Visi dan Misi Kementerian Agama

5 pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah.

4. Susunan Organisasi

Susunan organisasi pada Kementerian Agama RI meliputi: 5

a. Sekretariat Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah;

mempunyai tugas melaksanakan koordinasi penyusunan rencana, program, dan anggaran, pelaksanaan tugas pelayanan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah.

b. Direktorat Pembinaan Haji dan Umrah; mempunyai tugas melaksanakan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, standardisai dan bimbingan teknis, serta evaluasi di bidang pembinaan haji dan umrah.

c. Direktorat Pelayanan Haji; mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan

pelaksanaan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis serta evaluasi di bidang pelayanan haji yang meliputi pendaftaran, pengelolaan dokumen perlengkapan, pelayanan akomodasi dan katering, serta transportasi dan perlindungan jemaah haji.

d. Direktorat Pengelolaan Dana Haji; mempunyai tugas melaksanakan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis serta evaluasi di bidang pengelolaan dana haji termasuk Dana Abadi Umat. 5 Ibid., Pasal 245

B. Profil Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu SISKOHAT 1. Sejarah SISKOHAT

Penyelenggaraan ibadah haji di Indonesia telah ada sebelum merdeka dan memiliki dasar hukum berupa undang-undang haji. Dalam penyelenggaraan ibadah haji ini telah menumbuh kembangkan sistem pendataan palayanan haji melalui pemanfaatan pelayanan teknologi informasi dan komunikasi yang dilakukan di Tanah Air dan Arab Saudi. Momentum lahirnya penggunaan media komputer itu dipicu oleh adanya kesulitan pemerintah dalam mendata dan menginformasikan jemaah haji yang wafat akibat peristiwa Musa’iem tahun 1990. Ketika itu, kecelakaan tersebut menewaskan 631 jemaah haji Indonesia. Lalu pada 1995, untuk pertama kali terjadi over quota yang menimbulkan waiting list bagi calon jemaah haji. Pada saat itu pendaftaran jemaah haji masih dilakukan secara manual sehingga diperlukan sistem pendaftaran yang mampu memberikan jaminan kepastian dan rasa adil bagi jemaah haji yang masuk daftar tunggu waiting list. Karena ketika itu Kementerian Agama mengadopsi model reservation control untuk memperoleh seat pesawat dari PT. Garuda Indonesia. Perkembangan berikutnya, Kementerian Agama membentuk sistem pelayanan pendaftaran haji berbasis komputer yang dikenal dengan istilah SISKOHAT. 6 6 Ibid., h. 193-194