antara bangsa seperti konflik dalam rumah tangga, timbulnya perang, dan sebagainya. 8 Komunikasi dipandang sebagai proses untuk mengubah perilaku orang lain, oleh karena setiap hari manusia melakukan komunikasi maka komunikasi sudah menjadi bagian dari kehidupan rutin sehari-hari. Komunikasi yang efektif dengan orang lain sangat diperlukan berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan rumah tangga, tempat pekerjaan, di pasar atau dalam masyarakat dan lembaga pendidikan. Tanpa komunikasi manusia tidak akan dapat berinteraksi dengan lingkungan terutama lingkungan lembaga pendidikan antara guru dan murid. Pada dasarnya seorang guru adalah seorang komunikator. Proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas merupakan proses komunikasi. Dalam konteks komunikasi pendidikan, guru harus memenuhi segala prasyarat komunikasi yang 7 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003, cet ke-10, h. 7 8 Anwar Arifin, Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006, h. 20 efektif dalam menyampaikan pelajaran. Jika tidak, proses pembelajaran akan sulit mencapai hasil maksimal. 9 Oleh karena itu, komunikasi efektif dalam pembelajaran merupakan proses transformasi pesan berupa ilmu pengetahuan dan teknologi dari pendidik kepada peserta didik, dimana peserta didik mampu memahami maksud pesan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, sehingga menambah wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menimbulkan perubahan tingkah laku menjadi lebih baik. Dalam kegiatan pendidikan pada umumnya, dan dalam proses kegiatan belajar pada khususnya, komunikasi merupakan salah satu faktor utama yang turut serta dalam penentuan pencapaian tujuan pendidikan. Maka untuk mencapai interaksi belajar mengajar perlu adanya komunikasi yang jelas antara guru komunikator dan siswa komunikan. Salah satu bentuk terjalinnya komunikasi yang efektif antara guru dan murid dalam proses belajar mengajar adalah seorang guru dapat menyampaikan sebuah materi dengan berbagai metode dan variasi. Dengan adanya sebuah variasi metode yang digunakan dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa, agar selalu antusias, tekun dan penuh partisipasi sehingga dapat terjalinnya sebuah komunikasi yang baik dalam menyampaikan materi di dalam sebuah kelas. Variasi dalam pembelajaran adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik, mengurangi kejenuhan dan kebosanan, meningkatkan perhatian peserta didik terhadap materi pelajaran dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuannya. 10 Variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan sebagai berikut: 1 variasi dalam penggunaan metode pembelajaran, 2 variasi dalam penggunaan media dan sumber belajar, 3 variasi dalam pemberian contoh dan ilustrasi, dan 4 variasi dalam interaksi dan kegiatan peserta didik. 11 9 Ngainun Naim, Dasar-Dasar Komunikasi Pendidikan, Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2011, h. 112 10 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008, cet ke-7, h. 78 11 Ibid.,h. 80 Jika melihat makna penting dari komunikasi, dapat diketahui bahwa komunikasi merupakan hal yang besar sekali peranannya dalam kehidupan, terutama dalam sebuah dunia pendidikan. Di lembaga pendidikan formal, peran komunikasi sangat berpengaruh terhadap efektifitas atau proses pembelajaran terutama komunikasi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa atau komponen yang satu dengan yang lainnya. Peranan tersebut akan berjalan dengan baik apabila ada komunikasi yang baik antara komponen-komponen terkait. Akan tetapi dalam realita pendidikan saat ini terdapat kesalahan pada peran guru PAI dalam kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Karena dalam proses belajar mengajar, guru PAI menggunakan metode yang terlalu sederhana, kurang bervariatif yaitu cenderung menggunakan metode ceramah saja. Hal tersebut menjadikan siswa merasa bahwa belajar Pendidikan Agama Islam itu membosankan. Sehingga dapat menjadikan komunikasi yang kurang efektif dalam proses penyampaian materi yang diajarkan. Dalam hal ini juga materi yang diberikan mungkin terlalu banyak, sehingga siswa kurang memahami atau mencerna materi yang diberikan. Hal lain yang menjadikan komunikasi kurang maksimal yaitu lingkungan kelas yang tidak kondusif yakni jumlah siswa yang terlalu banyak, sehingga tidak tercipta proses komunikasi yang efektif, dan siswa menjadi acuh tak acuh terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Hal tersebut pula dapat berdampak pada faktor internal atau eksternal siswa. Faktor internal siswa adalah dorongan dalam diri siswa, apakah ada minat atau tidak siswa dalam kegiatan belajar mengajar Pendidikan Agama Islam, tetapi yang lebih berperan adalah eksternal siswa, bagaimana lingkungan di sekitarnya. Selain itu, banyak diantara guru yang mempunyai sikap pilih kasih antara siswa yang pintar dan siswa yang kurang. Hal ini dapat menjadikan kerenggangan komunikasi yang berdapak negatif terhadap proses belajar mengajar dan berdampak pula pada hasi belajar mengajar. Karena terdapat guru yang lebih memperhatikan siswa yang aktif, pintar dan merespon daripada memperhatikan siswa yang kurang pintar, kurang aktif dan nakal. Sehingga berakibat kurangnya rasa hormat siswa terhadap guru dan dapat menjadikan siswa acuh tak acuh terhadap proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti memandang perlu untuk melakukan penelitian tentang “PERAN GURU PAI DALAM MENCIPTAKAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF DENGAN SISWA PADA PEMBELAJARAN PAI DI SMP DUA MEI CIPUTAT”.

