Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan interaksi antara guru dengan siswa dan interaksi siswa dengan siswa. Interaksi pendidikan tidak hanya terjadi di sekolah, tetapi juga terjadi di lingkungan keluarga ataupun masyarakat. Tanpa interaksi pendidikan tidak dapat terlaksana. Manusia membutuhkan pendidikan untuk mewujudkan dirinya menjadi manusia yang memiliki mental, fisik, emosional, sosial, dan etika yang lebih baik. Pendidikan bukanlah suatu hal yang statis atau tetap melainkan suatu hal yang dinamis. Oleh karena itu pendidikan diupayakan adanya perubahan- perubahan atau perbaikan secara terus menerus. Pendidikan di Indonesia banyak mengalami perubahan, seperti perubahan kurikulum dari kurikulum 1994 sampai KTSP. Perubahan tersebut membawa dampak besar dalam proses pembelajaran. Pembaharuan kurikulum akan lebih bermakna bila diikuti oleh perubahan proses pembelajaran di dalam kelas maupun diluar kelas. Pendidikan dalam lingkungan sekolah lebih bersifat formal, karena sekolah merupakan sarana formal bagi siswa untuk menimba berbagai ilmu pengetahuan. Salah satu ilmu pengetahuan yang dipelajari di sekolah adalah matematika. Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari tingkat SD sampai SMA bahkan perguruan tinggi. Matematika merupakan salah satu bagian yang penting dalam ilmu pengetahuan, karena matematika banyak dibutuhkan dalan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hampir semua kegiatan manusia terutama yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan melibatkan matematika di dalamnya, seperti bidang ekonomi, sosial, kedokteran bahkan budaya, oleh sebab itu matematika pantas disebut sebagai Ratu Ilmu Pengetahuan. 1 Peran penting matematika diakui oleh 1 Sri Anitah dan Janet Trineke, Strategi Pembelajaran Matematika, Jakarta:UT, 2007, h. 7.11 1 Cockcroft yaitu: “it would be verry difficult perhaps impossible to live a normal life in very many parts of the world in the twentieth century without making use of mathematics of some kind”. Akan sangat sulit atau tidaklah mungkin bagi seseorang untuk hidup di bagian bumi ini pada abad ke-20 tanpa sedikitpun memanfaatkan matematika. 2 Prestasi matematika siswa Indonesia cukup menggembirakan. Beberapa siswa Indonesia dari tingkat SD, SMP, dan SMA berhasil meraih kejuaraan dalam rangka olimpiade matematika di tingkat international. Seperti tim olimpiade matematika Indonesia berhasil meraih satu medali emas, lima perak dan tiga perunggu serta dua gelar honorable mention di Madrid Spanyol, tahun 2008, 3 kemudian tim Indonesia juga menjadi juara umum dalam Kompetisi Matematika Internasional III-2009 atau The 3rd WIZMIC 2009 Wizard at Mathematic International Competition 2009 di Lucknow, India. Peringkat juara umum itu diraih tim Indonesia setelah menyabet 10 medali emas, sembilan perak, dan lima perunggu dalam 3rd WIZMIC 2009. 4 Prestasi ini patut kita syukuri dan kita banggakan. Ternyata siswa Indonesia dapat berhasil di bidang matematika dan bersaing dengan negara- negara lain. Hal ini membuktikan bahwa prestasi bangsa Indonesia di bidang ilmu pengetahuan, terutama matematika tidaklah mengecewakan. Bangsa Indonesia mampu mengukir prestasi yang sama seperti negara-negara lainnya. Prestasi tersebut hanyalah diraih secara individual belum seluruhnya siswa Indonesia berhasil meraihnya. Pendidikan matematika di Indonesia belum menampakkan hasil yang diharapkan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil studi TIMSS tahun 2007 untuk siswa kelas VIII, menempatkan siswa Indonesia pada urutan ke 41 dari 49 negara dengan nilai rata-rata kemampuan matematika 2 Fadjar Sha diq, “Apa dan Mengapa Matematika Begitu Penting?”, dari: www. Fadjarp3g.woordpress.com, diakses Selasa 22 Juni 2010, pukul: 10.00 3 Luxsm an, “Prestasi Anak Bangsa Indoesia” dari: http:luxsman.blogspot.com200908prestasi-anak-bangsa-indonesia.html ,diakses Jum’at, 2 Juli 2010,pukul 10.00 4 Hilda Sabri, “ RI Juara Umu Kompertisi The 3rd WIZMIC 2009” dari:http:web.bisnis.comumumpendidikan1id145058 , diakses Jum’at, 2 Juli 2010, pukul: 12.00 secara umum adalah 397. Nilai tersebut masih jauh dari standar minimal nilai rata-rata kemampuan matematika yang ditetapkan TIMSS yaitu 500. 5 Keadaan ini sangat ironis dengan kedudukan dan peran matematika untuk pengembangan ilmu dan pengetahuan. Mengingat matematika merupakan induk ilmu pengetahuan, ternyata matematika hingga saat ini belum menjadi pelajaran yang difavoritkan. Berhasil atau gagalnya dalam mempelajari matematika disebabkan karena tingkat kesulitan materi pelajaran, metode pembelajaran yang digunakan, penguasaan konsep dasar, minat siswa dan bakat siswa. Berdasarkan pengamatan penulis di sekolah tempat Praktek Profesi Keguruan Terpadu PPKT pada tahun 2010, menunjukkan bahwa siswa hanya mampu mengerjakan soal dengan mengikuti langkah-langkah yang diberikan guru dan siswa terbiasa menghafal suatu konsep tanpa tahu bagaimana pembentukan konsep itu berlangsung. Siswa mampu menghafal dengan baik tentang materi ajar, namun pada kenyataannya mereka belum memahaminya. Selain itu, ketika siswa diberikan soal siswa kurang mencermati isi soal. Hal ini disebabkan karena siswa kurang teliti dalam membaca soal, sehingga siswa tidak bisa menentukan konsep yang tepat untuk menjawab soal yang diberikan. Pelajaran matematika merupakan salah satu pelajaran yang disegani siswa, karena matematika bagi mereka merupakan pelajaran yang sulit dan identik dengan simbol-simbol dan rumus-rumus. Sering kali siswa kesulitan belajar matematika karena mereka belum memahami konsep matematika yang mereka pelajari. Siswa hanya sekedar mengetahui konsep matematikanya, tetapi mereka tidak bisa menerapkannya dalam memecahkan masalah. Untuk memahami suatu pokok bahasan matematika siswa harus menguasai konsep- konsep matematika serta keterkaitan antara konsep yang satu dengan yang lainnya. 