tenaga kerja peternak sapi potong meningkat Rp. 1 maka pendapatan peternak sapi potong bertambah sebesar Rp. 0,656. Variabel tenaga kerja memiliki nilai
t-hitung 1,717 sedangkan nilai t-tabel 0.05 ; 56 2,000. Berdasarkan kriteria keputusan, maka H0 diterima karena t-hitung lebih kecil dari t-tabel. Itu
artinya variabel biaya tenaga kerja mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap pendapatan peternak sapi potong.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa biaya bibit, biaya pakan, dan biaya tenaga kerja menunjukkan pengaruh yang positif terhadap pendapatan
peternak sapi potong. Hal itu berarti bahwa semakin tinggi biaya bibit, biaya pakan, dan biaya tenaga kerja maka semakin tinggi pendapatan peternak sapi
potong.
4.3. Pembahasan
Pendapatan peternak sapi potong secara intensif memiliki pendapatan yang lebih tinggi daripada pendapatan peternak secara tradisional dan menunjukkan
adanya pengaruh yang nyata. Kondisi ini disebabkan peternak sapi potong secara intensif menggunakan pakan konsentrat yang fungsinya dapat mempercepat
pertumbuhan berat sapi potong, sehingga berat sapi potong peternak secara intensif akan lebih berat daripada peternak secara tradisional. Selain itu peternak
sapi potong secara intensif dalam menggunakan bibit sapi berasal dari bibit kawin suntik atau bibit dari luar sedangkan peternak sapi potong secara tradisional
menggunakan bibit lokal. Jenis bibit ini mempengaruhi perkembangan kuantitas daging sapi, hal ini disebabkan bibit lokal lebih lambat perkembangan berat
dagingnya dibanding bibit sapi kawin suntik atau bibit luar.
Universitas Sumatera Utara
Pada Tabel 4.20 sampai dengan Tabel 4.22 diatas dapat dilihat bahwa biaya bibit dan biaya pakan berpengaruh positif dan nyata terhadap pendapatan
petani peternak sapi potong. Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan
uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Sumber ekonomi mengandung pengertian suatu sumber merupakan
sumber ekonomis jika memiliki sifat adanya kelangkaan. Biaya produksi merupakan semua pengeluaran yang dilakukan oleh petani, perusahaan untuk
memperoleh faktor produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan output. Biaya bibit berpengaruh nyata pada tingkat kesalahan 5 terhadap
pendapatan peternak sapi potong. Biaya bibit menunjukkan kualitas dari bakalan, semakin tinggi harga bibit maka kualitas bakalan juga semakin bagus, kulaitas
bakalan ditentukan dengan penampakan luar seperti perambingan, bentuk badan dan kebersihan ternak. Semakin bagus kualitas bakalan diharapkan produksi yang
akan dihasilkan juga akan semakin bagus seperti anak yang akan dihasilkani. Bibit merupakan salah satu faktor produksi yang sangat menentukan
keberhasilan usaha tani. Pemilihan bibit yang baik dan sehat harus diteliti. Sebagai contoh pemakaian bibit unggul yang sebelumnya telah diuji oleh bagian mana
bibit tersebut dapat memberikan hasil yang baik. Dengan demikian dapat diikuti oleh petani lainnya. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Guntoro dkk 1999 yang menyatakan untuk mempercepat peningkatan produksi dapat dilakukan dengan peningkatan daya reproduksi, perbaikan mutu genetik,
pakan dan manajemen lebih lanjut dikatakan bahwa untuk meningkatkan daya
Universitas Sumatera Utara
reproduksi berbagai teknologi telah diperkenalkan pada kambing antara lain melalui pemilihan induk kambing yang prolifik Guntoro dkk, 1999.