B. Identifikasi Masalah

Penelitian ini dilakukan pada jenjang tingkat Sekolah Menengah Pertama dengan fokus penelitian mengenai peran guru PAI dalam menciptakan komunikasi yang efektif dengan siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan identifikasi masalah: 1. Hubungan interaksi antara guru PAI dengan siswa masih kurang maksimal. 2. Kurangnya rasa hormat siswa terhadap guru. 3. Siswa acuh tak acuh terhadap proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam. 4. Metode pembelajaran oleh guru PAI kurang menarik. 5. Siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam. 6. Kurangnya perhatian pandangan sebuah lembaga pendidikan tentang istilah ”komunikasi”, sehingga banyak yang mengabaikan.

C. Pembatasan Masalah

Bertolak dari latar belakang di atas, maka tentunya akan meluas jika masalah tersebut secara keseluruhan dibahas dalam skripsi ini, maka peneliti membatasi permasalahannya yaitu: 1. Peran guru yaitu peran seorang guru PAI dalam menciptakan komunikasi yang efektif dengan siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam. 2. Komunikasi yang dimaksud adalah interaksi yang dilakukan seorang guru PAI pada kegiatan belajar mengajar yang ada di dalam kelas.

D. Perumusan Masalah

Adapun rumusan-rumusan masalah yang akan peneliti tuangkan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah peran guru PAI dalam menciptakan komunikasi yang efektif dengan siswa pada pembelajaran PAI?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini yaitu mengetahui Peran guru PAI dalam menciptakan komunikasi yang efektif dengan siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi para pengelola pendidikan, para stakeholder dapat dijadikan sebagai bahan masukan akan pentingnya komunikasi yang baik agar selalu terciptanya hubungan yang harmonis antara komponen-komponen yang terkait. 2. Bagi Universitas untuk menambahkan khazanah kepustakaan dan sebagai acuan atau rujukan untuk penelitian yang selanjutnya. 3. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan wawasan baru dalam hal peran guru PAI dalam menciptakan komunikasi yang efektif dengan siswa pada pembelajaran PAI. 9 BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Kajian Teori

1. Hakikat Guru

a. Pengertian Guru

Pada zaman Era Globalisasi seperti sekarang ini jabatan guru nampaknya sudah menjadi profesi yang menjadi mata pencaharian. Guru adalah pendidik professional, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab dalam pendidikan yang terpikul dipundak orang tua. Guru juga dapat dikatakan orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 pasal 1 tentang guru dan dosen dijelaskan bahwa “ Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah” 1 . Seseorang yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan. 2 Hal ini dapat dilihat dari pendapat yang dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan sebagai berikut: Moh. Uzer Usman mendefinisikan guru sebagai jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. 3 Roestiyah N. K. mengemukakan bahwa guru adalah seorang tenaga profesional yang dapat menjadikan peserta didik mampu merencanakan, menganalisa dan menyimpulkan masalah yang dihadapi. 1 Undang-Undang Guru dan Dosen, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, cet ke-2, h. 3 2 Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, cet ke-5, h. 15 3 Moh, Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005, h. 6 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah guru diartikan sebagai “orang yang pekerjaannya mata pencaharian, profesinya mengajar. 4 Dari pendapat diatas merupakan pengertian guru secara profesional dan secara umun, dapat disimpulkan bahwa guru adalah pekerjaan operasional dengan tugas utamanya adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

b. Peranan Guru