Perilaku Sosial LANDASAN TEORI

perkembangan remaja dalam masa-masa sebelumnya masa pubertas, masa kanak-kanak akan mempengaruhi kelancaran pelaksanaan tugas-tugas perkembangan dalam masa remaja ini Mappiare, 1982.

B. Perilaku Sosial

Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat , sikap , emosi , nilai , etika , kekuasaan , persuasi , dan atau genetika . Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang . Dalam sosiologi , perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial manusia yang sangat mendasar. Perilaku tidak boleh disalahartikan sebagai perilaku sosial , yang merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain. Hal ini selaras dengan yang dinyatakan Psikolog Rini dalam blognya www.rini.blogspot.com yang menyatakan bahwa perilaku sosial adalah perilaku yang terjadi dalam situasi sosial, yakni bagaimana orang berpikir, merasa dan bertindak karena kehadiran orang lain. Konsep dasar perilaku sosial menurut Brian http:komunitasmahasiswa.infocategoryteori-psikologi-sosial adalah penguatganjaranreward dan menitikberatkan pada tingkah laku actor dan lingkungan. Bentuk perilaku sosial 5 proposisi yaitu : 1. Proposisi keberhasilan Jika tindakannya sering mendapat ganjaran, maka semakin sering dilakukan. 2. Proposisi stimulus Jika stimulus merupakan kondisi dimana seseorang mendapatkan ganjaran, maka semakin besar kemungkinan mengulangi seperti pada waktu lalu. 3. Proposisi nilai Semakin bermanfaat maka semakin sering kemungkinan tindakan tersebut diulangi 4. Proposisi Kejenuhan kerugian Semakin sering seseorang mendapatkan ganjaran yang istimewa, maka bagian yang lebih mendalam dari ganjaran tersebut menjadi kurang bermakna bagi orang lain. 5. Proposisi persetujuan dan perlawanan Jika tidak mendapat ganjaran atau hukuman yang tidak diharapkan, ia akan marah dan semakin besar kemungkinan orang tersebut akan melakukan perlawanan dan hasil tingkah lakunya makin berharga bagi dirinya. Jika dapat ganjaran atau lebih, maka akan menunjukkan tingkah laku persetujuan. Dan hasil tingkah lakunya semakin berharga baginya. Minat untuk berkelompok menjadi bagian dari proses tumbuh kembang yang remaja alami. Yang dimaksud di sini bukan sekadar kelompok biasa, melainkan sebuah kelompok yang memiliki kekhasan orientasi, nilai-nilai, norma, dan kesepakatan yang secara khusus hanya berlaku dalam kelompok tersebut. Atau yang biasa disebut geng. Biasanya kelompok semacam ini memiliki usia sebaya atau bisa juga disebut peer group. Demi kawan yang menjadi anggota kelompok ini, remaja bisa melakukan dan mengorbankan apa pun, dengan satu tujuan yaitu solidaritas. Kelompok teman sebaya menjadi suatu wadah yang luar biasa apabila bisa mengarah terhadap hal yang positif. Tetapi terkadang solidaritas menjadi hal yang bersifat semu, buta dan destruktif, yang pada akhirnya merusak arti dari solidaritas itu sendiri. Buhler dalam Abi Syamsuddin Makmun,2003 mengemukakan bahwa perilaku sosial pada masa remaja awal adalah individu mulai menyadari adanya kenyataan yang berbeda dengan sudut pandangnya. Oleh karena itu remaja demi alasan solidaritas melakukan apa yang diinginkan oleh kelompoknya. Kelompok teman sebaya sering kali memberikan tantangan atau tekanan-tekanan kepada anggota kelompoknya peer pressure yang terkadang berlawanan dengan hukum atau tatanan sosial yang ada. Tekanan itu bisa saja berupa paksaan untuk menggunakan narkoba, mencium pacar, melakukan hubungan seks, melakukan penodongan, bolos sekolah, tawuran, merokok, corat-coret tembok, dan masih banyak lagi http:www.ubb.ac.id . Secara individual, remaja sering merasa tidak nyaman dalam melakukan apa yang dituntutkan pada dirinya. Namun, karena besarnya tekanan atau besarnya keinginan untuk diakui, ketidak berdayaan untuk meninggalkan kelompok, dan ketidak mampuan untuk mengatakan tidak, membuat segala tuntutan yang diberikan kelompok secara terpaksa dilakukan. Lama kelamaan prilaku ini menjadi kebiasaan, dan melekat sebagai suatu karakter yang diwujudkan dalam berbagai prilaku negatif. Kelompok atau teman sebaya memiliki kekuatan yang luar biasa untuk menentukan arah hidup remaja. Jika remaja berada dalam lingkungan yang penuh dengan energy negatif seperti yang terurai di atas, segala bentuk sikap, perilaku, dan tujuan hidup remaja menjadi negatif. Sebaliknya, jika remaja berada dalam lingkungan pergaulan yang selalu menyebarkan energy positif, yaitu sebuah kelompok yang selalu memberikan motivasi, dukungan, dan peluang untuk mengaktualisasikan diri secara positif kepada semua anggotanya, remaja juga akan memiliki sikap yang positif. Prinsipnya, perilaku kelompok itu bersifat menular. Dalam Jurnal skripsi Mayuree KJubwong di Srinakharinwirot University http:bsris.swu.ac.thiprc menjelaskan bahwa perilaku sosial pada masa remaja awal adalah konformitas, kelekatan dan imitasi. 1. Konformitas terhadap kelompok teman sebaya Pada masa remaja konformitas terhadap kelompok teman sebaya menjadi penting, karena adanya kebutuhan untuk diterima dan diakui oleh kelompoknya. Remaja tersebut menyadari bahwa untuk diterima menjadi kelompok, mereka harus dapat menyesuaikan diri dengan kelompoknya. Keinginan untuk mendapatkan kesan yang baik dimata teman sebayanya membuat remaja belajar menyesuaikan tingkah lakunya dengan pola tingkah laku kelompoknya dan mengidentifikasikan dirinya dengan tujuan dan aktivitas kelompoknya Hurlock,1978 Konformitas dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya sifat, harapan kelompok, kualitas, kehidupan keluarga. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini maka dapat dipahami sifat atau jenis konformitas pada teman sebaya yang ditunjuk oleh masing-masing remaja. 2. Kelekatan terhadap kelompok teman sebaya Kelekatan merupakan kecenderungan seseorang mencari kedekatan dengan orang-orang tertentu untuk mendapatkan afeksi atau kasih sayang. Orang yang dekat secara fisik biasanya yang mempunyai kesamaan latar belakang atau minat. Kelekatan disini dapat memberikan banyak pengaruh pada tingkah laku remaja terutama perilaku belajar. c. Imitasi terhadap kelompok teman sebaya Imitasi merupakan hubungan antara stimulus dan respon yang dapat disertai dengan penguatan atau tanpa penguatan, melibatkan pula faktor karakteristik model jenis kelamin dan munculnya suatu sikap yang menyertai perilaku baru tersebut Berkowitz,1980