Biaya konsentrat adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk membeli konsentrat, konsentrat adalah pakan tambahan yang diberikan kepada ternak untuk
meningkatkan berat sapi potong sehingga nilai jual ternak semakin berat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Subandriyo 1997 pada
penelitian tentang potensi dan produktivitas ternak kambing mengatakankan bahwa untuk meningkatkan produksi ternak kambing dengan perbaikan mutu
pakan dan seleksi bakalan untuk memperbaiki genetik. Sedangkan pada penelitian yang sama Astuti dkk 1984 menambahkan
bahwa dengan perbaikan mutu pakan pada induk kambing pasca melahirkan akan memperbaiki kualitas anak yang dihasilkan. Demikian juga dengan penggunaan
teknologi sesuai dengan pendapat Mosher dalam Guntoro, dkk 2001 dimana untuk meningkatkan produksi diperlukan teknologi dalam hal ini laser untuk
penyerempakan birahi, dengan meningkatnya produksi otomatis pendapatan peternak juga akan bertambah. Sejalan dengan itu penelitian yang dilakukan oleh
Sutama, dkk
1998 mendapatkan bahwa dengan Sinkronisasi atau
penyerempakkan birahi pada ternak merupakan suatu upaya untuk dapat memudahkan manajemen pemeliharaan, karena dapat mengefisienkan waktu dan
tenaga kerja, pemberian pakan, perkawinan, kelahiran dan pemasaran. Selain itu sinkronisasi birahi merupakan bagian yang terpenting untuk menunjang
keberhasilan Inseminasi Buatan IB dan transfer embrio. Jadi dengan teknologi penyerempakan birahi dengan laser input dapat ditekan dan output dapat
Universitas Sumatera Utara
ditingkatkan sehingga produksi meningkat akibatnya pendapatan menjadi lebih tinggi.
Dari tiga variabel yang diduga mempengaruhi pendapatan peternak sapi potong ternyata variable biaya bibit dan biaya pakan memberikan pengaruh yang
nyata. Ini berarti kebijakan peningkatan produksi ternak sapi potong dapat dilakukan dengan meningkatkan pemberian pakan tambahan, inseminasi buatan
IB dan tenaga kerja sehingga kualitas dan kuantitas produksi sapi potong dapat diperoleh harga jual yang lebih tinggi.
Variabel biaya tenaga kerja berpengaruh positif tapi tidak nyata pada taraf 5 terhadap pendapatan peternak sapi potong. Semakin tinggi biaya tenaga kerja
semakin meningkatkan pendapatan peternak sapi potong, namun belum mampu secara nyata meningkatkan pendapatan peternak sapi potong.
Tenaga kerja adalah sumber daya manusia yang diperlukan dalam usaha tani yang mencakup baik jumlah maupun mutu. Tenaga kerja dalam ini adalah
manusia yang dengan aktifitasnya mencurahkan tenaga kerja untuk memenuhi apa yang menjadi tuntutan hidup. Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usaha
ternak, dimana tenaga kerja yang dimasud disini adalah petani dan para anggota keluarganya. Dalam usaha ternak, keluarga peternak merupakan unsur penentu,
namun pada saat tertentu faktor tenaga kerja keluarga akan muncul sebagai faktor yang menentukan kelestarian dari usahaternak sapi potong. Namun dalam
penelitian ini biaya tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak sapi potong, hal ini menunjukkan bahwa dalam penelitian ini biaya
tenaga kerja belum mampu memberikan pengaruh yang nyata terhadap pendapatan peternak sapi potong. Kondisi ini disebabkan biaya tenaga kerja yang
Universitas Sumatera Utara
dikeluarkan peternak sapi potong masih rendah., yang dipengaruhi pemakaian jumlah tenaga kerja yang sedikit dan berasal dari anggota keluarga. Hal ini sejalan
dengan penelitian Saleh, dkk 2006 di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang yang menyimpulkan jumlah tenaga kerja tidak berpengaruh nyata
terhadap pendapatan peternak sapi potong.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Pendapatan petani peternak sapi potong secara intensif lebih tinggi dari pada petani peternak sapi potong secara tradisional.
2. Hasil analisis regresi berganda dapat diketahui bahwa secara simultan faktor biaya bibit, biaya pakan, dan biaya tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap
pendapatan petani peternak sapi potong secara intensif dan tradisional. 3. Secara parsial faktor biaya bibit dan biaya pakan yang berpengaruh nyata
sedangkan biaya tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak sapi potong secara intensif dan tradisional.
4. Faktor yang memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap pendapatan petani peternak sapi potong secara intensif adalah faktor biaya pakan dimana nilai t-
hitung faktor biaya pakan lebih besar dari nilai t-hitung faktor biaya bibit dan biaya tenaga kerja. Pendapatan petani peternak sapi potong secara tradisional
yang lebih besar pengaruhnya adalah adalah faktor biaya bibit dimana nilai t- hitung faktor biaya bibit lebih besar dari nilai t-hitung faktor biaya pakan dan
biaya tenaga kerja.
Universitas Sumatera Utara