5 Herlan ti, “Prestasi Sains Indonesia”, dari: http:yherlanti.wordpress.com20090117prestasi- sains-indonesia-di-timss , diakses Jum’at, 2 Juli 2010 Pemahaman konsep merupakan landasan dasar belajar matematika. Depdiknas menyatakan bahwa tujuan mata pelajaran matematika di SD, SMP, SMA dan SMK salah satunya adalah “agar peserta didik memiliki kemampuan pemahaman konsep matematik, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah ”. 6 Oleh karena itu dalam pembelajaran matematika yang harus ditekankan terlebih dahulu adalah pemahaman konsep yang baik dan benar. Sehingga siswa dapat mengetahui konsep itu berlangsung dan dapat menempatkan konsep dalam memecahkan masalah. Pemahaman dapat diperoleh salah satunya adalah dengan membaca, karena dengan membaca siswa akan mendapatkan pengetahuan baru serta mengalami proses berpikir untuk mendapatkan pemahaman. Namun, dalam membaca siswa tidak hanya melafalkan kata demi kata, kalimat demi kalimat tanpa arti, tetapi siswa juga dapat memahami makna yang dibacanya. Keterampilan membaca mempunyai peranan penting dalam pembelajaran matematika. Membaca matematika berbeda dengan membaca novel. Ketika membaca matematika siswa harus memahami istilah dan simbol-simbol matematika. Menurut Siegel, Borasi, Pozi, Sanrige, dan Smith mengatakan melalui membaca matematika siswa dapat mengkonstruksi makna matematik, sehingga siswa belajar bermakna dan aktif. 7 Usaha yang harus dilakukan untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa adalah dengan cara memperbaiki proses belajar mengajar, yaitu proses belajar mengajar yang biasanya Teacher Centered menjadi Student Centered. Jadi, di dalam proses pembelajaran siswa dilibatkan secara aktif baik dalam mental maupun fisik. Keabstrakan objek-objek matematika perlu diupayakan agar dapat diwujudkan secara lebih konkret, sehingga akan mempermudah siswa memahaminya. Guru perlu melakukan suatu cara 6 Fadjar Sha diq, “Apa dan Mengapa Matematika Begitu Penting?”, dari: www. Fadjarp3g.woordpress.com, diakses Selasa 22 Juni 2010, pukul: 10.00 7 Utari Sumarm o, “Pembelajaran Keterampila Membaca Matematika Pada Siswa Sekolah Menengah” dari:http:math.sps.upi.eduwp-contentuploads2010MKLH- KETBACA-MAT-NOV-06-new.pdf, diakses Rabu, 15 Juni 2010 pukul: 11.00 penyajian konsep-konsep yang dapat memudahkan peserta didik memusatkan perhatian dan menggunakan pengetahuan yang sudah ada dalam benaknya. Guru matematika bertugas untuk memberi informasi kepada siswa yang belajar matematika. Sudah seharusnya penguasaan materi pelajaran dan kemampuan menyajikan materi pelajaran dengan berbagai metode merupakan kunci utama kewibawaan dan keberhasilan sebagai guru matematika. Tugas dan peran guru matematika tidak hanya mentransfer pengetahuan, tetapi menuntun siswa untuk mengkonstrusikan ilmu pengetahuan itu sendiri. Siswa dapat mengkonstruksikan ilmu pengetahuan itu dalam berbagai akvitas seperti memahami, bernalar, berkomunikasi dan memecahkan masalah. Solusi untuk masalah-masalah yang diuraikan di atas, diperlukan metode pembelajaran yang melibatkan siswa menjadi aktif dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Pembelajaran matematika yang melibatkan siswa untuk aktif, dapat melatih kemampuannya untuk berfikir memahami konsep matematika dengan pola pikir mereka. Pembelajaran tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan metode pembelajaran SQ3R. Metode SQ3R adalah metode membaca yang efisien dan membantu siswa untuk lebih berkonsentrasi terhadap teks yang dibaca. Metode SQ3R dapat mendorong siswa untuk lebih memahami apa yang dibacanya, terarah pada intisari yang tersirat dalam suatu buku atau teks. Metode SQ3R mempunyai 5 langkah yaitu survey, question, read, recite, dan review. Langkah-langkah metode SQ3R yang sistematis dapat membuat siswa menggunakan kemampuan berpikirnya dalam memahami ide-ide pokokkonsep-konsep yang ada dalam teks. Penerapan metode belajar SQ3R dalam pembelajaran matematika dapat digunakan untuk memahami materi ajar ataupun memecahkan masalah. Metode SQ3R melibatkan siswa untuk aktif dalam menemukan konsep yang ada pada suatu pokok bahasan dan menentukan konsep yang tepat dalam memecahkan masalah. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti “Pengaruh Metode Pembelajaran SQ3R Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa”.

B. Identifikasi Masalah