biaya pakan, dan biaya tenaga kerja maka semakin tinggi pendapatan peternak sapi potong tradisional.
4.2.6.4. Peternak Sapi Potong Potong Intensif dan Tradisional
Dengan menggunakan persamaan regresi berganda, dibentuk fungsi persamaan pendapatan peternak sapi potong. Variabel-variabel yang dianggap
memberikan pengaruh terhadap pendapatan peternak sapi potong ini adalah : biaya bibit B, biaya pakan P, dan biaya tenaga kerja TK. Seluruh variable
tersebut secara serentak dimasukkan kedalam persamaan regresi berganda, diperoleh hasil sebagai berikut :
Y = -4362773.013 + 1,373 BB + 1,166 BP + 0,656 TK Tabel 4.22. Hasil Analisis Regresi Berganda Peternak Sapi Potong Secara
Intensif dan Tradisional
Variabel Koefisien
t-hitung Signifikan Keterangan
Konstanta Biaya Bibit
Biaya Pakan Biaya Tenaga Kerja
-4362773,013 1,373
1,166 0,656
11,041 4,585
1,717 0,000
0,000 0,092
tn R
t-tabel
2
F-hitung F-tabel
0,954 2,000
385,688 2,78
Sumber : Data Primer diolah, 2011 Keterangan :
= nyata tn
= tidak nyata Untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel pendapatan peternak sapi potong maka dapat dilihat dari nilai koefisien determinasinya R
2
. Hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien determinasi untuk model ini adalah 0,954 Artinya bahwa 95,4 pendapatan
peternak sapi potong dipengaruhi oleh faktor biaya bibit, biaya pakan, dan biaya
Universitas Sumatera Utara
tenaga kerja. Sedangkan 4,6 100 - 95,4 dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dapat dijelaskan dalam model ini. Koefisien determinasi R
2
Tabel 4.22. menunjukkan bahwa model regresi ini memiliki nilai F-hitung 385,688 sedangkan nilai F-tabel 0.05 3 : 56 2,78. Berdasarkan kriteria
keputusan, maka Ha diterima karena F-hitung lebih besar dari F-tabel. Itu artinya variabel biaya bibit, biaya pakan, dan biaya tenaga kerja secara bersama-sama
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan peternak sapi potong. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Karafir dalam Aditan 1994, menyatakan
bahwa kemampuan petani sebagai pengelola erat hubungannya dengan modal petani. Tenaga kerja dan luas lahan petani dimana semakin tinggi tingkat
pendidikan petani maka semakin luas pula wawasan usahanya termasuk dalam hal peningkatan produksi.
di atas termasuk cukup tinggi karena mendekati nilai 1 namun untuk melihat
seberapa jauh signifikan pengaruh faktor biaya bibit, biaya pakan dan biaya tenaga kerja secara bersama-sama terhadap pendapatan peternak sapi potong maka
perlu dilakukan uji signifikansi simultan Uji F.
Dengan pengujian simultan di atas telah diketahui, bahwa seluruh variabel bebas secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
terikat. Namun perlu diketahui pula variabel bebas mana yang memiliki pengaruh yang lebih signifikan terhadap pendapatan peternak sapi potong, apakah variabel
biaya bibit, biaya pakan, atau biaya tenaga kerja. Untuk melihat itu, maka perlu dilakukan pengujian parsial Uji t.
Dari hasil pengujian parsial Uji t, dapat diketahui bahwa variabel bebas yang memiliki pengaruh yang lebih signifikan terhadap pendapatan peternak sapi
Universitas Sumatera Utara
potong adalah variabel biaya bibit dimana nilai t-hitung variabel biaya bibit lebih besar dari nilai t-hitung variabel biaya pakan dan biaya tenaga kerja.
Persamaan regresi linier berganda di atas dapat diuraikan sebagai berikut : a. Konstanta b0 sebesar -4362773,013, artinya jika tidak terdapat pengaruh dari
biaya bibit, biaya pakan, dan biaya tenaga kerja maka pendapatan peternak sapi potong akan tetap sebesar Rp. – 4.362.773,013.
b. Koefisien regresi X1 b1 = 1,373 menunjukkan bahwa biaya bibit berpengaruh positif terhadap pendapatan peternak sapi potong. Jika setiap
peternak sapi potong mengeluarkan biaya bibit sebesar Rp. 1 maka pendapatan peternak sapi potong akan bertambah sebesar Rp. 1,373. Variabel biaya bibit
memiliki nilai t-hitung 11,041 sedangkan nilai t-tabel 0.05 ; 56 2,000. Berdasarkan kriteria keputusan, maka H0 ditolak karena t-hitung lebih besar
dari t-tabel. Itu artinya variabel biaya bibit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan peternak sapi potong.
c. Koefisien regresi X2 b2 = 1,166 menunjukkan bahwa biaya pakan berpengaruh positif terhadap pendapatan peternak sapi potong. Jika setiap
peternak sapi potong mengeluarkan biaya pakan sebesar Rp. 1 maka pendapatan peternak sapi potong akan bertambah sebesar Rp. 1,166. Variabel
biaya pakan memiliki nilai t-hitung 4,585 sedangkan nilai t-tabel 0.05 ; 56 2,000. Berdasarkan kriteria keputusan, maka H0 ditolak karena t-hitung lebih
besar dari t-tabel. Itu artinya variabel biaya pakan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan peternak sapi potong.
d. Koefisien regresi X3 b3 = 0,656 menunjukkan bahwa biaya tenaga kerja berpengaruh positif terhadap pendapatan peternak sapi potong. Jika biaya
Universitas Sumatera Utara
tenaga kerja peternak sapi potong meningkat Rp. 1 maka pendapatan peternak sapi potong bertambah sebesar Rp. 0,656. Variabel tenaga kerja memiliki nilai
t-hitung 1,717 sedangkan nilai t-tabel 0.05 ; 56 2,000. Berdasarkan kriteria keputusan, maka H0 diterima karena t-hitung lebih kecil dari t-tabel. Itu
artinya variabel biaya tenaga kerja mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap pendapatan peternak sapi potong.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa biaya bibit, biaya pakan, dan biaya tenaga kerja menunjukkan pengaruh yang positif terhadap pendapatan
peternak sapi potong. Hal itu berarti bahwa semakin tinggi biaya bibit, biaya pakan, dan biaya tenaga kerja maka semakin tinggi pendapatan peternak sapi
potong.
4.3. Pembahasan
Pendapatan peternak sapi potong secara intensif memiliki pendapatan yang lebih tinggi daripada pendapatan peternak secara tradisional dan menunjukkan
adanya pengaruh yang nyata. Kondisi ini disebabkan peternak sapi potong secara intensif menggunakan pakan konsentrat yang fungsinya dapat mempercepat
pertumbuhan berat sapi potong, sehingga berat sapi potong peternak secara intensif akan lebih berat daripada peternak secara tradisional. Selain itu peternak
sapi potong secara intensif dalam menggunakan bibit sapi berasal dari bibit kawin suntik atau bibit dari luar sedangkan peternak sapi potong secara tradisional
menggunakan bibit lokal. Jenis bibit ini mempengaruhi perkembangan kuantitas daging sapi, hal ini disebabkan bibit lokal lebih lambat perkembangan berat
dagingnya dibanding bibit sapi kawin suntik atau bibit luar.
Universitas Sumatera Utara