Pengukuran Kinerja

P. Pengukuran Kinerja

Pengukuran terhadap kinerja perlu dilakukan untuk mengetahui apakah selama pelaksanaan kinerja terdapat deviasi dari rencana yang telah ditentukan, atau apakah kinerja dapat dilakukan sesuai jadwal waktu yang ditentukan, atau apakah hasil kinerja telah tercapai sesuai dengan yang diharapkan (Wibowo, 2011)

Supriyanto (2009) pengukuran kinerja manajemen pemerintahan dalam perspektif rasional, biasanya menggunakan ukuran kepuasan masyarakat. Caranya, melalui evaluasi program kegiatan yang dilakukan dan anggaran yang digunakan, termasuk didalamnya kepuasan pelanggan, dampak lingkungan, serta outcomes dengan melihat ukuran manfaat yang diperoleh dan pemenuhan kebutuhan masyarakat. Namun dalam mengukur outcomes , organisasi harus diberi jangka waktu. Hal ini wajar, sebab pengukuran kinerja merupakan evaluasi hasil dan proses suatu pekerjaan, terkait dengan kepentingan masyarakat.

Pengukuran kinerja manajemen pemerintah yang komprehensif, sangat diperlukan sesuai dengan banyaknya tugas pemerintah yang harus dilakukan. Di dalamnya termasuk pengaturan dan pelaksanaan hukum, pengeluaran uang, pemberian pelayanan, dan pengaturan internal. Proses pengukuran kinerja tidak hanya sekedar menilai suatu aktivitas, tetapi berusaha untuk memperbaiki kebijakan sesuai dengan outcomes yang hendak dicapai dalam suatu proses kegiatan. Perbaikan kinerja merupakan outcomes dari serangkaian kegiatan kebijakan yang berlaku dalam suatu organisasi.

Supriyanto (2009) pengukuran kinerja merupakan alat yang signifikan dalam manajemen pemerintah, karena kinerja yang dapat diukur akan

142 Kamaruddin Sellang, S.Sos., M.A.P. mendorong pencapaian sasaran yang ditentukan secara lebih efektif dan

efisien. Pengukuran kinerja yang dilakukan secara berkelanjutan, akan memberikan umpan balik dalam upaya perbaikan secara terus menerus dan mencapai keberhasilan di masa mendatang. Dengan pengukuran kinerja, manajemen pemerintah diharapkan dapat mengetahui kinerja dalam suatu periode tertentu. Adanya pengukuran kinerja, menyebabkan kegiatan dan program manajemen pemerintah dapat diukur dan dievaluasi. Hasil pengukuran kinerja setiap instansi, dapat diperbandingkan dengan instansi yang sejenis, sehingga penghargaan dan tindakan disiplin dapat dilakukan secara lebih objektif.

Sasaran kerja yang baik menurut Dharma (2005) paling tidak memiliki ciri:

1. Konsisten ; dengan nilai organisasi dan sasaran departemental dan organisasi;

2. Tepat ; jelas dan didefinisikan dengan baik, menggunakan kata yang jelas;

3. Menantang; untuk merangsang standar kinerja yang tinggi dan mendorong kemajuan;

4. Dapat diukur; dapat dihubungkan dengan ukuran kinerja yang dapat diukur kuantitatif dan kualitatif;

5. Dapat dicapai; ada di dalam batas kemampuan dari seseorang – harus pula diperhitungkan semua hambatan yagn akan dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk mencapai sasaran tersebut; ini termasuk ketiadaan sumberdaya (uang, waktu, peralatan, dukungan dari orang- orang lainnya), ketiadaan pengalaman ataupun pelatihan, faktor eksternal diluar kendali seseorang, dst;

6. Disepakati; oleh manajer serta orang yang bersangkutan – tujuannya adalah menimbulkan rasa memiliki, bukan dipaksakan, terhadap sasaran tersebut, walaupun ada juga situasi dimana seseorang itu harus dibujuk untuk dapat menerima suatu standar yang lebih tinggi daripada yang mereka percayai dapat mereka capai;

7. Dihubungkan dengan waktu; dapat dicapai pada suatu jangka waktu tertentu (ini tidak berlaku bagi suatu sasaran tetap);

8. Berorientasikan kerja kelompok; menekankan kepada kerjasama kelompok selain pencapaian individu.

Supriyanto (2009) Pengukuran kinerja mempunyai peranan penting sebagai alat manajemen pemerintah untuk :

Administrasi dan Pelayanan Publik 143

1. Memahami indikator yang digunakan dalam mencapai tujuan dan sasaran

2. Mengetahui tercapainya rencana kinerja yang telah ditentukan

3. Memonitor dan mengevaluasi kinerja, serta membandingkannya dengan rencana kerja, serta melakukan tindakan untuk memperbaikinya jika terjadi penyimpangan.

4. Memberikan penghargaan dan hukuman secara obyektif atas prestasi aparatur, sesuai hasil pengukuran berdasarkan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati.

5. Menjadi alat komunikasi bawahan dan pimpinan dalam upaya memperbaiki kinerja organisasi.

6. Mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi

7. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah

8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif

9. Menunjukkan peningkatan yang harus dicapai

10. Mengungkapkan permasalahan yang terjadi