C. Kelompok Teman Sebaya 1. Pengertian Kelompok Teman Sebaya

Dokumen yang terkait

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Kecemasan Remaja Putri Pada Masa Pubertas Dalam Menghadapi Perubahan Fisik Di Smp Swasta Betania Medan

10 93 92

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA Hubungan Antara Interaksi Teman Sebaya Dengan Penyesuaian Sosial Pada Siswa.

0 3 15

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN Hubungan antara interaksi teman sebaya dengan penyesuaian sosial siswa SMPN 2 Surakarta.

0 3 17

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU PACARAN PADA REMAJA Hubungan Antara Interaksi Teman Sebaya Dengan Perilaku Pacaran Pada Remaja.

0 2 18

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU PACARAN PADA REMAJA Hubungan Antara Interaksi Teman Sebaya Dengan Perilaku Pacaran Pada Remaja.

0 3 17

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA Hubungan antara interaksi teman sebaya dengan Perilaku merokok pada remaja.

1 5 11

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA Hubungan antara interaksi teman sebaya dengan Perilaku merokok pada remaja.

0 1 15

Hubungan antara Persepsi Terhadap Perilaku Caring Guru dan Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Motivasi Belajar Siswa SMA - Ubaya Repository

0 0 2

Hubungan Antara Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya dan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar | Aprihastanto | Jurnal Pendidikan Administrasi Perkantoran 4058 9042 1 PB

0 0 13

Hubungan antara perilaku sosial dalam kelompok teman sebaya dengan motivasi belajar - USD Repository

0 7 118