5.4. Hubungan Umur dengan Partisipasi Masyarakat dalam Program
Penanggulangan Gizi Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa partisipasi masyarakat dalam
program penanggulangan gizi dengan kategori tinggi, dominan pada tingkat usia dengan kategori 41-50 tahun yaitu sebanyak 25 orang 65,8 . Hasil uji Chi- Square
menunjukkan variabel umur tidak berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam program penanggulangan gizi
p= 0.096 α 0.05
Umur merupakan salah satu faktor yang diduga dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam bertindak atau melakukan suatu hal. Umur berpengaruh terhadap
terbentuknya kemampuan, karena kemampuan yang dimiliki dapat diperoleh melalui pengalaman sehari- hari Sedioetama, 2006. Menurut Kresno 1997 dalam
Dharmawati 2010 umur adalah salah satu aspek sosial yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang melakukan partisipasi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kurnia 2011 menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan partisipasi dalam
pemanfaatan pelayanan gizi. Begitu juga Sunyoto dalam Arinta 2010 mengatakan adanya pengalaman bahwa seseorang yang sudah lanjut usia maka penerimaan
terhadap hal baru semakin rendah dikarenakan orang yang termasuk dalam golongan tua memiliki kecenderungan selalu bertahan dengan nilai-nilai lama sehingga
diperkirakan sulit menerima hal-hal yang sifatnya baru.
Universitas Sumatera Utara
5.5. Hubungan Pekerjaan dengan Partisipasi Masyarakat dalam Program Penanggulangan Gizi
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa partisipasi masyarakat dalam program penanggulangan gizi dengan kategori tinggi, dominan pada kategori bekerja
yaitu sebanyak 45 orang 75,0 . Hasil uji Chi- Square menunjukkan variabel pekerjaan tidak berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam program
penanggulangan gizi p= 0.656 α 0.05
Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anwar 2010 bahwa pekerjaaan yang dimiliki seorang terdapat hubungan dengan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan sehingga seseorang yang berpekerjaan baik akan lebih banyak memiliki kelonggaran secara materi maupun non-materi dalam
berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka lebih banyak memiliki waktu diluar jam kerja sehingga waktu yang ada tersebut dapat digunakan
untuk ikut berperan dalam kegiatan masyarakat, dimana pada hakekatnya kegiatan itu
merupakan upaya untuk meningkatkan keharmonisan dan kesejahteraan masyarakat
Menurut Slamet 1992 bahwa tingkat pekerjaan mengindikasikan prasyarat kemampuan untuk memperbaiki kualitas hidup seseorang disertai dengan
pengembangan nilai-nilai dan sikap kualitas hidup. Dengan pekerjaan yang baik, seseorang dapat melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain.
Universitas Sumatera Utara
5.6. Hubungan Pendidikan dengan Partisipasi Masyarakat dalam Program